Makalah PAI (Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan Dalam Islam) - Kelompok 07 - 1 D3-B Kesling
Makalah PAI (Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan Dalam Islam) - Kelompok 07 - 1 D3-B Kesling
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan
dalam Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Nurrohman
Sa’id, S.Pd.I. pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurrohman Sa’id, S.Pd.I selaku dosen mata
kuliah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapatmenambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari manusia sehingga secara alamiah
manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Terkadang manusia yang memengaruhi lingkungan
dan terkadang lingkungan yang memengaruhi manusia. Manusia sebagai khalifah di bumi
tentunya memiliki kewajiban menjaga dan mengelola lingkungan agar tercipta lingkungan yang
bersih dan sehat sehingga lingkungan dapat mendukung kehidupan manusia. Pengaruh
lingkungan terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan pengaruh manusia terhadap
lingkungan lebih bersifat aktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kebersihan dan kesehatan dalam Islam
2. Apa saja hadits yang menjelaskan tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan
3. Apa hubungan Islam dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan
C. Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan tentang kebersihan dan kesehatan dalam Islam
2. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
Islam merupakan akidah pertama, bahkan norma ilmiah pertama yang memperkenalkan
dan memerintahkan prinsip kebersihan yang diidentikkan dengan bersuci (tahārah). Salah satu
cara yang dianjurkan oleh Islam dalam memelihara kesehatan adalah menjaga kebersihan. Sikap
Islam terhadap kebersihan sangat jelas dan didalamnya terkandung nilai ibadah kepada Allah
swt. Sesungguhnya kitab-kitab syariat Islam selalu diawali dengan bab al-tahārah (bersuci), yang
merupakan kunci ibadah sehari-hari. Sebagai contoh salat seorang muslim tidak sah jika tidak
suci dari hadas, karena kebersihan (kesucian) pakaian, badan dan tempat dari najis merupakan
salah satu syarat sahnya salat. Islam mengajarkan pula tentang kesucian.
Bersih dan suci adalah dua hal yang tidak dapat di pisahkan, keduannya sangat erat
berhubungan dengan kesehatan, meskipun arti katanya tak persis sama. Bersih merupakan kata
sifat yang menunjukkan keadaan bebas dari kotoran. Kebersihan bersifat umum dan tidak terkait
langsung dengan tata cara peribadatan. Namun demikian, tetap saja merupakan keharusan bagi
setiap muslim untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, suci dalam
ajaran Islam ialah terhindar dari najis dan hadas. Agar menjadi suci, seorang muslim harus
mejalankan aturan berupa tata cara tahārah (bersuci). Setelah bersuci, baru dapat menjalankan
ibadah-ibadah khusus, terutama salat.
Kebersihan sangat diperhatikan dalam Islam baik secara fisik maupun jiwa, baik secara
tampak maupun tidak tampak. Dianjurkan pula agar memelihara dan menjaga sekeliling
lingkungan dari kotoran agar tetap bersih. Dalam pandangan Yusuf al-Qardhawi ia menyebutkan
bahwa perhatian al-sunnah al-nabawiyyah terhadap kebersihan muncul dikarenakan beberapa
sebab, yaitu:
2
Ketiga, kebersihan itu adalah syarat untuk memperbaiki atau menampakkan diri dengan
penampilan yang indah yang dicintai oleh Allah swt dan Rasul-Nya.
Keempat, kebersihan dan penampilan yang baik merupakan salah satu penyebab eratnya
hubungan seseorang dengan orang lain. Ini karena orang sehat dengan fitrahnya tidak
menyukai sesuatu yang kotor dan tidak suka melihat orang yang tidak bersih.
Islam menjadikan kebersihan sebagai akidah dengan sistem yang kokoh bagi seorang
muslim, bukan semata-mata takut kepada penyakit, akan tetapi sebagaimana telah kita ketahui
bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Lingkungan hidup manusia dapat berubah,
bergantung kepada sifat dan niat pengelolanya. Kehidupan rohaniah di dalam Islam harus
berlangsung atas dasar tujuan yang baik dan berguna bagi kehidupan manusia. Kebersihan
batiniah seseorang mengambil peran menentukan atas kebersihan lingkungan.
Bila manusia ingin hidup bersih, maka tidak cukup baginya hanya membersihkan diri,
lebih daripada itu diharuskan membersihkan lingkungan tempat tinggalnya. Menjaga dan
memelihara lingkungan merupakan tanggungjawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Islam telah menjamin hak-hak manusia dengan tidak memperkenankan seseorang membuang
kotoran tubuhnya ke dalam air yang digunakan oleh orang banyak, seperti di sungai atau di
pinggir jalan.
II. Beberapa Hadits yang Menjelaskan atas Kepedulian Rasul terhadap Kebersihan dan
Kesehatan Lingkungan
Ada beberapa hadits yang menjelaskan betapa pedulinya Rasul terhadap kebersihan dan
Kesehatan lingkungan, yaitu sebagai berikut :
3
Artinya: “Iman itu adalah 69 cabang. Maka yang utamanya ialah kalimah lLa ilaha illa allah dan
yang paling rendahnya ialah membuang kotoran dari jalan dan malu itu cabang dari keimanan”
(HR.Muslim, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn Majah)
َ تَ ْع ِد ُل بَ ْي َن ا ْثنَ ْي ِن:س
،ٌص َدقَة َّ وم تَ ْطلُ ُع فِ ْي ِه ال
ُ ش ْم ٍ َص َدقَةٌ ُك ُّل ي
َ س َعلَ ْي ِه
ِ سال َمى ِم َن النَّا
ُ ُك ُّل
َ َُوتُ ِع ْينُ ال َّر ُج َل في َدابَّتِ ِه فَت َْح ِم ُل لَهُ َعلَ ْي َها أَو ت َْرفَ ُع لَهُ َعلَ ْي َها َمتَا َعه
ُ َوال َكلِ َمة،ٌص َدقَة
ُس ِن أَ ْع َمالِ َها اأْل َ َذى يُ َماطِ فَ َو َجدْتُ فِي َم َحا سيِّئُ َها
َ َو سنُ َهاَ َح أُ َّمتِي أَ ْع َما ُل َعلَ َّي ْضت
َ ُع ِر
ُس ِج ِد اَل تُ ْدفَنْ سا ِوئ أَ ْع َمالِ َها النُّ َخا َعةَ تَ ُكونُ فِي ا ْل َم
َ َو َو َجدْتُ فِي َم يق ِ عَنْ الطَّ ِر
Artinya: “Disodorkan padaku amal yang uamtku yang baiknya dan yang buruknya. Maka aku
dapatkan yang baik-baiknya adalah gangguan dari jalan dank au dapatkan sejelek-jeleknya
adalah mendahak di masjid” (HR.al-Tahabrani)
4
4) Memelihara Kebersihan adalah Suatu Kebaikan
Hadits diterima dari Abu Darda, yang artinya: ”Barangsiapa yang membuang dari jalan umat
Islam sesuatu yang mengganggu mereka, maka akan dicatat oleh Allah perbuatan itu kebaikan
dan barangsiapa yang dicatat kebaikannya oleh Allah, maka akan dimasukan ke dalam surga”.
(HR Ath-Thabrani).
Al-Qur’an dan hadits banyak menggunakan lafal atau kosa kata thaharah yang
mengindikasikan pada kesucian badan dari kotoran dan najis. Dalam surat al-Maidah: 6 dan
surat an-Nisa: 43, ayat tersebut mewajibkan wudu dan atau mandi sebelum shalat, tampak
mengandung dua makna sekaligus, yaitu thaharah secara hissiyah-jasmaniyah (konkrit-nyata)
karena dibersihkan oleh air dan thaharah maknawiyah (abstrak) karena dibersihkan dengan air
atau tanah ketika air itu tidak ada.
Dikatakan dua makna, “Sesungguhnya Allah adalah pengampun dan penyayang” pada akhir
surat an-Nisa:43 karena wudhu dan mandi juga shalat adalah jalan membersihkan dosa. Rasul
berkata, artinya: “Tidak ada seorang laki-laki yang berwudhu baik wudhunya, terus shalat dua
rakaat, maka ia diampuni dosanya” (HR.Bukhari).
Kesucian secara rohani karena dia sudah ada dalam keta’atan, istighfar dan taubat pada
Allah. Dalam kehidupan sehari-hari suci ini diungkapkan kepada seseorang yang sedang
haidatau dalam keadaan junub, misalnya, orang yang sudah bersih atau suci dari haid, disebut,
“Hatta yath-hurna” (al-Baqarah:222).
Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa kebalikan dari thaharah adalah najasah atau najis.
Dalam ungkapan lain ada juga ungkapan danas, kotor . dalam Islam istilah najis terkonsep
5
dalam fuqaha. Dikalangan fuqaha najis digolongkan pada najis mughallzhah dan mukhaffafah.
Dikatakan mughallazhah karena dalam membersihkannya di samping menggunakan
airbsebanyak tujuh kalibjuga najis mukhaffafah yaitu najis yang cukup dicuci dengan sekali atau
dua kali.
Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi, penyelamatan,
dan pelestarian lingkungan. Konsep Islam ini kemudian bisa digunakan sebagai dasar pijakan
(moral dan spiritual) dalam upaya penyelamatan lingkungan. Permasalahan lingkungan bukan
hanya masalah ekologi semata, tetapi menyangkut teologi. Teologi dalam konteks ini adalah cara
menghadirkan dalam setiap aspek kegiatan manusia. Dalam bahasa lain, teologi dapat dimaknai
sebagai konsep berpikir dan bertindak yang dihubungkan dengan yang ghaib yang menciptakan
sekaligus mengatur manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat perhatian (komponen) bahasan
yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang ketiganya mempunyai kesatuan hubungan fungsi dan
kedudukan. Jadi, teologi hubungan antara manusia dan alam dengan Tuhan adalah konsep
berpikir dan bertindak tentang lingkungan hidup yang mengintegrasikan aspek fisik (alam
termasuk hewan dan tumbuhan), manusia dan Tuhan.
Realitas alam ini tidak diciptakan dengan ketidaksengajaan (kebetulan atau main-main)
sebagaimana pandangan beberapa saintis barat, tetapi dengan rencana yang benar sebagaimana
telah tercantum dalam (Q.S. Al-An’am: 73, Q.S. Shaad: 27 dan Q.S. Al-Dukhaan: 38-39). Oleh
karena itu, menurut perspektif Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif, serta bekerja
sesuai dengan hukum yang berlaku tetap (qodar).
Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup) bersifat menyatu (holistik) dan saling
berhubungan yang komponennya adalah Sang Pencipta alam dan makhluk hidup (termasuk
manusia). Dalam Islam, manusia sebagai makhluk dan hamba Tuhan, sekaligus sebagai wakil
6
(khalifah) Tuhan di muka bumi yang telah dijelaskan dalam (Q.S. Al-An’am: 165). ). Manusia
mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Sang Pencipta (Al-Kholik).
Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep (instrumen) yakni halal dan haram.
Halal bermakna segala sesuatu yang baik, menguntungkan, menenteramkan hati, atau yang
berakibat baik bagi seseorang, masyarakat maupun lingkungan.
Sebaliknya segala sesuatu yang jelek, membahayakan atau merusak seseorang, masyarakat
dan lingkungan adalah haram. Jika konsep tauhid, khilafah, amanah, halal, dan haram ini
kemudian digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan, keselarasan, dan kemaslahatan
maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan komprehensif tentang etika lingkungan
dalam perspektif Islam.
Konsep etika lingkungan tersebut mengandung makna, penghargaan yang sangat tinggi
terhadap alam, penghormatan terhadap saling keterkaitan setiap komponen dan aspek kehidupan,
pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan persaudaraan semua makhluk serta menunjukkan
bahwa etika (akhlak) harus menjadi landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima
pilar etika lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilar syariah Islam. Syariah yang
bermakna lain as-sirath adalah sebuah jalan yang merupakan konsekuensi dari persaksian
(syahadah) tentang keesaan Tuhan.
Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan. Sebab, lingkungan
memiliki pengaruh besar bagi fisik dan mental manusia. Terkait hal ini, Rasulullah bersabda,
"Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah". Orang yang bertauhid
meyakini bahwa seluruh alam semesta sebagai tempat ibadah yang tidak boleh dikotori dan
dirusak serta harus terus dirawat kelestariannya.
Dalam hukum Islam ada sebuah prinsip umum bahwa siapapun tidak boleh merugikan atau
merusak yang lain baik terhadap manusia lain maupun alam semesta. Dengan demikian fiqih
Islam mencegah secara langsung maupun tidak langsung atas terjadinya kerusakan lingkungan.
7
kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya perampasan terhadap hak jutaan orang bahkan
seluruh penduduk bumi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam meletakkan pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan sebagai bagian integral dari proses ibadah yang dijalankan oleh penganutnya.
Kewajiban setiap muslim dalam menjaga lingkungan yang baik telah termaktub di dalam
Alqur’an dan juga diberikan contohnya dalam beberapa hadis nabi, termasuk ganjaran atau
hukuman bagi yang tidak mengindahkan kewajiban tersebut. Usaha yang terus menerus masih
harus dilakukan guna menyadarkan mereka sehingga pengelolaan lingkungan yang baik dan
terpadu menjadi bagian dari hidup mereka. Selain itu, dengan menyadari hukuman berat yang
Allah SWT akan berikan pada mereka apabila melakukan kerusakan, akan menjauhkan mereka
dari perbuatan yang merusak tersebut.
8
DAFTAR PUSTAKA