0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas proses pelaporan, verifikasi, kategorisasi, dan audit kasus kematian ibu dan bayi di tingkat kabupaten/kota. Meliputi identifikasi kematian di masyarakat dan fasilitas kesehatan, pelaporan kematian terverifikasi ke dinas kesehatan, kompilasi data kematian, penyiapan kasus untuk diaudit, kajian/audit kasus, serta anonimisasi data sebelum dilaporkan.
Dokumen tersebut membahas proses pelaporan, verifikasi, kategorisasi, dan audit kasus kematian ibu dan bayi di tingkat kabupaten/kota. Meliputi identifikasi kematian di masyarakat dan fasilitas kesehatan, pelaporan kematian terverifikasi ke dinas kesehatan, kompilasi data kematian, penyiapan kasus untuk diaudit, kajian/audit kasus, serta anonimisasi data sebelum dilaporkan.
Dokumen tersebut membahas proses pelaporan, verifikasi, kategorisasi, dan audit kasus kematian ibu dan bayi di tingkat kabupaten/kota. Meliputi identifikasi kematian di masyarakat dan fasilitas kesehatan, pelaporan kematian terverifikasi ke dinas kesehatan, kompilasi data kematian, penyiapan kasus untuk diaudit, kajian/audit kasus, serta anonimisasi data sebelum dilaporkan.
3.1.1. Identifikasi dan Notifikasi Kematian Maternal dan Perinatal 3.1.1.1. Kematian di Masyarakat dan Fasilitas Kesehatan Identifikasi kematian dilakuan dengan melaporkan semua kematian wanita usia subur (WUS) yang terjadi baik di fasilitas kesehatan maupun di masyarakat. Kematian neonatal dilakukan dengan melaporkan semua kematian neonatus dan lahir mati. Apabila terjadi kematian WUS dan atau perinatal di masyarakat, maka skema yang digunakan adalah pada gambar 2. di mana laporan dapat berasal dari anggota masyarakat, keluarga, kader kesehatan, pemuka agama, ibu PKK kepada RT, RW, atau kepala dusun maupun bidan desa. Bidan desa selanjutnya dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kepala Dusun maupun mencari sendiri informasi kematian WUS dan/atau perinatal dari register kematian di kantor kepala desa/lurah. RT/RW/Kepala Dusun selanjutnya dapat meneruskan laporan kepada kepala desa/lurah menggunakan formulir pencatatan sipil yang tersedia untuk selanjutnya divalidasi bersama dengan bidan desa.
Gambar 2. Alur Kematian WUS dan/atau Perinatal di Masyarakat
Formulir yang digunakan untuk kematian WUS yang diterima
bidan desa adalah formulir MAMA-IN, sedangkan apabila terjadi kematian perinatal, maka akan dicatatkan oleh bidan. Semua tahapan ini harus dilakukan dalam 3 x 24 jam dan pelaporan harus berisi nama dan alamat ibu disertai dengan nama dan alamat pelapor. Bidan desa melaporkan kematian WUS, ibu, BBL dan lahir mati setiap bulan kepada Bidan Koordinator di Puskesmas bersamaan dengan laporan PWS KIA. Pelaporan ini harus dilakukan walaupun tidak ada kematian (Zero reporting). Bidan Koordinator selanjutnya melakukan verifikasi kematian untuk melakukan otopsi secara verbal dengan menggunakan Formulir Otopsi Verbal Maternal/OVM maupun Formulir Otopsi Verbal Perinatal/OVP untuk mennggali informasi mengenai penyebab kematian ibu/neonatus dalam waktu maksimal 14 hari setelah menerima notifikasi. Bidan koordinator/bidan Puskesmas selanjutnya mengisi formulir Daftar Kematian Maternal dan Perinatal (DKMP) untuk semua kematian ibu dan perinatal (yang telah diverifikasi) di wilayahnya. DKMP dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setiap bulan sebagai pelaporan kematian maternal dan perinatal dan menjadi dokumentasi yang disimpan di Puskesmas.
Gambar 2. Alur Pelaporan Kematian WUS dan/atau Perinatal di Fasilitas Kesehatan
Untuk kematian di Fasilitas Kesehatan, pelaporan akan mengikuti alur skematik pada gambar 2. Kematian di fasiilitas kesehatan umumnya merupakan kematian yang telah terdiagnosis. Namun apabila penyebab dirasa meragukan, misalnya di FKTP, maka dapat dilakukan verifikasi dengan penggunaan form OVM dan/atau OVP.
3.1.2. Pelaporan Kematian Maternal dan Perinatal Terverifikasi dan
Kompilasi Data Kematian yang terjadi di masyarakat maupun Fasilitas Kesehatan yang telah diverifikasi selanjutnya dilaporkan ke dinas kesehatan Kota/Kabupaten melalui puskesmas/FKTRL. Pelaporan ini dilakukan menggunakan formulir DKMP atau melalui aplikasi Maternal-Perinatal Death Notification (MPDN) dalam kurun waktu 3 x 24 jam sejak kematian diketahui. Selanjutnya, dinas kesehatan kota/kabupaten melakukan verifikasi ulang untuk memastikan keakuratan dan melengkapi informasi seputar kematian maternal dan perinatal yang nantinya akan diperlukan dalam proses kajian/audit kematian. Aplikasi MPDN akan membantu proses ini lebih cepat dengan mengirimkan verifikasi secara otomatis ke pengirim laporan kematian dan mengirimkannya secara otomatis ke Kementerian Kesehatan.
3.1.2.1. Kompilasi Daftar Kematian Maternal dan Perinatal
Tingkat Kabupaten/Kota Dinas kesehatan selanjutnya melakukan kompilasi daftar kematian ibu termasuk kematian dari luar wilayah yang ditangani oleh wilayahnya dan dicatatkan berdasarkan alamat domisili dan laporan kematian luar wilayah. Selanjutnya, daftar ini akan dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi setiap 3 bulan. Dinas kesehatan provinsi akan melaporkan data ini ke Kementerian Kesehatan setiap 6 bulan.
3.1.2.2. Kategorisasi Data Kematian dan Perinatal
Kompliasi DKMP dikategorisasikan oleh sekretariat AMP-SR kabupaten/kota berdasarkan: Karakteristik ibu, janin atau bayi. Mencakup usia, pendidikan, status sosio-ekonomi, dan kondisi selama kehamilan, persalinan dan nifas, serta usia gestasi ketika meninggal. Untuk kematian perinatal, karakteristik janin/bayi meliputi kehamilan ganda, usia gestasi, lahir mati (antepartum atau intrapartum), kematian neonatal (dini atau lanjut) dan berat badan lahir Tempat terjadinya kematian seperti kematian di fasilitas kesehatan, dalam perjalanan ke faskes, atau di rumah dan dikelompokkan berdasarkan kematian di FKTP, FKTRL, dan meninggal dalam perjalanan. Kematian juga dikategorikan berdasarkan alamat domisili sesuai dengan KTP Waktu kematian disusun untuk melihat trend jumlah kematian setiap bulannya. Dibagi berdasarkan masa hamil, bersalin,, atau nifas serta lahir mati (intrapartum atau antepartum), neonatal dini dan neonatal lanjut Dugaan penyebab kematian apabila penyebab kematian akurat, dapat disajikan dalam bentuk cross-tabulasi dengan waktu, tempat kematian atau karakteristik ibu dan janin.
3.1.2.3. Penyiapan Daftar Kematian yang Akan Dikaji
Audit medik kasus kematian maternal dan perinatal dilakukan untuk menjadi masukan perbaikan kualitas pelayanan. Semua kematian maternal dilakukan audit medik dengan menggunakan data kasus dari riekam medik, sementara pada kasus kematian yang terjadi sejak awal dirawat di RS, data kematian diformulasikan dalam formulir Rekam Medik Maternal (RMM). Hasil audit ini selanjutnya diringkaskan dan dicantumkan pada bagian RESUME pada RMM dan selanjutnya dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai bahan AMP. Kematian perinatal juga dilakukan audit sama dengan kematian maternal, namun diformulasikan pada formulis Rekam Medik Perinatal (RMP) dan diringkaskan dalam resume serta dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Khusus untuk kasus kematian perinatal ini, terdapat tata cara pemilihan kasus kematian perinatal: - Kasus dipilih secara acak agar mewakili seluruh kematian perinatal di wilayah kabupaten/kota dan melihat gambaran masalah di wilayah tersebut sehingga rekomendasi intervensi yang dihasilkan sesuai dengan masalah yang ada. Metode ini digunakan pada daerah dengan kematian < 30 kematian dalam 1 tahun - Kasus dipilih secara acak berdasarkan stratifikasi penyebab kematian dilakukan dengan memilih kasus pada tiap jenis penyebab kematian yang sering terjadi, sehingga jenis kasus yang dikaji mewakili keseluruhan jenis penyebab kematian yang terjadi - Kasus dipilih berdasarkan prioritas masalah ditentukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan besarnya masalah dan potensi untuk dicegah.
3.1.3. Kajian/Audit Kematian Maternal dan Perinatal
Berkas laporan dari OVM/OVP, hasil audit kasus kematian dari FKTP/FKTRL selanjutnya dikirm kepada Penanggungjawab Tim AP di dinas kesehatan kabupaten/kota dalam amplop tertutup dengan label RAHASIA pada sisi kanan atas amplop untuk selanjutnya disampaikan kepada Tim Manajemen AMP.
3.1.3.1. Anonimasi Data Kematian
Berkas yang sudah lengkap akan ditindaklanjuti: Identitas kasus didokumentasikan dalam Buku Register Kematian Maternal-Perinatal untuk dipakai untuk keperluan pembelajaran, pelaporan dan perencanaan, yang kemudian perlu disimpan dalam lemari yang terkunci untuk menjaga kerahasiaan Anonimasi dilakukan dengan memberikan nomor kode kasus dan menghilangkan seluruh identitas pasien, pemberi layanan kesehatan, serta institusi terkait dan dilakukan sesuai dengan prosedur dari Kementerian Kesehatan. Sebelum dilakukan anonimasi, berkas data tidak boleh digandakan atau disimpan baik dalam bentuk fisik ataupun formulir elektronik. Penggandaan hanya boleh dilakukan setelah proses anonimasi Proses ini dilakukan untuk menghilangkan tindakan mempermalukan, menyudutkan, menyalahkan dan menghakimi individu/institusi kesehatan tertentu serta membuat petugas pelayanan bersedia untuk terbuka dan tidak menyembunyikan informasi. Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP ini tidak dapat digunakan sebagai bahan bukti di persidangan (no pro justicia) dan hanya digunakan untuk keperluan pembelajaran untuk meningkatkan penyediaan dan kualitas sistem pelayanan kesehatan maternal dan perinatal.
3.1.3.2. Memilih Pengkaji dan Persiapan Bahan Kajian
Persiapan lainnya untuk pertemuan audit adalah menentukan pengkaji, menyusun jadwal dan penggandaan berkas. Persiapan ini dilakukan oleh sekretariat AMP dinkes kabupaten/kota. Bila memungkinkan, kehadiran pengkaji eksternal (dokter spesialis atau pakar yang berasal dari luar kabupaten/kota) pada setiap pertemuan auditakan bermanfaat untuk memastikan objektivitas. Bahan audit anonimasi yang disajikan adalah OVM/OVP dan RMM/RMPP. Pertemuan AMP/audit di dinkes kabupaten/kota tidak boleh menghadirkan atau meminta presentasi dari tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan yang terlibat. Pengaudit hanya dilakukan terhadap dokumen kematian yang dikirimkan dan informasi tambahan yang diminta, bila ada. Dalam satu pertemuan kajian/audit, dapat dibahas beberapa kasus kematian, sesuai dengan ketersediaan waktu dan sumberdaya lainnya.
3.1.3.3. Audit Kematian Maternal dan Perinatal
Terdapat prinsip-prinsip dalam melaksanakan kajian/audit kematian: o Pemahaman holistik o Penilaian layanan klinis o Audit terfokus o Audit sintesis dengan mengelompokkan masalah dalam kategori yang bersifat umum dan menilai peringkat tingkat perawatan substandar sesuai dengan tabel 2.
Tabel 2. Peringkat Tingkat Perawatan Sub-standar
Peringkat Tingkat Perawatan Sub-standar
Tidak ada pemberian pelayanan yang sub-optimal
0 (semua sudah dilakukan sesuai standar, tetapi pasien tetap meninggal)
Terdapat perawatan sub-optimal, tetapi tatalaksana yang sesuai standar
1 TIDAK AKAN membuat perubahan terhadap outcome (bila standar dipenuhi, kematian tetap terjadi)
Terdapat perawatan sub-optimal, tatalaksana yang sesuai standar
2 MUNGKIN dapat membuat perbedaan outcome (bila standar dipenuhi, ada KEMUNGKINAN kematian dapat dihindari)
Terdapat perawatan sub-optimal, dan tatalaksana yang sesuai standar
3 AKAN membuat perbedaan outcome (bila standar dipenuhi, pasien TERHINDAR dari kematian)
Dengan proses audit kematian meliputi 3 kegiatan yaitu
analisis kematian maternal dan perinatal, penentuan penyebab kematian serta penyusunan rekomendasi. Analisis kematian dilakukan untuk menyimpulkan apakah kematian dapat dicegah atau tidak. apabila kematian tersebut disimpulkan dapat dicegah, maka pengkaji perlu melakukan identifikasi dan merinci faktor-faktor penyebab yang dapat didcegah dari aspek medis dan non-medis. Aspek medis ibu dinilai berdasarkan periode kehamilan sedangkan aspek medis perinatal dinilai berdasarkan periode janin antepartum dan intrapartum untuk selanjutnya dikelompokkan seperti pada tabel 2. Sedangkan aspek nonmedis meliputi masalah bukan medis yang terkait dengan kematian seperti kondisi pasien serta masalah sistem dan administrasi kesehatan. Klasifikasi penyebab kematian dilakukan berdasarkan International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) versi 10. Penybab kematian ibu berisi penyebab kematian langsung, faktor medis yang berkontribusi terhadap kejadian kematian maternal, faktor non-medis yang bekontribusi terhadap kejadian kematian maternal, dan faktor kematian maternal yang dapat dihindari atau tidak dapat dihindari. Klasifikasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab obstetrik dan penyebab akhir kematian yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan upaya preventif. Sedangkan penyebab kematian perinatal diklasifikasikan berdasarkan Making Every Baby Count : Audit and Review of Stillbirths and Neonatal Deaths (WHO,2016) – ICD – 10 PM atau ICD 10: A – penyakit/kondisi utama pada janin/neonatus B – penyakit/kondisi lain pada janin/neonatus C – penyakit/kondisi utama ibu yang memengaruhi kematian janin/bayi D – penyakit/kondisi lain ibu yang memengaruhi kematian janin/bayi Selain itu, terdapat langkah-langkah untuk melakukan klasifikasi kematian perinatal: a. Menentukan waktu kematian (mati antepartum atau intrapartum, kematian neonatal dini atau lanjut) b. Menentukan penyakit/kondisi yang menyebabkan lahir mati atau kematian neonatal sesuai dengan ICD-10 c. Menentukan penyakit/kondisi ibu yang menyebabkan lahir mati/ kematian neonatal (M1 – M5) Rekomendasi perbaikan pelayanan kesehatan selanjutnya disusun untuk mencegah kematian maternal dan perinatal yang akan datang. Rekoenadi dihasilkan dari audit kasus akan ditindaklanjuti dengan tindakan/aksi. Misalnya, diperlukan tindakan penanggulangan di RS bila terjadi kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan, namun darah tidak tersedia. RS tersebut tidak mempunyai sarana untuk menyimpan darah, maka rekomendasi yang sesuai adalah memastikan bahwa darah selalu tersedia dengan adanya bank darah dan pemeriksaan golongan darah di tempat.
3.1.3.4. Analisis Data Agregat Kematian dan Perinatal
Analisis data agregat kematian maternal dan perinatal merupakan komponen penting dalam keseluruhan proses AMP-SR. Analisis data agregat kematian maternal dan perinatal dilakukan terhadap seluruh data kematian yang telah dilaporkan, baik yang sudah dikaji maupun yang tidak dikaji, sehingga dapat memberikan gambaran sebagai berikut: a. Karakteristik masalah kesehatan maternal dan perinatal di wilayah tersebut b. Karakteristik kelahiran di wilayah tersebut (jumlah lahir hidup dan lahir mati) c. Jumlah kematian maternal dan perinatal menurut karakteristik ibu, wilayah tempat tinggal dan tempat kematian d. Proporsi kematian maternal dan perinatal menurut penyebab medis e. Tingkat fatalitas (case fatality rate) kematian maternal f. Faktor kontributor yang melatar-belakangi kematian maternal dan perinatal (misalnya kualitas pelayanan dan faktor non- medis), serta tingkat kekerapannya g. Tingkat kematian maternal dan perinatal yang dapat dicegah h. Rekomendasi untuk mencegah kematian oleh penyebab yang sama di kemudian hari i. Jumlah rekomendasi yang ditindak lanjuti berdasarkan periode waktu yang telah ditetapkan (segera, menengah, jangka panjang). Hal ini berperan penting untuk menentukan konsistensi dan akuntabilitas pemangku kebijakan untuk memastikan sistem kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir terlaksana sesuai standar. j. Pola dan trend kematian pada wilayah tersebut Analisis data agregat dilakukan dalam setiap semester dengan tujuan tindaklanjut atas rekomendasi yang dihasilkan menjadi tepat sasaran dan tepat waktu. Hasil analisis data agregat akan memberikan arahan dalam mengembangkan respon/tindakan korektif yang spesifik dalam mengatasi satu atau lebih penyebab atau faktor yang terkait dengan kejadian kematian maternal dan perinatal.
3.1.4. Penyusunan dan Pelaksanaan Respon/Tindakan Korektif
Prinsip-prinsip dasar pelaksanaan respon sebagai berikut: i. Dimulai dengan faktor penyebab kematian yang dapat dicegah (ditemukan dari auditkasus). ii. Menggunakan standar prosedur operasional dalam menangani komplikasi obstetrik dan kesakitan neonatal menurut standar nasional atau standar yang ditetapkan oleh WHO sebagai acuan. iii. Menetapkan prioritas berdasarkan prevalensi, kelayakan pelaksanaan, biaya dan sumber daya lainnya yang ada, kesiapan sistem kesehatan dan dampak terhadap kesehatan masyarakat. iv. Menetapkan waktu pelaksanaan respon: segera, periodik, tahunan, menengah dan panjang. v. Menentukan cara pemantauan kemajuan, efektifitas dan dampak respon yang dilakukan. vi. Memasukkan kegiatan respon ke dalam rencana tahunan di faskes/RS tempat terjadinya kematian, dan di tingkat kabupaten/kota sebagai bagian terintegrasi dari sistem kesehatan. vii. Memantau dan mengevaluasi kemajuan keseluruhan upaya untuk memastikan bahwa semua rekomendasi dari audit kasus dilaksanakan dan efektif dalam mencegah kematian. Respon dapat dikategorikan menjadi tindak lanjut langsung, periodik dan tahunan. Tindak lanjut langsung meliputi intervensi yang dapat segera dilaksanakan berdasarkan rekomendasi audit kematian, yang terutama diterapkan untuk mengatasi kesenjangan dalam pelaksanaan standar prosedur operasional dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Tindak lanjut periodik ditujukan untuk mengintervensi secara teratur pola masalah yang berulang yang dapat mengakibatkan kematian atau masalah geografis yang menyebabkan kematian. Sedangkan tindak lanjut tahunan adalah respon tahunan yang dibuat dengan memasukkan berbagai kegiatan ke dalam rencana tahunan faskes atau dinas kesehatan kabupaten/kota. Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah penetapan respon atau tindakan korektif meliputi: a) Diseminasi hasil audit dan penyelenggaraan sesi pembelajaran Sesi pembelajaran merupakan bagian dari respon yang dapat membantu proses peningkatan pelayanan. Dalam menyelenggarakan sesi pembelajaran tidak diperkenankan untuk membuka identitas, menyalahkan maupin mempermalukan seseorang/institusi. Terdapat 3 kelompok sasaran untuk mengikuti kegiatan pembelajaran: kelompok petugas kesehatan dan institusi yang terlibat langsung dalam pelayanan kasus yang dikaji (pembelajaran individual), komunitas pelayanan yang tidak terlibat dalam pelayanan kasus yang dikaji (pembelajaran kelompok terfokus) dan kelompok yang kebutuhan pembelajarannya bersifat umum (pembelajaran massal) b) Sesi pembelajaran individual Dalam melakukan pembelajaran individual koordinator Tim Manajemen menggunakan informasi yang didapatkan dari hasil auditkematian maternal atau perinatal yang dapat berupa surat yang berisi informasi mengenai audit kasus serta masalah yang dijumpai dan lokakarya c) Sesi pembelajaran kelompok terfokus Kelompok yang mendapatkan pembelajaran sesi ini merupakan kelompok profesi, misalnya perawat ruang perina, bidan ruang persalinan, perwakilan kamar operasi rumah sakit, kepala puskesmas, bidan koordinator, kepala desa, dan lain-lain. Materi dan cara penyampaian sesi pembelajaran bagi komunitas ini berbeda- beda, tergantung fungsi dan kebutuhan spesifik tiap kelompok. Pembelajaran ini ditujukan untuk komunitas sejenis, misalnya: i) masyarakat; ii) petugas kesehatan (bidan, dokter, perawat perina, perawat kamar operasi, organisasi profesi dsb); iii) pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan (kepala puskesmas, direktur rumah sakit, kepala laboratorium dll); dan iv) pembuat kebijakan (kepala dinas kesehatan, anggota DPRD, asuransi kesehatan, dsb). d) Sesi pembelajaran massal Sesi ini ditujukan untuk pembelajaran bagi semua kelompok komunitas pelayanan terhadap kondisi yang terkait kematian maternal dan perinatal serta respon/tindakan korektif yang memerlukan keterlibatan mereka semua. Sesi ini dapat berupa pertemuan, surat edaran, brosur, siaran radio, buletin atau website, sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan setempat. e) Pemantauan dan evaluasi pelaksaan respon/tindakan korektif Pemantauan dilakukan melalui pendekatan siklus Plan-Do-Check- Action (PDCA) pada upaya peningkatan mutu pelayanan. Koordinator tim manajemen membuat prioritas rekomendasi yang akan dilaksanakan. Faktor-faktor penyebab kematian maternal dan perinatal yang bisa dicegah dipilah berdasarkan kategori dalam Sistem Kesehatan Nasional. Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap respon yang terkait dengan pemenuhan dokter spesialis, bidan atau perawat neonatologi di RS. Target pelaksanaan tindakan korektif/intervensi dijabarkan berdasarkan waktu, penanggung jawab dan bagaimana kegiatan itu akan dilaksanakan. Pemantauan kegiatan dilaksanakan secara berkala bersamaan dengan jadwal pertemuan tim AMP-SR atau tim peningkatan mutu pelayanan (quality improvement). Sangat penting untuk melihat hasil kegiatan berdasarkan perencanaan intervensi/respon sebagai tindak lanjut dari rekomendasi. Informasi/data yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan.