a) Membantu mahasiswa memahami pengertian dan pemahaman tentang hakekat, tugas dan
peranan, perkembangan serta ruang lingkup katekese sehingga memiliki wawasan yang
mendasar dan lengkap dalam pengembangan iman umat.
b) Membantu mahasiswa memahami pengertian, medan tugas ilmu kateketik, obyek formal
dan material ilmu kateketik dan metode penelitian ilmu kateketik serta bidang penelitian ilmu
kateketik.
c) Membantu mahasiswa sebagai calon petugas pastoral agar mampu memahami
perkembangan, pendekatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi katekese sehingga
memiliki pengetahuanyang lengkap dan mendasar sehingga mampu menjalankan kegiatan
katekese di tengah umat.
4. Standar Kompetensi :
5. Kompetensi Matakuliah :
Memahami katekese sebagai ilmu pendidikan hidup beriman dan perkembangannya dari
zaman ke zaman serta komponen-komponennya sebagai upaya untuk memiliki wawasan yang
mendasar dan lengkap sebagai modal dasar usaha pengembangan iman umat.
6. Strategi Perkuliahan :
a) Ceramah dan tanya jawab
b) Diskusi kelompok
c) Presentasi
d) Sumbang saran
e) Simulasi
f) Penugasan secara kelompok untuk melakukan penelusuran dan presentasi terhadap
konsep/gambaran dan praktek katekese dalam komunitas Basis Gerejawi.
g) Penugasan secara individual untuk membuat porto folio.
7. Materi Pokok :
I. Hakekat Katekese
II. Ilmu Kateketik
III. Tugas dan Peranan Katekese
IV. Perkembangan Katekese dari Masa ke Masa
V. Ruang Lingkup Katekese
VI. Pendekatan Kakese
VII. Perencanaan Katekese
VIII. Pelaksanaan Katekese
IX. Evaluasi Katekese
8. Prasyarat : -
9. Referensi :
1. A.P. BUDIYONO HD, Katekese, Pusat Pembinaan Katekis Vikep Surakarta, Maret 1981.
2. DRS. Yakob Papo, Memahami Katekese, Nusa Indah 1987
3. MARIANUS TARUMBANA, OFMCAP, Ilmu kateketik , Fakultas Filsafat, Unika S. Thomas,
Sinaksak Pematang Siantar 1997
4. PAUS YOHANES PAULUS II, Berkatekese suatu ajakan apostolik, Bagian Dokumentasi
Penerangan MAWI dengan PWI Kateketik, Jakarta 1979.
5. PUSKAT, Sejarah Katekese sampai dengan Konsili Trente dan sesudah konsili Trente
sapai sekarang Yogyakarta
6. Yoh. Paulus II, ChateChesi Tradendae (Penyelengaraan katekese).
10. Penilaian :
a. Hasil Evaluasi:
Hasil evaluasi merupakan komulatif dari jumlah kehadiran, penyelesaian tugas kelompok,
tugas individual, Ujian Tengah dan Ujian Akhir Semester, dengan bobot:
1) tugas 50-60 % (kehadiran: 10%, individual: 10%, kelompok I: 10%, kelompok II:
10%, Tugas Akhir 10%, Praktikum:10%)
2) Ujian 40-50 % (UTS 15-20 % dan UAS 25-30 %).
3) Kehadiran minimal 80% dari jumlah pelaksanaan pembelajaran. Kehadiran kurang
dari 80% tidak diperkenankan untuk mengikuti ujian akhir semester dan tidak
mendapat nilai akhir.
b. Soal Ujian:
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-
batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari
batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel, dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Kriteria Kemampuan Menulis essay
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Kurang 21 – 40
sangat kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
Slide power point yang disajikan oleh mahasiswa harus memenuhi beberapa
kriteria yakni (1) kesesuaian dengan materi, (2) pesan singkat, padat dan
jelas; (3) pesan udah untuk dibaca (terlihat);
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Kesesuaian Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
dengan materi
2 Pesan singkat, Slide berisi Slide berisi Slide terlalu
padat, dan
poin-poin poin-poin panjang dan
jelas
singkat singkat, susah untuk
dengan namun dimengerti
informasi informasi
yang padat kurang jelas
serta jelas
d. Bentuk Luaran:
Tugas ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-
batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari
batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 8 halaman dengan ukuran kertas A4, diketik
dengan type dan besaran huruf times new roman.
(60 –
Skor (≥80) (70 – 79) (50 – 59) (≤49)
69)
Present
asi
mempu
Cukup Tidak ada
Presentasi Presentasi nyai
fokus, organisas
terorganisasi terorganisasi fokus
namun i yang
dengan dengan baik dan
bukti jelas.
menyajikan dan menyaji
kurang Fakta
fakta yang menyajikan kan
mencuku tidak 40
Organisasi didukung fakta yang beberap
pi untuk digunaka
oleh contoh menyakinkan a bukti %
digunaka n untuk
yang telah untuk yang
n untuk menduku
dianalisis mendukung menduk
menarik ng
sesuai kesimpulan- ung
kesimpul pernyata
konsep kesimpulan kesimpu
an. an.
(9-10) (6-8) lan-
(3-2). (0-1)
kesimpu
lan.
(4-5).
Isi
secara
umum
akurat,
tetapi
tidak
lengkap.
Isinya Isinya
Para
kurang tidak
penden
akurat, akurat
Isi akurat gar bisa
karena atau
dan lengkap. mempel
Isi mampu tidak ada terlalu
Para ajari
menggugah data umum.
pendengar beberap
pendengar faktual, Pendeng 60
Isi menambah a fakta
untuk tidak ar tidak
wawasan yang %
mengemban menamb belajar
baru tentang tersirat,
gkan pikiran ah apapun
topik tetapi
(14-15 pemaha atau
tersebut. mereka
man kadang
(10-13) tidak
pendeng menyesat
menam
ar. kan.
bah
(3-5) (0-3)
wawasa
n baru
tentang
topik
tersebut
.
(6-9).
Skor Total
c. Rubrik Penilaian Power point
Slide powerpoint yang disajikan oleh mahasiswa harus memenuhi beberapa kriteria
yakni (1) kesesuaian dengan materi, (2) pesan singkat, padat dan jelas; (3) pesan
udah untuk dibaca (terlihat);
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Kesesuaian dengan materi Sesuai Kurang Tidak sesuai
sesuai
2 Pesan singkat, padat, Slide berisi Slide berisi Slide terlalu
dan jelas
poin-poin poin-poin panjang dan
singkat singkat, susah untuk
dengan namun dimengerti
informasi informasi
yang padat kurang jelas
serta jelas
. 5 4 3 2 1
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin
: batas-batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3
cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5
spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan portofolio minimum 9 halaman dengan ukuran kertas A4,
diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kurang Kelengkapan materi, tingkat
pemahaman, pengembangan pikiran dan Kurang 21 – 40
kerapian sajian kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-
batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari
batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan tidak baku dan tidak
baku. baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang belakang belakang
sesuai dengan kurang tidak sesuai
topik yang sesuai dengan
dibahas dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan karena tidak tujuan
penulisan dan sesuai penulisan
data dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu lewat 1 hari setelah
atau sebelum setelah lewat 2 atau
batas waktu. batas waktu. lebih
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin :
batas-batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3
cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah
1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan portofolio minimum 7 halaman dengan ukuran kertas A4, diketik
dengan type dan besaran huruf times new roman.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas
pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas
atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan tidak baku dan tidak
baku. baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang belakang belakang
sesuai dengan kurang tidak sesuai
topik yang sesuai dengan
dibahas dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan karena tidak tujuan
penulisan dan sesuai penulisan
data dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu lewat 1 hari setelah
atau sebelum setelah lewat 2 atau
batas waktu. batas waktu. lebih
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas
pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas
atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
. 5 4 3 2 1
(f)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan
oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di
Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan
margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi
kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara
baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun
gambar, dan daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis
dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya
simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak
antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan
dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri
dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9 halaman dengan
ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas
pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas
atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas
pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas
atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan tidak baku dan tidak
baku. baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang belakang belakang
sesuai dengan kurang tidak sesuai
topik yang sesuai dengan
dibahas dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan karena tidak tujuan
penulisan dan sesuai penulisan
data dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu lewat 1 hari setelah
atau sebelum setelah lewat 2 atau
batas waktu. batas waktu. lebih
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan
oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di
Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan
margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi
kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara
baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun
gambar, dan daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis
dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya
simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak
antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan
dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri
dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9 halaman dengan
ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas
pengetikan pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas
atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar,
tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah
halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung,
tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil
penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint.
Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan tidak baku dan tidak
baku. baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang belakang belakang
sesuai dengan kurang tidak sesuai
topik yang sesuai dengan
dibahas dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan karena tidak tujuan
penulisan dan sesuai penulisan
data dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu lewat 1 hari setelah
atau sebelum setelah lewat 2 atau
batas waktu. batas waktu. lebih
Mengetahui,
Ketua Program Studi
SKS : 2 SKS
Deskripsi Matakuliah :
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II
menegaskan: Katakese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada
umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para
pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Pentingnya katekese dalam pembinaan
iman, maka dalam bab I kuliah ini membahas tentang pengertian, bentuk, peristihan dan
tugas utama katekese. Selain memahami katekese sebagai praksis bina iman petugas
pastoral perlu memahami ilmunya yaitu ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman
(kateketik). Selanjutnya bab II, membahas tentang definisi, medan tugas ilmu kateketik,
dan keterkaitan ilmu kateketik dengan ilmu lain serta bidang penelitian ilmu kateketik.
Selain praksis bina iman dan ilmu kateketik selanjutnya bab III membahas
tentang tugas dan peranan katekese yang harus disoroti dari 3 aspek dasar yang saling
berkaitan yaitu : katekese memberikan sabda Allah; katekese mendidik untuk beriman;
katekese mengembangkan Gereja.
Katekese yang mengembangkan gereja tersebut, senantiasa berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman dan perkembangan gereja. Pada setiap massa pokok
penekanan pada katekese berbeda karena harus disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan terhadap iman umat sehingga berbuah nyata dan berdaya guna bagi
kehidupan konkret umat.
Katekese yang berbuah nyata dan berdaya guna tersebut adalah katekese yang
sesuai dengan ruang lingkup kehidupan umat. Demi terwujudnya katekese yang efektif
dan evisien tersebut, petugas pastoral dibekali dengan pemahaman sejarah katekese.
Pemahaman sejarah katekese adalah penting agar dari kenyataan sejarah itu petugas
pastoral dapat mempelajari cara berkatekese yang baik, sehingga mereka dapat melayani
umat dengan berhasil. Maka dalam bab IV membahas secara khusus tentang
perkembangan katekese dari masa ke masa.
Petugas pastoral dalam menjalankan tugasnya, selain dibekali dengan
pengertian dan pemahaman yang benar dan legitim tentang perkembangan katekese,
mereka juga perlu dibekali dengan pemahaman tentang ruang lingkup katekese. Ruang
lingkup katekese adalah luasnya subyek yang tercakup dalam bidang katekese seperti:
keluarga, sekolah, paroki dalam bab V.
Pemahaman akan ruang lingkup katekese tersebut di atas, sangat penting
supaya dalam berkatekese harus sesuai dengan lingkup kehidupan umat. Supaya
katekese berbuah nyata dalam kehidupan umat, maka salah satu faktor yang
menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan katekese ialah pendekatan. Pendekatan
ialah: pola dasar bagaimana menyampaikan pewartaan kristiani, sehingga orang lebih
menghayati imannya. Ada beberapa jenis pendekatan/pola dasar yang dikenal umum
dalam karya katekese yakni: pendekatan biblis, pendekatan antropologis, pendekatan
masalah, pendekatan peristiwa, dan pendekatan alam.
Yang dipapar uraian di atas adalah pendekatan-pendekatan yang dikenal umum.
Dapat diketengahkan pelbagai macam pendekatan lagi, sesuai dengan kebutuhan
kelompok katekese, sesuai dengan perkembangan zaman dan suasana lingkungan
setempat. Namun segala macam pendekatan memiliki tiga langkah dasar yang senatiasa
harus diperhatikan. Tiga langkah dasar itu ialah: 1) Mendalami pengalaman manusia
berkenaan dengan nilai diri, peristiwa, masalah dan arti alam semesta; 2) Mendalami
pengalaman iman kitab suci dan iman tradisi Gereja; 3) Mencari arti baru untuk hidup
dengan menghubungkan pengalaman manusia dengan pengalaman iman dalam kitab
suci dan dalam tradisi Gereja, dibahas secara khusus dalam bab VI.
Selain pemahaman tentang pendekatan-pendekatan dalam dalam katekese,
petugas pastoral juga perlu memiliki keterampilan tentang perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi katekse yang dibahas secara khusus dalam bab VII, VIII, dan IX.
PETA KOMPETENSI
PENGANTAR KATEKETIK
KOMPETENSI UMUM
Setelah mempelajari mata kuliah Pengantar Kateketik mahasiswa mampu
memahami katekese sebagai ilmu pendidikan hidup beriman dan
perkembangannya dari zaman ke zaman serta komponen-komponennya sebagai
upaya untuk memiliki wawasan yang mendasar dan lengkap sebagai modal
dasar usaha pengembangan iman umat.
9
Mahasiswa mampu menjelaskan Evaluasi katekese umat
8
Mahasiswa mampu menjelaskan Pelaksanaan Katekese
7
Mahasiswa mampu menjelaskan Perencanaan Katekese
6
Mahasiswa mampu menjelaskan Pendekatan Kakese
5
Mahasiswa mampu menjelaskan Ruang Lingkup Katekese
4
Mahasiswa mampu menjelaskan Perkembangan Katekese dari
Masa ke Masa
3
Mahasiswa mampu menjelaskan tugas dan peranan katekese
2
Mahasiswa mampu menjelaskan Ilmu Kateketik
1
Mahasiswa mampu menjelaskan Hakekat Katekese
Kompetensi Mata Kuliah: Setelah mempelajari mata kuliah Pengantar Kateketik mahasiswa mampu memahami katekese
sebagai ilmu pendidikan hidup beriman dan perkembangannya dari zaman ke zaman serta komponen-
komponennya sebagai upaya untuk memiliki wawasan yang mendasar dan lengkap sebagai modal
dasar usaha pengembangan iman umat.
Bobot Estimasi
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Bentuk Pembelajaran Indikator Asesmen
Nilai waktu
Mahasiswa mampu a. Hakekat Katekese 1.1. Pengertian Katakese Ceramah, Tanya 1. Mampu menjelaskan Pengertian Kriteria penilaian 15 1 – 3 kali
1.2. Katekese Dalam Tugas jawab, diskusi, Katakese berdasarkan rubrik pertemuan
menjelaskan hakekat
Pastoral Gereja presentasi, tugas 2. Mampu menjelaskan Katekese penilaian :
katekese 1.2.1. Pewartaan atau katekese Dalam Tugas Pastoral Gereja kemampuan menulis
1.2.2. Ibadat atau Liturgi 3. Mampu menjelaskan bentuk
1.2.3. Bimbingan khusus atau katakese essay, penilaian
phoimenik 4. Mampu menjelaskan beberapa tugas makala/paper,
1.2.4. Perwujudan iman dalam peristilahan penilaian presentasi
masyarakat atau diakonia 5. Mampu menjelaskan tugas utama lisan, penilaian
1.2.5. Pembentukan jemaat atau katekese power point,
koinonia penilaian etika debat
1.3. Bentuk Katakese
dalam proses
1.3.1. Bentuk Praktis
1.3.2. Bentuk Historis perkuliahan maupun
1.3.3. Bentuk Sistematis presentasi, dan
1.4. Beberapa Peristilahan penilaian keaktifan
1.4.1. Katekismus dalam proses
1.4.2. Katakese perkuliahan maupun
1.4.3. Katekumen presentasi (Diskusi),
1.4.4. Katekumenat
serta penilaian ujian
1.4.5. Katekis
1.4.6. Kateketik tulis subyektis.
1.4.7. Kateket
1.5. Tugas Utama Katekese
1.5.1. Katekese Memberikan Sabda
Allah Mewartakan Kristus
1.5.2. Katekese Mendidik Umat
Beriman
1.5.3. Katekese Mengembangkan
Gereja
Bobot Estimasi
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Bentuk Pembelajaran Indikator Asesmen
Nilai waktu
Mahasiswa mampu 2. Ilmu Kateketik. 2.1. Definisi Ilmu Kateketik Ceramah, Tanya 1. Mampu Menjelaskan Definisi Ilmu Kriteria penilaian 15 1 – 3 kali
menjelaskan ilmu 2.1.1. Definisi yang Tidak Lengkap jawab, diskusi, Kateketik. berdasarkan rubrik pertemuan
kateketik 2.1.2. Definisi yang Lebih Memadai. presentasi tugas, 2. Mampu Menjelaskan Medan penilaian :
2.2. Medan Tugas Ilmu Kateketik Tugas Ilmu Kateketik.
kemampuan menulis
2.2.1. Ilmu Kateketik membahas 3. Mampu Menjelaskan Keterkaitan
seluruh permasalahan yang Kateketik dan Ilmu-ilmu Lain. essay, penilaian
berhubunagn dengan inisiasi 4. Mampu Menjelaskan Obyek tugas makala/paper,
Kristen. Formal dan Material Ilmu penilaian presentasi
2.2.2. Ilmu Kateketik menyusup ke Kateketik. lisan, penilaian
semua tempat di mana 5. Mampu Menjelaskan Metode power point,
pewartaan iman dan Penelitian Ilmu Kateketik. penilaian etika debat
pendidikan Kristen 6. Mampu Menjelaskan Bidang
dalam proses
dimungkinkan. Kajian Ilmu Kateketik.
2.2.3. Ilmu kateketik memberi perkuliahan maupun
bimbingan dan menunjuk cara presentasi, dan
yang efektif untuk pengajaran penilaian keaktifan
agama di sekolah-sekolah. dalam proses
2.2.4. Ilmu kateketik tidak saja perkuliahan maupun
menangani masalah yang presentasi (Diskusi),
berhubungan dengan
serta penilaian ujian
pengajaran (dogmatis, biblis,
moral, dan liturgis) demi tulis subyektis.
pendewasaan umat beriman,
tetapi juga termasuk tugas
mendidik umat beriman
2.3. Keterkaitan Kateketik dan
Ilmu-ilmu Lain
2.4. Obyek Formal dan Material
Ilmu Kateketik
2.4.1. Mendayagunakan lembaga
ilmiah
2.4.2. Mengkaji teori-teori katekese
2.4.3. Melakukan intervensi
2.5. Metode Penelitian Ilmu
Kateketik
2.5.1. Memanfaatkan ilmu teologi
dan pedagogik.
2.5.2. Metode yang diintegrasi.
2.5.3. Metode yang kurang tepat
2.6. Bidang Kajian Ilmu Kateketik
Mahasiswa mampu 3.1. Katekese Memberitakan Ceramah, Tanya 1. Mampu menjelaskan Katekese Kriteria penilaian 15 1-2 kali
menjelaskan tugas 3. Tugas dan peranan Sabda allah, mewartakan jawab, diskusi, Memberitakan Sabda Allah, berdasarkan rubrik pertemuan
dan peranan katekese katekese Kristus presentasi tugas, mewartakan Kristus. penilaian :
3.1.1. Katekese dan Sabda allah: 2. Mampu menjelaskan Katekese
kemampuan menulis
Masalah yang Dihadapi. mendidik untuk beriman;
Bobot Estimasi
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Bentuk Pembelajaran Indikator Asesmen
Nilai waktu
3.1.2. Dimensi Sabda Allah dan 3. Mampu menjelaskan Katekese essay, penilaian
Konsekuensinya bagi mengembangkan Gereja; tugas makala/paper,
katekese penilaian presentasi
3.2. Katekese Mendidik untuk
lisan, penilaian
Beriman
3.2.1. Mungkinkah Mendidik Iman? power point,
3.2.2. Iman dalam Wajah Baru penilaian etika debat
3.2.3. Katekese dan Iman dalam proses
3.2.4. Konsekuensi dan Aplikasi perkuliahan maupun
dalam Katakese presentasi, dan
3.3. Katekese Mengembangkan penilaian keaktifan
Gereja
dalam proses
3.3.1. Dimensi Gerejawi Katekese:
Memberi Nilai atau perkuliahan maupun
Rintangan? presentasi (Diskusi),
3.3.2. Sabda Allah, Gereja, dan serta penilaian ujian
Katekese tulis subyektis.
3.3.3. Katekese, Pelayanan Sabda
dan Model-model Gereja
3.3.4. Karisma Anggota Gereja
Mahasiswa mampu 4. Perkembangan 4.1. Abad Katekese Pembabtisan Ceramah, Tanya Kriteria penilaian 15 1-2 kali
menjelaskan Katekese dari 4.1.1. Abad 1: Katekese Zaman Para jawab, diskusi, 1. Mampu menjelaskan Abad berdasarkan rubrik pertemuan
perkembangan masa ke masa Rasul dan sesudah Zaman presentasi tugas, Katekese Pembabtisan penilaian :
para rasul /Gereja Purba 2. Mampu menjelaskan Katekese
katekese dari masa ke kemampuan menulis
4.1.2. Abad 2 dan 3: Katekese Dalam Abad Pertengahan
masa Katekumenat 3. Mampu menjelaskan Katekese essay, penilaian
4.1.3. Abad 4 dan 5: Pertobatan Abad XVI / Masa Reformasi tugas makala/paper,
Masal Trente penilaian presentasi
4.1.4. Abad 6: Pembaptisan dan 4. Mampu menjelaskan Katekese lisan, penilaian
Pendidikan Anak-anak Abad Ke XVIII / Katekese Sekolah power point,
4.2. Katekese Dalam Abad 5. Mampu menjelaskan penilaian etika debat
Pertengahan Perkembangan Katekese Tahun
dalam proses
4.2.1. Pelepasan bentuk katekese 1900 / Perkembangan Katekese
lama (katekese formal) Mutakhir perkuliahan maupun
4.2.2. Usaha-usaha baru 6. Mampu menjelaskan presentasi, dan
4.3. Katekese Abad XVI / Masa Perkembangan Katekese di penilaian keaktifan
Reformasi Trente Indonesia dalam proses
4.3.1. Usaha Luther perkuliahan maupun
4.3.2. Usaha Gereja Katolik presentasi (Diskusi),
4.4. Katekese Abad Ke XVIII /
serta penilaian ujian
Katekese Sekolah
4.4.1. Untung rugi adanya tulis subyektis.
pengajaran
4.4.2. Pengembangan lanjut
4.4.3. Sekolah Munich dan Sekolah
Wina
4.4.4. Sekolah “Learning by doing”
Bobot Estimasi
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Bentuk Pembelajaran Indikator Asesmen
Nilai waktu
(Bentuk Sekolah Aktif)
4.5. Perkembangan Katekese
Tahun 1900 / Perkembangan
Katekese Mutakhir
4.5.1. Perkembangan Katekese di
Tanah Perancis
4.5.2. Perkembangan di Amerika
Serikat
4.5.3. Perkembangan di Italia
4.5.4. Gerakan katekese di Inggris
(sejak Konsili Trente)
4.6. Perkembangan Katekese di
Indonesia
4.6.1. Sebelum tahun 1975
4.6.2. Tahun 1975: Kurikulum 1975
4.6.3. Tahun 1977: Kongres
Kateketik I
4.6.4. Tahun 1980: Kongres
Kateketik II
4.6.5. Tahun 1981: Pola Pelajaran
Agama Katolik (POLA PAKK)
4.6.6. Tahun 1984: Kongres
Kateketik III
4.6.7. Kurikulum 1984
Mahasiswa mampu 6. Pendekatan Katekese 6.1. Pengertian Pendekatan Ceramah, Tanya 1. Mampu Menjelaskan Pengertian Kriteria penilaian 5 1 kali
menjelaskan Katekese jawab, diskusi, Pendekatan Katekese berdasarkan rubrik pertemuan
Pendekatan Katekese 6.2. Pendekatan Biblis/Kitab Suci presentasi tugas, 2. Mampu menjelaskan Pendekatan penilaian :
6.3. Pendekatan Biblis/Kitab Suci
kemampuan menulis
Antropologis/Pengalaman 3. Mampu menjelaskan Pendekatan
Manusia Antropologis/Pengalaman essay, penilaian
6.4. Pendekatan Masalah Manusia tugas makala/paper,
6.5. Pendekatan Peristiwa 4. Mampu menjelaskan Pendekatan penilaian presentasi
6.6. Pendekatan Alam Masalah lisan, penilaian
5. Mampu menjelaskan Pendekatan power point,
Peristiwa penilaian etika debat
6. Mampu menjelaskan Pendekatan
dalam proses
Alam
perkuliahan maupun
presentasi, dan
penilaian keaktifan
dalam proses
perkuliahan maupun
presentasi (Diskusi),
serta penilaian ujian
tulis subyektis.
Bobot Estimasi
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Bentuk Pembelajaran Indikator Asesmen
Nilai waktu
Mahasiswa mampu 7. Perencanaan dalam 7.1. Luasnya Perencanaan Ceramah, Tanya 1. Mampu menjelaskan Luasnya Kriteria penilaian 10 1-2 kali
menjelaskan Katekese 7.2. Penangungjawab dalam jawab, diskusi, Perencanaan dalam katekese pertemuan
berdasarkan rubrik
perencanaan dalam Katekese Umat presentasi tugas, 2. Mampu menjelaskan penilaian :
katekese 7.3. Perencanaan Katekese Sekolah Penangungjawab dalam Katekese
kemampuan menulis
7.4. Pengertian Perencanaan Umat
Katekese 3. Mampu menjelaskan essay, penilaian
7.5. Peserta Perencanaan Katekese Sekolah tugas makala/paper,
7.6. Tempat Pertemuan 4. Mampu menjelaskan Pengertian penilaian presentasi
7.7. Waktu Pertemuan Perencanaan Katekese lisan, penilaian
7.8. Tema 5. Mampu menjelaskan Peserta power point,
7.9. Sarana katekese penilaian etika debat
7.10. Tujuan 6. Mampu menjelaskan Tempat
dalam proses
7.11. Metode Pertemuan katekese
7.12. Evaluasi 7. Mampu menjelaskan Waktu perkuliahan maupun
7.13. Langkah-langkah katekese Pertemuan katekese presentasi, dan
8. Mampu menjelaskan tema penilaian keaktifan
katekese dalam proses
9. Mampu menjelaskan sarana perkuliahan maupun
katekese presentasi (Diskusi),
10. Mampu menjelaskan tujuan
serta penilaian ujian
katekese
11. Mampu menjelaskan metode tulis subyektis.
katekese
12. Mampu menjelaskan evaluasi
katekese
13. Mampu menjelaskan Langkah-
langkah katekese
Mahasiswa mampu 8.1. Tempat katekese Ceramah, Tanya 1. Mampu menjelaskan Tempat Kriteria penilaian 10 1 kali
menjelaskan 8. Pelaksanaan Katekese 8.2. Pelaksana Katekese pada jawab, diskusi, katekese! berdasarkan rubrik pertemuan
pelaksanaan katekese umumnya presentasi tugas, 2. Mampu menjelaskan Pelaksana penilaian :
8.3. Peserta katekese Katekese pada umumnya!
kemampuan menulis
8.4. Cara berkatekese 3. Mampu menjelaskan Peserta
katekese! essay, penilaian
4. Mampu menjelaskan Cara tugas makala/paper,
berkatekese! penilaian presentasi
Bobot Estimasi
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Bentuk Pembelajaran Indikator Asesmen
Nilai waktu
lisan, penilaian
power point,
penilaian etika debat
dalam proses
perkuliahan maupun
presentasi, dan
penilaian keaktifan
dalam proses
perkuliahan maupun
presentasi (Diskusi),
serta penilaian ujian
tulis subyektis.
Mahasiswa mampu 9. Evaluasi dalam 9.1. Pengertian Evaluasi 1. Mampu menjelaskan Pengertian Kriteria penilaian 10
menjelaskan evaluasi katekese 9.2. Bahan Evaluasi Evaluasi berdasarkan rubrik 1 kali
dalam katekese 9.3. Pelaksana Evaluasi 2. Mampu menjelaskan Bahan penilaian : pertemuan
9.4. Waktu Evaluasi Evaluasi
kemampuan menulis
9.5. Kegiatan Evaluasi 3. Mampu menjelaskan Pelaksana
9.6. Cara Mengevaluasi Evaluasi essay, penilaian
4. Mampu menjelaskan Waktu tugas makala/paper,
Evaluasi penilaian presentasi
5. Mampu menjelaskan Kegiatan lisan, penilaian
Evaluasi power point,
6. Mampu menjelaskan Cara penilaian etika debat
Mengevaluasi
dalam proses
perkuliahan maupun
presentasi, dan
penilaian keaktifan
dalam proses
perkuliahan maupun
presentasi (Diskusi),
serta penilaian ujian
tulis subyektis.
Sumber Wajib:
1. A.P. BUDIYONO HD, Katekese, Pusat Pembinaan Katekis Vikep Surakarta, Maret 1981.
3. MARIANUS TARUMBANA, OFMCAP, Ilmu kateketik , Fakultas Filsafat, Unika S. Thomas, Sinaksak Pematang
Siantar 1997
4. PAUS YOHANES PAULUS II, Berkatekese suatu ajakan apostolik, Bagian Dokumentasi Penerangan MAWI
dengan PWI Kateketik, Jakarta 1979.
5. PUSKAT, Sejarah Katekese sampai dengan Konsili Trente dan sesudah konsili Trente sapai sekarang Yogyakarta
(2)
(1) (3) (4) (5) (6)
KEMAMPUAN
MINGGU BAHAN KAJIAN BENTUK KRITERIA (Indikator) BOBOT
AKHIR YANG
KE (Materi Ajar) PEMBELAJARAN PENILAIAN (%)
DIHARAPKAN
(2)
(1) (3) (4) (5) (6)
KEMAMPUAN
MINGGU BAHAN KAJIAN BENTUK KRITERIA (Indikator) BOBOT
AKHIR YANG
KE (Materi Ajar) PEMBELAJARAN PENILAIAN (%)
DIHARAPKAN
1-3 1. Mahasiswa 1. Hakekat Katekese Ceramah, Tanya jawab, Kriteria penilaian 15
mampu
diskusi, presentasi, tugas. berdasarkan rubrik
menjelaskan
hakekat penilaian : kemampuan
katekese
menulis essay, penilaian
tugas makala/paper,
penilaian presentasi lisan,
penilaian power point,
penilaian etika debat
dalam proses perkuliahan
maupun presentasi, dan
penilaian keaktifan dalam
proses perkuliahan
maupun presentasi
(Diskusi), serta penilaian
ujian tulis subyektis.
Evaluasi Akhir Semester : melakukan validasi penilaian akhir dan menentukan kelulusan mahasiswa
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KEGIATAN PENGAJARAN :
KEGIATAN PENGAJARAN :
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MEDIA DAN ALAT
PENGAJARAN MAHASISWA PENGAJARAN
Pendahuluan 1. Mengajak Mendengarkan, Sylabus Mata
mahasiswa memperhatikan, Kuliah, Kontrak
berdoa dan bertanya dan Mata Kuliah, LCD,
menunjuk salah mencatat White-board dan
satu mahasiswa spidol, copy materi
untuk memimpin kuliah, Rencana
doa. Pembelajaran,
2. Menjelaskan Rancangan tugas.
ruang lingkup
materi dalam
pertemuan.
3. Menjelaskan
Tujuan
Instruksional
Umum, Tujuan
Instruksional
Khusus dari
pokok bahasan
perkembangan
katekese dari
masa ke masa.
Penyajian 1. Meminta Menjawab, Sylabus Mata
tanggapan mendengarkan, Kuliah, Kontrak
mahasiswa memperhatikan, Mata Kuliah, LCD,
bertanya dan White-board dan
tentang abad
mencatat spidol, copy materi
katekese kuliah, Rencana
pembabtisan Pembelajaran,
Rancangan tugas.
2. Menjelaskan
tentang abad
katekese
pembabtisan
3. Meminta
tanggapan
mahasiswa
tentang katekese
dalam abad
prtengahan
4. Menjelaskan
tentang katekese
dalam abad
pertengahan
5. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang katekese
abad XVI/ masa
reformasi trente
6. Menjelaskan
tentang katekese
abad XVI/ Masa
reformasi Trente
7. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang katekese
abad ke XVIII/
Katekese
Sekolah
8. Menjelaskan
tentang katekese
abad ke XVIII/
Katekese
Sekolah
9. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
perkembangan
katekese tahun
1900/ katekese
mutakhir
10. Menjelaskan
tentang
perkembangan
katekese tahun
1900/ Katekese
Mutakhir.
11. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
perkembangan
katekese di
Indonesia
12. Menjelaskan
tentang
perkembangan
katekese di
Indonesia.
Penutup 1. Mengakhiri Memberi komentar
pokok bahasan.
2. Me-review /
menyimpulkan
materi
3. Memberikan
gambaran materi
kuliah pertemuan
berikutnya.
4. Mengajak
mahasiswa
berdoa menutup
pertemuan
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KEGIATAN PENGAJARAN :
KEGIATAN PENGAJARAN :
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MEDIA DAN ALAT
PENGAJARAN MAHASISWA PENGAJARAN
Pendahuluan 1. Mengajak Mendengarkan, Sylabus Mata
mahasiswa memperhatikan, Kuliah, Kontrak
berdoa dan bertanya dan Mata Kuliah, LCD,
menunjuk salah mencatat White-board dan
satu mahasiswa spidol, copy materi
untuk memimpin kuliah, Rencana
doa. Pembelajaran,
2. Menjelaskan Rancangan tugas.
ruang lingkup
materi dalam
pertemuan.
3. Menjelaskan
Tujuan
Instruksional
Umum, Tujuan
Instruksional
Khusus dari
pokok bahasan
pendekatan
katekese.
Penyajian 1. Meminta Menjawab, Sylabus Mata
tanggapan mendengarkan, Kuliah, Kontrak
mahasiswa memperhatikan, Mata Kuliah, LCD,
bertanya dan White-board dan
tentang
mencatat spidol, copy materi
pengertian kuliah, Rencana
pendekatan Pembelajaran,
katekese Rancangan tugas.
2. Menjelaskan
tentang
pengertian
pendekatan
katekese
3. Meminta
tanggapan
mahasiswa
tentang
pendekatan
biblis/
pendekatan
Kitab Suci
4. Menjelaskan
tentang
pendekatan
Biblis/
Pendekatan
Kitab Suci.
5. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
pendekatan
antropologis/
pengalaman
manusia
6. Menjelaskan
tentang
pendekatan
antropologis/
pengalaman
manusia
7. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
pendekatan
masalah
8. Menjelaskan
tentang
pendekatan
masalah
9. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
pendekatan
peristiwa
10. Menjelaskan
tentang
pendekatan
peristiwa
11. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
pendekatan alam
12. Menjelaskan
tentang
pendekatan
alam.
Penutup 1. Mengakhiri Memberi komentar
pokok bahasan.
2. Me-review /
menyimpulkan
materi
3. Memberikan
gambaran materi
kuliah pertemuan
berikutnya.
4. Mengajak
mahasiswa
berdoa menutup
pertemuan
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KEGIATAN PENGAJARAN :
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MEDIA DAN ALAT
PENGAJARAN MAHASISWA PENGAJARAN
Pendahuluan 1. Mengajak Mendengarkan, Sylabus Mata
mahasiswa memperhatikan, Kuliah, Kontrak
berdoa dan bertanya dan Mata Kuliah, LCD,
menunjuk salah mencatat White-board dan
satu mahasiswa spidol, copy materi
untuk memimpin kuliah, Rencana
doa. Pembelajaran,
2. Menjelaskan Rancangan tugas.
ruang lingkup
materi dalam
pertemuan.
3. Menjelaskan
Tujuan
Instruksional
Umum, Tujuan
Instruksional
Khusus dari
pokok bahasan
perencanaan
dalam katekese.
Penyajian 1. Meminta Menjawab, Sylabus Mata
tanggapan mendengarkan, Kuliah, Kontrak
mahasiswa memperhatikan, Mata Kuliah, LCD,
bertanya dan White-board dan
tentang luasnya
mencatat spidol, copy materi
perencanaan kuliah, Rencana
katekese Pembelajaran,
Rancangan tugas.
2. Menjelaskan
tentang luasnya
perencanaan
katekese
3. Meminta
tanggapan
mahasiswa
tentang
penanggungjawa
b dalam
katekese umat
4. Menjelaskan
tentang
penanggungjawa
b dalam
katekese umat
5. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
perencanaan
katekese
sekolah
6. Menjelaskan
tentang
perencanaan
katekese
sekolah
7. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
pengertian
perencanaan
katekese.
8. Menjelaskan
tentang
pengertian
perencanaan
katekese.
9. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang peserta
katekese
10. Menjelaskan
tentang peserta
katekese.
11. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang tempat
pertemuan
katekese
12. Menjelaskan
tentang tempat
pertemuan
katekese.
13. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang waktu
pertemuan
katekese
14. Menjelaskan
tentang waktu
pertemuan
katekese.
15. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang tema
katekese
16. Menjelaskan
tentang tema
katekese
17. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang sarana
katekese
18. Menjelaskan
tentang sarana
katekese
19. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang tujuan
katekese.
20. Menjelaskan
tentang tujuan
katekese.
21. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang metode
katekese
22. Menjelaskan
tentang metode
katekese
23. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang evaluasi
katekese.
24. Menjelaskan
tentang evaluasi
katekese.
25. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang langkah-
langkah
katekese
26. Menjelaskan
tentang langkah-
langkah
katekese.
Penutup 1. Mengakhiri Memberi komentar
pokok bahasan.
2. Me-review /
menyimpulkan
materi
3. Memberikan
gambaran materi
kuliah pertemuan
berikutnya.
4. Mengajak
mahasiswa
berdoa menutup
pertemuan
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KEGIATAN PENGAJARAN :
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MEDIA DAN ALAT
PENGAJARAN MAHASISWA PENGAJARAN
Pendahuluan 1. Mengajak Mendengarkan, Sylabus Mata
mahasiswa memperhatikan, Kuliah, Kontrak
berdoa dan bertanya dan Mata Kuliah, LCD,
menunjuk salah mencatat White-board dan
satu mahasiswa spidol, copy materi
untuk memimpin kuliah, Rencana
doa. Pembelajaran,
2. Menjelaskan Rancangan tugas.
ruang lingkup
materi dalam
pertemuan.
3. Menjelaskan
Tujuan
Instruksional
Umum, Tujuan
Instruksional
Khusus dari
pokok bahasan
pelaksanaan
katekese.
Penyajian 1. Meminta Menjawab, Sylabus Mata
tanggapan mendengarkan, Kuliah, Kontrak
mahasiswa memperhatikan, Mata Kuliah, LCD,
bertanya dan White-board dan
tentang abad
mencatat spidol, copy materi
tempat kuliah, Rencana
berkatekese. Pembelajaran,
Rancangan tugas.
2. Menjelaskan
tentang tempat
berkatekese
3. Meminta
tanggapan
mahasiswa
tentang
pelaksana
katekese pada
umumnya
4. Menjelaskan
tentang
pelaksana
katekese pada
umumnya.
5. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang peserta
katekese
6. Menjelaskan
tentang peserta
katekese.
7. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang cara
berkatekese.
8. Menjelaskan
tentang cara
berkatekese.
KEGIATAN PENGAJARAN :
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MEDIA DAN ALAT
PENGAJARAN MAHASISWA PENGAJARAN
Pendahuluan 1. Mengajak Mendengarkan, Sylabus Mata
mahasiswa memperhatikan, Kuliah, Kontrak
berdoa dan bertanya dan Mata Kuliah, LCD,
menunjuk salah mencatat White-board dan
satu mahasiswa spidol, copy materi
untuk memimpin kuliah, Rencana
doa. Pembelajaran,
2. Menjelaskan Rancangan tugas.
ruang lingkup
materi dalam
pertemuan.
3. Menjelaskan
Tujuan
Instruksional
Umum, Tujuan
Instruksional
Khusus dari
pokok bahasan
evaluasi dalam
katekese.
Penyajian 1. Meminta Menjawab, Sylabus Mata
tanggapan mendengarkan, Kuliah, Kontrak
mahasiswa memperhatikan, Mata Kuliah, LCD,
bertanya dan White-board dan
tentang
mencatat spidol, copy materi
pengertian kuliah, Rencana
evaluasi Pembelajaran,
Rancangan tugas.
2. Menjelaskan
tentang
pengertian
evaluasi
3. Meminta
tanggapan
mahasiswa
tentang bahan
evaluasi
4. Menjelaskan
tentang bahan
evaluasi
5. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang
pelaksana
evaluasi
6. Menjelaskan
tentang
pelaksana
evaluasi
7. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang waktu
evaluasi
8. Menjelaskan
tentang waktu
evaluasi
9. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang kegiatan
evaluasi
10. Menjelaskan
tentang kegiatan
evaluasi.
11. Menanyakan
pemahaman
mahasiswa
tentang cara
mengevaluasi
12. Menjelaskan
tentang cara
mengevaluasi
Penutup 1. Mengakhiri Memberi komentar
pokok bahasan.
2. Me-review /
menyimpulkan
materi
3. Memberikan
gambaran materi
kuliah pertemuan
berikutnya.
4. Mengajak
mahasiswa
berdoa menutup
pertemuan
Mengetahui,
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi
Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI
Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah
: dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel, dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman, dan sajian
dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Kriteria Kemampuan Menulis essay
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Kurang 21 – 40
sangat kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
Presentas
i
terorganis Tidak
Presentasi Cukup
Presentasi asi ada
mempunya fokus,
terorganisasi dengan organisa
i fokus dan namun
dengan baik dan si yang
menyajikan bukti
menyajikan menyajika jelas.
beberapa kurang
fakta yang n fakta Fakta
Organis bukti yang mencuku 40
didukung yang tidak
mendukun pi untuk
asi oleh contoh menyakin digunak %
g digunaka
yang telah kan untuk an untuk
kesimpulan n untuk
dianalisis menduku menduk
- menarik
sesuai ng ung
kesimpulan kesimpul
konsep kesimpula pernyata
. an.
(9-10) n- an.
(4-5). (3-2).
kesimpula (0-1)
n
(6-8)
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
Slide power point yang disajikan oleh mahasiswa harus memenuhi beberapa kriteria yakni (1) kesesuaian
dengan materi, (2) pesan singkat, padat dan jelas; (3) pesan udah untuk dibaca (terlihat);
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Kesesuaian Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
dengan materi
2 Pesan singkat, Slide berisi Slide berisi Slide terlalu
padat, dan jelas
poin-poin poin-poin panjang dan susah
singkat singkat, untuk dimengerti
dengan namun
informasi informasi
yang padat kurang jelas
serta jelas
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 8 halaman dengan ukuran kertas A4,
diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS ESSAY
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP
“IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah : dari
tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5
spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang menggunakan 1
spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di
tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi.
Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan
tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 10 halaman termasuk skema, tabel dan gambar, dengan ukuran
kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format
power point. Slide presentasi power point, minimum 5 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Essay:
Indikator Grade Skor
Tidak ada ide yang jelas untuk menyelesaikan
Sangat Kurang <20
masalah
Ada ide yang dikemukakan namun kurang
Kurang 21 – 40
sesuai dengan permasalahan
Ide yang dikemukakan jelas dan sesuai, namun
Cukup 41 – 60
kurang inovatif
Ide yang dikemukakan jelas, mampu
menyelesaikan masalah, inovatif, namun Baik 61 – 80
cakupan tidak terlalu luas
Ide yang dikemukakan jelas, inovatif, mampu
menyelesaikan masalah dengan cakupannya Sangat Baik >81
luas
(60 –
Skor (≥80) (70 – 79) (50 – 59) (≤49)
69)
Present
asi
mempu Cukup Tidak ada
Presentasi Presentasi
nyai fokus, organisas
terorganisasi terorganisasi
fokus namun i yang
dengan dengan baik
dan bukti jelas.
menyajikan dan
menyaji kurang Fakta
fakta yang menyajikan
kan mencuku tidak 40
Organisasi didukung fakta yang
beberap pi untuk digunaka
oleh contoh menyakinkan %
a bukti digunaka n untuk
yang telah untuk
yang n untuk menduku
dianalisis mendukung
menduk menarik ng
sesuai kesimpulan-
ung kesimpul pernyata
konsep kesimpulan
kesimpu an. an.
(9-10) (6-8)
lan- (3-2). (0-1)
kesimpu
lan.
(4-5).
Isi
secara
umum
akurat,
tetapi
tidak
lengkap.
Isinya Isinya
Para
kurang tidak
penden
akurat, akurat
Isi akurat gar bisa
karena atau
dan lengkap. mempel
Isi mampu tidak ada terlalu
Para ajari
menggugah data umum.
pendengar beberap
pendengar faktual, Pendeng 60
Isi menambah a fakta
untuk tidak ar tidak
wawasan yang %
mengemban menamb belajar
baru tentang tersirat,
gkan pikiran ah apapun
topik tetapi
(14-15 pemaha atau
tersebut. mereka
man kadang
(10-13) tidak
pendeng menyesat
menam
ar. kan.
bah
(3-5) (0-3)
wawasa
n baru
tentang
topik
tersebut
.
(6-9).
Skor Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah
: dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel, dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman, dan sajian
dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
2 1
3
Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
1
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
2
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
3
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
4
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
5
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
Referensi Referensi yang Referensi Referensi
6
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
7
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Presentas Tidak
Presentasi Cukup
Presentasi i ada
mempunya fokus,
terorganisasi terorganis organisa
i fokus dan namun
dengan asi si yang
menyajikan bukti
menyajikan dengan jelas.
beberapa kurang
fakta yang baik dan Fakta
Organis bukti yang mencuku 40
didukung menyajika tidak
mendukun pi untuk
asi oleh contoh n fakta digunak %
g digunaka
yang telah yang an untuk
kesimpulan n untuk
dianalisis menyakin menduk
- menarik
sesuai kan untuk ung
kesimpulan kesimpul
konsep menduku pernyata
. an.
(9-10) ng an.
(4-5). (3-2).
kesimpula (0-1)
n-
kesimpula
n
(6-8)
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada
kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak
antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa
sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis
bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9 halaman dengan
ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kurang Kelengkapan materi, tingkat Kurang 21 – 40
pemahaman, pengembangan pikiran dan
kerapian sajian kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 7 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 10 halaman dengan ukuran kertas A4,
diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Essay
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kurang Kelengkapan materi, tingkat Kurang 21 – 40
pemahaman, pengembangan pikiran dan
kerapian sajian kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara
baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka
yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa
sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis
bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman
termasuk skema, tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point,
minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
6. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
10. Rubrik Penilaian Keaktifan Dalam Proses Perkuliahan maupun Presentasi (Diskusi)
No. Aspek Skor dan Kriteria
5 4 3 2 1
1 Aktif dalam Bertanya Bertanya Bertanya Bertanya Tidak pernah
menyatakan dan/atau dan/atau dan/atau dan/atau bertanya atau
pendapat memberi memberi memberi memberi menjawab
jawaban jawaban tiga kali jawaban jawaban
empat kali dua kali satu kali
atau lebih
2 Sikap Uraian jelas Uraiannya jelas Uraian Uraian Menggunakan
dalam dengan dan dengan kurang tidak jelas nada suara
menyatakan bahasa bahasa jelas dengan tinggi, mimic
pendapat indoneia baku Indonesia baku dengan bahasa dan/atau
dan lugas tetapi kurang bahasa Indonesia gesture yang
kelas Indonesia tidak tidak sopan
tidak baku
baku
3 Cakupan Relevan Bertanya Bertanya Bertanya Bertanya
materi dengan materi, relevan dan tetapi tetapi tidak
pertanyaan sesuai materinya, relevan kurang relevan
perkembangan menghubungkan materinya relevan materinya
terkini dan dengan materinya
menyebutkan perkembangan
satu contoh terkini
publikasi yang
relevan
4 Jawaban Menjawab Menjawab jelas, Menawab Menjawab Menjawab
atas tepat, tepat dan jelas dan tetapi tetapi tidak
pertanyaan sistematis, sistematis tepat tidak tepat.
sintesis dan tuntas
analisisnya
jelas.
RANCANGAN TUGAS MANDIRI MAHASISWA 5 (RTMM 5)
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada
kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak
antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa
sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis
bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 7 halaman dengan
ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
Aspek Skor dan Kriteria
No.
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasinamun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Presentas Tidak
Presentasi Cukup
Presentasi i ada
mempunya fokus,
terorganisasi terorganis organisa
i fokus dan namun
dengan asi si yang
menyajikan bukti
menyajikan dengan jelas.
beberapa kurang
fakta yang baik dan Fakta
Organis bukti yang mencuku 40
didukung menyajika tidak
mendukun pi untuk
asi oleh contoh n fakta digunak %
g digunaka
yang telah yang an untuk
kesimpulan n untuk
dianalisis menyakin menduk
- menarik
sesuai kan untuk ung
kesimpulan kesimpul
konsep menduku pernyata
. an.
(9-10) ng an.
(4-5). (3-2).
kesimpula (0-1)
n-
kesimpula
n
(6-8)
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
c. Rubrik Penilaian Power point
Slide powerpoint yang disajikan oleh mahasiswa harus memenuhi beberapa kriteria yakni (1) kesesuaian
dengan materi, (2) pesan singkat, padat dan jelas; (3) pesan udah untuk dibaca (terlihat);
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Kesesuaian Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
dengan materi
2 Pesan singkat, Slide berisi Slide berisi Slide terlalu
padat, dan jelas
poin-poin poin-poin panjang dan susah
singkat singkat, untuk dimengerti
dengan namun
informasi informasi
yang padat kurang jelas
serta jelas
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi,Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
a. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasinamun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
DISUSUN OLEH:
NIKOLAUS ANGGAL, M.Pd.
2015
TINJAUAN MATA KULIAH
Anda diharapkan mempelajari dan mengusai seluruh modul pengantar kateketik ini. Selanjutnya agar anda dapat
mempelajari keseluruhan materi modul dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka anda diharapkan belajar
berdasarkan sistematika berikut; Bacalah dengan cermat pengantar pada setiap modul, apabila anda sudah
memahaminya, lanjutkan membaca materi yang bersangkutan. Setelah itu kerjakan tugas-tugas terstruktur dan tugas-
tugas mandiri serta soal-soal latihan yang terdapat pada akhir uraian materi.
1. Deskripsi Mata Kuliah:
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan: Katakese ialah
pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian
ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen. Pentingnya katekese dalam pembinaan iman, maka dalam bab I kuliah ini
membahas tentang pengertian, bentuk, peristihan dan tugas utama katekese. Selain memahami katekese sebagai
praksis bina iman petugas pastoral perlu memahami ilmunya yaitu ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman (kateketik).
Selanjutnya bab II, membahas tentang definisi, medan tugas ilmu kateketik, dan keterkaitan ilmu kateketik dengan ilmu
lain serta bidang penelitian ilmu kateketik.
Selain praksis bina iman dan ilmu kateketik selanjutnya bab III membahas tentang tugas dan peranan katekese
yang harus disoroti dari 3 aspek dasar yang saling berkaitan yaitu : katekese memberikan sabda Allah; katekese
mendidik untuk beriman; katekese mengembangkan Gereja.
Katekese yang mengembangkan gereja tersebut, senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman
dan perkembangan gereja. Pada setiap massa pokok penekanan pada katekese berbeda karena harus disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan terhadap iman umat sehingga berbuah nyata dan berdaya guna bagi kehidupan konkret
umat.
Katekese yang berbuah nyata dan berdaya guna tersebut adalah katekese yang sesuai dengan ruang lingkup
kehidupan umat. Demi terwujudnya katekese yang efektif dan evisien tersebut, petugas pastoral dibekali dengan
pemahaman sejarah katekese. Pemahaman sejarah katekese adalah penting agar dari kenyataan sejarah itu petugas
pastoral dapat mempelajari cara berkatekese yang baik, sehingga mereka dapat melayani umat dengan berhasil. Maka
dalam bab IV membahas secara khusus tentang perkembangan katekese dari masa ke masa.
Petugas pastoral dalam menjalankan tugasnya, selain dibekali dengan pengertian dan pemahaman yang benar
dan legitim tentang perkembangan katekese, mereka juga perlu dibekali dengan pemahaman tentang ruang lingkup
katekese. Ruang lingkup katekese adalah luasnya subyek yang tercakup dalam bidang katekese seperti: keluarga,
sekolah, paroki dalam bab V.
Pemahaman akan ruang lingkup katekese tersebut di atas, sangat penting supaya dalam berkatekese harus
sesuai dengan lingkup kehidupan umat. Supaya katekese berbuah nyata dalam kehidupan umat, maka salah satu faktor
yang menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan katekese ialah pendekatan. Pendekatan ialah: pola dasar bagaimana
menyampaikan pewartaan kristiani, sehingga orang lebih menghayati imannya. Ada beberapa jenis pendekatan/pola
dasar yang dikenal umum dalam karya katekese yakni: pendekatan biblis, pendekatan antropologis, pendekatan
masalah, pendekatan peristiwa, dan pendekatan alam.
Yang dipapar uraian di atas adalah pendekatan-pendekatan yang dikenal umum. Dapat diketengahkan pelbagai
macam pendekatan lagi, sesuai dengan kebutuhan kelompok katekese, sesuai dengan perkembangan zaman dan
suasana lingkungan setempat. Namun segala macam pendekatan memiliki tiga langkah dasar yang senatiasa harus
diperhatikan. Tiga langkah dasar itu ialah: 1) Mendalami pengalaman manusia berkenaan dengan nilai diri, peristiwa,
masalah dan arti alam semesta; 2) Mendalami pengalaman iman kitab suci dan iman tradisi Gereja; 3) Mencari arti baru
untuk hidup dengan menghubungkan pengalaman manusia dengan pengalaman iman dalam kitab suci dan dalam tradisi
Gereja, dibahas secara khusus dalam bab VI.
Selain pemahaman tentang pendekatan-pendekatan dalam dalam katekese, petugas pastoral juga perlu
memiliki keterampilan tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi katekse yang dibahas secara khusus dalam bab
VII, VIII, dan IX.
2. Kegunaan Mata Kuliah:
Mata kuliah ini bermanfaat untuk a) Membantu mahasiswa memahami pengertian dan pemahaman tentang
hakekat, tugas dan peranan, perkembangan serta ruang lingkup katekese sehingga memiliki wawasan yang mendasar
dan lengkap dalam pengembangan iman umat; b) Membantu mahasiswa memahami pengertian, medan tugas ilmu
kateketik, obyek formal dan material ilmu kateketik dan metode penelitian ilmu kateketik serta bidang penelitian ilmu
kateketik. c) Membantu mahasiswa sebagai calon petugas pastoral agar mampu memahami perkembangan,
pendekatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi katekese sehingga memiliki pengetahuanyang lengkap dan
mendasar sehingga mampu menjalankan kegiatan katekese di tengah umat.
3. Sasaran Belajar:
Sebagai tenaga pewarta mutlak perlu memahami mengenai pewartaan atau katekese. katekese dipahami
sebagai komunikasi iman, pendidikan iman, pendidikan agama, pengakaran iman atau pengembangan iman. Kateketik
lebih dimengerti sebagai ilmu pendidikan iman, ilmu pendidikan agama atau ilmu komuikasi iman. Persoalan mendasar
yang digumuli dalam kateketik adalah ; apa artinya menjadi orang kristen ? dan bagaimana menjadi orang kristen yang
sejati ? Untuk dapat melaksanakan hal-hal tersebut diatas maka para mahasiswa harus mengetahui dan memahami
mengenai perkembangan katekese dalam sejarah , ruang lingkupnya, pendekatan-pendekatannya serta perlunya
perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi dalam karya katekese. Secara rinci setelah menyelesaikan modul ini Anda
diharapkan ;
a. Menjelaskan Hakekat Katekese.
b. Menjelaskan Ilmu Kateketik.
c. Menjelaskan perkembangan katekese dari masa ke masa
d. Menjelaskan tugas utama katekese
e. Menjelaskan beberapa pendekatan dalam katekese
f. Menjelaskan ruang lingkup katekese
g. Menjelaskan perencanaan dalam katekese
h. Menjelaskan pelakanaan katekese
i. Menjelaskan tentang evaluasi dalam katekese
4. Urutan Penyajian:
Penyajian Mata kuliah ini dalam proses pembelajaran dibahas secara sistematis dan bertahab agar mahasiswa
memahami tahab demi tahab sebagai berikut:
a. Hakekat Katekese
b. Ilmu Kateketik
c. Tugas dan Peranan Katekese
d. Perkembangan Katekese dari Masa ke Masa
e. Ruang Lingkup Katekese
f. Pendekatan Kakese
g. Perencanaan Katekese
h. Pelaksanaan Katekese
i. Evaluasi Katekese
5. Petunjuk Belajar Bagi Mahasiswa:
Selanjutnya agar anda dapat mempelajari keseluruhan materi modul dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka anda diharapkan belajar berdasarkan sistematika berikut; Bacalah dengan cermat pengantar pada
setiap modul, apabila anda sudah memahaminya, lanjutkan membaca materi yang bersangkutan. Setelah itu kerjakan
tugas-tugas terstruktur dan tugas-tugas mandiri serta soal-soal latihan yang terdapat pada akhir uraian materi.
BAB I
HAKIKAT KATAKESE
1.1. Pendahuluan
Otonomi suatu ilmu diperhatikan lewat definisi bersama dengan obyek formal serta metodenya. Ilmu kateketik
mengikuti yang berkaitan dengan hal-hal pembinaan iman anggota Gereja. Ilmu jenis Gerejawi jenis ini mulai ditekuni
pada abad ke-18. Usianya masih sangat muda. Otonomi ilmu kateketik menunjukan hakikatnya dan itulah yang
ditemukan dalam modul pertama ini
Ulasan bagian pertama ini ingin menegaskan, bahwa kateketik sebagai ilmu yang mengkaji aspek-aspek teori
pembinaan iman sedangkan katekese menggumuli praksis pembinaan iman,komunikasi iman,pendidikan iman,
pengakaran iman, dan pengembangan iman umat yang menyebut diri murid kristus. Setelah menyelesaikan modul ini,
anda diharapkan mampu:
1. Mampu menjelaskan pengertian katekese
2. Mampu menjelaskan Katekese Dalam Tugas Pastoral Gereja
3. Mampu menjelaskan Bentuk Katakese
4. Mampu menjelaskan Beberapa Peristilahan
5. Mampu menjelaskan Tugas Utama Katekese
Dengan menguasai tujuan tersebut, anda akan dapat mengetahui apa itu katekese, pengertian katekese,
bentuk-bentuk katekese, hubungan katekese dengan ilmu-ilmu lain, dan katekismus.
1.2. Pengertian Katakese1
Dalam Kitap Suci terdapat sejumlah kata Katakese. Arti aslinya: membuat bergema, menyebabkan sesuatu
bergaung. Kata kate-kese ditemukan dalam Luk 1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (Pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis 21:21
(mengajar); Rm 2:18 (diajar); 1Kor 14:19 (mengajar). Dalam konteks ini Katakese dimengerti sebagai pengajaran,
pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi, Katakese biasanya
1
Pemikiran dasar uraian ini diambil dari: Emilio Alberich, “Cate-Chesi”, dalam Institututo di Catechetica (Facolta di Dcienze dell’Edu-cazione) Universitas
Pontificia Salesiana, Dizionario di catechetica, disusun oleh Joseph Gevaert (Leumann (Torino): Elle Di Ci, 1987), hlm. 104-108.
diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah Kristen. Namun dalam perjalanan
sejarah, sejak zaman Bapa-bapa Gereja (Patristik), katakese dimengerti sebagai pengajaran sekaligus latihan-latihan
bagi para calon baptis. Istilah yang dipakai untuk itu ialah katakese baptis dan katakese mistagogi, yang memberi uraian
perihal misteri dan sakramen bagi mereka yang baru dibaptis.
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan: Katakese ialah
pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian
ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sisematis, dengan maksud mengantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen. 2
Dengan kata lain, katakese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin
memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya terdapat unsusr-unsur
pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode yang sesuai
perlu dicarikan agar katakese dalam rangka bentuknya bergema dalam hati pendengar dan berbuah nyata.
1.3. Katekese Dalam Tugas Pastoral Gereja
Gereja adalah himpunan umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus. Sebagai umat Allah, gereja memiliki
tugas untuk mengembangkan diri secara khusus dalam imannya, serta mengembangkan dunia menjadi lingkungan hidup
yang layak. Dalam Gereja ada 5 tugas Pastoral untuk mengembangkan diri dalam melayani sesama diantaranya:
1.3.1. Pewartaan atau katekese
Dalam bidang ini katekese berfungsi sebagai komunikasi iman, yang merupakan salah satu bentuk usaha umat
beriman/ saling tukar menukar pengalaman iman, untuk meneguhkan, mengembangkan, mengarahkan, serta
menggairahkan kembali imannya. Dalam komunikasi iman itu umat menyadari bahwa iman mereka diteguhkan oleh
pengalaman iman umat lain sepanjang zaman. Jadi dalam katekese umat mendengarkan dan diteguhkan oleh
pengalaman iman, tradisi Gereja dan Kitab Suci
1.3.2. Ibadat atau Liturgi
Ibadat adalah perayaan iman. Di dalamnya orang mengungkapkan imannya dan menanggapi karya
keselamatan dari Tuhan dengan bersyukur dan berterimakasih, bertobat, memohon dan memuliakan Allah. Ibadat ini
2
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Chatechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katakese) No. 18 (Seri Dokumen Gerejawi No. 28), diterjemahkan oleh
Robert Hardawiryana SJ (Jakarta: Dok-Pen KWI, 1992). Disingkat CT.
terlaksana dalam perayaan Gereja adalah himpunan umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus. Sebagai umat Allah
tugas disini adalah mengembangkan diri secara khusus dalam imannya, serta mengembangkan dunia menjadi
lingkungan hidup yang layak.
1.3.3. Bimbingan khusus atau phoimenik
Bimbingan khusus atau phoimenik ialah suatu bentuk pelayanan iman dalam memberikan bimbingan khusus
bagi kelompok khusus, misalnya kerasulan kamar tamu, kunjungan keluarga dan bimbingan kelompok belajar. Kelompok
khsusus yang dibimbing ini meluas menjangkau kelompok-kelompok manusia dalam masyarakat umum, dan tidak
terbatas dalam Gereja sendiri.
1.3.4. Perwujudan iman dalam masyarakat atau diakonia
Diakonia adalah suatu bentuk pelayanan yang bentuknya sangat manusiawi dan malahan profane, langsung
berfungsi dan berhasil bagi perkembangan masyarakat. Dengan tugas ini Gereja menjalankan tugasnya untuk
mengembagkan dunia. Tugas ini berasal dari hakikat hidup Gereja sendiri, karena Gereja harus menjadi garam dan
terang dunia.
1.3.5. Pembentukan jemaat atau koinonia
Pembentukan jemaat atau koinonia ialah suatu bentuk pelayanan dengan memperhatikan segi kebersamaan
dalam jemaat. Misalnya segi kerukunan dan kerjasama dalam umat, nilai-nilai dan ciri khas kehidupan kelompok umat
dan sarana-sarana. Katekese atau pewartaan merupakan salah satu tugas pastoral Gereja yang menjamin komunikasi
iman umat. Usahanya ialah menggerakan orang sehingga orang dengan mudah bertukar pengalaman imannya. Dengan
demikian orang semakin menghayati imannya. Katekese menanamkan sikap dasar pada setiap orang Kristen yakni sikap
iman sehingga orang dapat lebih baik beribadat, menjalankan bimbingan khusus, mewujudkan iman dan menggiatkan
usaha pembentukan jemaat.
1.4. Bentuk Katakese
Ditinjau dari segi penyajiannya, katakese dapat dibedakan dalam 3 bentuk:
1.4.1. Bentuk Praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katakese untuk bergiat dan rajin mempraktekkan kehidupan
agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa, dan berdevosi, bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan
lain, mengenal baik masa-masa liturgis dengan segala sarana dan peralatannya. Sumber utamanya adalah
liturgi Gerja.
1.4.2. Bentuk Historis: Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dan pihak Allah, yang
diawali dengan janji-janji mesianis dalam PL dan memuncak dalam pribadi Yesus Kristus dalm PB. Sumber dan
bahan utamanya adalah kitap Suci. Dahulu pernah beredar buku “Sejarah Suci” yang berisi kisah-kisah
alkitabiah. Di dalamnya campur tangan Allah yang menyelamatkan umat manusia ditampakkan.
1.4.3. Bentuk Sistematis: Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dognatis yang tersusun secara
sistematis, singkat, dan padat. Sumbernya adalah buku Katekismus.
1.5. Beberapa Peristilahan
Dalam percakapan kerap terdengar pengertian yang rancu atas beberapa istilah. Di bawah ini, kami urutkan
sejumlah istilah yang kerap ditemukan.
1.5.1. Katekismus: buku pelajaran iman yang dikeluarkan secara resmi oleh pimpinan Gerja. Ada yang bersifat
universal, ada juga yang nasional bahkan lokal. Isinya lebih menanamkan paham/pengertian dan kerap
diurutkan dalam bentuk tanya jawab.
1.5.2. Katakese: pembinaan iman, praktis atau kegiatan bina iman. Itu arti utama. Namun dalam sejumlah tulisan,
katakese juga dimengerti sebagai ilmu, yang disejajarkan denagn ilmu pastoral atau ilmu teknologi.
1.5.3. Katekumen: calon baptis, orang-orang yang belajar percaya.
1.5.4. Katekumenat: masa persiapan calon baptis, ummnya selama 1 tahun.
1.5.5. Katekis: pembina iman/guru agama. Dari antara mereka ada yang mengajar agama di sekolah, ada juga yang
menjalankan kedua-duanya. Di Deknat Nias (Keuskupan Sibolga) ada istilah KatekisParoki (yang bertanggung
jawab atas umat di seluruh paroki) dan katekis wilayah (yang bertanggung jawab atas sejumlah stasi) dalam hal
pembinaan iman. Di banyak negara para pembina umatlah yang dinamai katekis, sedangkan yang mengajar
agama di sekolah dinamai guru agama.
1.5.6. Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mem-pelajari segala sesuatu yang berkaitan
dengan pembinaan iman. Istilah Katetekik dipakai juga sebagai kata sifat seperti dalam kata “Komisi Katetekik”,
sebuah komisi yang menangani pembinaan-pembinaan iman (menyususn dan menyediakan bahan-bahan bina
iman, menye-lenggarakan kursus/reuni, membangkitkan motivasi, meng-upgrade pada tenaga pembina iman
dll).
1.5.7. Kateket: sebutan untuk para pakar di bidang ilmu Kateketik.
1.6. Tugas Utama Katekese
Secara ringkas dapat ditujnjuk tiga tugas utama katekese:
1.6.1. Katekese Memberikan Sabda Allah Mewartakan Kristus
Sabda Allah yang terbaca dalam buku kehidupan orang Kristen yakni Kitab Suci memuat tentang berita
penyelamatan umat manusia dari pihak Allah yang meuncak dalam diri Yesus Kristus. Dalam diri Yesus, maklumat diri
Allah dikonkretkan dan rencana penyelamatan umat manusia direalisasikan. Barang siapa melihat Aku, melihat Bapa;
Barang siapa percaya kepada-Ku akan diselamatkan. Dalam diri Kristuslah, puncak segalah wahyu,di temukan arti hidup
setiap manusia. Bagi yang mengimani kesaksiaanya, Yesus Kristus mewujudkan pengiyaan Allah atas harapan
terdalaam manusia. Sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya adalah peristiwa definitif penyelamatan manusia menuju
pertemuan abadi dengan Allah Tritunggal. Dengan demikian katekese bertugas menghadirkan sabda Allah agar manusia
bertemu secara pribadi dengan kristus. Katekese terutama sekali adalah pewartaan diri Kristus. Yesus Kristus dalam
kepenuhan pribadi-Nya adalah pusat yang tak dapat dibantah dalam katekese. Itulah sebabnya katekese haruslah
bersifat kristosentris. Seoarang Pewarta, seperti katekis atau tenaga pastoral pada umumnya, perlu menyadari sungguh-
sungguh bahwa yang ia wartakan kepada umat adalah Kristus; sedangkan ia sendiri adalah alat ditangan Kristus agar
tercipta pertemuan pribadi manusia dengan kristus, sang Guru ILahi.
1.6.2. Katekese Mendidik Umat Beriman
Iman sungguh suatu anugerah dari pihak Allah sehingga seseorang mau terpau ada-Nya (bdk. Yoh 6:65-66),
berserah dan menaati Allah. Peranan manusia sifatnya sekunder. Ini berarti kita menciptakan suasana agar iman itu kian
dirasakan, bertumbuh dan berbuah. Katekese mencari kemingkinan agar jawaban manusia terhadap tawaran Allah (yang
tertera dalam teks-teks KS) dapat terjawab dengan semestinya. Katekese menolong agar umat terpikat pada diri Allah,
yang ditawarkan oleh Yesus Kristus dan agar mereka terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah Allah. Dengan
demikian diharapkan tercapailah pembaharuan dalam hidup manusia. Manusia yang hidup pada zamannya dalam
konteks budaya tertentu menjadi manusia rohani yang hidup lebih berkenan di hadapan Allah. Iman yang dihidupi
senantiasa membutuhkan pengembangan yang berproses. Maka dalamberkatekese ada tiga komponen yang
memainkan peranan, yakni komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen operatif. Artinya dalam berkatekese
disajikan pemahaman agar orang semakin yakin dan dapat bertanggug jawab atas iman atau agamanya (kognitif). Dalam
berkatekese, perasaan atau penghayatan, perlu dibangkitkan sehingga umat semakin mencintai agamanya, Allahnya dan
berkornban untuk berbakti, betsembah, dan bersyukur (afektif). Dalam berkatekese pun perlu diberi ,contoh-contoh
konkret sehingga umat melihat kemungkinan untuk mengkonkretkan imannya dalam hidup sehari-hari (operatif).
1.6.3. Katekese Mengembangkan Gereja
Umat Allah yang mengimani Kristus sebagai pemimpin dan juru selamatnya disebut Gereja. Kegiatan-kegiatan
atau usaha mengukuhkan persaudaraan Gerejawi dan untuk mengobarkan semangat iman anggota gereja termasuk
tugas utama katekese. Tidak ada katekese yang benar kalau bukan dalam konteks kegerejaan. Dokumen katechesi
Tradendae mengatakan : ….katekese dimasa lampau maupun dimasa mendatang selalu merupakan karya yang
harus termasuk tanggung jawab gereja, dan yang oleh gereja memang harus diinginkan sebagai salah satu
tanggung jawabnya. Tetapi para anggota Gereja mengemban tanggung jwawab yang berbeda-beda, tergantung
dari perutusan mereka masing-masing. Perkembangan suatu gereja pun sangat tergantung pada usaha-usaha
katekese menyebarkan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja ada, berkembang, dan menyebar karena
aktivitas katekis. Bahkan lewat katekese, gereja sendiri pun semakin dibarui, dalam arti katekese memberi
penilaian kritis terhadap keberadaan Gereja dalam zaman yang terus berubah.
1.7. Tugas Terstruktur
Sampai bab I disini
RANCANGAN TUGAS TERSTRUKTUR MAHASISWA1 (RTTM 1)
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi
Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI
Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah
: dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel, dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman, dan sajian
dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Kriteria Kemampuan Menulis essay
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Kurang 21 – 40
sangat kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
Bobot Nilai Tugas 50-60 %
b. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 8 halaman dengan ukuran kertas A4,
diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS ESSAY
Marianus Telaumbnanua OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Medote, dan Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak Pematangsiantar,
1997.
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
BAB II
ILMU KATEKETIK
2.1. Pendahuluan
Kateketik sebagai sebuah ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman telah cukup lama ditekuni, khusus dalam
hal praksis bina iman yang dinamai katekese. Gevaert menyatakan bahwa beberapa fase penentuan kateketik sebagai
sebuah ilmu : Keinginan untuk mendidik orang-orang kristen pada masa-masa sesudah para rasul telah dirasakan sejak
masa awal gereja. Hasil refleksi pertama untuk tujuan kerasulan ini dikonkretkan dan dipadukan dalam injil, Kisah para
rasul, surat-surat paulus, surat-surat katolik, dan wahyu.
Dalam perjalanan sejarah kita menemukan tulisan kecil yang memuat petunjuk dan saran praktis dalam
pewartaan iman Kristen. Tulisan tua sehubungan dengan pendidikan ini antara lain De catechizandis Rudibus (399)
dari St. Agustinus. Pada akhir abad pertengahan beredar buku pedoman Traktatus de Parvulis trahendis ad
Christum (1406) Oleh G. Gerson. Sesudah konsili Trente (1543-1565) muncul buku-buku kateketik di Jerman dan
Prancis yang memuat saran-saran untuk mengajarkan katekismus atau untuk menyususun atau mengajarkan katekese
dengan lebih baik. Pada tahun 1593 muncul istilah teologi kateketik dari P.A. Posevino, SJ. Untuk membedakan kateketik
dengan teologi pastoral. Pada abad ke 19 menjamur buku-buku perihal metode mengajarkan katekismus. Buku-buku ini
dipengaruhi oleh prinsip teologis dan didaktik; Justru inilah yang makin mendorong tumbuhnya karakter ilmiahnya. Kerap
dikatakan bahwa awal kateketik sebagai ilmu dirintis pada tahun 1777. Pada saat itu kateketik diajarkan di universitas di
Austria sebagai bagian dari teologi pastoral. Kriteria ini memang relatif sekali,sejauh yang diajarkan di Universitas tidak
semuanya berciri ilmiah.
Johan Baptist Hirscherr didaulat oleh para ahli sebagai pelopor ilmu kateketik karena bukunya : Katechetik
oder den Beruf des Seelsolgers die ihm antvertraute jugend im christentum zu unterrichten und zu erziehen,nach
seinem ganzen umfang dangestellt (Tubingen, 1831) (=Kateketik adalah usaha pemeliharaan jiwa untuk mengajar dan
mendidik ke alam hidup Kristen kaum muda yang dipercayakan kepada pengembalaanya dengan seluruh seluk
beluknya). Perlu dicatat bahwa percobaan untuk semakin menonjolkan sifat ilmiahnya tidak langsung diteruskan tetapi
butuh beberapa puluh tahun untuk pengkajian yang makin serius.
Dalam modul dua ini akan membahas secara khusus Definisi Ilmu Kateketik, Medan Tugas Ilmu Kateketik,
Keterkaitan Kateketik dan Ilmu-ilmu Lain, Obyek Formal dan Material Ilmu Kateketik, Metode Penelitian Ilmu Kateketik,
Bidang Kajian Ilmu Kateketik. Setelah menyelesaikan modul ini, anda diharapkan mampu menjelaskan ilmu kateketik
secara komperhensif. Secara lebih rinci, anda mampu menjelaskan :
1. Mampu Menjelaskan Definisi Ilmu Kateketik.
2. Mampu Menjelaskan Medan Tugas Ilmu Kateketik.
3. Mampu Menjelaskan Keterkaitan Kateketik dan Ilmu-ilmu Lain.
4. Mampu Menjelaskan Obyek Formal dan Material Ilmu Kateketik.
5. Mampu Menjelaskan Metode Penelitian Ilmu Kateketik.
6. Mampu Menjelaskan Bidang Kajian Ilmu Kateketik.
Dengan menguasai tujuan tersebut, anda akan dapat mengetahui apa itu katekese, pengertian katekese,
bentuk-bentuk katekese, hubungan katekese dengan ilmu-ilmu lain, dan katekismus.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP
“IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah : dari
tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris adalah 1,5
spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang menggunakan 1
spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di
tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi.
Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan
tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 10 halaman termasuk skema, tabel dan gambar, dengan ukuran
kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format
power point. Slide presentasi power point, minimum 5 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
a. Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Essay:
Indikator Grade Skor
Tidak ada ide yang jelas untuk menyelesaikan
Sangat Kurang <20
masalah
Ada ide yang dikemukakan namun kurang
Kurang 21 – 40
sesuai dengan permasalahan
Ide yang dikemukakan jelas dan sesuai, namun
Cukup 41 – 60
kurang inovatif
Ide yang dikemukakan jelas, mampu
menyelesaikan masalah, inovatif, namun Baik 61 – 80
cakupan tidak terlalu luas
Ide yang dikemukakan jelas, inovatif, mampu
menyelesaikan masalah dengan cakupannya Sangat Baik >81
luas
(60 –
Skor (≥80) (70 – 79) (50 – 59) (≤49)
69)
Present
asi
mempu Cukup Tidak ada
Presentasi Presentasi
nyai fokus, organisas
terorganisasi terorganisasi
fokus namun i yang
dengan dengan baik
dan bukti jelas.
menyajikan dan
menyaji kurang Fakta
fakta yang menyajikan
kan mencuku tidak 40
Organisasi didukung fakta yang
beberap pi untuk digunaka
oleh contoh menyakinkan %
a bukti digunaka n untuk
yang telah untuk
yang n untuk menduku
dianalisis mendukung
menduk menarik ng
sesuai kesimpulan-
ung kesimpul pernyata
konsep kesimpulan
kesimpu an. an.
(9-10) (6-8)
lan- (3-2). (0-1)
kesimpu
lan.
(4-5).
Isi
secara
umum
akurat,
tetapi
tidak
lengkap.
Isinya Isinya
Para
kurang tidak
penden
akurat, akurat
Isi akurat gar bisa
karena atau
dan lengkap. mempel
Isi mampu tidak ada terlalu
Para ajari
menggugah data umum.
pendengar beberap
pendengar faktual, Pendeng 60
Isi menambah a fakta
untuk tidak ar tidak
wawasan yang %
mengemban menamb belajar
baru tentang tersirat,
gkan pikiran ah apapun
topik tetapi
(14-15 pemaha atau
tersebut. mereka
man kadang
(10-13) tidak
pendeng menyesat
menam
ar. kan.
bah
(3-5) (0-3)
wawasa
n baru
tentang
topik
tersebut
.
(6-9).
Skor Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP
“IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah
: dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema, tabel, dan
gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman, dan sajian
dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP
“IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada
kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak
antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa
sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis
bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9 halaman dengan
ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kurang Kelengkapan materi, tingkat
pemahaman, pengembangan pikiran dan Kurang 21 – 40
kerapian sajian kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
2.10. Latihan
1. Jelaskan Definisi Ilmu Kateketik!
2. Jelaskan Medan Tugas Ilmu Kateketik!
3. Jelaskan Keterkaitan Kateketik dan Ilmu-ilmu Lain!
4. Jelaskan Obyek Formal dan Material Ilmu Kateketik!
5. Jelaskan Metode Penelitian Ilmu Kateketik!
6. Jelaskan Bidang Kajian Ilmu Kateketik!
2.11. Rangkuman
Kateketik adalah teori tentang katekese; Kateketik adalah refleksi atas karya Gereja; Kateketik adalah ilmu yang
mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan orang dewasa. Kateketik adalah studi ilmiah
perihal katekese dengan menggunakan metode dan sistem yang spesifik. Katekese benar-benar sebuah “realitas” khas
kegerejaan harus terus dikaji dan dikembangkan sesuai dengan keadaan zaman. Bidang katekese melewati batas hirison
pengajaran perihal kebenaran iman, tetapi mencakup seluruh latihan edukatif dengan mana setiap pribadi menyiapkan
diri secara bertahap untuk diambil bagian secara penuh dalam iman dan hidup orang Kristen. Oleh sebab itu, obyek
material ilmu Kateketik adalah jemaat Kristen/jemaat beriman, sedang obyek formalnya adalah pengkomunikasian dan
pendidikan iman.
Penelitian ilmu kateketik sangat dibatasi oleh problem karakteristik, yang hendak diatasi atas cara sientifik dan
operatif. Konsep yang cukup umum diterima oleh kateket menunjukkan bahwa katekese mencakup seluruh proses
pengajaran, pendalaman, dan pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang dewasa dalam iman, dalam
konteks kultural tertentu. Tugas Katekese (selaku praktis pembinaan) dan kateketik (selaku ilmu) akan menangamati
terlebih dahulu studi-studi teologi yang mendalami problem fundamental manusia dan mencoba membaca warta kristiani
dalam kategori fundamental kultur masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
Marianus Telaumbnanua OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Medote, dan Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak Pematangsiantar,
1997.
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
2/9/2020
BAB III
TUGAS DAN PERANAN KATEKESE
3.1. Pendahuluan
Dalam materi sebelumnya kita telah belajar mengenai perkembangan kateketik sebagai ilmu dan telah
ditunjukkan identitas Kateketik sebagai studi ilmiah atas katekese atau refleksi sistematis dan ilmiah atas katekese. Kata
katekese sendiri berarti praksis bina iman. Katekese memiliki tugas dan peranan yang sebelumnya sudah sempat
disinggung dalam materi 1. Agar tugas dan peranan katekese ini dapat kita pahami secara benar, modul 4 ini menyajikan
urian tentang tugas dan peranan tersebut. Sesuai dengan 3 tugas utama katekese, kajian dalam Modul 3 ini meliputi
tugas dan peranan katekese dalam rangka memberitakan sabda Allah, mendidik iman, dan mengembangkan Gereja.
Setelah menyelelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. Mampu menjelaskan Katekese Memberitakan Sabda Allah;
2. Mampu menjelaskan Katekese mendidik untuk beriman;
3. Mampu menjelaskan Katekese mengembangkan Gereja;
Setelah menguasai tujuan tersebut kita akan dapat melakukan praksis bina iman dengan baik sesuai tujuan dan
peranan katekese itu sendiri. Agar tujuan tersebut dapat kita kuasai, modul ini diorganisasikan menjadi 4 kegiatan belajar,
yaitu :
1. Kegiatan Belajar 1: Katekese memberitakan Sabda Allah
2. Kegiatan Belajar 2: Katekese Mendidik untuk Beriman
3. Kegiatan Belajar 3: Katekese Mengembangkan Gereja
Untuk keberhasilan Anda dalam belajar, ikutilah semua petunjuk cermat . Bacalah uraian secara berurutan,
berulang-ulang, kerjakan latihan secara disiplin, dan bacalah rangkuman sebelum mengerjakan tes formatif. Jika Anda
menunjukkan disiplin dalam belajar, maka Anda dapat berhasil.
Selamat belajar!
3.2. Katekese Memberitakan Sabda allah, mewartakan Kristus
3.2.1. Katekese dan Sabda allah: Masalah yang Dihadapi.
Menurut Alberich, untuk mewartakan sabda Allah, katekese dipandang sebagai media utama dan efisien.
Dalam menunaikan tugas ini, katekese menghadapi masalah yang disebabkan oleh adanya ketidaksenangan pendapat
teologis atas wahyu Allah sendiri. Selain itu terdapat pula kesimpangsiuran teori dan praktek dalam perwujudan fungsi
katekese sebagai pewarta sabda:
3.2.1.1. Katekese, suatu wujud pelayanan sabda Allah
Katekese, suatu wujud pelayanan Sabda Allah menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan ajaran teologi
tentang sabda Allah. Sebagian berpendapat, bahwa sabda Allah hanyalah keseluruhan hal yang ditetapkan untuk
ditawarkan, atau hanya semata-mata teks tertulis dalam Kitab Suci, ajaran doktrin yang dirumuskan dengan baik dan
lengkap. Ini berarti cukuplah membaca Kitap Suci saja atau sekedar menyampaikan beberapa jenis kebenaran. Terasa
pula sifat paradoks bahwa sabda Allah membutuhkan perantara manusia. Apakah sabda Allah adalah objek komunitas
manusia atau semata-mata suatu pemberian dari atas? Sejauh mana dituntut kecakapan manusia untuk pemahaman
benih sabda Allah dalam hidup manusia.
a. Jelaskan bahwa berbicara tentang pendidikan iman hanya dapat dilakukan dalam arti sekunder dan
instrumental.
Katekese sebagai media dapat mempermudah, menolong, menghindari rintangan dalam proses
pertumbuhan sikap iman. Namun hal ini tetap bukan campur tangan langsung terhadap iman sendiri, yang
selalu tinggal terikat pada karya Allah dan jawabannya bebas manusia. Telah disinggung karya Roh
Kudus dalam sabda Allah, di sini ditandaskan kembali bahwa katekese hendaknya sadar akan
keterbatasannya dan kemampuannya. Sejauh berperan sebagai media edukatif dalam iman, katekese
bersifat instrumental semata-mata demi tercptanya pertemuan antara manusia dan tawaran Allah yang
menuntut jawabannya.
b. Batasan-batasan yang kami sebutkan di atas, ingin menjelaskan sifat edukatif usaha-usaha kateketis, yang
harus berupa dorongan, bantuan untuk pertumbuhan iman yang pribadi, bebas, dan batiniah.
Maka daya edukatif tidak terpisahkan dalam katekses, yang berupaya menolong perkembangan
hidup iman. Katekese juga punya tugas menyiapkan bantuan untuk tahap awal dan perkembangan
kehidupan iman ini melalui seluruh tahap hidup manusia. Semua hal ini bertujuan untuk mengusahakan
pemahaman secara penuh terhadap kebenaran yang diwahyukan dan penempatannya dalam kehidupan
manusia
c. Konsekuensinya
Katekese adalah pendidikan iman sepanjang hidup manusia. Artinya usahanya tidak terhenti pada
aspek tenteram seperti pada pengenalan kebenaran yang diwahyukan atau pada pemahaman perbuatan-
perbuatan moral. Tugasnya meluas hingga pada pembentukan sikap iman sebagai jawaban pribadi dan
total atas proyrk hidup Kristen; artinya mengikat diri pada Kristus dan mengikuti-Nya. Beberapa dokumen
resmi menjelaskan variasi tugas katekse dalam usaha pendidikan iman: Supaya setiap bentuk katekese
merealisasikan diri dalam kepenuhannya perlu agar terpadu-utuh: pengetahuan akan sabda Allah,
perayaan iman dalam sakramen-sakramen, pengakuan iman dalam hidup sehari-hari.
3.3.3.2. Pertumbuhan iman
Untuk memahami lebih jauh hakikat katekese, perlulah dicermati tugas katekese: bukan saja berupaya agar
seorang beriman, tetapi mengupayakan secara konkret pertumbuhan dan kedewasaan iman. Dengan kata lain,
katekese menjadi pemerhati petualangan iman pribadi-pribadi dan jemaat secara bersama. Perlu diuraikan dinamisme ini
dengan unsur-unsurnya yang esensial dari sudut pandang teologis maupun antropologis. Dari sudut pandang teologis,
terutama pandangan biblis, dinamisme iman dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang berawal dari pertobatan dan
berkembang menuju pertumbuhan ke arah kepenuhan eskatologis.
Titik tolak dan jiwa suatu pertumbuhan iman adalah pertobatan, berupa titik-balik yang menentukan, yang
memisahkan hidup beriman dalam dua bagian: retak dengan hidup masa lampau dan mulai bermentalisasi dan bergaya
hidup baru. Dalam hal ini terjad suatu keretakan otentik, suatu proses penghancuran yang membuahkan struktur baru,
yaitu hidup yang berpusat pada Kristus.
Hidup iman kemudian berkembang menurut dinamika pertumbuhan dan kematangan pribadi maupun
komunitas. Sejauh berhubungan dengan pribadi orang beriman, Perjanjian Baru memakai beberapa ekspres dan
gambaran untuk melukiskan realims iman yang harus dipupuk, diidentifikasikn, dituntun ke arah kedewasaan. Sabda
Allah bagkan benih yang berbuah 100 kali lipat (Mat 13:23) thin didi orang yang mendengarkan sabda dan mengertinya.
Dinamika hidup kristen berupa pertumbuhan hidup ilahi, pertumbuhan hingga menyerupai Krisms, pembangunan bait
rohani. Sabth barns dipelihara dan berbuah. Ungkapan-ungkapan merangkum dalam arti tertentu kebernasan hidup
Kristen, namun pusatnya selalu iman. Pertumbuhan Kenajaan Allah adalah sesuatu yang bathaah, tapi mencakup juga
segi pengetahuan. Seorang Kristen harus benar-benar bertumbuh thin iman (2 kon 10:15; Fil 1:25), thin pengetahuan
yang benar tentang Allah (Kol 1:10), thalam pengenalan akan Tuhan dan Juru seiamat kita Yesus Kristus (2Ptr 3:18).
Berbicara tentang jamaat Kristen, Kitap Suci mengungkapkan dinamika Gereja-gereja lokal, yang bertumbuh,
membangun diri, dan tersebar di mana-mana. Terdapat juga dalam Kitap Suci teguran terhadap umat tertentu karena
kelihatan belum dewasa dalam iman. Inilah sebabnya Paulus memberikan hanya susu kepada umat di Korintus, bukan
makanan keras sebab mereka masih manusia diniawi (1 Kor 3:2-3). Dalam Kitap Wahyu ditemukan teguran terhadap
Gereja di Laodisea, sebab telah kehilangan kekuatan imannya dan tidak dingin atau panas (Why 3:16). Dengan
pertanyaan-pertanyaan ini terbuktilah adanya dinamika pribadi dan kolektif yang harus menuntun iman menuju
kedewasaan.
Titik yang dicapai olh pertumbuhan iman adalah kedewasaan penuh dalam iman dan kesempurnaan iman.
Pribadi yang mencapainya adalah orang sempurna yang telah mencapai kepenuhan dalam Kristus (Ef 4:13). Hal ini
memang tidak tercapai di dunia ini namun menunggu masa eska-tologis.
Dari sudut pandang antropologis, dinamika iman disebut sikap. “Sikap” lebih luas dari “Kepercayaan”. Yang
terakhir ini dikaitkan hampir semata-mata pada fase kognitif atas suatu perbuatan. Sikap merangkum penilaian dan
kesiapsediaan untuk bereaksi. Aksi ini tidak terpisahkan dari partisipasi emosi dan afeksi. Sikap mencakup cara hidup,
perilaku, yang dalam peristiwa hidup memadukan komponen-komponen kognitif-valutatif dan niat untuk bertindak. Selain
itu, karena sifatnya yang relatif menetap dan karena menjadi pusat perkembanagan pribadi, sikap menjadi kategori
penafsiran pertumbuhan iman. Sikap berfungsi untuk menentukan perbuatan seseorang: mempengaruhi keputusan dan
pemahaman, mendorong agar rela bersedia mengerti, menolong seseorang memilih kelompok tempat ia berpadu,
memilih pekerjaan dan cara hidup. Dari uraian diatas dapat digambarkan pertumbuhan iman sebagai suatu proses:
a. Pertobatan: mengambil sikap total dan sentral, penyangkalan logika duniawi dan memilih Kristus dalam
persekutuan Gereja.
b. Pembatinan sikap iman: menghayati dan menghidupi semakin ekstensif sikap hidup yang baru sejalan
dengan pertumbuhan harmonis komponen kognitif, afektif, dan kooperatif.
c. Perjalanan menuju kematangan: mengembangkan terus interaksi unsur-unsur sikap hidup yang baru dan
menghidupi pengalaman Gerejawi. Bagan beriku ini menolong untuk menggantikan lebih jelas uraian di
atas:
3.3.3.3. Tugas dan peranan katekese dalam pendidikan iman
Dengan mengamati dinamika pertumbuhan iman di atas, maka dapat dirangkai tugas dan peranan katkese
sejauh sebagai media gerjawi untuk mendidik seseorang dalam iman. Dapat disebutkan beberapa tugas dan peranan
katekese sebagai berikut:
a. Menyuburkan semangat pertobatan. Tugas ini tidak perlu dan tidak eksklusif hanya pada awal proses,
tetapi berlanjut terus dan semakin otentik menuju kedewasaan.
b. Meneguhkan iman orang Kristen melalui perkembangan harmonis ketiga komponen edukatif:
a) Komponen kognitif: mendalami isi dan makna iman serta keyakinan iman, untuk menjamin wawasan
dan motivasi yang perlu agar dewasa dalam iman.
b) Komponen afektif: menanggapi tuntutan iman secara sadar dan personal.
c) Komponen operatif: berperilaku dan bertindak selaku orang Kristen.
c. Mendampingi dinamika pertumbuhan iman menuju kedewasaan, yang tidak pernah dicapai secara total.
Agar tercapai dambaan di atas, maka perlu dikonkretkan tugas dan peranan katekese.
a) Tugas Konkret Katekese:
(a) Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan.
Pertobatan sebagaimomen fundamental dan pemersatu dinamisme iman termasuk
bidang katekese, sekalipun pertobatan itu pada dirinya adalah sasaran evangelinasi dalam arti
sempit. Akan tetapi kenyataan manunjukkan terutama dalam Gereja yang telah bertradisi
Kristiani-bahwa penyerahan diri secara menyeluruh pada awal suatu katekese tidak mungkin
terjadi.
Hal ini sebagian disebabkan oleh kebiasaan pembaptisan pada usia kanak-kanak dan
sebagian lagi oleh kekurangan pelayanan pastoral, yang berakibat terhambatnya
perkembangan iman secara teratur dan tidak tercapainya pertobatan. Dapat disimpulkan
bahwa Katekese sering harus berupaya untuk memelihara dan mengajarkan iman,
membangkitkan iman dengan pertolongan rahmat, membuka hati, menumbuhkan pertobatan,
dan mempersiapkan orang yang masih berada pada pntu iman agar berserah diri secara
menyeluruh kepada Yesus Kristus.
Ini berarti pula bahwa pertobatan, dan mempersiapkan orang yang masih berada pada
pintu iman agar berserah diri secara menyeluruh kepada Kristus tepat terjadi pada saat-saat
yang berbeda-beda. Namun demikian, tobat teap merupakan elemen penting dalam dinamika
iman menuju kedewasaan. Perkembangan iman yang tidak teratur dan tidak terpadu sejak
saat pertobatan merintangi tercapainya kedewasaan dalam iman. Pertobatan memang tidak
terjadi sesaat. Pertobatan lebih merupakan upaya pembaruan diri yang terus menerus harus
dilakukan dalam seluruh proses pembangunan iman pribadi.
Dalam konteks ini dipatut disadari bahwa iman pun dapat membangkitkan suatu
pertobatan yang sungguh-sungguh, khususnya dalam saat-saat yang berarti baik dalam hidup
pribadi atau hidup kelompok. Pada saat-saat khusus seperti itu terasa ada dorongan untuk
mnyerahkan diri secara sadar pada rencana Allah yang terjelma dalam situasi tertentu. Saat-
saat khusus ini, misalnya tahapan hidup masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa; tatkala
memilih pekerjaan, menikah, mengalami penyakit, kematian, kemalangan, kritis, dll; di saat-
saat menghadapi momen krusial seperti problem sosial-politik, situasi genting, dan keputusan-
keputusan yang menentukan. Dalam momen dan situasi seperti ini, umumnya manusia atas
dasar imannya bekerja keras untuk menemukan jalan keluar guna mengatasi masalah yang
dihadapi.
(b) Membimbing umat beriman untuk memahami misteri Kristus.
Katekese yang berfungsi sebagai media pendidikan iman tidak boleh melupakan aspek
pengetahuan iman dan juga sikap iman. Tugasnya adalah mengembangkan pemahaman yang
lebih mendalam dan lengkap perihal misteri Kristus sebagai obyek sentral iman: Lebih cermat
lagi : dalam seluruh proses evengelisasi tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan
pendewasaan, artinya masa orang Kristen, sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus
Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah menyerahkan diri utuh-utuh kepada-Nya
melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan
keprcayaan: mengerti “misteri”-Nya, Kerajaan Allah itawarkan oleh-Nya.
Tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan
yang telah digariskan-Nya bagi siapa pun yang ingin mengikuti-Nya. Dalam perspektif ini,
katekese dapat pula dikhususkan sebagai penyebar dokumen iman, karena salah satu misis
katekese adalah menuntun orang membaca Kitap Suci dan mendalami ikhtisar iman, berupa
ringkasan keseluruhan pokok iman. Kita tahu bahwa gerakan katekese abad ini telah
menandaskan bahwa katekese yang mengutamakan pengajaran perihal kebenaran-kebenaran
agama yang tidak sesuai lagi tuntutan zaman. Katekese seperti berat sebelah dan
menghilangkan gambaran tepat atas pewartaan Kristiani serta menghasilkan isi dan rumusan
agama yang tidak edukatif.
Reaksi atas ini tentunya jangan sampai menilai rendah peranan pengetahuan yang juga
penting dalam proses pendewasaan iman. Yang esensial adalah tahu memadukan
pengetahuan ke dalam dinamisme pendewasaan iman, sehingga muncul sikap iman, yang
berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riil ini yang datang dari situasi hidup.
Sehubungan dengan perlunya perkembangan komponen dalam sikap beriman (sebab itu
tugas katekese dipandang sebagai pengajaran), muncul dua masalah tradisional yang tidak
selalu gampang dipecahkan, yakni keutuhan isi dn metode menghafal.
Perihal keutuhan isi, dokumen-dokumen resmi berkata: Supaya persembahan korban
iman menjadi sempurna, orang menjadi murid Kristus berhak menerima “sabda iman” tidak
dalam bentuk terdukung, dipalsukan atau dikurangi, melainkan sepenuhnya dan seutuhnya,
dengan segala daya kekuatannya. Ketidak setiaan dalam hal tertentu terhadap keutuhan
amanat berarti suatu tindakan membahayakan yang melemahkan katekese dan menimbulkan
risiko bagi hasil-hasil, yang kristus maupun jemaat gerejawi berhak mengharapkan dari
padanya.
Tidak boleh dilupakan memang bahwa katekese adalah suatu pengajaran, yang
bermaksud mendidik iman menuju kedewasaan global dan vital. Artinya, pengetahuan ilmu
bukanlah tujuan pada dirinya, tetapi berkembang sedemikian sehingga kematangan iman
nyata dan eksplisist dalam keyakinan, nilai, dan motivasi. Pendekatan edukatif tidak boleh
mengabaikan gradasi tuntutan dan kemampuan setiap orang beriman. Bila keterpaduan iman
tetap sebagai tujuan katekese, maka akan tetap perlu penyajian warta Kristiani dengan cara
yang tepat, sesuai dengan berbagai kondisi budaya dan rohani mereka yang diajarkan.
Dalam hal ini haruslah diperhatikan hirarki kebenaran iman dan desakan yang telah
dikemukakan dalam Sinode 1997 tentang katekese, yakni keutuhan katekese dimengerti
dalam arti intensif bukan ekstensif: Metode intensif pewartaan (=Kitap Suci), termasuk tradisi
Gerejawi yang lenih utama, berbeda dari metode berkatekese secara lain, yang
menyampaikan keseluruhan warta pewahyuan Kristiani seturut kriteria ekstensif, eksplisit atau
analitis.
Untuk aliran yang kedua ini dirasa perlu menyampaikan kepada katekizan hampir
keseluruhan hal, mulai dari Sejarah Gereja. Konsili-konsili Ekumenis dan Ajaran-ajaran
Magisterium Pontifex Roma yang telah merumuskan (dalam arti sempit) iman dan adat
kebiasaan. Kompleksnya ajaran ini patutlah diteliti dan dipelajari oleh seluruh umat beriman,
kecuali jika ada bahay kebenaran-kebenaran itu disangkal atau dilupakan. Perihal metode
menghafal rumusan-rumusan atau ajaran-ajaran lewat suatu katekese, sudah ada sejarah
yang termasuk antik, dan hingga kni masih ada yang melakukannya. Pentingnya hafalan telah
itandaskan kembali dalam Sinode ’77 dan secara lebih jelas dalam anjuran apostolik Catechesi
Tradendae, namun sekaligus disadari batas-batas dan risikonya.
Pengajaran dengan cara menghafal hingga dewasa ini di beberapa tempat dipakai
sebagai cara yang tidak tergantikan dalam pewartaan iman. Di lain pihak, orang mengeluh
karena beranggapan bahwa hafalan tidak bermanfaat dan malah bertentangan secara edukatif
dapat menghalangi kedewasaan sikap iman yang otentik. Jalan keluar yang lebih seimbang
adalah memadukan metode menghafal ini dalam proses global pendidikan iman sebagai jalan
pendewasaan sikap iman.
Bahkan dalam saat-saat ertentu (menghafal sabda Yesus, ayat-ayat penting Kitap Suci,
Sepuluh Perintah Allah, rumus Syahadat Iman, teks-teks liturgi, doa-doa yang pokok, ajaran-
ajaran kunci hafalan itu perlu dan bermanfaat: Tunas-tunas iman dan kesalehan kalau boleh
disebut begitu tidak tumbuh di tanah gersang katekese tanpa daya kenang.
Yang pokok, yakni bahwa teks-teks yang dihafalkan sekaligus harus diresapkan dan
lambat laun dimengerti secara mendalam, agar lebih menjadi sumber kehidupan Kristen pada
tingkat pribadi maupun jemaat. Mengenai integrasi hafalan dalam proses edukatif im,an,
hendaknya dijauhkan usaha mengahafal yang semata-mata untuk mengetahui saja, atau
sekedar memenuhi kebutuhan agar ajaran iman lengkap. Hafalan haruslah berdaya guna, ada
kaitannya dengan ungkapan pengalaman kristiani, membantu pembaptinan sikap.
(c) Mendorong umat beriman bertindak aktif dalam Gereja dan masyarakat.
Dalam proses pendidikan iman terarah pada kedewasaan harus dikembangkan pula
komponen operatif, yakni berbuat sesuatubagi Gereja dan masyarakat sesuai dengan situasi
dan pola hidup. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa katekes berupa inisiasi ke dalam
suatu proses yang mengubah manusia secara intern. Dasar teologis perubahan ini adalah
kebersamaan dalam kematian dan kebangkita Kristus.
Dokumen-dokumen resmi gerejawi mempercayakan kepada katekese pendidikan
perilaku kristiani dalam berbagai bentuknya. Misalnya, katekese bertugas mendidik orang
berdoa, bermediasi, berpartisipasi dalam sakremen-sakramen dan liturgi; mendidik orang
untuk mencintai perdamaian dan keadilan; mempersiapkan orang untuk terjun dalam
kehidupan sosial-politik; menumbuhkan semangat berekumene. Secara singkat tugas-tugas ini
dapat dipadukan dalam fungsi dan aktivitas Gereja: diakunia, koinonia, kerygma, dan
leitourgia.
1) Katekese berupa insisiasi untuk tugas diakonia. Bentuknya:
(1) Memberi kesaksian di dunia;
(2) Mendidik orang melakukan karya kasih dan melayani kaun tersingkir dan masyarakat;
(3) Berjuang demi keadilan dan kedamaian;
(4) Berkecimpung dalam arena sosial-politik untuk kemajuan dan pembebasan manusia
dll.
2) Katekese berupa inisiasi untuk tugas koinonia
(1) Sejauh katekese berkaitan dengan persekutuan gerejawi hendaknya diusahakan:
(2) Semangat persaudaraan dan setia kawan;
(3) Kemampuan berkomunikasi, berdialog, dan berpartisipasi dalamhidup menggereja;
(4) Sikap taat yang wajar dan dewasa terhadap pemerintah;
(5) Kerinduan akan kesatuan umat Kristen, yang bisa terwujud melalui ragam dialog dan
kerja sama.
3) Katekese berupa inisiasi untuk mendengar dan mewartakan sabda (kerygama).
(1) Katekese bertugas membangkitkan semangat umat untui ikut aktif dalam fungsi
profetis Gereja, termasuk mengusahakan:
(2) Pembacaan Kitab Suci;
(3) Pendidikan dalam mendengar sabda Allah;
(4) Penyiapan orang-orang untuk merasul dan aktif dalam karya misioner.
4) Katekese berupa inisiasi ke dalam liturgi. Katekese mempersiapkan umat:
(1) Untuk menerima sakramen-sakramen dengan layak dan bermanfaat;
(2) Untuk mencintai doa dan meditasi;
(3) Untuk menghayati kebaktian-kebaktian liturgi lainnya, dll.
5) Katekese berupa inisiasi untuk panggilan hidup menggereja. Termasuk dalam
kegiatan ini:
(1) Mengungkapkan pelayanan dan peranan pribadi-pribadi dalam hidup Gereja;
(2) Memberikan pengarahan dan pembinaan panggilan immat dan hidup membiara, dll.
(d) Menumbuhkan dan mendewasakan sikap.
Di samping membangkitkan pertobatan, pendidikan sikap harus juga menjadi sasaran
katekese, bahkan tugas ini jauh lebih menentukan. Pengetahuan agama dan perilaku kristiani
tidak menjamin pertumbuhan iman, jika tidak padu dengan pendewasaan sikap iman. Hanya
dengan mengupayakan kedewasaan iman seseorang, katekese bisa terhindar dari cacat-cacat
berupa pengajaran agama melulu, atau persiapan untuk menerima sakramen, ataupun berupa
anjuran untuk mentaati aturan-aturan moral.
Itulah sebabnya, maka pendewasaan sikap iman dijadikan tujuan sentral dari kegiatan
berkatekese. Untuk memahami tujuan sentral ini perlu dipahami konsep-konsep biblis dan
tradisi, yang menempatkan pada pusat hidup seorang Kristen sikap dasariah ini: iman,
pengharapan dan cinta kasih. Dalam proses pendidikan iman ketiganya tidak terpisahkan,
sebab pada dasarnya geng-harapan dan cinta adalah dimensi yang tidak terpisahkan dari
sikap iman. Dapat dikatakan bahwa iman dikuatkan oleh pengharapan dan diberi bentuk oleh
cinta kasih.
Santo Agustinus memadukan ketiganya dalam suatu ungkapan: “Quidquid narras ita narr,
Ut ille cui loqueris, audindo credat, credende speret, sperando amet” (= Apa pun yang anda
ceritakan, ceritakanlah sedemikian rupa, sehingga pendengarmu karena mendengar dia
percaya, karena percaya dia berharap, dan karena berharap dia mencintai).
b) Peranan Katekese
Dalam rangka mematangkan hidup kristiani, dapat ditunjuk peranan konkret katekese, a.1.:
(a) Mematangkan sikap iman
Secara konkret hal ini berarti menumbuhkan kepekaan dan kesediaan untuk mendengar
dan berserah diri kepada Allah dalam Kristus. Lebih jauh hal ini berarti membimbing seseorang
kepada penyerahan diri secara pribadi dan tanpa syarat kepada Kristus sebagai titik acuan
yang esensial dalam hidup.
Dalam konteks inilah dapat dikatakan bahwa mengikuti Kristus, menjadi murid dan
memiliki mentalitas iman adalah sasaran katekese: mendidik orang berpikir seperti Kristus,
memandang sejarah seperti Dia, hidup seperti Dia, memilih dan mencintai seperti Dia,
berharap sebagaimana Dia ajarkan, di dalam Dia menghidupi persekutuan dengan Bapa dan
Roh Kudus. Dengan kata lain menyuburkan dan membimbing mentalitas iman: inilah misi
utama mereka yang berkatekese atas nama Gereja.
(b) Mematangkan Pengharapan
Mematang pengharapan berarti mendidik umat agar teguh percaya pada janji-janji
penyelamatan Allah. Katekese mendidik umat agar bertekun dan bertahan tatkala berhadapan
dengan tangan; agar terbuka kepada Allah yang mengaruniakan ketabahan; dan agar
mengenyahkan sifat percaya akan kemampuan sendiri. Ini juga berarti ikut aktif dalam
pelayanan dunia agar lebih manusiawi dan makin mendekat pada rencana Allah.
(c) Mematangkan Cinta Kasih
Mematangkan cintakasih berarti membimbing umat beriman menuju pada kesempurnaan
cinta, yang dinamai perintah baru (Yoh 13:34-35), kesempurnaan hukum (Rm13:8-10),
meterai yang membuat iman berkarya (Gal 5:6; Ef 4:15).
Karena hukum tertinggi hidup Kristen adalah cinta kepada Allah, yang terlaksana secara
nyata dalam cinta kepada sesama, maka dapat dipahami betapa kaya dan pentingnya sikap
yang termaktub dalam hukum cinta. Cinta itu terarah kepada Kristus dan melalui dia kepada
Bapa dalam Roh Kudus; mengeyahkan segala bentuk egoisme; mengesampingkan
kepentingan diri sendiri sehingga mampu berbagi rasa dan berkurban; mau melihat Kristus
dalam diri saudara-saudara lain, dalam diri kaum miskin; hidup solider dan aktif mengabdi
sesama, dll. Memahami sikap-sikap ini sekaligus pertumbuhannya yang harmonis menuju
kedewasaan adalah tugas katekese yang paling asasi. Alberich memberi rangkuman atas
sasaran katekese sebagai berikut:
Dari uraian tentang sasaran katekese yang diketengahkan dan dijelaskan di atas, dapat dikemukakan petunjuk-
petunjuk penting yang berkaitan dengan hakihat katekese sebagai karya pastoral. Katekese serentak sebagagai
evangelisasi (membangkitkan pertobatan manusia), pengajaran (memperdalam pengetahuan iman), inisiasi (tuntutan ke
dalam berbagai bentuk hidup kristiani dan gerejawi) dan pendidikan (terutama sekali demi pendewasaan iman). Tugasnya
memang melimpah, kompleks dan tidak boleh dipersempit pada aspek-aspek parsial. Dalam kerangka ini sebutan
pendidikan iman menyatukan dan meringkaskan keseluruhan tugas katekese.
3.3.3.4. Kedewasaan Iman
Telah dikatakan bahwa katekese berfungsi dan berperan memupuk pertumbuhan iman menuju kedewasaannya
yang tidak mungkin sepenuhnya tercapai. Dengan menjelaskan arti dan bentuk kedewasaan iman, dan dengan menunjuk
beberapa titik yang sungguh menentukan, akan bertambah jelas tujuan yang hendak dicapai dalam katekese.
Sehubungan dengan kedewasaan iman, paham dan konsep-konsep biblis dan teologis akan diperkaya oleh sumbangan
pemikiran ilmu Psikologi Kepribadian, ilmu Psikologi Agama, dan ilmu Pedagogi pada umumnya. Unsur-unsur
karakteristik yang menandakan kedewasaan iman:
3.3.3.5. Iman yang dewasa menduduki tempat sentral dalam kepribadian.
Sikap iman dikatakan dewasa bila iman itu sendiri berpadu utuh dengan keseluruhan kepribadian: bila iman
menjadi titik sentral dan acual dari segala aspek hidup dan pekerjaan. Ini berupa hasil perpaduan yang menyelaraskan
semua nilai dan motivasi sikap iman: Peraduan akan terwujud bila sikap iman menjadi sikap fundamental, merupakan
gaya hidup, pokok utama yang menata kepribadian seseorang, sejauh dapat menjadi skema fundamental untuk
menafsirkan situasi esensial. Bila perpaduan antara iman dan hidup keseharian belum terwujud, maka iman dan
religiositas akan berupa sampingan, terletak pada pinggir kehidupan, tanpa ada pengaruhnya pada tingkah laku pribadi.
Dalam istilah psikologis, keadaan seperti itu tergolong dalam status kekanak-kanakan atau dalam fase remaja. Iman
belum menjadi unsur batiniah yang berakar dalam pusat jiwa dan tingkah laku.
3.3.3.6. Iman yang dewasa bertumbuh selaras dan serasi dengan ketiga Komponen sikap: kognitif, afektif dan operatif.
Sulit dibayangkan bahwa seseorang dewasa dalam iman bila dalam dirinya ketiga komponen pembentuk sikap
yang dewasa tidak bertumbuh secara bersama dan integral. Misalnya, pendalaman pengetahuan agama yang terlepas
dari komponen afektif dan operatif akan membuahkan pengetahuan teoritis, tanpa bersangkut paut dengan hidup (seperti
antusiasme, kepuasan, serta kegembiraan), tanpa disertai kesadaran yang terarah kepada keyakinan untuk bertindak
secara kristiani. Juga bila tekanan hanya pada komponen operatif, pada tatanan hidup konkret. Hidup kita sungguh bisa
menjadi teladan bagi orang lain, namun bila itu tidak timbul dari sikap yang tepat dan pemahaman iman yang mendalam,
maka keteladanan itu belum mencerminkan kedewasaan dalam iman, karena hal ini bisa merupakan kompensasi atau
pelarian. Maka tanda-tanda kedewasaan iman hanya dapat dilihat bila ketiga komponen di atas bertumbuh secara
bersama dan integral.
3.3.3.7. Iman yang dewasa menumbuhkan dan memperdalam komponen kognitif
a. Iman didukung oleh pengetahuan yang mendalam sehingga tidak bersifat superfisial, kekanak-kanakan
atau irasional. Sulit dimengerti bahwa seseorang atau suatu grup diandaikan dewasa dalam iman padahal
tidak mampu memberi alasan dan memberi dasar atas imanya (tidak tahu alasan mengapa beriman, tidak
memahami implikasi iman, tradisi dll).
b. Iman yang dewasa mampu membedakan antara yang tetap dan yang kebetulan.
c. Iman yang dewasa bersifat kritis dan autokritik, bukan bersifat pasif.
Sifat kritis ini dihadapkan baik dengan sabda Allah yang bersifat mengadili maupun dengan
penggunaan sarana manusiani dalam praktek beragama. Dalam motivasinya yang terdalam, iman berarti
penyerahan penuh percaya kepada Allah. Ini tidak berarti bahwa orang beriman atau komunitas beriman
menerima dengan kadar kepercayaan yang sama manifestasi konkret pengalaman agama yang sangat
beragam sepanjang sejarah. Dalam hal ini, katekese perlu menolong agar dalam diri orang beriman
bertumbuh sikap kritis.
d. Iman yang dewasa menumbuhkan komponen afektif
Iman yang dewasa memiliki motivasi yang otonom, sehingga iman tidak bersifat fungsional atau
berupa kompensasi. Iman bukanlah jawaban atas kebutuhan atau atas sesuatu keinginan, tetapi sumber
dan landasan sikap. Dengan ini hendak dikatakan bahwa sikap iman belum bisa disebut dewasa bila
kedewasaan psikologis dan human, yang mengandalkan penerimaan diri, penerimaan peran pribadi dalam
hidup sosial, dan tidak egosentris belum tercapai. Hanya suatu kepribadian yang seimbanglah yang
mampu memberi diri secara bebas dan penuh, yang bebas dari kecemasan serta frustasi, dan yang dapat
menjawab tuntutan iman secara penuh dan dewasa.
A. Vergote berkata, “Hanya manusia yang secara psikologis dewasa yang secara psikologis
dewasa sanggup mengenal dengan benar pribadi lain dalam dirinya sendiri dan mencintainya karena
dirinya sendiri. Kekurangan dalam otonomi motivasional menciutkan sikap iman menjadi suatu sikap
beragama fungsional atau berbentuk kompensasi. Ini berupa pelarian yang enak bagi orang-orang yang
tidak percaya diri atau yang mengalami frustasi, dan karena itu mencoba mencari dalam ahama jawaban
atas masalah yang terpecahkan.
e. Iman yang dewasa bersifat kreatif.
Seseorang yang beriman tidak takut dan cemas terhadap situasi-situasi baru, malahan hal ini
dijadikannya sumber motivasi baru, bahan interpretasi, dan alasan berinisiatif. Ia juga tidak takut terhadap
perubahan, tetapi memandangnya sebaagi hal biasa demi perkembangan hidup dan demi terciptanya
kondisi menuju kesejatian. Siapa bersedia menyerahkan diri secara sungguh kepada Allah yang hidup,
yang diwahyukan dalam Kristus, dia hidup di bawah dorongan Roh, yang adalah sumber hidup dan
kebaruan.
f. Iman yang dewasa terbuka kepada dialog dan terhadap tantangan.
Pribadi dan komunitas yang dewasa tidak lari di hadapan berbagai ideologi dan budaya, tetapi
memanfaatkannya sebagai sumber tetap untuk perjernihan dan untuk memperkaya diri. Dialog bisa
dilakukan dengan orang yang tidak percaya, dengan orang Kristen lainnya atau dengan komunitasnya. Bila
sampai tidak menerima orang yang berkeyakinan lain atau menolaknya, iman seperi itu akan jatuh ke
dalam sikap menekan, otoriter, intoleran, bersyakwasangka dan akan merosot menjadi suatu ideologi.
g. Iman yang dewasa mengembangkan dimensi operatif
a) Iman yang dewasa bersifat dinamis, aktif, bukan pasif atau steril. Bila iman seseorang telah dewasa,
maka akan berkembanglah motivasi-motivasinya dan ini mendorong dia untuk bertindak secara
nyata. Sedangkan tanda ketidakdewasaan adalah sterilnya iman (iman tanpa tindakan nyata). Hidup
keagamaan orang seperti ini dibiarkan tenang tanpa gangguan pada pinggir kehidupannya sehari-
hari. Imannya tidak mempunyai pengaruh bagi hidupnya.
b) Iman yang dewasa mengungkapkan hubungan yang mendalam antara iman dan hidup, antara budi
dan tingkah laku, antara rencana Allah dan pengaturan hidup.
3.3.4. Konsekuensi dan Aplikasi dalam Katakese
3.3.4.1. Katekese, sejauh sebagai pendorong dan penuntun
Katekese sejauh sebagai pendorong dan penuntun ke arah kedewasaan iman, dengan sendirinya
mengandaikan dan memacu pertumbuhan serta kematangan manusiawi. Tanpa kedewasaan manusiawi tidak mungkin
dibayangkan kedewasaan iman. Ini menggaris bawahi kemampuan pedagogis para pelaksana katekese.
3.3.4.2. Kedewasaan iman
Kedewasaan iman tidak tercapai dalam suatu momen tertentu secara definitive. Usaha untuk mencapai
kedewasaan iman tetap tinggal sebagai suatu tugas yang terbuka, berlangsung selama hidup. Dalam konteks ini,
katekese tidak mempunyai batas akhir atau titik finis.
3.3.4.3. Dinamika dan proses kedewasaan iman
Dinamika dan proses kedewasaan iman dikondisikan oleh ribuan cara dan atas berbagai alasan. Sebagian
besar tergantung pada perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dunia dewasa ini menimbulkan serangkaian tantangan
yang menuntut agar katekese menjadi proses pendidikan iman secara permanen.
3.3.4.4. Ada hubungan erat antara perkembangan iman dan pengalaman iman. Tanpa pengalaman iman tidak akan ada
komunikasi iman, dan tanpa ekspresi iman, seseorang tidak akan dewasa dalam iman
3.3.4.5. Struktur sikap iman
Struktur sikap iman mengizinkan kita melihat jalan dan tingkat-tingkat yang berbeda-beda dari metodologi
pendewasaan sikap: tingkat kognitif, afektif, dan operatif. Persis serupa dengan itu adalah struktur pengalaman iman,
yang memperhatikan tiga bahasa dasar komunikasi iman: biblis, eklesial, dan eksperiensial.
3.3.4.6. Tahap-tahap iman
Tahap-tahap iman seseorang atau suatu kelompok ditentukan oleh bermacam-macam faktor, antara lain
kebudayaan dan kehidupan sosial, hubungan antarpribadi, umum, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Dengan ini
hendak dikatakan bahwa untuk setiap situasi dan kondisi subyek, perlu ada pengkhususan dan penyesuaian menyangkut
unsur-unsur penting suatu program: sasaran, pelaksana, isi, tahap-tahap, suasana dan caranya. Unsur-unsur ini akan
menentukan langkah-langkah pertumbuhan iman.
P
><
WAHYU
Paus
Uskup
Imam-imam
Hirarki
Umat Awam
b. Keterangan:
Kristus sebagai Pendiri Gereja (mewariskan wahyu) kepada Sri Paus → kepada para uskup → imam-imam
→ dan akhirnya kepada umat beriman. Dan Kristus, sabda diserahkan melalui hirarki kepada gembala-
gembala dalam Gereja dan lewat mereka ini menurut urutan otoritas dan tanggung jawab sampai kepada
umat beriman.
c. Model ini dilatarbelakangi oleh dua pemisahan yang terumus secara teliti: hirarki dan umat, gembala dan
kawanan, Gereja pengajar dan Gereja yang diajar. Hirarki tampil sebagai komponen aktif dan yang memikul
tanggung jawab, sedangkan umat sebagai penerima pasif.
d. Konsekuensinya: umat pada umumnya memandang dirinya sebagai obyek dari tugas penggembalaan
hirarki, atau bila diikutsertakan dalam tugas-tugas pastoral hanya semata-mata sebagai pelaksana. Kerap
keikutsertaan mereka harus secara resmi dinyatakan melalui surat kuasa atau missione canonica.
Dalam model ini peranan karisma dan pelayanan orang yang tidak tertahbis sangat dikecilkan. Pelayanan
sabda menjadi monopoli komponen hirarki: tidak dikenal bentuk kenabian khusus dan peranan para teolog
agaknya diabaikan.
e. Katekese dimengerti sebagai pengajaran doktrin, diatur oleh hirarki baik dalam hal program, isi, pelaksana,
metode maupun materi yang dipergunakan, dll. Keikutsertaan awam hanya dalam taraf sekunder-subsidier:
sekadar mengisi kekurangan tenaga imam. Katekese bersifat uniform personalistis: isi dan metodenya tetap,
mematikan kreativitas dan pluralisme. Model gereja seperti ini berawal dan berasal dari abad IV, tatkala
Gereja diberi hak kewarganegaraan dalam kekaisaran Romawi. Sejak itu terjadi pergeseran dari aspek
misterial Gereja ke aspek institusional. Secara intensif model ini dikembangkan dalam abad XI sampai pada
masa reformasi. Lebih jauh lagi, Konsili Vatikan I mengeluarkan suatu konstitusi; yaitu Pastor Aeternus yang
merumuskan secara dogmatis Primat Paus dan ketidaksesatan Pontifex. Gereja dipandang sebagai suatu
masyarakat sempurna (societa perfecta) dengan strukturnya yang jelas dalam diri hirarkinya. Pandangan
terhadap keselamatan dirumuskan dalam suatu aksioma extra ecclesiam nulla salus (di luar Gereja tidak
ada keselamatan). Pembaptisan dianggap penting sekali sebagai jalan mendapatkan keselamatan.
Hubungan dengan Allah sangat individualistis, yang terungkap dalam semboyan popular salva animam tuam
(selamatkan jiwamu!). Tiap pribadi mengusahakan keselamatannya sendiri, hubungan komuniter sangat
dipersempit. Sikap tunduk dan taat dari pihak awam terhadap hirarki sangat ditekankan, kebebasan dan
kreativitas kelompok-kelompok rohani sangat dicurigai. Hubungan dengan dunia bersifat dualistis: Gereja
sebagai kerajaan keselamatan dinaungi oleh rahmat, sedang dunia sebagai kerajaan kejahatan diliputi oleh
dosa. Gereja sebagai suatu masyarakat yang terorganisir bertujuan adikodrati, sedangkan masyarakat dunia
melulu kodrati.
f. Pengertian Keselamatan dan Gereja Model Vertikal. Menurut Luis Gallo, dalam model Gereja vertical,
keselamatan dimengerti dalam arti masuk surge. Ciri-cirinya dapat dijejerkan sebagai berikut:
a) Bersifat spiritual: Jiwa dilihat sebagai bagian luhur dalam diri manusia dan jiwa inilah yang
harus dilepaskan dari kungkungan badan. Badan jasmaniah dipandang sebagai pelengkap saja.
Dalam konteks itu tempo dulu ada seruan salva animam tuam (selamatkanlah jiwamu).
b) Di luar kehidupan dunia ini: Keselamatan itu akan datang nanti sesudah mengalami kematian.
c) Untuk lingkup kecil dan terbatas: Keselamatan diperuntukkan bagi mereka yang masuk Gereja
Katolik, sebab itu diproklamirkan extra acclesiam nulla salus (di luar Gereja tidak ada
keselamatan)
d) Individualistis: Karena adanya semboyan “salva animam tuam”, maka keselamatan itu harus
diusahakan sendiri-sendiri. Individu-individu dilihat sebagai subyekl satu-satunya dari
keselamatan. Hubungan dengan orang lain dijalin sejauh merupakan syarat esensial untuk
diselamatkan.
Tidak terbayangkan bahwa tipa pribadi juga mengusahakan keselamatan sesamanya.
Pendekatan dimensi komuniter keselamatan tidak masuk alam piker teologi dalam model Gereja
vertikal.
e) a-historis: Konsep keselamatan dikatakan a-historis, sebab dilihat terlepas dari perjalanan
sejarah hidup setiap orang. Dibayangkan bahwa keselamatan dapat diperoleh tanpa ikut ambil
bagian dalam hal-hal yang terjadi di dunia ini. Dunia malah dianggap sebagai rintangan bagi
keselamatan. Kalaupun pernah merasa bertanggung jawab atas peristiwa kemanusiaan, itu
hanyalah berupa jalan membebaskan diri dari kungkungan dunia.
f) Pasif: Secara kukuh digarisbawahi tindakan Allah dan Kristus untuk mencapai keselamatan.
Kepada manusia ditekankan sikap menerima saja dan pasif di hadapan karunia yang berasal
dari atas. Memang tidak disangkal perlunya kerja sama dengan rahmat penyelematan Allah,
tetapi dianjurkan dengan sangat agar manusia membiarkan diri diselamatkan, mengingat
ketidakmampuannya melakukan apapun.
g) Sakramentalitas: Keselamatan dipertalikan sangat erat dengan kultus (ibadah.kebaktian)
yerutama dengan sakramen, dengan mana manusia dibantu untuk memperoleh keselamatan.
Memang dipikirkan juga keselamatan bagi mereka yang tidak menerima sakramen, tetapi toh
dirasa perlu sekurang-kurangnya kerinduan akan sakramen agar bisa diselamatkan. Dalam
konsep ini timbul dualism antara hidup kultis dan hidup profan. Perpaduan integral antara
keduanya tidak dipedulikan.
h) Reduktif: Dengan bersandar pada kitab suci, iman kepada Kristus dipertahankan sebagai syarat
mutlak untuk diselamtkan; dan karena iman digolongkan dalam komponen kognitif saja, maka
disimpulkan bahwa keselamatan hanya ada dalam Gereja, tempat iman dipelihara. Keselamatan
orang yang bukan anggota Gereja adalah suatu kekecualian yang luar biasa. Konsep
keselamatan di atas dipengaruhi ole beberapa hal:
Kebudayaan Yunani yang bercorak platonis: Dalam alam pikir aliran ini ada dualisme ontis:
dunia yang di atas, yang spiritual, itulah yang baik; sedangkan dunia yang di bawah jahat.
Selain itu mereka menciptakan dualisme antropologis: manusia.
3.4.3.2. Model anti institusi
Model ini timbul sesuadh konsili sebagai reaksi atas model vertikal.
P
><
ROH KUDUS
UMAT
Keterangan:
a. Diutamakan peranan umat sebagai subyek sabda Allah atas dasar karisma pribadi dan bersama sebagai
kelompok yang dipimpin oleh “leaders” karismatik.
b. Terjadi kontak langsung umat beriman dengan sumber sabda. Hirarki Gereja ditempatkn pada dasar
piramida dan peranannya sebagai pengatur dan penafsir sangat dikurangi. Model ini bersifat karismatis-
spiritual.
c. Tugas berkatekese ditangani oleh umat beriman, yang sifatnya otonom dan tidak tergantung pada hiraki.
Dalam usaha katekese terdapat 2 momen yang amat penting: inisiasi dalam kehidupan komunitas dan
penafsiran sabda Allah atas cara baru demi kebutuhan komunitas. Secara umum boleh dikatakan model ini
mempunyai makna dan dapat diterima tetapi tampak jelas bersifat berat-sebelah, karena berupa reaksi
keras terhadap model Gereja institusional. Karena itu, dibutuhkan suatu model lain yang lebih memuaskan
dan lebih organik
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 7 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks
diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan tidak
boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 10 halaman dengan ukuran kertas A4,
diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Essay
Indikator Grade Skor
Materi tidak lengkap, tingkat pemahaman
sangat renda, tidak ada pengembangan pikiran Sangat Kurang <20
dan kerapian sajian.
Kurang Kelengkapan materi, tingkat Kurang 21 – 40
pemahaman, pengembangan pikiran dan
kerapian sajian kurang.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
pengembangan pikiran dan kerapian sajian Cukup 41 – 60
cukup baik namun kurang inovatif
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
kurang pengembangan pikiran dan kerapian Baik 61 – 80
sajian.
Kelengkapan materi, tingkat pemahaman,
Sangat Baik >81
pengembangan pikiran dan kerapian sajian.
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
BAB IV
PERKEMBANGAN KATEKESE DARI MASA KE MASA
4.1. Pendahuluan
Berbicara mengenai katekese tentu tida terlepas dari sejarah Gereja, sebab katekese selalu dipengaruhioleh
perkembangan Gereja itu sendiri. Perkembangan katekese mempunyai latar belakang pemahaman tentang Gereja serta
sejarah Gereja dari masa ke masa sejak saman para rasul sampai sekarang. Setelah menyelesaikan modul ini, kita
diharapkan mamapu menjelaskan perkembangan katekese dari masa ke masa secara komprehensif. Secara lebih rinci,
kita diharapkan memiliki kemampuan:
1. Mampu menjelaskan Abad Katekese Pembabtisan
2. Mampu menjelaskan Katekese Dalam Abad Pertengahan
3. Mampu menjelaskan Katekese Abad XVI / Masa Reformasi Trente
4. Mampu menjelaskan Katekese Abad Ke XVIII / Katekese Sekolah
5. Mampu menjelaskan Perkembangan Katekese Tahun 1900 / Perkembangan Katekese Mutakhir
6. Mampu menjelaskan Perkembangan Katekese di Indonesia
Dengan menguasai tujuan tersebut, kita dapat memahami perkembangan katekse, sehingga kita dengan
mantap dapat melanjutkan karya pewartaan. Agar tujuan tersebut dapat kita kuasai, modul ini diorganisasikan menjadi 2
kegiatan belajar, yaitu:
1. Kegiatan Belajar 1: Abad Katekese Pembabtisan
2. Kegiatan Belajar 2: Katekese Dalam Abad Pertengahan
3. Kegiatan Belajar 3: Katekese Abad XVI / Masa Reformasi Trente
4. Kegiatan Belajar 4: Katekese Abad Ke XVIII / Katekese Sekolah
5. Kegiatan Belajar 5: Perkembangan Katekese Tahun 1900 / Perkembangan Katekese Mutakhir
6. Kegiatan Belajar 6: Perkembangan Katekese di Indonesia
4.2. Abad Katekese Pembabtisan
Pada masa ini, banyak orang yang menjadi Kristen, baik dari orang bekas kafir, maupun dari orang yang bekas
Yahudi. Karena itu kegiatan utama katekese pada abad ini ialah melayani orang yang mau dipermandikan menjadi
Kristen.
4.2.1. Abad 1: Katekese Zaman Para Rasul dan sesudah Zaman para rasul /Gereja Purba
Kristus yang wafat dan bangkit telah kembali ke rumah Bapa-Nya. Para Rasul melanjutkan peruntusanNya
dengan menyampaikan inti pewartaan, yakni: wafat dan kebangkitan Kristus merupakan pokok iman setiap orang dan
menjadi sumber keselamatan.
Pewartaan mula-mula disampaikan secara lisan, kemudian secara tertulis, dengan sasaran pendengarnya ialah:
orang yang pernah membunuh Yesus, bekas Yahudi dan bekas kafir. Pewartaan disampaikan dalam bentuk Kerygma
dan Didache.
4.2.1.1. Kerygma
Ialah pemakluman untuk pertobatan, bagi orang Yahudi dan orang kafir. Inti pemakluman ialah: Karya
keselamatan telah terpenuhi dalam diri Kristus, dilanjutkan oleh Gereja dengan bimbingan Roh Kudus. Tuntutannya:orang
Yahudi harus percaya Kristus Almasih, orang kafir tinggalkan politeisme dan masuk ke kehidupan kristiani.
4.2.1.2. Didache (Katekese)
Ialah pengajaran yang diberikan kepada orang yang sudah percaya bahwa karya keselamatan telah terpenuhi
dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Intinya: pengeterapan ajaran dalam hidup konkret agar orang menjawabnya dalam
iman. Dengan ini wafat dan kebangkitan Kristus bermakna bagi kehidupan orang setiap hari. Tuntutan bagi yang
mendapat pengajaran:
a. Menerima Kristus sebagai Almasih (orang Yahudi)
b. Melepaskan politeisme dan percaya pada keesaan Allah (orang kafir)
c. Kesatuan dalam hidup Gereja
Pengajaran untuk persiapan orang kafir memakan waktu cukup lama, sedangkan untuk orang Yahudi
persiapannya singkat saja. Setelah para Rasul meninggal, pewartaan masih dilanjutkan oleh para bapa Gereja.
4.2.2. Abad 2 dan 3: Katekese Katekumenat
Kegiatan utama katekese pada abad ini ialah mempersiapkan calon-calon permandian dalam suatu jangka
waktu yang telah ditetapkan. Setelah dipersiapkan calon-calon itu baru diperkenankan untuk menerima Sakramen
Permandian. Tugas ini dijalankan oleh katekese khusus yang dipersiapkan di sekolah-sekolah kateketik. Katekese
katekumenat (sekitar tahun 215) diberikan dalam dua periode, yakni:
4.2.2.1. Masa pemeriksaan
Masa pemeriksaan diadakan selama tiga tahun, dalam hal cara hidup sesuai/tidaknya dengan ajaran Kristen.
Pokok ajaran yang disampaikan ialah: orang harus hidup sesuai dengan ajaran dalam buku Ester, Yudith dan Tobias.
Setiap pelajaran ditutup dengan doa dan penumpangan tangan.
4.2.2.2. Masa mendengarkan Injil
Masa ini sebagai pelengkap dari masa pemeriksaan. Para calon permandian diberi instruksi tentang pengajaran
Injil dan tentang iman. Setiap hari para calon menerima penumpangan tangan untuk pengusiran setan. Pada akhir masa
ini diadakan penyerahan kredo yang harus dibacakan oleh calon permandian sendiri.
4.2.3. Abad 4 dan 5: Pertobatan Masal
Sesudah Edikta Milano (± 313) banyak orang bertobat dan mau menjadi Kristen. Karena itu maka kegiatan
utama katekese pada abad ini ialah mempersiapkan orang yang bertobat dalam jumlah besar untuk masuk agama
Kristus. Pewartaan dalam masa ini dijalankan dalam empat tahap:
4.2.3.1. Aspirantes (tahap pemeriksaan)
Tahap ini dijalankan selama tiga tahun, dan selama itu diberikan garis besar ajaran keselamatan dari kitab
kejadian sampai kitab wahyu. Tujuannya ialah mengembangkan sikap iman, harap, dan kasih. Ke dalam katekumenat
mereka diterimakan dengan: penandaan tanda salib pada si calon, pemberian garam, peniupan atas calon sebagai
lambang Roh Kudus. Pada peristiwa tertentu, mereka menerima pengajaran agama, ikut serta dalam perayaan Ekaristi.
4.2.3.2. Competentes-electi-illuminati (persiapan dekat)
Masa ini lamanya 40 hari, selama masa puasa sampai malam Paska. Pada masa ini katekumen dipersiapkan
untuk menerima permandian berupa ajakan dalam khotbah, dibicarakan tentang dosa, pembaptisan, iman dan tentang
kredo. Pengajaran ini dipadukan dengan liturgi dalam bentuk upacara penyerahan kredo para Rasul dan Kitab Injil.
4.2.3.3. Pembaptisan
Pembaptisan dilangsungkan pada Vigili Paska secara meriah dengan urutan upacara sebagai berikut:
Penyangkalan setan, pengakuan iman dan penerimaan baptis. Sesudah mereka mendapat sakramen penguatan,
mengikuti perayaan Ekaristi dan menerima komuni kudus.
4.2.3.4. Neophitat/Infantes: Masa setelah permandian
Setelah dipermandikan, orang memakai pakaian putih selama delapan hari sampai dengan hari Minggu Putih.
Pada masa ini mereka harus menghadiri misa setiap hari, mendapat penjelasan tentang doa dan sakramen.
4.2.4. Abad 6: Pembaptisan dan Pendidikan Anak-anak
Pada abad ini dalam Gereja terjadilah pertobatan secara besar-besaran bersamaan dengan bertobatnya suku
bangsa German dan Slavia. Pada abad ini juga sakramen permandian mulai diterimakan pada anak-anak. Untuk yang
bertobat persiapannya singkat saja (beberapa minggu) setelah itu diserahkan ke dalam pangkuan gereja. Acara
pembaptisan pada masa ini mengikuti bagian-bagian penting sebagai berikut: pengusiran setan, penyangkalan setan dan
pernyataan tanggung jawab. Tanggung jawab pendidikan anak-anak dilaksanakan oleh orang tua, wali dan kerabat si
anak, dan mereka pulalah yang menjamin bahwa anak akan mempraktekkan cara hidup kristiani.
4.2.5. Kesimpulan
Dari sejarah katekese pada abad pembaptisan ini dapat dipetik hal-hal penting sebagai berikut: Pada masa ini
umat Kristen pertama-tama berusaha untuk membentuk orang-orang Kristen yang baik. Karena itu mereka mewajibkan
pemeriksaan yang lama terhadap si calon permandian. Pengajaran yang disampaikan pada abad ini sifatnya meluas (dari
Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu) dan dituntut kemampuan orang untuk mengingatnya secara baik. Katekese pada
zaman ini terikat erat dengan Liturgi. Orang tua, kerabat dan wali menjadi katekis (guru agama) bagi anak-anak dalam
keluarga Kristen.
4.3. Katekese Dalam Abad Pertengahan
Abad pertengahan ialah masa dalam sejarah yang terletak antara zaman kuno dan zaman modern (sekitar
tahun 500-1500). Zaman ini ditandai dengan mulai terlepasnya cara hidup lama dan sedikit demi sedikit memasuki alam
pikiran modern, dimana orang mulai dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Katekese pada abad ini memiliki
bentuk tersendiri dengan tipe dasarnya ialah tipe sistematis, tersusun secara teratur dalam satu program yang masuk
akal.
4.3.1. Pelepasan bentuk katekese lama (katekese formal)
Katekese lama adalah katekese formal (rapih terprogram) kurang mendapat perhatian, baik bagi anak-anak
maupun bagi orang dewasa. Liturgi menjadi asing karena bahasanya yang tidak mengenai hati dan semangat misi pun
berkurang. Keadaan ini mempengaruhi orang untuk beralih ke zaman baru dengan bentuk katekese yang baru.
4.3.2. Usaha-usaha baru
Kenyataan-kenyataan baru timbul pada abad ini. Kenyataan itu mempengaruhi hidup orang Kristen, sehingga
orang menggiatkan karya katekese berdasarkan kenyataan itu.
4.3.2.1. Tanggung jawab pendidikan Kristen bagi anak-anak dilaksanakan oleh orangtua dan wali baptis. Merekalah
yang meberikan penjelasan tentang iman dan sakramen kepada anak-anak.
4.3.2.2. Berdirinya sekolah-sekolah. Pada abad ini muncul banyak sekolah. Dalamnya diajarkan tentang pengetahuan
dan iman seperti Bapa Kami, kredo, 10 perintah Allah, dosa asal dan delapan sabda bahagia.
4.3.2.3. Penulisan ajaran-ajaran pokok kristiani pada zaman ini ditulis dalam bentuk brosur-brosur (seperti brosur
sakramen Tobat, Katekismus, dan poster-poster untuk pengembangan pelajaran iman. Juga dikembangkan
karya seni Kristen, dimana ajaran-ajaran dimunculkan dalam lukisan-lukisan dan gambar-gambar di kaca
jendela.
4.3.2.4. Kehidupan dalam lingkungan kristiani. Pada abad ini penghayatan iman masuk ke dalam hidup sehari-hari dari
umat. Orang berbicara dengan bahasa kristiani, liturgi menyerap ke segenap hidup, misteri iman didramakan,
para pemimpin dilantik dalam upacara agama, nama rumah dan toko diambil dari teks-teks Injil.
4.3.3. Kesimpulan
Sejarah katekese Abda Pertengahan memberikan beberapa pokok pikiran penting. Pada masa kemunduran
abad pertengahan. Pada masa kemunduran abad pertengahan, katekese di rumah digiatkan. Orang tua dan wali baptis
menjadi pendidik iman bagi anak-anak. Dalam abad ini juga muncul iklim hidup Kristen yang penuh cinta. Orang
memelihara suasana persaudaraan yang penuh kedamaian. Iklim yang demikian menjadi ruang pendidikan yang bagus
bagi anak-anak dan kaum muda. Katekese dalam bentuk rumusan iman tidak cukup dikembangkan pada abad ini. Orang
cukup merasa puas dengan praktek hidup agama yang sudah ada. Bagi kita zaman modern ini perlu dibangkitkan
kesadaran bahwa orang tua pada abad ini pun tetap menjadi pendidik iman anak yang pertama dan utama. Di samping
itu perlu sadar pula bahwa lingkup hidup keluarga, tetangga, dan masyarakat yang bersaudara dan penuh damai
merupakan ruang pendidikan bagi anak yang bagus.
4.4. Katekese Abad XVI / Masa Reformasi Trente
Reformasi ialah perpecahan iman pada abad ke-16 di bawah pimpinan Luther dan Calvin. Keduanya merasa diri
terpanggil untuk membaharui Gerejja yang pada waktu itu dalam keadaan lemah. Dari pihak Gereka Katolik diadakan
juga pembaharuan yang digiatkan oleh Konsili Trente.
4.4.1. Usaha Luther
Luther mengadakan pembaharuan di bidang agama dan ajaran-ajarannya diprogramkan lanjut oleh para
pengikutnya. Pada tahun 1529 Luther menerbitkan Katekismus dalam dua edisi, yang setelah 40 tahun kemudian jumlah
katekismus yang beredar sebanyak 100.000 eksemplar.
4.4.2. Usaha Gereja Katolik
Untuk menyaingi pembaharuan Luther, Gereja Katolik meningkatkan usaha untuk memajukan katekese,
terutama katekese anak-anak. Untuk tujuan yang sama dibuat juga katekismus sebagai ringkasan dan rangkuman ajaran
Kristen, dalam beberapa bentuk.
4.4.2.1. Katekismus Katolik
Diterbitkan tahun 1520. Katekismus ini dalam isinya kuat dipengaruhi oleh sifat kebaktian, sebagai warisan
pengajaran agama gaya lama.
4.4.2.2. Katekismus Santo Petrus Kanisius
Katekismus ini disusun di Jermas oleh St. Petrus Kanisius, anggota Serikat Yesus. Katekismus ini diterbitkan
ulang dalam bentuk yang berbeda-beda; tahun 1555 Katekismus ringkasan ajaran untuk mereka yang belajar teologi,
tahun 1556 diterbitkan Katekismus berukuran kecil untuk kaum muda dan pada tahun 1559 diterbitkan Katekismus
berukuran sedang. Tekanan pada Katekismus-Katekismus ini ialah pembelaan, dengan isi pokok yang selalu
dipertahankan ialah iman dankredo. Harapan dan doa, cinta dan perintah, sakramen dan keadilan kristiani.
4.4.2.3. Katekismus Santo Robertus Bellarminus
Di Italia Santo Robertus Bellarminus ditugaskan oleh Paus Clemens VIII untuk menyusun sebuah Katekismus.
Katekismus ini terbit pada tahun 1589 yang berisikan penjelasan-penjelasan, rumusan-rumusan dan bahan-bahan
hafalan yang diturunkan dari Abad Pertengahan. Katekismus ini cukup lama dipakai, kemudian atas penentuan
Propaganda Fide (Seksi Penyebarab Iman) digunakan di daerah Misi dan pada Konsili Vatikan I (1980) dijadikan model
rancangan untuk Katekismus umum. Pada waktu terbitnya Katekismus ini, di Perancis dan Spanyol terbit pula
Katekismus-Katekismus lain masing-masingnya karangan P. Edmund Auger SY (Perancis) dan P. Ripala SY (Spanyol).
4.4.2.4. Katekismus Trente
Katekismus ini disusun berdasarkan penentuan dari Konsili Trente (Paus Pius V). katekismus ini diterbitkan
pada tahun 1556 dengan judul Catechismus Romanus (Katekismus Roma). Katekismus ini ditujukan kepada para
rohaniawan sebagai bantuan agar mereka memberikan pengajaran secara baik, baik kepada orang dewasa maupun
kamu muda. Bahan Katekismus ini bersumber pada prinsip-prinsip lama. Seluruh ajaran dipaparkan dalam satu jilid yang
besar dengan empat bagian penting : bagian pertama, tentang kredo (aku percaya); bagian kedua, tentang sakramen-
sakramen; bagian ketiga: tentang praktek hidup kristiani yang dikaitkan dengan Sepuluh Perintah Allah; dan bagian
keempat: penjelasan tentang Bapa Kami. Konsili Trente sungguh-sungguh berusaha untuk memajukan katekese, khusus
dalam hal penggunaan Katekismus. Hal ini tampak dalam usaha-usahanya yang berikut:
a. Konsili menuntut supaya semua orang Kristen terutama anak-anak betul diajarkan Katekismus.
b. Keuskupan-keuskupan memberikan instruksi untuk mengadakan pengajaran agama bagi bagi anak-anak.
c. Pengajaran Kristen yang pokok ditujukan kepada semua orang dewasa, termasuk katekese Gerejani
tentang ajaran Kristen.
Katekese pada masa ini berkembang selain karena usaha Konsili, juga karena dibanyak tempat pengajaran
agama diwajibkan dan didukung oleh pemerintah; juga karena adanya sumbangan dari banyak ordo religius.
4.4.2.5. Serikat Ajaran Kristiani
Serikat ini didirikan pada tahun 1560 dan diresmikan pada tahun 1571 oleh Paus Plus V. Kegiatan serikat ini
terutama di Italia, kemungkinan menyebar di Jerman, dengan sumbangan pokoknya ialah:
a. Mengikuti petunjuk ajaran Kristen dan melanjutnya pada keluarga-keluarga, pelayanan-pelayanan dan
pembantu rumah.
b. Mengembangkan katekese anak-anak menurut kelompok umur.
Untuk mereka diusahakan katekismus khusus, juga buku-buku kecil yang berisi pertanyaan-pertanyaan
agama. Disiapkan juga alat-alat bantu untuk katekese. Metode yang digunakan dalam katekese anak-anak
ini ialah metode penjelasan teks: pertanyaan dibacakan, dijelaskan dengan contoh-contoh dan ditutup
dengan nasihat dan aplikasi praktis untuk kehidupan. Tekanan utama dalam katekese ini ialah bertanya dan
berpikir.
4.4.3. Kesimpulan
Katekese pada masa Reformasi Trente berpegang pada pola dasar ialah pembelaan ajaran terhadap pengaruh
Luther. Usaha utama Gereja Katolik pada zaman ini ialah: menertibkan pelbagai buku Katekismus dan isi ajaran buku-
buku ini disampaikan pada umat. Usaha ini ditunjang oleh keputusan Konsili Trente sendiri, dibantu oleh serikat religius
dan di beberapa tempat didukung oleh pemerintah. Perkembangan katekese pada masa reformasi memberikan kepada
kita pelajaran khusus agar kita peka terhadap perkembangan zaman dan berusaha selalu mencari jalan menanamkan
iman pada umat di zaman tertentu itu lewat katekese.
4.5. Katekese Abad Ke XVIII / Katekese Sekolah
Abad ke-18 adalah zaman pencerahan (Aufklärung) yakni suatu zaman yang menilai tinggi kemampuan budi
(rasionalisme). Pada masa ini pula pemerintah mewajibkan pengajaran di sekolah. Berkenaan dengan itu muncullah
katekese sekolah, yang menggiatkan pengajaran agama baik di Sekolah Dasar maupun di Sekolah Menengah.
4.5.1. Untung rugi adanya pengajaran
Masuknya pengajaran agama ke dalam kurikulum sekolah membawa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya
ialah pengajaran katekese diberikan dalam jumlah besar, iman dapat dikokohkan melawan reformasi Luther dan bahan
katekese diselaraskan dengan pertumbuhan anak.
Kerugiannya ialah ruang kelas menggantikan Gereja dan katekese lebih mementingkan pengetahuan budi saja.
Walaupun ada pengaruh penekanan pada pengetahuan budi (intelektualisme), namun ruh pekerjaan pada pengetahuan
budi (intelektualisme), namun ajaran moral tidak dikesampingkan. Selama masa ini digiatkan katekese moral dalam
sistem Sokrates, yakni suatu sistem tanya jawab yang dimulai dari dunia pengalaman anak-anak, lalu tahap demi tahap
membimbing mereka maju. Demikian pula sistem-sistem yang termuat dalam Katekismus pada waktu itu dilengkapi lagi
dengan “Sejarah Kitab Suci”.
4.5.2. Pengembangan lanjut
Mengecilkan pengaruh rasionalisme, diusahakan pembaharuan-pembaharuan seperti dijalankan oleh Pater
Bernard Overberg dan P. Y. B. Hirscher dkk. Mereka mengembangkan cara mengajar dengan jalan bertanya dan
menyajikan pelajaran pada anak-anak dalam bentuk cerita. Untuk itu dituliskan sejarah Kitab Suci Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru.
Ditekankan juga peranan seorang katekis. Katekis adalah seorang utusan Allah, mereka harus menyajikan
fakta-fakta yang pokok, kemudian coba merumuskan intinya; mereka juga harus memperkuat iman, harap dan cinta
melebihi pengetahuan. Metode-metode katekese yang dikembangkan pada masa ini kurang berhasil, akhirnya orang
kembali ke metode lama, dengan memberikan penjelasan sederhana atas teks Katekismus, kemudian memberikan
aplikasi praktis dan usaha membaca bahan.
4.5.3. Sekolah Munich dan Sekolah Wina
Karena penghargaan terhadap agama menurun dan terlalu mementingkan ilmu pengetahuan, karena peranan
keluarga tidak jelas lagi dalam pendidikan agama dan adanya bantuan dari ilmu-ilmu lain (psikologi), antropologi,
sosiologi, dll. Untuk katekese, maka muncullah pembaharuan dalam bidang katekese. Pembaharuan itu digiatkan di
sekolah Munich dan Wina. Pembaharuan ini menggiatkan metode berikut ini: bahan katekese harus ditangkap, diingat
dan dipahami.
Untuk itu katekis harus : Pertama: menggunakan satu contoh yang menarik sebagai titik tolak. Kedua:
mengembangkan teks-teks Katekismus dari bahan yang pertama. Metode ini diberi nama Metode Pengembangan teks,
atau Metode Munich. Pada kongres katekese yang pertama di Wina tahun 1912, metode ini diterima dan disahkan.
4.5.4. Sekolah “Learning by doing” (Bentuk Sekolah Aktif)
Sesudah Perang Dunia I (1914 – 1918) timbullah keyakinan bahwa katekses yang menekankan pengetahuan
tidak mencukupi, dibutuhkan satu pendidikan yang daya serapnya bersifat abadi. Model pendidikan yang demikian
dikembangkan dengan sekolah Learning by doing berarti belajar sambil/dengan bekerja. Dasar pemikiran pengembagan
metode ini ialah bahwa anak belajar bukan saja dengan mendengarkan kata-kata, tetapi dengan berbuat dengan hidup itu
sendiri; untuk itu anak harus menangkap kehidupan rohani dalam katekese, dalam bimbingan rohani dan dalam liturgi.
Dengan adanya metode ini maka muncul pula usaha-usaha untuk mengadakan Katekismus yang sesuai. Kongres
Katekese II di Munich tahun 1928 khusus membicarakan pengadaan buku-buku Katekismus itu, dengan demikian di
mana-mana diadakan revisi atas Katekismus yang sudah ada itu.
4.5.5. Kesimpulan
Perbaikan dalam katekese yang meluas timbul dari kebutuhan untuk mendapatkan metode katekese yang tepat.
Pendidikan agama menyadari bahwa kekuatan ajaran kristiani diaktifkan dalam diri anak. Pengajaran agama (katekese)
yang berhasil ialah katekese yang mengusahakan dalam diri anak gambaran jelas dari seluruh ajaran kristiani, dan ajaran
kristiani harus ditanggapi sebagai satu warta yang menggembirakan. Isi iman harus ditanamankan sedemikian rupa
sehingga iman itu tampak sebagai warta atas kodrati yang indah dan agung. Pelajaran yang penting bagi kita masa ini
ialah guru agama/Katekis di sekolah atau dalam kelompok katekese ialah: seluruh ajaran kristiani harus disajikan sekian
rupa, sehingga ajaran itu menjadi satu warta yang menggembirakan.
4.6. Perkembangan Katekese Tahun 1900 / Perkembangan Katekese Mutakhir
Sejak tahun 1950 perkembangan katekese menempuh jalan sendiri-sendiri di pelbagai negeri. Agar mendapat
umum maka kita perlu memperhatikan kegiatan katekese di tempat yang berbeda-beda itu.
4.6.1. Perkembangan Katekese di Tanah Perancis
Situasi umat di tanah Perancis: terbanyak anak-anak yang dipermandikan dari keluarga Katolik, namun mereka
belajar di sekolah-sekolah negeri yang tidak ada pelajaran agama. Usaha yang dibuat ialah: membangunkan pusat
pengajaran di luar sekolah; anak-anal, wanita, pemuda-pemudi dan orangtua mendapat pembinaan agama di tempat itu.
Pada setiap hari Kamis selama setengah hari dilangsungkan kegiatan katekese di samping olahraga, menyanyi, menari
dan pengembangan bakat-bakat lainnya. Dengan demikian pada setengah hari itu suasana kehidupan Kristen diciptakan
dan anak hidup dalam lingkungan yang demikian selama setengah hari itu. Usaha lain yang dibuat ialah pembentukan
kelompok anak-anak (organisasi anak-anak) dengan semboyan tertentu seperti barisan ekarsiti, pramuka Katolik, dan
lain-lain.
4.6.2. Perkembangan di Amerika Serikat
4.6.2.1. Situasi Amerika Serikat
Di Amerika Serikat Gereja Katolik memiliki sistem sekolah tersendiri, yang diawasi dan dipertanggungjawabkan
sendiri oleh Gereja Katolik. Gereja memiliki pendidikan dalam segala tingkat dengan segama macam perlengkapannya.
Selain sekolah dibentuk pula “Persaudaraan Ajaran Kristen”, yang melengkapkan dirinya dengan anggota-anggota aktif
seperti: pengunjung keluarga, pembantu, guru, pemimpin, anggota kelompok diskusi, pembina para orangtua, dan lain-
lain. Di Washington didirikan kantor pusat untuk serikat ini. Dikeluarkan juga brosur-brosur yang berisikan bahan-bahan
perkembangan di medan kerja.
4.6.2.2. Usaha katekese
Mereka mengusahakan metodologi katekse yang dikeluarkan dalam sebuah buku yang dipakai baik oleh
sekolah maupun oleh Persaudaran Ajaran Kristen. Dalamnya terdapat tiga penyajian ajaran yang berbeda-beda yakni :
bentuk kuliah, bentuk bertanya dan mempergunakan benda.
Amerika memperluas pandangannya dengan mengambil pemikiran Maria Montessori dan Pater Drinkwater
dalam sistem The Sower Schema (Skema Penabur). Dalam metode ini sistem membaca di jauhkan. Amerika juga
mengambilan pemikiran tokoh pendidik Inggris John Dewey dengan metode Learning by doing.
4.6.3. Perkembangan di Italia
Di Italia pada tahun 1870 katekese di sekolah dihentikan sama sekali. Tahun 1923 katekese sekolah dibiarkan
lagi hidup namun hanya untuk sekolah dasar. Usaha untuk memasukkan katekese di sekolah-sekolah umum tidak ada.
Katekese tentang katekismus biasanya diberikan di Paroki atau Gereja.
4.6.4. Gerakan katekese di Inggris (sejak Konsili Trente)
4.6.4.1. Situasi Inggris
Yang khas di Inggris ialah orang Katolik merupakan minoritas di antara Kristen Protestan. Kebutuhan rumusan
ilmiah yang jelas dirasa penting dalam iklim hidup yang diresapi oleh ajaran haretik yang berlarut-larut. Karena itu maka
Katekismus banyak dipakai dengan metode satu-satunya ialah menghafal. Cara ini dirasa cocok untuk pendidikan anak.
4.6.4.2. Usaha katekese
Sesudah dekrit Paus Plus X (Enseiklik Quam Singulari), anak-anak diberi kesempatan untuk menerima komuni
pertama. Sesudahnya mereka mempelajari Katekismus langkah demi langkah. Penekanannya ialah kembali ke realitas
jiwa anak-anak. Peter Drwinwater mengusahakan pembaharuan dengan memberikan Sower Schema. Tujuan skema ini
ialah membantu sekolah untuk menghasilkan orang Katolik yang selanjutnya dapat hidup baik. Ia memulai usahanya
dengan menerbitkan tinjauan bulanan The Sower (majalah) yang memuat garis besar pengajaran dan dinamakan Sower
Schema (Skema Penabur). Dasar dari skema ini ialah: anak-anak dalam segala kebutuhan perasaan dan kodratnya
harus dibimbing ke arah perkembangan yang muncul. Jalan pemikiran skema penabur sebagai berikut:
a. Anak sebagai sesuatu di tengah jalan sedang bertumbuh dan kepenuhannya tercapai bila sudah dewasa.
Oleh karena itu tujuan pengajaran agama ialah membentuk anak untuk masa hidup di kemudian hari setelah
ia tamat sekolah.
b. Penyajian pengajaran harus diberikan dalam bahasa anak-anak, menyangkut kehidupan anak, cocok
dengan proses pemikiran mereka yang konkret, dimanfaatkan juga kata yang menarik untuk daya khayal
mereka.
c. Anak diharapkan menghayati cara hidup bergereja baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Karena itu
maka liturgi harus di jadikan menarik bagi anak-anak.
d. Anak harus aktif membuat katekismus keterangan sendiri bearti mereka harus mewujudkan ajaran yang
mereka terima dalam bentuk drama kelas, membuat doa dan kata-kata mutiara yang menarik, menghias
doa dan ungkapan dengan gambaran-gambaran. Berdasarkan skema ini kemudian diterbitkan katekismus
ringkas (sekitar tahun 1950) dengan rencana pengajaran sebagai berikut: Tahun Pertama: Tentang
persiapan orang Yahudi akan kedatangan Penebus. Sejalan dengan itu seluruh katekismus dipelajari dalam
terang Perjanjian Lama.
Tahun kedua: Tentang hidup Kristus menurut Injil: katekismus dikembangkan dalam ide-ide itu, tetapi dilihat
sebagai sesuatu yang mengalir dari ajaran Tuhan kita.
Tahun ketiga : Tentang sejarah Gereja, dari Pentekosta pertama hingga kini. Seluruh katekismus dalam
tahap ini dipelajari sebagai ringkasan tugas pewartaan Gereja dan kehidupan jemaat.
Tahun keempat : Tentang hidup kristiani di abad ke-20, baik komunal maupun personal. Seluruh katekismus
dilihat sebagai buku penuntun bagi tingkah laku dan hidup rohani.
Selain dari usha Pater Drinkwater ini terdapat banyak bagi orang lain yang bergiat dalam bidang katekese
yang tak sempat disebutkan namanya. Juga di berbagai keuskupan terdapat skema-skema yang lain, yang
bertujuan membantu orang menghayati imannya akan Allah dan Yesus Kristus.
4.7. Perkembangan Katekese di Indonesia
4.7.1. Sebelum tahun 1975
Di Indonesia sebelum tahun 1975 hiduplah dua pola dalam pendidikan agama ialah pola hafal dan pola
pendidikan agama dengan analisis teks.
4.7.1.1. Pola hafal
Guru memegang katekismus tanya-jawab, membaca perlahan-lahan, anak memperdalam bahan dengan
memberikan penjelasan berdasarkan bahan tersebut; dalam ujian guru menyampaikan pertanyaan yang sama dengan
pertanyaan dalam katekismus, dan jawabannya pun sama dengan yang tertulis dalam katekismus. Untuk itu diterbitkan
pelbagai macam katekismus seperti katekismus Indonesia, katekismus ringkas, katekismus German, Iktisar ajaran
Katolik, dan lain-lain.
4.7.1.2. Pola pelajaran agama dengan analisis teks
Dalam pola ini, kebenaran agama biasanya disajikan rumusan yang padat dan dijelaskan secara terpenggal-
penggal, kalimat demi kalimat, kata demi kata. Kemudian dibuat aplikasi untuk penggunaan praktis yang sering sangat
bersifat moralitas. Pola ini lebih menekankan pengetahuan tentang iman dan ajaran Wahyu.
4.7.2. Tahun 1975: Kurikulum 1975
Pada tahun ini dikeluarkan kurikulum 1975, sebagai pelaksanaan pembaharuan pendidikan nasional secara
moderat. Kurikulum ini berorientasi pada tujuan, berarti semua mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan belajar-
mengajar, diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu. Mata pelajaran agama Katolik
secara resmi mendapat tempat di dalam pendidikan nasional, ditempatkan dalam kurikulum proyek perintis Sekolah
Pembangunan SD, SMP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Sebagaimana semua bidang studi diarahkan pada tujuan, begitu
pun pendidikan agama katolik di sekolah atau katekese sekolah. Katekese dianggap sebagai salah satu modal untuk
tercapainya tujuan pembangunan. Tujuan katekese sebagai keseluruhan disebut tujuan kurikuler, sedangkan tujuan
pelaksanaan katekese satu demi satu disebut tujuan instruksional.
4.7.3. Tahun 1977: Kongres Kateketik I
Pada tanggal 10 Juli 1977s/d 16 Juli 1977 di Wisma Syalom, Sindanglaya – Jawa Barat diadakan Pertemuan
Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia I (PKKI I). Pokok pembicaraan pada pertemuan itu ialah “Arah Katekese di
Indonesia”? dan disimpulkan bahwa katekese adalah komunikasi iman umat, ketekese yang mengumat berdasarkan
pada situasi konkret setempat menurut pola Yesus Kristus.
Katekese dari umat dan untuk umat ini mencita-citakan adanya melalui penafsiran hidup menurut pola Yesus
Kristus; katekese mencita-citakan semua anggota aktif, karena katekese merupakan kejadian kelompok. Dengan adanya
pertemuan kateketik ini, maka keuskupan-keuskupan yang belum membentuk Panitia Katektik, mulai membentuknya.
Juga mengusahakan tenaga purnawaktu yang bekerja dalam bidang katektik.
4.7.4. Tahun 1980: Kongres Kateketik II
Pada tanggal 29 Juni s/d 5 Juli 1980 di wisma Samadi Klender Jakarta diadakan Pertemuan Kateketik antar-
Keuskupan se-Indonesia (PKKI II). Dari setiap keuskupan diutus dua orang, dan seluruh peserta berjumlah 87 orang.
Tujuan pertemuan pada waktu itu ialah memantapkan katekese umat dengan usaha-usaha:
a. Mencari kemungkinan untuk mengikutsertakan semakin banyak orang dalam pembinaan dan pendalaman
iman.
b. Menjernihkan gagasan dan arah ketekese umat.
c. Mencari bagaimana kelompok dan sarannya serta Kitab Suci dapat berfungsi secara memadai.
Dari pertemuan atau kongres itu akhirnya dihasilkan gagasan tentang katekese umat yang diartikan sebagai
Komunikasi iman antara anggota jemaat/kelompok, dengan penjelasan lanjutan sebagai berikut:
a. Tekanan utama dalam katekese ialah penghayatan iman, dalamnya kita bersaksi tentang Yesus Kristus.
b. Yang berkatekese ialah umat sendiri sedangkan pemimpin katekese bertindak sebagai pengarah atau
pemudah.
c. Peserta adalah sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka.
d. Tujuan komunikasi iman ialah agar orang semakin menghayati imannya, bertobat dan bersatu serta bersaksi
tentang Kristus.
4.7.5. Tahun 1981: Pola Pelajaran Agama Katolik (POLA PAKK)
Pada tanggal 28 Juni s/d 4 Juli 1981, di Malino, Ujung Pandang Sulawesi Selatan, diadakan lokakarya tentang
Tempat dan Peranan Pelajaran Agama di Sekolah. Lokakarya ini menghasilkan Pola Pelajaran Agama Kristen Katolik
(Pola PAKK). Dirasakan bahwa pola ini dapat meningkatkan pelajaran agama di banyak sekolah. Penekanan pada pola
PAKK ialah : keterampilan nak untuk mengumuli atau mengambil keputusan yang bertanggungjawab.
Untuk itu kegiatan pelajaran menjajaki tiga tahap: Pertama, bahan itu harus diketuai; kedua, bahan itu harus
dipahami; ketiga, bahan itu harus digumuli. Peserta seluruhnya berjumlah 68 orang terdiri dari orang yang dipandang ahli
dalam katekese. Hasil pola PAKK ini sedang diolah untuk diajukan menjadi bahan kurikulum Pendidikan Agama Kristen
Katolik pada PELITA IV, bila dimintakan oleh pemerintah.
4.7.6. Tahun 1984: Kongres Kateketik III
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia III (PKKI III) diadakan di Pacet, Mojekerto Jawa Timur dari
tanggal 29 Januari s/d 5 Februari 1984. Pertemuan ini menampung dan mengkomunikasikan berbagai gagasan dan
usaha-usaha praktis pembinaan pembina katekese umat dari semua Keuskupan dan lembaga Kateketik/Pastoral di
Indonesua.
Disadari bahwa pembina katekese umat sangat dibutuhkan demi lancarnya jalan katekese umat. Dan pembina
katekese umat itu adalah seorang yang mampu dan rela menjalankan katekese umat dalam kelompok dasar; ia harus
seorang yang beriman Katolik, mampu berkomunikasi dan terampil mengadakan refleksi. Setiap wilayah Gerejani
memiliki model pembinaan para pembina katekese umat, yang diharapkan dapat dijalankan di wilayah masing-masing.
Peserta kongres seluruhnya berjumlah 88 orang.
4.7.7. Kurikulum 1984
Pemerintah berusaha untuk meningkatkan mutu pelajaran pada umumnya. Usaha pemerintah terwujud secara
konkret dengan adanya evaluasi kurikulum ’75 yang diselenggarakan oleh tim Nasional 1981. Menyambut usaha
pemerintah itu, Komisi Kateketik MAWI turut aktif dalam bidangnya untuk meningkatkan mutu pelajaran agama Katolik.
Komisi Kateketik MAWI memprakarsai pelbagai lokakarya baik nasional maupun regional untuk merumuskan dengan
jelas apa yang menjadi peranan dan tempat pelajaran agama di sekolah. Bidang pelajaran agama Katolik untuk kirukulum
’84 disempurnakan dengan memperhatikan baik kebijaksanaan Gereja maupun ketentuan pemerintah.
Berdasarkan pemikiran begitu banyak orang akhirnya penjabaran kurikulum ’84 bidang agama Katolik termuat
dalam seri: “Mengenal Yesus” untuk Sekolah Dasar, ”Remaja bersama Yesuse” untuk SMTP, dan “Yesus Teladanku”
untuk SMTA. Dikeluarkan baik dalam bentuk buku guru maupun buku murid. Dan tujuan pokoknya ialah: agar peserta
didik peka, terampil dan mampu memahami diri sendiriyang dipanggil Tuhan, sesama dan lingkungannya untuk mencari
dan membangun hidup yang berarti dan mendalam seperti yang ditawarkan Yesus Kristus dan diwujudkan serta
diwartakan terus oleh jemaat beriman Katolik.
4.8. Tugas terstruktur
RANCANGAN TUGAS TERSTRUKTUR MAHASISWA 5 (RTTM 5)
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara
baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka
yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa
sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis
bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman
termasuk skema, tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf
times new roman, dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point,
minimum 8 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
Slide powerpoint yang disajikan oleh mahasiswa harus memenuhi beberapa kriteria yakni (1) kesesuaian
dengan materi, (2) pesan singkat, padat dan jelas; (3) pesan udah untuk dibaca (terlihat);
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Kesesuaian Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
dengan materi
2 Pesan singkat, Slide berisi Slide berisi Slide terlalu
padat, dan jelas
poin-poin poin-poin panjang dan susah
singkat singkat, untuk dimengerti
dengan namun
informasi informasi
yang padat kurang jelas
serta jelas
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada
kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak
antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar
pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa
sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis
bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 7 halaman dengan
ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
BAB V
RUANG LINGKUP KATEKESE
5.1. Pendahuluan
Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan dalam berkatekese. Baik cara, kepada siapa kita berkatekese, bahan
yang tepat untuk berkatekese ataupun bentuk katekesenya. Di sini kita akan berbicara tentang ruang lingkup katekese.
Berawal dari apa itu ketekese, kita melihat pentingnya katekese, kemudian kita bahas apa itu ruang lingkup katekese dan
apa saja yang termasuk di dalamnya.
Dalam Kitab Suci sering terdapat kata katekese yang arti aslinya adalah membuat bergema, menyebabkan
sesuatu bergaung. Katekese ditemukan dalam Kis 21:21 (mengajar); Rm. 2:18 (diajar); Kis. 18:25 (Pengajaran dalam
jalan Tuhan); 1Kor. (mengajar); Gal. 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini pun, Katekese dimengerti sebagai pengajaran,
pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi biasanya katekese
diperuntukkan bagi orang-orang yang telah menerima baptisan di tengah umat yang sudah Kristen. Namun sejak zaman
Bapa-bapa Gereja, katekese dimengerti sebagai pengajaran sekaligus latihan-latihan bagi para calon baptis. Maka ada
pula yang disebut katekese baptis dan katekese mistagogi yang memberi uraian perihal misteri dan sakramen bagi
mereka yang baru baptis.
Dalam ajaran apostolik Katekese Tradende, Sri Paus Yohanes Paulus II mengatakan: katekese adalah
pembinaan iman anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup
penyampaian ajaran Kristen, yang pada ummnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar
para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dengan kata lain, Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja
untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalamnya terdapat unsur pewartaan, pendidikan, pengajaran, pendalaman, pembinaan, pengukuhan dan pendewasaan.
Perlu dicari metode yang sesuai agar katekese dengan berbagai bentuknya itu bergema dalam hati setiap pendengarnya
dan kemudian berbuat secara nyata dalam hidupnya.
Perlu dibedakan bahwa katekese dalam arti luas sebagai kegiatan pembinaan iman umat dengan Pelajaran
agama Katolik, Perayaan Ekaristi, devosi. Sesudah mempelajari ruang lingkup katekese ini, secara lebih rinci anda
mampu
1. Mampu menjelaskan Pengertian Ruang lingkup Katekese
2. Mampu menjelaskan Katekese keluarga
3. Mampu menjelaskan Katekese Sekolah
4. Mampu menjelaskan Katekese Paroki
5.2. Pengertian Ruang lingkup Katekese
Ruang lingkup katekese adalah luasnya subyek yang tercakup dalam bidang katekese seperti: keluarga,
sekolah, paroki.
5.3. Katekese keluarga
Faktor keluarga merupakan salah satu situasi konkret yang penting yang berpengaruh besar terhadap hidup
seseorang. Dalam karya katekese faktor keluarga ini pun harus diperhatikan agar Kristus yang diwartakan mengena
pribadi orang.
5.3.1. Makna keluarga
Keluarga ialah tempat orang hidup bersama-sama atas dasar persatuan nikah. Di sana mereka memelihara
kesejahteraan bersama-sama dan memperkembangkan diri. Keluarga dapat berbentuk keluarga kecil (terdiri dari bapa,
ibu, anak-anak, anggota keluarga atau lain yang tinggal serumah).
5.3.2. Usaha katekese
Dalam peristiwa hidup dan urusan keluarga setiap hari mereka sebagai orang beriman dapat menyadari dan
mengungkapkan imanya. Misalnya, anak bertanya: mengapa harus doa? Dari orangtua di harapkan jawaban: karena kita
hidup dari Allah Bapa. Atau bila mengalami kesulitan ekonomi, hal ini memberikan kesadaran bahwa kita manusia
terbatas dan bergantung pada Tuhan. Pada kesempatan-kesempatan inilah iman tampak. Tugas katekese ialah
mengusahakan agar orang tua dan anak-anak serta anggota keluarga lain yang tinggal serumah menyadari imannya, dan
berani mengungkapkan dalam kesaksian hidup dan dalam doa.
Kegiatan katekese keluarga mempunyai ciri yang dalam arti tertentu tidak tergantikan. Dengan tepat ciri itu telah
digarisbawahi oleh Gereja, khususnya oleh Konsili Vatikan II 3. Pembinaan iman oleh orangtua, yang harus mulai sejak
kanak-kanak berumur dini4, sudah diberikan, bila para anggota keluarga saling membantu berkembang dalam iman
melalui kesaksian hidup Kristen mereka, kesaksian, yang kerap kali tanpa kata-kata, tetapi tetap berlangsung dalam
hidup sehari-hari menurut Injil.
Katekese itu lebih menyentuh hati, bila bersamaan dengan peristiwa-peristiwa keluarga (misalnya penerimaan
Sakramen-Sakremen, perayaraan pesta-pesta liturgi yang agung, kelahiran seorang anak, kematian dalam keluarga)
diusahakan, untuk menguraikan di rumah makna Kristen atau religius kejadian-kejadian itu. Akan tetapi itu masih kurang:
orangtua Kristen hendaknya berusaha menyimak dan mengulangi di lingkungan hidup keluarga, pengajaran pada
kesempatan lain diterima secara lebih metodis. Kenyataan, bahwa kebenaran-kebenaran tentang soal-soal pokok iman
dan perihidup Kristen diulangi dalam lingkup keluarga, yang diresapi cintakasih dan sikap hormat, sering akan
memungkinkannya mempengaruhi anak-anak secara menentukan bagi hidup mereka. Orangtua sendiri beruntung dari
usaha yang harus mereka jalankan; sebab dalam dialog katekese semacam itu masing-masing anggota menerima
maupun memberi. Oleh karena itu katekese keluarga mendahului, mengiringi dan memperkaya semua bentuk katekese
lainnya. Selain itu, bilamana perundang-undangan anti-agama berusaha bahkan mencegah pembinaan iman, dan
tersebar-luasnya perkembangan keagamaan yang sungguhnya,”Gereja keluarga” 5 tinggal satu-satunya tempat bagi
anak-anak dan kaum muda, untuk masih dapat menerima katekese yang otentik.
Maka di pihak orangtua Kristen tidak ada usaha yang terasa berlebihan, untuk menyiapkan diri bagi pelayanan
menjadi katekis untuk anak-anak mereka sendiri, dan untuk melaksanakannya dengan semangat yang tak kunjung
jenuh. Dorongan perlu diberikan juga kepada orang-orang perorangan atau lembaga-lembaga, yang melalui kontak-
3
Sejak sebelum Abad Pertengahan konsili-konsili regional telah menekankan tanggung jawab orangtua sehubungan dengan pembinaan iman: bdk. Konsili
Arles VI (813), kanon 19; Konsili Mainz (813), kanon 45, 47; Konsili Paris VI (829), buku I, Bab 7: MANSI, “Secrorum Concillorum Nova et Amplissima
Collectio”, XIV, 62, 74, 542. Di antara dokumen-dokumen Magisterium yang lebih resen, lihat Ensiklik “Divisi Illus Magistri”, Plus XI, tgl.31 Desember
1929; AAS 22 (1930) hlm.49-86; banyak uraian dan amanat Plus XII; dan terutama teks-teks Konsili Vatikan II: Konstitusi dogmatis “Lumen Gentium”
tentang Gereja, art.11, 35: AAS 57 (1965) hlm.15, 40; Dekrit “Apostolican Actuositatem” tentang Kerasulan Awam, art.11, 30: AAS 58 (1966) hlm.874,
860; Konstitusi pastoral “Gaudium et Spes” tentang Gereja dalam Dunia Modern, art.52: AAS 58 (1966) hlm.1073; dan khususnya Pernyataan
“Gravissimum Educationis” tentang Pendidikan Kristen, art.3: AAS 58 (1966) hlm.731.
4
Bdk. Konsili Vatikan II, Pernyataan Gravissimum Educationis” tentang Pendidikan Kristen, art.3: AAS 58 (1996) hlm. 731.
5
Konsili Vatikan II, Konstitusi dogmatis “Lumen Gentilum” tentang Gereja, art.11: AAS 57 (1965) hlm.16; bdk. Dekrit “Apostolicam Actuositatem” tentang
Kerasulan Awam, art.11: ASS 58 (1966) hlm.848.
kontak langsung antar pribadi, melalui pertemuan-pertemuan, dan melalui segala macam upaya pedagogis menolong
para orantua menunaikan tugas mereka: pelayanan mereka kepada katekese itu tak ternilai.
5.4. Katekese Sekolah
5.4.1. Makna sekolah
Sekolah ialah lingkungan pendidikan formal mulai dari tingkatan Taman Kanak-Kanak sampai dengan tingkat
Perguruan Tinggi. Ada bermacam-macam sekolah: sekolah swasta baik Islam, Katolik maupun Protestan, sekolah-ekolah
negeri dan sekolah-sekolah yang diasuh oleh Yayasan-yayasan lainnya. Sekolah-sekolah itu memiliki ciri khas dan
tekanan tertentu dan memiliki kepentingannya sendiri-sendiri. Anak-anak/pemuda-pemudi berkumpul di sini untuk belajar,
karena memang tujuan utamanya ialah untuk belajar. Yang diutaman ialah pengetahuan. Segala sesuatu dibuat menurut
sistem. Banyak waktu dipakai untuk bermain, bergaul, bekerja sama, bersaing, dan lain-lain. Dalam keadaan yang
demikian iman guru sangat berperan dan iman sang anak perlu mendapat perhatian khusus.
5.4.2. Usaha katekese
Katekese dalam kegiatannya bertugas membina iman guru Katolik agar mereka dapat mewujdukan nilai Indil di
sekolah tempat mereka bertugas. Mereka hendaknya pandai menghargai kepintaran anak, memperhatikan dan menegur
anak. Katekese pun harus membantu anak-anak, agar mereka sanggup menghayati imannya dalam situasi sekolah;
membantu mereka mengikuti pelajaran agama dengan baik dan agar iman menjadi inspirasi dalam kegiatan belajarnya.
Sekolah menyelenggarakan katekese beserta kemungkinan-kemungkinannya yang tak terabaikan. Di negara-
negara sayang sekali makin berkurang jumlahnya, yang masih memungkinkan pembinaan iman dalam rangka sekolah,
Gereja wajib menjalankannya sebaik mungkin. Tentu saja pertama-tama itu berlaku bagi sekolah Katolik. Sekolah yang
tidak layak lagi disebut “Katolik”, kalau sekiranya entah betapa pun cemerlang karena tingginya mutu pengajarannya di
luar bidang keagamaan ada cukup alasan untuk mencelanya karena lalai atau menyimpang dalam pendidikan khas
keagamaan. Jangan dikatakan, bahwa pendidikan agama selalu akan diberikan secara implisit dan tidak langsung.
Ciri khas sekolah Katolik, motivasi yang mendasarinya, alasan mengapa orangtua Katolik harus memilihnya,
justru ialah mutu pembinaan agama yang diintegrasikan dalam pendidikan para siswa. Yayasan-yayasan Katolik harus
menghormati kebebasan suara hati; artinya: menghindari jangan sampai membebani suara hati dari luar dengan
menimbulkan tekanan fisik atau moril, khususnya menyangkut kegiatan keagamaan kaum remaja. Tetapi lembaga-
lembaga itu tetap masih menanggung kewajiban berat untuk menyelenggarakan pendidikan agama sesuai dengan situasi
keagamaan para siswanya, yang kerap kali amat berlain-lainan. Yayasan-yayasan itu wajib pula berusaha, agar para
siswa memahami, bahwa meskipun panggilan Allah untuk mengabdi-Nya dalam roh dan kebenaran, seturut perintah-
perintah Allah serta Gereja, tidak menggunakan paksaan, panggilan itu toh mengikat suara hati juga.
Tetapi kami berpikir juga tentang sekolah netral dan sekolah negeri. Kami sampaikan himbauan setulus hati,
supaya memenuhi hak pribadi maupun keluarga yang tidak dapat diganggu gugat, dan karena menghormati kebebasan
beragama setiap orang, semua siswa katolik mendapat peluang untuk berkembang dalam pembinaan rohani mereka
berkat bantuan pendidikan agama yang diatur oleh Gereja, tetapi yang menurut situasi di pelbagai negara dapat
ditawarkan atau oleh pihak sekolah atau dalam rangka sekolah, atau juga dalam rangka persetujuan dengan pemerintah
mengenai jadwal sekolah, bila katekese hanya diselengarakan di paroki atau di pusat pastoral lainnya. Kenyataannya,
juga bila ada kesukaran-kesukaran obyektif, seharusnya mungkin mengatur jadwal sekolah sedemikian rupa, sehingga
para siswa Katolik dapat memperdalam iman maupun pengalaman religius mereka, dalam asuhan pengajar-pengajar
yang cakap, entah iman atau awam.
Dapat diakui bahwa selain sekolah banyak unsur-unsur kehidupan lainnya membantu mempengaruhi mentalitas
kaum muda; misalnya, rekreasi, latar belakang sosial dan lingkungan kerja. Akan tetapi mereka yang sedang belajar mau
tak mau dipengaruhi oleh studi mereka, harus diajak mengenal nilai-nilai budaya dan moril dalam lingkup lembaga tempat
mereka menempuh studi, serta menghadapi banyak ide yang mereka jumpai di sekolah. Bagi katekese pentinglah
menyadari dan memperhitungkan sepenuhnya dampak pengaruh sekolah atas para siswa, untuk tetap mengenal unsur-
unsur lain dalam pengetahuan serta pendidikan mereka. Begitulah Injil akan meresapi mentalitas para siswa dalam
bidang studi mereka, dan penyelarasan kebudayaan mereka akan dicapai dalam terang iman. Maka dari itu kami
memberikan dorongan kepada iman-imam, para religius dan kaum awam, yang membaktikan diri untuk menopang iman
para siswa. Lagi pula bagi kami ini merupakan kesempatan untuk menyatakan lagi kenyakinan kami yang teguh, bahwa
sikap hormat terhadap iman Katolik kaum muda, sehingga ditempuh usaha-usaha guna melancarkan pembinaan,
penanaman, pemantapan dan pengikrarkan serta pengalaman iman mereka pasti akan merupakan kehormatan bagi
pemerintah mana pun juga, entah manakah sistem yang melandasinya atau ideologiyang mengilhaminya.
5.5. Katekese Paroki
Sekarang kami ingin membicarakan lingkungan konkret yang lazimnya menjadi gelanggang karya semua
katekis itu. Sambil melayangkan pandangan yang menyeluruh, kali ini kami kembali ke “tempat-tempat” katekese,
diantaranya ada yang sudah disebutkan dalam Bab VI: paroki, keluarga, organisasi-organisasi.
Memang benar, katekese dapat diadakan dimana saja. Tetapi memenuhi keinginan banyak para Uskup kami
hendakmenekankan, bahwa jemaat paroki harus tetap menjadi penggerak utama dan tempat yang tepat sekali bagi
katekese. Diakui, bahwa di banyak negeri paroki bagaikan tergoncangkan oleh gejala urbanisasi. Barang kali ada yang
terlalu mudah menerima, bahwa paroki harus dianggap ketinggalan zaman, kalau bukan terpaksa akan dihapus, demi
pengembangan jemaat-jemaat kecil yang lebih cocok dengan situasi sekarang dan lebih efektif.
Entah bagaimana pun pendapat orang, paroki tetap masih merupakan tempat referensi yang penting bagi umat
Kristen, malahan juga bagi mereka yang tidak mempraktekkan agama mereka lagi. Sejalan dengan itu realisme dan
kebijaksanaan meminta, supaya kita tepat menempuh jalan untuk sejauh diperlukan memulihkan bagi paroki struktur-
struktur yang lebih memadai, dan terutama membangkitkan daya dorong yang baru, dengan makin banyak menampung
ke dalamnya anggota-anggota yang cakap, menyadari tanggung jawab mereka, dan berjiwa besar.
Kemudian, sambil mempertimbangkan kemajemukan tempat-tempat yang memang dibutuhkan (paroki,
keluarga-keluarga yang menampung anak-anak dan kaum remaja, lingkup kerja para pastor yang secara khas ditugaskan
untuk sekolah-sekolah negeri, yayasan-yayasan pendidikan Katolik, gerakan-gerakan kerasulan yang memperuntukkan
masa-masa tertentu bagi katekese, kelompok-kelompok yang terbuka bagi kaum muda pada umumnya, “weekend” untuk
pembinaan rohani, dan sebagainya), memang sungguh penting sekali, bahwa semua saluran untuk katekese itu betul-
betul berfokuskan pengikraran iman yang satu, keanggotaan yang sama dalam Gereja, serta komitmen-komitmen di
tengah masyarakat yang dihayati dalam semangat Injil yang sama: “satu Tuhan, satu iman, satu Baptis, satu Allah dan
Bapa”6. Itulah sebabnya, mengapa setiap paroki yang besar atau setiap kelompok paroki-paroki, yang jumlah umatnya
kecil, terikat kewajiban yang berat untuk membina orang-orang, yang berbakti sepenuhnya melalui bimbingan katekese
(iman-iman, para religius pria maupun wanita, dan umat awam), untuk menyediakan perlengkapan yang diperlukan bagi
katekese dengan segala seginya, untuk menambah dan menyesuaikan tempat-tempat bagi katekese, sejauh itu mungkin
6
Ef 4:5-6
dan berguna, dan untuk dengan waspada memantau mutu pembinaan keagamaan bagi pelbagai kelompok serta
integrasi mereka dalam jemaat gerejawi.
Pendek kata, tanpa memonopoli atau memaksakan keseragaman, paroki seperti tadi kami katakan tetap
merupakan tempat yang unggul untuk katekese. Paroki hendaklah menemukan kembali panggilannya, yakni menjadi
suatu keluarga, yang diliputi iklim persaudaraan dan suka menampung, sehingga di situ mereka yang telah dibaptis dan
menerima Penguatan menyadari keanggotan mereka dalam Umat Allah. Dalam keluarga itu roti ajaran yang baik dan Roti
Ekaristi dipecahkan secara melimpah bagi para anggota, dalam lingkup satu tindakan peribadatan 7. Dari keluarga itu
mereka diutus dari hari ke hari ke misi kerasulan mereka di segala pusat kegiatan hidup di dunia.
5.6. Tugas Terstruktur
RANCANGAN TUGAS TERSTRUKTUR MAHASISWA 6 (RTTM 6)
7
Bdk. Konsili Vatikan II, Konstitusi “Sacrosanctum Concillium” tentang Liturgi, art.35, 52: ASS 56 (1964) hlm, 114; bdk. “Institutio Generalis Missalis
Romani” (uraian umum tentang Misal Romawi) diterbitkan berdasarkan Ketetapan Kongregasi untuk Ritus pada tanggal 6 April 1969, no. 33, dan apa yang
telah diuraikan dalam Bab VI tentang homili.
Mahasiswa membuat makalah secara kelompok yang berkaitan dengan
Katekese keluarga. Mahasiswa menetapkan topik (berpikir), mencari kepustakaan dan menggunakan teknologi
pencarian kepustakaan, membaca dan merangkum kepustakaan yang relevan, menulis ulang, mengkaji, belajar
bahasa yang baik dan benar, dan berargumentasi secara inovatif dan kreatif. Mahasiswa melakukan kajian
literatur-literatur berkaitan dengan objek garapan dan melakukan pembahasan dalam penyusunan makalah.
c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan :
a) Metode dan cara Pengerjaan :
(a) Memilih dan mengkaji minimal 3 buku sumber.
(b) Membuat ringkasan dari minimal 3 buku yang telah dipilih.
(c) Menyusun makalah memperhatikan tata penulisan ilmiah
1) Cover : Judul Makala; Tujuan Pembuatan Makala; Nama Pembuat; Logo Lembaga/ Institusi; Nama
lembaga beserta alamat; Tahun akademik
2) Judul (boleh disamakan dengan bentuk Cover)
3) Kata pengantar/ prakata
Mukadimmah atau pembuka, misalnya ucapan syukur bla bla bla.........
Sekilas mencantumkan Judul makalah.
Ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang dianggap membantu dalam pembuatan makalah
tersebut, misalnya atas dukungan moral dan materi yang berikan, maka penulis mengucapkan
terimakasih kepada : bla bla bla....
Penutup mukadimmah
Misalnya penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
4) Daftar Isi
Daftar isi bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam pencarian materi yang ada dalam
makalah tersebut memuat halaman judul, prakata, daftar isi.
5) Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini kita menerangkan konsep, rencana, gagasan, seputar permasalahan dan tujuan
yang termuat dalam latar belakang.Tentukan juga ruang lingkup penelitian yang akan mencakup
proses-proses yang digunakan untuk menuangkan permasalahan.Tambahkan juga tujuan dan
manfaat dari permasalahan yang sedang dibahas.
6) Bab II : Isi
Uraikan isi atau materi makalah, mulai dari: definisi atau landasan teori, ulasan materi,
menyelesaikan masalah, solusi, hasil penelitian, kontribusi terhadap terhadap permasalahan yang
ada pada materi makalah.
7) Bab III : Penutup/ Kesimpulan dan saran
Pada penutup ini, uraikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian atas apa yang telah
berjalan, kelebihan dan kekurangan hasil penelitian. Berikan saran untuk penelitian yang akan
datang, ataupun berikan saran kepada sekolah dasar dimana Anda mengadakan penelitian.
8) Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan bagian terakhir dalam penyusunan sebuah makalah. Daftar pustaka ini
berisi nama-nama literature yang kita jadikan referensi dalam pembuatan makalah tersebut.
Perhatikan tatacara penulisan nama, gelar, jabatan, agar tidak mengaburkan pengertian pustaka.
(d) Menyusun bahan dan slide power point presentasi makalah.
b) Acuan yang digunakan :
Buku referensi, internet dan text book.
(a) Marianus Telaumbnanua OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Medote, dan Peserta Katekese Gerejawi,
Sinasak Pematangsiantar, 1997.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
Presentas
i
terorganis Tidak
Presentasi Cukup
Presentasi asi ada
mempunya fokus,
terorganisasi dengan organisa
i fokus dan namun
dengan baik dan si yang
menyajikan bukti
menyajikan menyajika jelas.
beberapa kurang
fakta yang n fakta Fakta
Organis bukti yang mencuku 40
didukung yang tidak
mendukun pi untuk
asi oleh contoh menyakin digunak %
g digunaka
yang telah kan untuk an untuk
kesimpulan n untuk
dianalisis menduku menduk
- menarik
sesuai ng ung
kesimpulan kesimpul
konsep kesimpula pernyata
. an.
(9-10) n- an.
(4-5). (3-2).
kesimpula (0-1)
n
(6-8)
Isi secara
umum Isinya Isinya
Isi akurat akurat, kurang tidak
dan tetapi tidak akurat, akurat
lengkap. lengkap. karena atau
Isi mampu Para Para tidak ada terlalu
menggugah pendenga pendengar data umum.
pendengar r bisa faktual, Penden 60
Isi untuk menamba mempelaja tidak gar tidak
%
mengemban h wawsan ri beberapa menamb belajar
gkan pikiran baru fakta yang ah apapun
(14-15 tentang tersirat, pemaha atau
topik tetapi man kadang
tersebut. mereka pendeng menyes
(10-13) tidak ar. atkan.
menambah (3-5) (0-3)
wawasan
baru
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
Slide powerpoint yang disajikan oleh mahasiswa harus memenuhi beberapa kriteria yakni (1) kesesuaian
dengan materi, (2) pesan singkat, padat dan jelas; (3) pesan udah untuk dibaca (terlihat);
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Kesesuaian Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
dengan materi
2 Pesan singkat, Slide berisi Slide berisi Slide terlalu
padat, dan jelas
poin-poin poin-poin panjang dan susah
singkat singkat, untuk dimengerti
dengan namun
informasi informasi
yang padat kurang jelas
serta jelas
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral,
Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
BAB VI
PENDEKATAN DALAM KATEKESE
6.1. Pendahuluan
Katekese ialah komunikasi iman, di mana dalam proses komunikasi itu iman saling diteguhkan,saling dikoreksi
sehingga terjadi pengembangan iman. Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan katekese
adalah pendekatan. Pendekatan adalah pola dasar bagaimana menyampaikan pewartaan kristiani, sehingga orang lebih
menghayati imannya.
Ada beberapa jenis pendekatan/pola dasar yang dikenal umum dalam karya katekese yakni : pendekatan
biblis/Kitab Suci, pendekatan antropologis, pendekatan masalah, pendekatan peristiwa dan pendekatan alam,
pendekatan teologis. Dengan selesainya mempelajari modul ini, diharapkan anda mampu:
1. Mampu menjelaskan Pengertian Pendekatan Katekese
2. Mampu menjelaskan Pendekatan Biblis/Kitab Suci
3. Mampu menjelaskan Pendekatan Antropologis/Pengalaman Manusia
4. Mampu menjelaskan Pendekatan Masalah
5. Mampu menjelaskan Pendekatan Peristiwa
6. Mampu menjelaskan Pendekatan Alam
Untuk keberhasilan kita dalam belajar, maka ikutilah petunjuk dengan cermat. Bacalah uraian berulang-ulang ,
carilah contoh yang serupa, kerjakan latihan secara ddisiplin, dan bacalah rangkuman sebelum mengerjakan latihan. Jika
kita menunjukan disiplin yang tinggi dalam belajar, kita pasti berhasil dan secara berangsur-angsur kita akan menjadi
mahasiswa yang mampu mandiri dan sukses.
6.2. Pengertian Pendekatan Katekese
Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan katekese ialah pendekatan. Pendekatan
ialah: pola dasar bagaimana menyampaikan pewartaan kristiani, sehingga orang lebih menghayati imannya. Ada
beberapa jenis pendekatan/pola dasar yang dikenal umum dalam karya katekese yakni: pendekatan biblis, pendekatan
antropologis, pendekatan masalah, pendekatan peristiwa, dan pendekatan alam.
6.3. Pendekatan Biblis/Kitab Suci
Pendekatan Biblis/Kitab Suci ialah pola dasar penyampaian pewartaan yang berasaskan pada nilai-nilai dalam
kitab suci. Kitab suci baik perjanjian lama maupun perjanjian baru berisikan pengalaman iman umat Israel dan
pengalaman iman umat perjanjian baru. Hingga kini Kitab Suci itu hidup terus, tetap diterima dan dipakai karena nilainya
yang sanggup meyapa dan memenuhi kebutuhan manusia. Atas dasar ini Kitab Suci dijadikan dasar pendekatan dalam
katekese. Pendekatan Kitab Suci melalui tiga langkah dasar.
a. Menampakkan Aspirasi Manusia
Pilihlah satu nilai manusiawi, seperti tahu berterima kasih misalnya, jelaskan dan lukiskan nilai itu secara
menarik. Sesudah itu pemimpin katekese menyampaikan pengalaman pribadi berkenaan dengan nilai itu,
secara menarik. Untuk itu dapat dimanfaatkan sarana katekese seperti foto, gambar, puisi, lagu, dan lain-
lain.
b. Menampilkan Nilai Kitab Suci
Satu perikop Kitab Suci yang sudah dipilih, dibicarakan dan dijelaskan dengan penekanan pada nilai
yang hendak diwartakan. Misalnya perikop Luk 17: 11-19, yang menekankan nilai tahu berterima kasih dari
seorang penderita kusta yang telah disembuhkan. Nilai itu harus disajikan secara bertahap hingga mencapai
puncaknya yakni bahwa tindakan si kusta itu adalah karya penyelamatan dari Allah. Nilai Injil ini harus
dikukuhkan dengan pengalaman pribadi dan pengalaman orang Kristen lainya yang telah diubah oleh nilai
Injil itu. Ini berarti pewarta dan orang Kristen lainnya menjadi saksi atas nilai itu.
c. Hidup Baru
Pada langkah ini ditunjukkan kepenuhan nilai manusiawi dalam Kristus. Dengan ini kelompok atau
peserta katekese diajak untuk pertobatan hati. Langkah ini diakhiri dengan menunjukkan beberapa saran
bagi siswa agar dalam situasi konkretnya mereka mewujudkan nilai yang telah dianutnya secara baru.
6.4. Pendekatan Antropologis/Pengalaman Manusia
Pendekatan antropologis ialah pola dasar pewartaan yang bertitik tolak dari pengalaman hidup manusia
seutuhnya. Pengalaman manusia menyatakan bahwa setiap orang menghendaki agar hidupnya berarti. Dan tugas pokok
pendekatan ini justru mau menyadarkan bahwa hidup ini mempunyai arti dan Kristus memberikan arah atas arti hidup ini.
Pendekatan ini menggunakan tiga langkah dalam kegiatan pewartaan.
a. Pengalaman Manusia
Langkah ini dimulai dengan membangkitkan angan-angan umat tentang pengalaman hidup yang konkret
lewat pembicaraan, cerita, foto, film, dan sarana katekese lainnya. Sesudah itu meminta peserta
menceritakan pengalaman hidup mereka. Selanjutnya melihat pengalaman hidup itu dalam konteks yang
lebih luas, dalam arti bahwa penglaman itu bukannya milik seorang tetapi merupakan pengalaman
manusiawi yang semua orang rasakan. Akhirnya diusahakan untuk mengali pengalamn itu secara
mendalam: mengapa terjadi semuanya itu?
b. Arti Kristiani
Pada tahap ini diusahakan agar Kristulah yang mengungkapkan arti akhir dari pengalaman itu. Inilah
tahap penting dalam pewartaan. Sesudahnya diungkapkan kesaksian dari orang Kristen, para kudus dan
dari kita sendiri tentang pengalaman hidup kita yang telah diubah karena kita bersatu dengan Kristus.
Kesaksian ini diteguhkan dengan menampilkan satu peristiwa atau kutipan kitab suci. Ceritakanlah dan
jelaskanlah secara menarik sepertinya anda sendiri pernah alami peritiwa itu.
c. Arti bagi Hidup
Dalam tahap ini ditunjukkan tentang arti warta kristiani bagi hidup kita sehari-hari, bahwa sabda itu
mempunyai arti hanya bila sabda itu mempengaruhi hidup kita dewasa ini. Pendekatan antropologis ini
merupakan cara terbaik untuk menyajikan rahasia iman kita, yang mulai dari pengalaman menuju ke Yesus
Kristus dan kembali ke hidup kita setiap hari.
6.5. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah ini pola dasar pewartaan yang berasaskan masalah-masalah yang harus dipecahkan
dalam terang Kitab Suci. Pendekatan ini menempuh tiga langkah dasar.
a. Penegasan Masalah
Pada tahap ini dikumpulkan fakta hidup yang dalamnya termuat masalah. Misalnya fakta hidup
kemiskinan yang dalamnya ada masalah kemalasan dan pemborosan; fakta membuat pesta secara besar-
besaran yang dalamnya terdapat masalah gengsi. Beberapa fakta sudah mencukupi. Gunakan sarana-
sarana katekese sebagai alat bantu. Berdasarkan fakta ini lalu ditegaskan satu masalah yang paling
penting, untuk dibicarakan. Untuk pemecahan atas masalah dibuat diskusi atau tanya jawab. Jawaban
diberikan berdasarkan alasan yang masuk akal dan berdasarkan sumber wahyu dan dokumen-dokumen
Gereja.
b. Jawaban Kristiani
Pada langkah ini diberikan tugas penelitian Kitab Suci untuk menemukan jawaban atas soal-soal yang
dipilih oleh kelompok (peserta). Jawaban dari segi Wahyu dapat dicari dalam Dokumen Konsili.
c. Penerapan untuk Hidup
Jawaban atas persoalah harus mempengaruhi tingkah laku mengubah mentalitas dan memerangi
tingkah laku hidup kita yang kurang wajar. Karena itu maka dalam langkah ini hendaknya ditemukan contoh-
contoh konkret bagaimana umat menghadapi masalah tersebut dengan pandangan baru. Agar pendekatan
pada masalah ini berhasil dituntut meditasi yang mendalam, supaya dapat sampai pada kesimpulan yang
tepat. Haruslah juga diusahakan agar rasa hormat terhadap Kitab Suci, liturgi dan lain-lain, tidak hilang dari
diri peserta katekese.
6.6. Pendekatan Peristiwa
Pendekatan peristiwa ialah pola dasar pewartaan yang bergerak dari kesempatan-kesempatan umat berkumpul
secara spontan; seperti kesempatan resepsi pernikahan, peristiwa layat, reuni keluarga, peringatan orang meninggal,
masuk rumah baru, arisan, selamatan, tukar cincin, dan lain-lain. Pendekatan ini menggunakan tiga langkah dasar:
a. Tanggapan Sekitar Peristiwa
Pada tahap ini peserta diajak untuk saling mengungkapkan pengalaman mereka sekitar peristiwa itu.
Katekis berusaha mengamati arah pembicaraan dan melibatkan diri untuk menghidupkan suasana. Sesudah
itu dengan tak terasa menyeleksi pengalaman-pengalaman itu dan menegaskan pengalaman dasar lalu
memusatkan perhatian pada pengalaman dasar itu. Kemudian merumuskan pengalaman itu secara jelas.
b. Mendalami Iman Kitab Suci
Pada langkah ini waktu digunakan untuk masuk bersama-sama ke dalam pengalaman iman kitab suci
dan tradisi Gereja yang sesuai dengan peristiwa itu. Kemudian mengambil manfaat untuk arah hidup yang
baru.
c. Penerapan dalam Hidup
Padalangkah ini dicarikan contoh-contoh konkret dan penjelasan-penjelasan agar orang menghayati
peristiwa hidup yang demikian itu atas semangat dan pandangan yang baru. Pendekatan peristiwa ini
sangat cocok untuk kesempatan-kesempatan yang sering terjadi dalam masyarakat. Agar pendekatan ini
membawa hasil, maka penggerak katekese haruslah: mendalami peristiwa itu, membentuk penghayatan
pribadi menurut peristiwa itu, memilih teks Kitab Suci yang sesuai, tahu arah pembicaraan dan pandai
menciptakan suasana yang menyebabkan semua orang ikut terlibat.
6.7. Pendekatan Alam
Pendekatan alam ialah pola dasar pewartaan yang mengambil arti alam semesta untuk penghayatan iman.
Pendekatan ini menempuah tiga langkah dalam kegiatannya.
a. Mencari Arti Alam Semesta
Pada peserta katekese diajak untuk meninjau alam semesta, memperhatikan dan memilih satu jenis
alam dengan suruhan: “Mengapa Anda memilih jenis alam tertentu? Mengapa alam itu menarik hati Anda?
Alam itu mengajarkan apa pada Anda?” Kemudian para peserta berkumpul untuk mengungkapkan pendapat
masing-masing, setelah itu pemimpin menyimpulkan.
b. Membaca Teks Kitab Suci
Pilihlah teks kitab suci yang sesuai, kemudian dibacakan dan direnungkan. Pemimpin memberikan
penjelasan tentang teks sesuai dengan alam yang diamati. Berusaha menemukan dalam kitab suci tentang
sikap Yesus terhadap alam, alam manakah yang Yesus pilih untuk mengajar manusia dan apakah yang
diajarkan Yesus lewat alam itu? Sesudah itu diberikan penjelasan atau kesaksian tentang makna alam untuk
hidup manusia dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang lain.
c. Pengeterapan dalam Hidup
Pada langkah ini diberikan penjelasan dan contoh konkret tentang sikap manusia terhadap alam
semesta dan tentang kepandaian menarik manfaat dari alam semesta, karena sesungguhnya alam semesta
adalah buku dan guru bagi hidup manusia. Pendekatan ini lebih cocok dipakai bila peserta langsung
berhadapan/berada di tengah alam.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
III. KRITERIA PENILAIAN
Marianus Telaumbnanua OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Medote, dan Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak Pematangsiantar,
1997.
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
BAB VII
PERENCANAAN DALAM KATEKESE
7.1. Pendahuluan
Perencanaan mutlak perlu dalam katekese agar dapat menjawab kebutuhan iman umat dalam situasi konkret
dan agar segala kegiatan dan pertemuan katekese mendapat hasil. Perencanaan ialah segala macam bahan, kegiatan
dan teknik pelaksanaan yang dipikirkan sebelum suatu kegiatan atau pertemuan katekese dibuat. Uraian berikut
memberikan pokok-pokok penting yang harus diperhatikan dalam membuat rencana.
Perencanaan dalam katekese perlu dilakukan agar dapat menjawabi kebutuhan iman umat dalam situasi
konkret dan agar segala kegiatan maupun pertemuan katekese mendapat hasil. Perencanaan ialah segala macam
bahan, kegiatan, dan teknik pelaksanaan yang dipikirkan sebelum suatu kegiatan atau pertemuan katekese dibuat. Oleh
karena itu, modul ini akan menyajikan berbagai macam pembahasan tentang perencanaan dalam katekese yang meliputi
perencanaan dalam katekese yang strategis, luasnya perencanaan dalam katekese, siapa yang bertanggung jawab
membuat perencanaan dalam katekese, perencanaan katekese sekolah serta perencanaan katekese umat.
Berbagai macam bahan kajian tentang perencanaan dalam katekese ini harus kita kuasai terlebih dahulu
sebelum melangkah ke tahap pelaksanaan karya katekese. Sehingga, sebelum kita melakukan atau melaksanakan karya
katekese kita sudah mempunyai rencana yang matang karena sudah menguasai modul ini. Setelah menyelesaikan modul
ini, kita diharapkan mampu:
1. Mampu menjelaskan Luasnya Perencanaan dalam katekese
2. Mampu menjelaskan Penangungjawab dalam Katekese Umat
3. Mampu menjelaskan Perencanaan Katekese Sekolah
4. Mampu menjelaskan Pengertian Perencanaan Katekese
5. Mampu menjelaskan Peserta katekese
6. Mampu menjelaskan Tempat Pertemuan katekese
7. Mampu menjelaskan Waktu Pertemuan katekese
8. Mampu menjelaskan Langkah-langkah katekese
Dengan menguasai tujuan tersebut, kita akan dapat memahami bahkan bisa membuat perencanaan dalam
katekese dengan mudah sebelum melakukan pelaksanaan karya ketekese. Oleh sebab itu, modul ini sangat berharga
dan bermanfaat untuk membantu proses belajar kita agar semakin efektif dan efisien. Dan agar tujuan dapat kita kuasai,
modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar sebagai berikut.
Untuk keberhasilan kita dalam belajar, ikutilah semua petunjuk dengan cermat. Bacalah uraian berulang;ulang,
cari contoh lain yang serupa, kerjakan latihan secara disiplin, dan bacalah rangkuman sebelum mengerjakan tes formatif.
Jika kita menunjukkan disiplin yang tinggi dalam belajar, kita pasti berhasil dan secara berangsur-angsur kita akan
menjadi mahasiswa yang mampu mandiri dan sukses.
Selamat Belajar!
7.13. Langkah-langkah
Katekese merupakan proses. Karena itu dibutuhkan langkah-langkah agar dihantar perlahan sampai mereka
sungguh menghayati imannya. Terdapat banyak langkah dalam katekese, namun langkah-langkah itu harus berpusat
pada tiga langkah dasar ini ialah:
a. Pendalaman pengalaman manusiawi.
b. Pendalaman pengalaman iman kitab suci dan iman tradisi.
c. Menghubungkan pengalaman manusiawi dan pengalaman iman kitab suci dan iman tradisi untuk mendapat
arah baru dalam hidup. Langkah-langkah lainnya bisa ditambahkan atau disiapkan pada tiga langkah dasar
ini.
7.14. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian berguna untuk mengetahui sejauh mana katekese berhasil. Dalam evaluasi dapat dilihat
kembali kemampuan pemimpin untuk tahu mengarahkan pertemuan dan kesan-kesan peserta tentang seluruh pertemuan
katekese.
7.15. Tugas terstruktur
RANCANGAN TUGAS TERSTRUKTUR MAHASISWA 8 (RTTM 8)
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi, Jakarta:
Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di Surakarta,
2009.
BAB VIII
PELAKSANAAN KATEKESE
8.1. PENDAHULUAN
Katekese merupakan tugas seluruh umat beriman, baik Gereja yang menyeluruh maupun Gereja-gereja
setempat, baik para pemuka jemaat gereja maupun yang bukan pemuka. Dimana katekese ini bersifat dinamis yang
artinya berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, keadaan tempat dan keadaan manusia. Dalam pelaksanaan
katekese perlu dipahami dengan baik bagian-bagian yang mendukung pelaksanaan katekese ini. Bagian-bagian yang
mendukung tersebut meliputi tempat katekese, peserta katekese, penanggung jawab katekese, dan cara-cara
berkatekese. Tanpa pemahaman yang mantap, sukar bagi kita untuk memahami atau menerapkan materi modul
selanjutnya. Oleh karena itu, pelajari dengan cermat modul ini, sehingga pengkajian kita pada modul-modul yang lain
akan menjadi lancar. Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. Mampu menjelaskan Tempat katekese!
2. Mampu menjelaskan Pelaksana Katekese pada umumnya!
3. Mampu menjelaskan Peserta katekese!
4. Mampu menjelaskan Cara berkatekese!
Dengan menguasai tujuan tersebut, Anda diharapkan akan dapat mengerti dan memahami pelaksanaan
katekese, sehingga Anda dengan mantap dapat melanjutkan kajian kita tentang pelaksanaan katekese.
Agar tujuan dapat kita kuasai, modul ini diorganisasikan menjadi satu kegiatan belajar, yaitu : Pelaksanaan
katekese; Tempat katekese, Pelaksana Katekese pada umumnya, Peserta katekese, Cara berkatekese. Untuk
keberhasilan Anda dalam belajar, ikutilah semua petunjuk dengan cermat. Bacalah uraian berulang-ulang, cari contoh lain
yang serupa, kerjakan latihan secara disiplin dan bacalah rangkuman senelum mengerjakan tugas dan latihan. Jika Anda
menunjukkan disiplin yang tinggi dalam belajar, kita pasti berhasil dan sacara berangsur-angsur kita akan menjadi
mahasiswa yang mampu mandiri.
8.2. Tempat katekese
Katekese adalah peristiwa Gerejani berarti katekese itu berlaku dalam pangkuan umat. Katekese ini sudah
terjadi dan dimulai dari keluarga yang kemudian ditambahkan pengajaran agama di gereja maupun di sekolah. Katekese
sudah terjadi sejak umat kristiani lahir di tengah-tengah keluarga, dimana keluarga-keluarga ini disebut sebagai gereja-
gereja kecil. Oleh karena itu, tiga tempat berkatekese yang akan kita bahas adalah :
8.2.1. Jemaat beriman
Jemaat adalah kumpulan orang yang beriman kepada Tuhan. Dan jemaat berimna adlah tempat katekese
utama, karena adanya pergeseran tekanan eklesiologi dari Gereja sebagai Tubuh Mistik kristus menjadi Gereja sebagai
Umat Allah. Jadi, katekese ini dijalankan di tengah umat, baik secara individual maupun kelompok. Tujuannya adalah
agar umat menghayati imannya dalam kehidupan setiap hari.
8.2.2. Keluarga
Keluarga adalah persekutuan umat beriman yang terkecil yang merupakan Gereja kecil. Keluarga
bertanggungjawab atas pembinaan iman keluarga. Orang tua adalah pendidik pertama dari anak-anak mereka. Orang tua
mengungkapkan dan menyatakan kekuatan serta kegairahan iman mereka kepada anak-anak mereka. Hal ini terjadi
pertama-tama melelui cara orang tua sendiri menghayati iman mereka. Berarti setiap anggota dalam keluarga
hendaknya dapat saling menukar pengalaman iman agar dengan itu setiap anggota keluarga digairahkan oleh semagat
Kristus. Bagi anak-anak khususnya harus dibina agar mereka memilih cara hidup kristus dan siap mengamalkan kasih-
Nya kepada sesama manusia.
8.2.3. Sekolah
Baik di negeri maupun swasta Katolik atau non-Katolik, sekolah merupakan tempat berkatekese. Ditempat ini
harus diusahakan agar para siswa-siswi mapu mengahyati imannya diantara pergolakkan ilmu-ilmu yang lainnya. Siswa-
siswi hendaknya dibentuk kepribadian menjadi pribadi Kristen yang dewasa yang setiap hari diilhami oleh terang Injil.
Maka pelajaran agama yang tercantum dalam kurikulum hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk tujuan
itu. Di samping itu, perlu diadakan pertemuan katekese khusus bagi siswa-siswi Katolik diluar jam pelajaran sekolah.
8.3. Pelaksana Katekese pada umumnya
Seperti yang kita ketahui bahwa pelaksana karya katekese adalah para umat beriman sebagai keseluruhan.
Karya katekese tidak berlangsung secara sendiri-sendiri. Pelayanan katekese dalam jemaat begitu beraneka ragam,
maka dengan kerja sama dari beraneka ragam orang, karya katekese dapat terjamin, mantap, dan tangguh. Perlu diakui
bahwa karena perkembangan zaman muncul petugas yang mengkhususkan diri sebagai pengembang katekese atau
sering disebut dengan katekis.
Para petugas ini bekerja sebagai penyemangat dan pendorong bagi kesibukaan karya katekese. Dari pemikiran
diatas, maka orang terbiasa membagi-bagikan kegiatan karya katekese pada orang-orang berikut :
8.3.1. Orang Tua adalah pendidik pertama dari anak-anak mereka. Orang tua mengungkapkan kekuatan serta
kegairahan iman mereka kepada anak-anak mereka. Ini terjadi pertam-tama melalui cara oaring tua sendiri
menghayati iman mereka. Pengaruh orang tua terhadap anak-anak mereka adalah pengaruh yang penting,
pengaruh yang menyagkut penilaian serta sikap anak-anak terhadap hidup. Pengaruh ini terasa pada awal
kehidupan anak-anak dan demikian selanjutnya.
8.3.2. Katekis sukrelawan-sukarelawati. Mereka adalah katekis dan guru agama yang membaktikan diri dan
tenaganya secara sukarela bagi pendidikan iman anak-anak, kaum muda, kaum dewasa dimana pun
tempatnya. Mereka ini biasanya berasal dari warga paroki ytang melaksanakan tugas pelayanan karya katekese
dengan sukarela, mengabdi kepentingan jemaat mereka. Maka, sebaiknya mereka perlu ditolong dan
didampingi, karena mereka dalam pelaksanaan jarang membuat persiapan, mereka hanya bermodal semangat
saja.
8.3.3. Katekis purna waktu adalah orang yang menjalani pendidikan melalui studi tertentu, lalu pelayanan karya
katekese ditangani secara langsung oleh mereka.
8.3.4. Para diakon. Mereka mempunyai kedudukan istemewa di dalam pelayanan katekese. Namun bagi diakon
awam perlu mendapatkan pengalaman dalam bidang katekese di dalam paroki sendiri atau di dalam kerja sama
antarparoki. Hal ini tidak boleh kiranya diserahkan sebagai penyebab yang kebetulan saja, tetapi perlu ada
perencanaan dan penilaian.
8.3.5. Para biarawan-biarawati. Tak terhitung jasa mereka karena mengajar di sekolah-sekolah dan banyak tempat
lagi. Ada pula yang mengkhususkan studi supaya mereka sanggup menaggapi karya katekese.
8.3.6. Para imam. Peranan imam dalam bidang pemajuan pendidikan iman begitu besar, sehingga usaha karya
katekese tidak berjalan, jika tanpa campur tanganya, karena merekalah yang mengambil tanggung jawab dalam
berbagai macam tugas pastoral Gereja.
8.3.6.1. Bagi mahasiswa calon iman, wajar bahwa mereka memahami pentingnya imam dalam karya katekese.
Mereka perlu peka terhadap perkembangan pendidikan yang berlangsung dan perlu mempunyai iklim serta
kesempatan.
8.3.6.2. Uskup bertugas mewartakan dan mengajar. Dia adalah katekis pokok di keuskupannya. Uskup dipilih dan
ditugaskan untuk menjadi pemimpin, pendorong, dan yang serba memudahkan segala usaha karya katekese.
8.4. Peserta katekese
Peserta-peserta katekese adalah :
8.4.1. Anak-anak dan Kaum Muda
Anak-anak dan kaum muda harus dibimbing agar mereka memliki keheningan budi dan ketenangan hati.
Diushakan pula supaya mereka dapat bersikap kreatif, menemukan arti hidup dan terbuka kepada Allah. Untuk itu perlu
diperhatikan :
a. Katekese harus mengindahkan harapan mereka.
b. Katekese harus kreatif dan sanggup membebaskan mereka.
c. Katekese harus mampu menjangkau dan menemukan mereka yang jauh dari Gereja.
d. Katekese disajikan dalam dialog dan pengajaran.
e. Katekese menggunakan pendekatan yang menegena pada situasi hidup mereka.
8.4.2. Kaum Dewasa
Kaum dewasa memeliki tugas dan tanggung jawab dalam masyarakat, mereka memiliki kepribadian matang dan
kaya akan pengalaman hidup. Katekese hendaknya yang mampu meresapi Kabar Gembira itu dan dapat
mewujudnyatakan imannya dalam lingkungan kehidupan mereka setiap hari.
8.4.3. Hidup berkeluarga
Katekese hendaknya melayani mereka karena :
a. Keluarga merupakan dasar kehidupan masyarakat yang sehat.
b. Keluarga merupakan sumber kesehatan badan dan jiwa anak-anak.
c. Keluarga merupakan tempat persemaian iman yang pertama.
Katekese berusaha agar kehidupan anggota-anggota disemangati oleh terang Injil.
8.4.4. Calon-calon Permandian
Hendaknya dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar mereka menjadi anggota umat yang sadar dan
bertanggung jawab.
8.4.5. Kaum Miskin
Yang termasuk dalam golongan kaum miskin adalah para cacat, orang yang cedera dan orang sakit. Kaum
misikin hendaknya menjadi sasaran dari katekese dengan memperhatikan empat pokok ini :
a. Penderitaan mereka segera diringankan.
b. Menyusun program jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan.
c. Menanamkan semagat Kristen pada orang yang menjalankan kerasulan bagi kaum miskin.
d. Menyadarkan martabatnya sebagai manusia agar kaum miskin dapat berusaha sendiri.
8.4.6. Imigran, emigran dan transmigran
Mereka perlu diteguhakan dan dibantu unutk menemukan jalan-jalan abru dalam mengahadapi kesulitan hidup.
8.5. Cara berkatekese
Katekese adaalah komuniksai iamn agar setiap orang dapat menghyati imannya. Seluruh usaha katekese
haruslah terarah pada tujuan ini. Katekese harus mengusahakan :
a. Pembaharuan cara berkatekese untuk menanggapi tuntutan dan pandangan zaman.
b. Katekese menuntut pengungkapan. Oleh karena itu, kebutuhan psikologis dan kebutuhan konkret umat
serta perkembangan-perkembangan baru dalam pewartaan harus diperhatikan.
c. Katekese harus didasarkan pada Kitab Suci dan ajaran Gereja sepanjang tradisi.
d. Katekese harus bersifat dialogal berati harus ada situasi tukar menukar pengalaman atau pendapat antara
peserta dalam katekese.
e. Katekese hendaknya menggunakan berbagai macam upaya audiovisual dan media massa, karena sarana-
sarana itu sangat besar pengaruhnya untuk dunia. Dalam penggunaannya perlu sikap kritis.
8.6. Tugas Terstruktur
RANCANGAN TUGAS TERSTRUKTUR MAHASISWA 9 (RTTM 9)
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasinamun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
Marianus Telaumbnanua OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Medote, dan Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak
Pematangsiantar, 1997.
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumentasi Gerejawi,
Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial STP “IPI Malang” di
Surakarta, 2009.
BAB IX
EVALUASI DALAM KATEKESE
9.1. Pendahuluan
Istilah evaluasi pastinya tidak asing di telinga kita terutama mengenai evaluasi dalam katekese. Dalam modul ini
yang akan dibahas yakni mengenai evaluasi dalam katekese. Evaluasi sangat berguna karena melalui kegiatan ini
perkembangan dan mutu katekese dapat terjamin, segala hal yang positif dan negatif dapat diketahui. Semua pihak yang
terlibat dalam katekese dapat meningkatkan kemampuannya berkatekese dengan saling membantu. Uraian tentang
evaluasi ini meliputi pengertian evaluasi itu sendiri, bahan evaluasi, pelaksana evaluasi, waktu evaluasi, kelanjutan
evaluasi, dan cara mengevaluasi. Modul ini merupakan modul yang terakhir dimana modul-modul yang sebelumnya harus
anda kuasai. Oleh karena itu Anda harus pelajari dengan cermat modul ini.
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentang evaluasi dalam katekese.
Secara lebih rinci, Anda diharapkan mampu menjelaskan :
1. Mampu menjelaskan Pengertian Evaluasi
2. Mampu menjelaskan Bahan Evaluasi
3. Mampu menjelaskan Pelaksana Evaluasi
4. Mampu menjelaskan Waktu Evaluasi
5. Mampu menjelaskan Kegiatan Evaluasi
6. Mampu menjelaskan Cara Mengevaluasi
Dengan menguasai hal-hal tersebut, Anda diharapkan akan dapat mengerti dan memahami tentang evaluasi
dalam katekese, sehingga dengan mantap kita dapat melanjutkan kajian Anda tentang evaluasi dalam katekese.
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c) AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, Filial
STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Makala ini ditulis sesuai dengan standar penulisan dengan margin : batas-batas pengetikan pada kertas ialah :
dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm. Jarak antara baris
adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan daftar pustaka yang
menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur sedemikian rupa sehingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan
teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, diberi garis bawah dan
tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan makalah minimum 15 halaman termasuk skema,
tabel dan gambar, dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman,
dan sajian dalam bentuk CD dengan format powerpoint. Slide presentasi power point, minimum 11 slide.
III. KRITERIA PENILAIAN
1. Rubrik Penilaian Tugas Makala/Paper
No. Aspek Skor dan Kriteria
3 2 1
1 Sistematika laporan Laporan Laporan Laporan
lengkap dan lengkap tidak
terorganisasi namun tidak lengkap dan
dengan baik. terorganisasi tidak
dengan baik. terorganisasi
dengan baik
2 Tata tulis Tata tulis benar Tata tulis Tata tulis
dan benar dan tidak benar
menggunakan bahasa tidak dan bahasa
bahasa yang benar dan tidak benar
benar dan baku. tidak baku dan tidak
baku
3 Pendahuluan Uraian latar Uraian latar Uraian latar
belakang sesuai belakang belakang
dengan topik kurang tidak sesuai
yang dibahas sesuai dengan
dengan topik topik.
yang
dibahas
4 Hasil analisis dan Hasil analisis Hasil Hasil
dan analisis analisis data
pembahasan
pembahasan tepat, dan
sesuai dengan namun pembahasan
konteks pembahasan tidak tepat
tidak sesuai
dengan
konteks
5 Kesimpulan Tepat menarik Kurang tepat Kesimpulan
kesimpulan menarik tidak sesuai
sesuai dengan kesimpulan dengan
tujuan penulisan karena tidak tujuan
dan data sesuai penulisan
dengan dan data.
tujuan
penulisan
dan data.
6 Referensi Referensi yang Referensi Referensi
digunakan yang yang
berusia tiga digunakan digunakan
tahun terakhir berusia lima lebih dari
tahun lima tahun
terakhir
7 Ketepatan Waktu Tugas Tugas Tugas
dikumpulkan dikumpulkan dikumpulkan
tepat waktu atau lewat 1 hari setelah
sebelum batas setelah lewat 2 atau
waktu. batas waktu. lebih
Isi secara
umum
akurat,
tetapi tidak
Isinya Isinya
lengkap.
Isi akurat kurang tidak
Para
dan akurat, akurat
pendengar
lengkap. karena atau
bisa
Isi mampu Para tidak ada terlalu
mempelaja
menggugah pendenga data umum.
ri beberapa
pendengar r faktual, Penden 60
Isi fakta yang
untuk menamba tidak gar tidak
tersirat, %
mengemban h wawsan menamb belajar
tetapi
gkan pikiran baru ah apapun
mereka
(14-15 tentang pemaha atau
tidak
topik man kadang
menambah
tersebut. pendeng menyes
wawasan
(10-13) ar. atkan.
baru
(3-5) (0-3)
tentang
topik
tersebut.
(6-9).
Skor
Total
(b) Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri
Dokumentasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992.
(c)
AP Budiyono Hd (Editor), Bunga Rampai Katekese Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral,
Filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009.
d. Bentuk Luaran:
Tugas portofolio ini ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah dengan margin : batas-batas pengetikan
pada kertas ialah : dari tepi kiri 4 cm, dari tepi kanan 3 cm, dari batas atas 4 cm sedangkan tepi bawa 3 cm.
Jarak antara baris adalah 1,5 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul, daftar tabel maupun gambar, dan
daftar pustaka yang menggunakan 1 spasi. Judul bab ditulis dengan huruf besar, tebalkan dan diatur
sedemikian rupa sehingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru.
Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, diberi garis bawah dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Hasil penyusunan portofolio minimum 9
halaman dengan ukuran kertas A4, diketik dengan type dan besaran huruf times new roman.
9.10. Latihan
6. Jelaskan Pengertian Evaluasi!
7. Jelaskan Bahan Evaluasi!
8. Jelaskan Pelaksana Evaluasi!
9. Jelaskan Waktu Evaluasi!
10. Jelaskan Kegiatan Evaluasi!
11. Jelaskan Cara Mengevaluasi!
9.11. Rangkuman
Evaluasi dalam katekese yakni penilaian kembali atas segala rencana pelaksanaan katekese yang sudah kita
buat. Evaluasi sangat penting dilakukan karena melalui evaluasi, perkembangan dan mutu katekese dapat terjamin;
segala hal yang positif dan negative dapat diketahui; semua pihak yang terlibat dalam katekese dapat meningkatkan
kemampuannya berkatekese dengan saling membantu. Dalam bahan evaluasi meliputi 2 hal yakni rencana katekese dan
pelaksanaan. Rencana katekese dinilai dari metode penyampaian, waktu pelaksanaannya hingga sampai pada
pencapaian tujuan. Sedangkan dalam pelaksanaan yang sudah direncanakan juga merupakan bahan evaluasi. Di dalam
pelaksanaan apakah semua yang direncanakan sudah terlaksana dengan baik, mulai dari metode, waktu, bahan-bahan,
isi. Sehingga hasil dari pelaksanaan katekese haruslah cukup memuaskan. Pelaksana evaluasi memberikan evaluasi
atas seluruh kegiatan katekese baik dalam rencana maupun dalam pelaksanaannya, antara lain : para petugas katekese;
para ahli kateketik; hierarki Gereja; para pelaksana katekese; para peserta katekese; dan seluruh umat.
Evaluasi dalam katekese sangat mutlak untuk dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian
atas apa yang telah dilaksanakan. Waktu evaluasi yang tepat yakni setelah rencana dibuat dan setelah kegiatan
dilaksankan karena akan tahu hasilnya setelah melihat dan melaksanakannya. Evaluasi merupakan suatu tindakan
perbaikan setelah proses katekese dilaksanakan. Proses evaluasi ini berguna bagi perkembangan dan kemajuan dalam
katekese. Dalam evaluasi ini akan muncul suatu langkah baru yang lebih efektif dan baik dari langka-langkah sebelumya.
Langkah-langkah baru ini akan membuat karya katekese berhasil dan akan membantu setiap orang untuk lebih mudah
dalam mengahayati imannya. Banyak cara yang bisa digunakan dalam mengevaluasi, antara lain : dengan pemeriksaan
dan penilaian; menanyakan kesan-kesan; memberikan pertanyaan; pengisian angket.
DAFTAR PUSTAKA
7. A.P. BUDIYONO HD, Katekese, Pusat Pembinaan Katekis Vikep Surakarta, Maret 1981.
9. MARIANUS TARUMBANA, OFMCAP, Ilmu kateketik , Fakultas Filsafat, Unika S. Thomas, Sinaksak Pematang
Siantar 1997
10. PAUS YOHANES PAULUS II, Berkatekese suatu ajakan apostolik, Bagian Dokumentasi Penerangan MAWI
dengan PWI Kateketik, Jakarta 1979.
11. PUSKAT, Sejarah Katekese sampai dengan Konsili Trente dan sesudah konsili Trente sapai sekarang
Yogyakarta