Anda di halaman 1dari 2

1. Bagaimana Anda menjelaskan pentingnya beragama kepada orang awam?

Hal Pertama yang mesti dilakukan dalam memberikan penjelasan mengenai pentingnya
beragama kepada orang awam adalah diri kita sendiri dituntut untuk dapat menjadi pribadi
yang baik (beragama) terlebih dahulu. Artinya, benar-benar tercermin agama dalam sikap,
tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan dan
dalam keseluruhan pribadinya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan agama
akan sukses apabila ajaran agama itu benar-benar hidup dan tercermin dalam pribadi Kita
sendiri terlebih dahulu.

Langkah berikutnya kita harus memahami konsep mengajak yang telah di wahyukan oleh
Allah SWT di dalam Al Qur'an, yaitu :

"Ud’u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw’izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya
ahsanu inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla ‘an sabiilihi wahuwa a’lamu bialmuhtadiina"
(125).

"Ud’u ilaa sabiili rabbik". "Sabiil Rabbik" (jalan Tuhan). Ayat studi ini tidak menggunakan
terma "ud'u ilaa Rabbik", tapi "ilaa sabiil rabbik". Perbedaannya, jika "ilaa Rabbik", maka
orientasi dakwah langsung kepada Rabb, Dzat Allah SWT. Lebih tegas lagi, materi dakwah
terfokus kepada ketuhanan Allah SWT. Sedangkan "ilaa sabiil rabbik", maka orientasi dakwah
lebih disasar pada "sabiil", jalan, piranti, media, sarana, teknik, metode yang menghantarkan
umat bisa menemukan Rabbnya. Sabil, juga berarti agama.

Pada konteks ini, juru dakwah bagai makelar yang mencari penumpang untuk angkutan
umum: pesawat terbang, kapal laut, kereta api, bus di terminal dan lain-lain. Makelar
terminal memberikan arahan, bahwa Bus ini jurusan kota ini. Hanya dengan menggiring agar
penumpang benar dan tidak salah memilih Bus yang menghantar mereka ke tujuan yang
dikehendaki.

Untuk itu, juru dakwah harus jujur dan menarik. Menggunakan bahasa yang indah, daya
rayu yang memikat dan tampilan yang mempesona. Tidak hanya itu, servis-servis ekstra
perlu sekali diberikan, seperti menjemput mereka, memandu dan membawakan barang
bawaan, dengan cara elegan dan meyakinkan.

Jika dengan memaksa dan merebut-rebut, justru malah menimbulkan curiga dan prasangka
buruk terhadap sang makelar. Saat penumpang sudah duduk di dalam kendaraan, maka
tinggal mengantarkan ke tujuan, yakni Rabb, Allah SWT. Juru dakwah itu kayak sales yang
piawai merayu calon pembeli. Ya, tapi harus jujur. Juru dakwah juga jangan kalah dengan
penjual madu. Tidak peduli komplek militer, masuk terus, hanya sekadar menawarkan madu.

Karena dakwah pada ayat studi ini berorientasi pada "sabiil", maka benar -selanjutnya- di-
breakdown dengan memaparkan metodenya, yakni : al-hikmah, al-mau'idhah a-hasanah dan
al-jidal al-ahsan.

Al-hikmah, lazimnya diartikan kebijakan, kearifan, bahkan al-Qur'an sendiri menyebut al-
hikmah sebagai kebajikan maksimal atau al-khair al-katsir. Siapa dianugerahi al-Hikmah,
maka sama halnya dianugerahi kebajikan berlimpah ruah (al-baqarah:269).

Hikmah itu cara universal, tanpa ditentukan sifat maupun jenisnya. Pokoknya yang terbaik,
terefektif dan mengena. Maka bisa saja berupa tutur kata atau tindakan. Tidak sama dengan
dua teknik berikutnya yang sudah dipatok, yakni dengan bertutur kata: nasehat (mauidhah)
maupun berdebat (jidal). Dakwah orasi ini disebut "al-dakwah bi al-maqal".

Dilihat dari komparasi dua teknik yang lain, rasanya dakwah bil al-hikmah lebih mengarah
kepada perbuatan, termasuk kebijakan. Ilmuwan menyebutnya "al-dakwah bi al-hal". Bagi
pejabat, dituntut memanfaatkan jabatannya untuk dakwah, untuk kemaslahatan islam dan
kaum muslimin. Itulah cara menuju surga paling bagus bagi pejabat.

Satu keputusan penguasa yang memberi kebaikan bagi rakyat banyak adalah amal ibadah
yang besar pahalanya. Itulah dakwah pejabat. Jangankan di akhirat nanti, di dunia sekarang
bisa diunduh hasilnya. Sebuah kejibakan bermaslahah bagi rakyat akan memproduk simpati
murni terhadap pejabat yang bersangkutan. Selanjutnya, dengan sukarela rakyat mesti
menghendaki sang pemimpin kembali terpilih, meski tanpa uang.

Anda mungkin juga menyukai