KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt, karena atas berkat rahmat
dan karunianyalah, makalah yang berjudul “factor-faktor pembentukan akhlak" ini
dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Akhlak
Tasauf, pak Irvan Khoiri, M.Pd.I Dan kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak terbaik yang terlibat dan berkenan membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna perbaikan penulisan makalah yang akan datang.Walaupun
demikian,kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………1
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. KESMPULAN………………………………………………………….10
B. SARAN…………………………………………………….…………….11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perwujudan akhlak dalam kehidupan dapat dilihat dari perilaku manusia sehari-
hari.perilaku manausia, ada yang bersifat baik ada pula yang bersifat buruk.
Karena perbuatan akhlak tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya. Al-Qur’an selalu menandaskan, bahwa aklak itu baik
atau buruknya akan memantul pada diri sendiri sesuai dengan pembentukan dan
pembinaannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukan dengan seksama
yaitu apakah akhlak itu dapat ibentuk atau tidak? Jika dapat dibentuk apa
alasannya dan bagaimana cara pembentukannya? Dan jika tidak apa pula
alasannya dan bagaimana?
Menurut sebagian ahli bawa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah
insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan
kepada kebaikan atau fitnah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa
hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran. Dengan pandangan
seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya walaupun tanpa dibentuk
atau diusahakan (ghair muktasabah).
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan, keras dan sungguh sungguh.
Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari
1
Musa Muhammad Yusuf, Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika setia, 1997, halaman
9
2
ulama-ulama islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu Maskawih, Ibn Sina, Al-
Ghazali dan lain lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak
adalah hasil usaha (muktasabah). Selanjutnya adapula pendapat yang mengatakan
bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan. Kelompok ini lebih lanjut menduga
bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan
lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin. Orang
yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan sendirinya meninggikan
dirinya, demikian sebaliknya.
Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana
semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang
iptek. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui
pesawat televise, internet dan lain-lain. Demikian pula produk obat-obat terlarang,
minuman keras, dan pola hidup materialistic dan hedonistic semakin menggejala.
Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.
2
Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung:
CV Diponegoro. Cet. IV, hal 71.
3
sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina secara optimal
dengan cara dan pendekatan yang tepat.
3
Jatnika, Rahmat, Sistem Etika, Semarang: Rasail Media Group, 2008, hal 11.
4
3. Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi
dalam lingkungan social. Pendapat ini terdapat kesesuaian dengan ajaran islam.
Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut yang artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.( Q.S. al-Nahl : 78)
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada
dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah)
yang dibawa sianak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalm ini adalh kedua
orang tua dirumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin
dimasyarakat. Melelui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut, maka aspek kognitif ( pengetahuan), efektif (penghayatan), psikomotorik
(pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Inilah yang
selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik garis besar tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlaq secara umum, yaitu:
5
1. Manusia
2. Insting (Naluri)
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri
(instink). Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi
merupakan suatu pembawaan asli. Dalam bahasa Arab disebut “garizah” atau
“fithrah” dan dalam bahasa inggris disebut instinct.
a. Naluri makan (nutritive instinct) : bahwa begitu manusia lahir telah membawa
suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya begitu bayi lahir,
begitu mencari tetek ibunya pada waktu itu juga dapat mengisap air susu tanpa
diajari lagi.
“Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan
kekayaan yang melimpah-limpah”. (Q.S. Ali-Imran : 14)
4
Magnis, Frans Von, Etika Dasar, Bandung: CV Pustika Setia, 1997, hal 14.
6
c. Naluri Keibu bapakan (paternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu
tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuannya itu didorong oleh naluri
tersebut.
3. Adat/Kebiasaan
a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah
merupakan suatu kesenangan, malahan kadang-kadang menimbulkan pusing.
Karena perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya menjadilah
kebiasaan yang menyenangkan.
b. Bangun tengah malam mengerjakan shalat tahajjud, berat bagi orang yang
tidak biasa. Tetapi jika hal it uterus diulangi akhirnya akan menjadi mudah dan
terus menjadi kebiasaan yang menyenangkan.
4. Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak
keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang
7
tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang tuanya. Manusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifat-
sifat umum sampai kepada sifat-sifat khusus yang dapat dikemukakan sebagai
berikut :
a. Manusia yang berasal dari satu keturunan dimana-mana membawa dari pokok-
pokoknya beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan, misalnya bentuk
badan, perasaan, akal, dan pemikiran.
5. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu
masyarakat adalah lingkungan (milieu). Milieu adalah suatu yang melingkungi
suatau yang hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan
lingkungan pergaulan manusia.
1) Lingkungan Alam
5
Abdullah, M. Amin. (1995). Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cet. I, Hal 35.
8
mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya lahir dan turut
menentukan.
2) Lingkungan pergaulan
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akhlaq adalah sebuah perangai manusia yang bisa dirubah atau dibentuk
untuk manjadi sebuah perangai yang baik, namun butuh waktu dan pembiasaan
diri dalam proses tersebut. Untuk itu perlu adanya beberapa hal yang menjadi
faktor – faktor penunjang yang dapat membantu perubahan akhlaq atau perilaku
seseorang.
10
B. Kritik dan Saran
Demikian apa yang dapat penulis paparkan tentang Faktor – faktor yang
mempengaruhi pembantukan akhlaq. Kami berharap apa yang telah kita simak
dalam uraian di atas dapat memberikan manfaat pada kita semua.
Dan akhirnya kami harapkan kritik dan saran guna memperbaiki karya – karya
ilmiah kami selanjuntnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Musa Muhammad Yusuf, Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika setia, 1997,
halaman 9
Jatnika, Rahmat, Sistem Etika, Semarang: Rasail Media Group, 2008, hal 11.
Magnis, Frans Von, Etika Dasar, Bandung: CV Pustika Setia, 1997, hal 14.
12