90
B. PENYAJIAN MATERI:
BAB VIII
PEMBENTUKAN, METODE, FAKTOR, DAN
MANFAAT AKHLAK MULIA
A. PENDAHULUAN
1. Arti Pembentukan Akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara
tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali pendapat para ahli
yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa
pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
islam.
Menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk, karena
akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak
lahir. Selanjutnya pendapat lain mengatakan, akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-
sungguh. Ibnu Miskawaih, Ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain termasuk
kelompok yang mengatakan akhlak adalah hasil usaha (Muktasabahah).
Pada kenyataanya dilapangan, usaha pembinaan akhlak melalui
berbagai lembaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus
dikembangkan. Ini mnunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina,
dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, saying kepada sesama makhluk
Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja jika anak-anak tidak dibina
dalam hal akhlak?. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan
terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan
sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai
usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan
menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik
serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Pembentuksn akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak
adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi
rohaniah yang ada pada diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu
91
amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina
secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
92
terhadap pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan
cara atau system yang integrated, yaitu system yang menggunakan
berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk
diarahkan pada pembinaan akhlak.
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini
adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara
kontinyu. Berkenaan dengan ini imam al-Ghazali mengatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan.
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya
akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama
kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.
Cara lain yang tak kalah ampuhnya adalah melalui keteladanan.
Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan
pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu
telah dilakukan oleh Rasulullah. Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang
berbunyi:
Artinya: Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat contoh
teladan yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang
yang mengharapkan (keridlaan) Allah dan (berjumpa
dengan-Nya di) hari kiamat, dan selalu banyak
menyebut nama Allah. (QS. Al-Ahzab, 33: 21).
93
Menurut aliran empirisme, tokohnya adalah John Locke
(Inggris:1704-1932), bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk pendidikan dan pembinaan yang diberikan.
Selanjutnya pada aliran konvergensi, tokohnya adalah William
Stern (Jerman: 1871-1939), berpendapat pembentukan akhlak
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak(pembawaan
baik dan buruk), dan faktor dari luar, eksternal yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial.
Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini
dapat dipahami dari ayat berikut:
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. Al-Nahl, 16: 78).
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak
pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi fisik, intelektual
dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor dari luar
yang dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah,
dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama
yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengamalan)
ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
94
Selain ayat di atas, ada pula ayat lain yang memberi pemaparan
mengenai akhlak mulia, misalnya pada surat an-Nahl ayat (16):97
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik1[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
B. Kesimpulan
Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembentukan akhlak.
Pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau
system yang integrated, yaitu system yang menggunakan berbagai
sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak. Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan
akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan
berlangsung secara kontinyu. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan
1
[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman
95
akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara
paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Selanjutnya yang
tak kalah ampuhnya adalah melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak
akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan
yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh
Rasulullah.
C. DAFTAR RUJUKAN
Nata, Abuddin.2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Muhammad Athiyah al-Abrasy.1974. Dasar-dasar Pokok Pendidikan
Islam. Jakarta: Bulan Bintang, cet. II.
Muhammad Athiyah al-Abrasy. 2008. Dasar-dasar Pokok Pendidikan
Islam, Jakarta: BulanBintang.
Mansur Ali Rajab. 1961. Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq, Mesir:
Maktabah al-Anjali al-Mishriyah.
Muhammad al-Ghazali.1993. Akhlak Seorang Muslim, (terj.) Moh.
Rifa’i, dari judul asli Khuluq al-Muslim. Semarang: Wicaksana,
cet.IV.
96
2. Yang tidak termasuk faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak adalah…
A. Faktor pembawaan C. Faktor lingkungan
B. Faktor pembawaan dan lingkungan Keluarga D. faktor X
97
10. Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan
dari lahir dan pembentukan darimluar .
A. Aliran Nativisme. C. Aliran Empirisme.
B. Aliran Konvergensi. D. Aliran Naturalisme.
#selamatbelajardarirumahaja#
98