Anda di halaman 1dari 36

PERSYARATAN PENGEMBANGAN KEGIATAN EK0WISATA

DI TAMAN NASIONAL SECARA BERKELENJUTAN


SAMBAS BASUNI
(Guru Besar Manajemen Kawasan Hutan Konservasi, IPB University)

Webiner / Semiol “Wisata Alam di Kawasan Konservasi “


18 November 2021
OUTLINE
1. Pendahuluan
2. Sejarah Taman Nasional Di Indonesia
3. Profil Ekowisata
4. Tinjauan Filosofis Fungsi Kawasan Konservasi
5. Manajemen Daya Dukung Ekowisata-pengawetan Berbasis Restorasi,
Manajemen Adaptif
6. Pengembangan Ekowisata Di Taman Nasional
7. Pengembangan Ekowisata Di Zone Pemanfaatan Taman Nasional
8. Pengusahaan Priwisata Alam Di Kawasan Konservasi: “Renungan” atas
Permen LHK No. P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019
PENDAHULUAN
• CRC 990: EFFORTS - Collaborative Research Centre 990: Ecological
and Socioeconomic Functions of Tropical Lowland
Rainforest Transformation Systems (Sumatra, Indonesia) (Phase 3:
2020 – 2023)
• Tujuan utama dari penelitian adalah untuk membangun pengetahuan
dalam fungsi-fungsi ekologi, social ekonomi, dan keseimbangannya
untuk melindungi dan menjaga fungsi-fungsi tersebut. Output
penelitian adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dasar dan
publikasi international
SEJARAH TAMAN NASIONAL DI INDONESIA
• 1978, Buku: “Menyongsong Kahadiran Taman Nasional di Indonesia”
(Herman Soewardi 1978)
• Maret 1980, deklarasi penetapan 5 Unit Taman Nasional pertama di
Indonesia: TN Gunung Leuser (Aceh), Ujung Kulon (Banten), Gunung
Gede Pangrango (Jawa Barat), Baluran (Jawa Timur), dan TN Komodo
(Nusa Tenggara Timur).
• Termasuk kawasan konservasi kategori baru di Indonesia. Sejak jaman
penjajahan Hindia Belanda hanya dikenal Cagar Alam dan Suaka
Margastawa, serta Hutan Wisata (Taman Wisata dan Taman Buru)
setelah kemerdekaan
SEJARAH TAMAN NASIONAL ...
• Pada Oktober 1982, Indonesia menjadi Tuan Rumah “Kongres Taman
Nasional dan Kawasan Dilindungi (NPPA) se-Dunia ke-3” di Denpasar Bali,
dideklarisikan penetapan 11 Unit Taman Nasional: TN Kerinci Seblat, Way
Kambas, Bukit Barisan Selatan; Bromo-Tengger-Semeru, Meru Betiri; Bali
Barat; Tanjung Putting, Kutai; Lore Lindu, Dumoga Bone/Bogani Nani
Wartabone; dan TN Manusela.
• Merupakan alasan yang sangat kuat penyusunan dan pengundangan UU
No. 5 Tahun 1990.
• Sampai dengan tahun 2018, Indonesia memiliki 54 unit taman nasional,
diantaranya TN Tambora merupakan TN termuda (ditetapakn 2015);
dikelola oleh 48 UPT Balai Taman Nasional.
• Merupakan salah satu kategori dari kawasan konservasi yang berfungsi
pelestarian alam (KPA)
PROFIL EKOWISATA
• Konsep wisata kontemporer akibat kegagalan pariwisata
konvensional dalam melestarikan SDA dan lingkungannya
• Dengan jargon prinsip/kaidah : konservasi, eduksi, dan partisipasi;
daerah-daerah alami, virgin, eksotis, kawasan konservasi, khususnya
taman nasional, menjadi sasaran destinasi ekowisata.
Konservasi = pengwetan alam dan sosial budaya masyarakat setempat ?
Edukasi = pendidikan lingkungan alam dan sosial budaya ?
Partisipasi = pengikutsertaan masyarakat lokal ?
• Ekowisata terus dipromosikan, bahkan dijadikan “branding” (”kedok”)
pariwisata konvensional.
Karakteristik ekowisata sebagai tipe ideal (Weaver, D.
and Lawton, L. 2002)
HARD (ACTIVE)_ecotourism SOFT (PASSIVE)_ecotourism

Komitmen lingkungan yang kuat Komitmen lingkungan sedang


Keberlanjutan yang meningkat Keberlanjutan kondisi mapan
Perjalanan khusus Perjalanan multi tujuan
Perjalanan jauh Perjalanan singkat
Kelompok kecil Kelompok besar
Aktif secara fisik Secara fisik pasif
Meminta sedikit jika ada layanan Meminta layanan yang diharapkan
yang diharapkan
Penekanan pada pengalaman pribadi Penekanan pada interpretasi
Ekowisata sebagai “Branding” (kedok)
• Market share hard dan soft-ecotourism : 2 % dan 20 % pasar wisata
• Batas antara mass tourism dan soft ecotourism kabur. Wilayah
“abu-abu” ini kemudian diperkenalkan sebagai ekowisata masal
TINJAUAN FILOSOFIS
FUNGSI KAWASAN KONSERVASI
• Dalam UU No. 5 Tahun 1990 dikenal dua funsi pokok kawasan
konservasi:
1. Kawasan yang berfunsi suaka alam (Kawasan Suaka Aalam/KSA),
2. Kawasan yang berfunsi pelestarian alam (Kawasan Pelestarian Alam)
• KSA = preservasi = pencadangan: Pengawetan alam dengan melarang
penggunaan, tempat berlindungnya alam  alam dilindungi
(proteksi)
• KPA = konservasi = preservasi, atau restorasi: Pengawetan alam
dengan mengatur penggunaan alam dimanfaatkan secara lestari.
KSA = KPA = “pengawetan alam” !!!  Apa yang diawetkan,
bagaimana caranya, dan apa hasil akhir (outcome)-nya?
KONSERVASI sebagai aktivitas
KONSERVASI

RESTORASI, termasuk PRESERVASI


PEMANFAATAN (perubahan yang tidak
(perubahan yang disengaja) disengaja)

PRESERVASI INFORMASIONAL
(Bekerja dengan merekam,
mereproduksi, meniru obyek)

PRESERVASI LANGSUNG PRESERVASI LINGKUNGAN


• Mengubah fitur obyek • Mengubah lingkungan obyek
• Waktu terbatas • Waktu tidak terbatas

Gambar klasifikasi aktivitas dalam bidang konservasi (dimodifikasi dari Vinas 2005)
• Preservasi: “Tindakan tertentu yang bertujuan untuk menjaga fitur-
fitur obyek konservasi yang diketahui dan dapat dilihat dengan jelas
untuk selama mungkin”. Tujuan ini biasanya dicapai dengan
mengubah beberapa fitur obyek yang sebelumnya tidak terlihat
dengan jelas.
• Restorasi: “tindakan-tindakan yang berusaha untuk memulihkan fitur-
fitur obyek konservasi yang sebelumnya terlihat jelas dengan cara
mengubah fitur-fitur baru dari obyek yang dapat dilihat dengan
jelas” (Vinas 2005)
Hasil restorasi dan preservasi = dua
akibat dari teknik operasi yang sama
Hasil restorasi dan preservasi = dua akibat dari teknik operasi yang sama

MASYARAKAT
PRESERVASI

dimanfaatkan
Berubah

RESTORASI +
Apa yang harus diawetkan (dipreservasi)?
• Koherensi internal yang menentukan keseimbangan dan viabilitas
sistem alam
Daya tampung, Kapasitas produktif,
Daya dukung, Penjenuhan
Keanekaragaman, komunitas,
Minimum viable Fitur obyek konservasi,
population (MVP), Dll
RESTORASI = PEMANFAATAN

PRESERVASI (Daya Dukung, MVP, Kapasitas Produktif, Keanekaragaman)


Kelimpahan, Biomassa
Keanekaragaman,

RESTORASI = pengayaan, penanaman, relokasi, pelepasliaran, pemeliharaan,


pembinaan habitat

Waktu

Gambar pemanfaatan dalam perspektif restorasi-preservasi


MANAJEMEN DAYA DUKUNG EKOWISATA  PENGAWETAN
BERBASIS RESTORASI  MANAJEMEN ADAPTIF
Daya dukung ekowisata dapat ditentukan terutama dalam batasan
ekologi dan kerusakan kawasan. Bagaimanapun, sudut pandang yang
berorieantasi sumberdaya ini harus ditambah dengan pertimbangan
nilai kemanusiaan (J. A. Wagar 1964).

Daya dukung ekowisata telah diperluas menjadi konsep tiga dimensi


dengan menambahkan pertimbangan manajemen (Manning and Lime
1996)
Gambar. Tiga dimensi daya
dukung taman ekowisata (dari
Manning dan Lime 1996).
Daya dukung, terdiri atas komponen deskriptif dan
komponen evaluatif atau preskriptif

Komponen deskriptif fokus pada fakta, data


obyektif. Sebagai contoh, hubungan antara jumlah
pengunjung dan penjejalan yang dirasakan (Gambar).
Gambar. Hubungan hipotetis antara
jumlah pengunjung dan dampak yang
ditimbulkan (adaptasi dari Manning dan
Lime 1996).
Komponen evaluatif atau preskriptif fokus pada issu yang
lebih subyektif tentang berapa banyak dampak atau
perubahan kawasan konservasi yang dapat diterima
(acceptable). Sebagai contoh, berapa level penjejalan yang
dirasakan yang diijinkan ?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan evaluatif/preskriptif
dapat ditemukan melalui perumusan tujuan manajemen
(terkadang disebut kondisi yang diinginkan) dan indikator
serta standarnya
Tujuan, indikator, dan standar manajemen
ekowisata
• Tujuan manajemen (=kondisi yang dikehendaki), luas/umum, pernyataan
naratif yang mendefinisikan tipe dan kualitas kondisi kawasan yang ingin
dipertahankan (dipreservasi).
• Indikator, lebih spesifik, variabel yang dapat diukur yang mencerminkan
esensi dari tujuan manajemen; merupakan proksi yang dapat dikuantifikasi
atau ukuran-ukuran dari tujuan manajemen. Indikator dapat termasuk
unsur sumberdaya, pengalaman, dan lingkungan manajemen (kebijakan,
legislasi, pedoman, dll.) yang penting dalam menentukan tipe dan kualitas
kondisi kawasan (yang dikehendaki).
• Standar mendefiniskan kondisi minimum yang dapat diterima dari
variabel-variabel indikator.
Contoh
• Menyediakan kesempatan “sunyi”, merupakan tujuan manajemen
(kondisi yang dikehendaki ) ekowisata bagi kebanyakan kawasan
alami. “Sunyi” suatu konsep yang sangat abstrak, bagaimana “sunyi”
diukur?
• “Sunyi” dapat didefinisikan sebagai jumlah pengunjung lain di
sepanjang trail atau tempat berkemah. Dengan demikian, “jumlah
perjumpaan (dengan orang/kelompok lain) sepanjang trail dan/atau
di perkemahan secara potensial merupakan variabel indikator yang
bagus karena dapat diukur, dapat dikelola, dan sebagai proksi untuk
tujuan manajemen (kondisi yang dikehenaki), “sunyi”.
• Standar berapa banyak perjumpaan yang dapat dialami sepanjang
trail dan/atau di perkemahan sebelum kesunyian menurun sampai
tingkat yang tidak dapat diterima. Misal, hasil penelitian
menunjukkan:
Tidak lebih dari lima kelompok lain dijumpai sepanjang trail dapat diterima
Menginginkan berkemah di luar penglihatan dan suara kelompok lain.

ARTINYA, maksimum lima perjumpaan dengan kelompok lain


sepanjang trail dan/atau tidak ada kelompok lain yang berkemah yang
terlihat dan terdengar suaranya, dapat menjadi standar manajemen
daya dukung kawasan konservasi.
Ciri-ciri indikator yang baik
1.Khusus (specific): indikator harus mendefinisikan kondisi khusus
daripada umum. Sebagai contoh, “sunyi” tidak akan menjadi
indikator yang baik karena terlalu umum. Tetapi, “jumlah kelompok
lain yang dijumpai sepanjang trail” akan menjadi variabel indikator
yang lebih baik
2.Obyektif (objective): indikator harus obyektif daripada subyektif.
Yaitu, variavel-variabel indikator harus dapat diukur secara absolut,
istilah-istilah yang tegas.
3.Andal dan dapat diulang (Reliable and repeatable): Suatu indikator
dapat diandalkan dan dapat diulang ketika pengukuran menghasilkan
hasil yang serupa dalam kondisi yang serupa
4.Berkaitan dengan penggunaan pengunjung (Related to visitor use):
indikator harus berkaitan dengan paling sedikit satu dari atribut-atribut
penggunaan pengunjung berikut: level penggunaan, tipe penggunaan
(aktivitas/kegiatan rekreasi), lokasi penggunaan, atau perilaku
pengunjung.
5.Sensitif (Sensitive) : Indikator harus peka terhadap penggunaan
pengunjung dalam periode waktu yang relatif singkat. Saat tingkat
penggunaan berubah, indikator harus merespons kira-kira pada derajat
proporsional yang sama
6.Dapat dikelola (manageable): Indikator harus responsif terhadap,
dan membantu menentukan keefektifan, tindakan pengelolaan.
7.Efisien dan efektif untuk mengukur (Efficient and effective to
measure): Indikator harus relatif mudah dan hemat biaya untuk
diukur.
8.Integratif atau sintetis (Integrative or synthetic): Ada banyak
potensi tujuan pengelolaan / kondisi yang diinginkan untuk dicapai
dan dipelihara dari kawasan konservasi. indikator integratif atau
sintetik — variabel yang merupakan proksi untuk lebih dari satu
komponen kawasan konservasi — sangat berguna. Misalnya, indikator
dampak jejak atau lokasi perkemahan mungkin berguna sebagai
ukuran kondisi sumber daya sekaligus indikator dimensi estetika dari
kualitas pengalaman pengunjung
9.Signifikan (Significant): Mungkin karakteristik yang paling penting
dari indikator, bahwa mereka membantu menentukan kualitas sumber
daya kawasan dan pengalaman pengunjung.
TUJUAN MANAJEMEN
DAYA DUKUNG EKOWISATA

Indikator-indikator yang menggambarkan kondisi


sumberdaya, pengalaman, dan pratik manajemen yang
dikehendaki

Tindakan
manajemen Pemantauan

Standar yang disepakati bersama


(norma sosial)

Gambar. Siklus Adaptive Management


PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN
NASIONAL

Ekowisata dikembangkan di zone pemanfaatan !

Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi


Zonasi: pembagian kawasan ke dalam zone-zone pengelolaan
Zone inti : Bagaimana dikelola ?
Zone pemanfaatan : Bagaimana dikelola ?
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI
ZONE PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL
Inventarisasi potensi zone pemanfaatan  Tugas Pemerintah
Membagi zone kedalam petak-petak pemanfaatan/pengusahaan
(satuan izin usaha )  Tugas Pemerintah (minimal deliniasi batas
petak)
Menentukan tujuan manajemen untuk setiap petak  Tugas
Pemerintah
Rencana akses ke setiap petak Tugas Pemerintah (trase jalan)
Menentukan variabel indikator sebagai proksi tujuan manajemen
petak  Tugas Pemerintah / Pemegang Izin Usaha (termuat dalam
rencana usaha)
Menentukan standar bagi indikator pengelolaan petak  Tugas
Pemerintah / Pemegang Izin Usaha (termuat dalam rencana usaha)
Memantau indikator manajemen petak  Tugas Pemerintah /
Pemegang IzinUsaha (termuat dalam rencana usaha)
Membandingkan indikator dengan standar  Tugas Pemerintah/
Pemegang Izin Usaha
Meningkatkan kinerja indikator yang berada di bawah standar 
Tugas Pemegang Izin Usaha
PENGUSAHAAN PARIWISATA
ALAM DI KAWASAN KONSERVASI
“Renungan” atas Permen LHK No. P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
SOP Perizinan Usaha PJWA
Pernyataan komitmen
Persyaratan teknis
Kewajiban Pemegang IUPSWA-HK
SALAM SEHAT,
TETAP SEMANGAT

Anda mungkin juga menyukai