Anda di halaman 1dari 15

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt, karena atas berkat rahmat
dan karunianyalah, makalah yang berjudul “factor-faktor pembentukan akhlak" ini
dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Akhlak
Tasauf, pak Irvan Khoiri, M.Pd.I Dan kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak terbaik yang terlibat dan berkenan membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna perbaikan penulisan makalah yang akan datang.Walaupun
demikian,kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

BandarLampung,28 Februari 2020

i
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………1

BAB II

PEMBAHASAN

A. ARTI PEMBENTUKAN AKHLAK…………………………………..2


B. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKHLAK PADA 3
ALIRAN…………………………………………………………………4
C. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI AKHLAK PADA
PEMBENTUKAN AKHLAK SECARA UMUM…………………….5

BAB III

PENUTUP

A. KESMPULAN………………………………………………………….10
B. SARAN…………………………………………………….…………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perwujudan akhlak dalam kehidupan dapat dilihat dari perilaku manusia sehari-
hari.perilaku manausia, ada yang bersifat baik ada pula yang bersifat buruk.
Karena perbuatan akhlak tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya. Al-Qur’an selalu menandaskan, bahwa aklak itu baik
atau buruknya akan memantul pada diri sendiri sesuai dengan pembentukan dan
pembinaannya.

Akhlak tidak selalu identik dengan pengetahuan, ucapan, ataupun


perbuatan orang yang bisa mengetahui banyak tentang baik buruknya aklak tapi
belum tentu didukung oleh keluhuran akhlak, orang bisa bertutur kata yang
lembut dan manis, tetapi bisa meluncur dari hati munafik. Dengan kata lain akhlak
merupakan sifat-sifat bawaan manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa arti pembentukan akhlak?


2. Apa saja faktor-faktor pembentukan akhlak?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti Pembentukan Akhlak

Pada pembahasan ini pembentukan akhlak sama dengan tentang tujuan


pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang menyatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-
Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah
jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula ahmad D. Marimba berpendapat
bahwa tujuan pendidikan islam adalah identic dengan tujuan hidup setiap muslim,
yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan
diri kepada-Nya dengan memeluk agama islam1.

Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukan dengan seksama
yaitu apakah akhlak itu dapat ibentuk atau tidak? Jika dapat dibentuk apa
alasannya dan bagaimana cara pembentukannya? Dan jika tidak apa pula
alasannya dan bagaimana?

Menurut sebagian ahli bawa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah
insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan
kepada kebaikan atau fitnah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa
hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran. Dengan pandangan
seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya walaupun tanpa dibentuk
atau diusahakan (ghair muktasabah).

Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan, keras dan sungguh sungguh.
Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari

1
Musa Muhammad Yusuf, Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika setia, 1997, halaman
9

2
ulama-ulama islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu Maskawih, Ibn Sina, Al-
Ghazali dan lain lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak
adalah hasil usaha (muktasabah). Selanjutnya adapula pendapat yang mengatakan
bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan. Kelompok ini lebih lanjut menduga
bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan
lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin. Orang
yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan sendirinya meninggikan
dirinya, demikian sebaliknya.

Pada kenyataan dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhalak melalui berbagai


lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini
menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata
membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak
mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, saying kepada
sesame makhluk Tuhan dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan
bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan,
arahan, dan pendidikan, ternyata menjdi anak-anak yang nakal, mengganggu
masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini
menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina2

Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana
semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang
iptek. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui
pesawat televise, internet dan lain-lain. Demikian pula produk obat-obat terlarang,
minuman keras, dan pola hidup materialistic dan hedonistic semakin menggejala.
Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-


sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan
dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-

2
Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung:
CV Diponegoro. Cet. IV, hal 71.

3
sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina secara optimal
dengan cara dan pendekatan yang tepat.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Menurut 3


Aliran

Untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada


khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat
popular. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran
konvergensi.3

1. Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap


pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah
memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampaknya begitu yakin
terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, da hal ini kelihatannyaerat
kaitannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk
sebagaimana telah diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang menghargai atau
kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.

2. Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap


pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian
jika sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Dalam pada itu aliran
konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.

3
Jatnika, Rahmat, Sistem Etika, Semarang: Rasail Media Group, 2008, hal 11.

4
3. Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi
dalam lingkungan social. Pendapat ini terdapat kesesuaian dengan ajaran islam.
Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut yang artinya:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.( Q.S. al-Nahl : 78)

Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidikan yang


dilakukan Luqmanul Hakim, juga berisi materi pelajaran, dan yang utama
diantaranya adalah pendidikan tauhid atau keimanan, karena keimananlah yang
menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentukan akhlak.

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada
dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah)
yang dibawa sianak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalm ini adalh kedua
orang tua dirumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin
dimasyarakat. Melelui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut, maka aspek kognitif ( pengetahuan), efektif (penghayatan), psikomotorik
(pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Inilah yang
selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlaq Secara


Umum

Dari pemaparan di atas dapat ditarik garis besar tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlaq secara umum, yaitu:

5
1. Manusia

Manusia selaku makhluk yang istimewa dengan kelainan-kelainannya


dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, memiliki kelebihan-kelebihan
dan juga kekurangan-kekurangan tertentu. Bukan hanya berbada dengan makhluq
lainnya, tetapi juga antara manusia itu sendiri mempunyai perbedaan, baik fisik
maupun mental, yang membedakan manusia dengan makhluk lain terutama
terletak pada akal budinya, dapat tertawa, mempunyai bahasa, dan kebudayaan,
memiliki kekuasaan untuk menundukkan binatang, bertanggung jawab dan
berilmu pengetahuan4

2. Insting (Naluri)

Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri
(instink). Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi
merupakan suatu pembawaan asli. Dalam bahasa Arab disebut “garizah” atau
“fithrah” dan dalam bahasa inggris disebut instinct.

Dalam hubungan ini, ahli-ahli psikologi menerangkan pelbagai naluri (instink)


yang ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, diantaranya :

a. Naluri makan (nutritive instinct) : bahwa begitu manusia lahir telah membawa
suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya begitu bayi lahir,
begitu mencari tetek ibunya pada waktu itu juga dapat mengisap air susu tanpa
diajari lagi.

b. Naluri berjodoh (seksual instinct) : laki-laki menginginkan wanita dan wanita


ingin berjodoh dengan laki-laki. Dalam Al-Qur’an diterangkan yang artinya:

“Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan
kekayaan yang melimpah-limpah”. (Q.S. Ali-Imran : 14)

4
Magnis, Frans Von, Etika Dasar, Bandung: CV Pustika Setia, 1997, hal 14.

6
c. Naluri Keibu bapakan (paternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu
tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuannya itu didorong oleh naluri
tersebut.

d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan


diri dari gangguan dan tantangan. Jika seseorang diserang musuhnya, maka dia
akan membela diri.

e. Naluri Ber-Tuhan : Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang


mengatur dan memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam hidup
beragama.

3. Adat/Kebiasaan

Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan


secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu
Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-
ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. Sebagai
contoh :

a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah
merupakan suatu kesenangan, malahan kadang-kadang menimbulkan pusing.
Karena perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya menjadilah
kebiasaan yang menyenangkan.

b. Bangun tengah malam mengerjakan shalat tahajjud, berat bagi orang yang
tidak biasa. Tetapi jika hal it uterus diulangi akhirnya akan menjadi mudah dan
terus menjadi kebiasaan yang menyenangkan.

4. Wirotsah (keturunan)

Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak
keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang

7
tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang tuanya. Manusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifat-
sifat umum sampai kepada sifat-sifat khusus yang dapat dikemukakan sebagai
berikut :

a. Manusia yang berasal dari satu keturunan dimana-mana membawa dari pokok-
pokoknya beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan, misalnya bentuk
badan, perasaan, akal, dan pemikiran.

b. Dari sifat-sifat manusia yang umum menurunkan sifat-sifat khas kemanusiaan


kepada keturunannya, maka kita dapati pula adanya rumpun, bangsa dan suku
sebagai cabang dan ranting dari asal manusia tadi.

5. Lingkungan

Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu
masyarakat adalah lingkungan (milieu). Milieu adalah suatu yang melingkungi
suatau yang hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan
lingkungan pergaulan manusia.

Dalam hubungan ini lingkungan dibagi kepada dua bagian5

a. Lingkungan alam yang bersifat kebendaan

b. Lingkungan pergaulan yang bersifat rohaniah

1) Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan


menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi
alamnya jelek, maka hal itu merupakan perintang dalam mematangkan bakat
seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya
jika kondisi alam itu baik, maka kemungkinan seseorang akan dapat berbuat lebih

5
Abdullah, M. Amin. (1995). Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cet. I, Hal 35.

8
mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya lahir dan turut
menentukan.

Orang yang tinggal digunung-gunung dan dihutan-hutan, akan hidup sebagai


pemburu atau petani yang berpindah-pindah, sedang tingkat kehidupan ekonomi
dan kebudayaannya terbelakan, dibandingkan dengan mereka yang hidup dikota-
kota.

2) Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya


manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang
tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak
sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh
guru-guru disekolah.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Akhlaq adalah sebuah perangai manusia yang bisa dirubah atau dibentuk
untuk manjadi sebuah perangai yang baik, namun butuh waktu dan pembiasaan
diri dalam proses tersebut. Untuk itu perlu adanya beberapa hal yang menjadi
faktor – faktor penunjang yang dapat membantu perubahan akhlaq atau perilaku
seseorang.

2. Beberapa faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak Menurut 3 Aliran


yakni aliran filsafat natifisme, empirisme, dan konvergensi memiliki pandangan
berbeda – beda sperti terurai di atas. Namun penulis berpendapat bahwa adanya
korelasi yang sama pada aliran konvergensi, yakni pada dasarnya perubahan
akhlaq atau perilaku seseorang tidak hanya adanya faktor yang ada pada dirinya
sendiri atau internal melainkan juga adanya faktor dari luar yakni eksternal.

3. Ada 5 faktor yang menjadi pengaruh perubahan perilaku seseorang yakni


manusia itu sendiri, instinc, adat, keturunan, dan lingkungan. Dari hal tersebut
maka apabila seseorang ingin merubah suatu akhlaq pada dirinya maka hal yang
terpenting baginya adalah memperhatikan dan membiasakan 5 perkara yang
menjadi faktor penyebab perubahan akhlaq tersebut.

10
B. Kritik dan Saran

Demikian apa yang dapat penulis paparkan tentang Faktor – faktor yang
mempengaruhi pembantukan akhlaq. Kami berharap apa yang telah kita simak
dalam uraian di atas dapat memberikan manfaat pada kita semua.

Dan akhirnya kami harapkan kritik dan saran guna memperbaiki karya – karya
ilmiah kami selanjuntnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Musa Muhammad Yusuf, Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika setia, 1997,
halaman 9

Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu


Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV, hal 71.

Jatnika, Rahmat, Sistem Etika, Semarang: Rasail Media Group, 2008, hal 11.

Magnis, Frans Von, Etika Dasar, Bandung: CV Pustika Setia, 1997, hal 14.

Abdullah, M. Amin. (1995). Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. Cet. I, Hal 35.

12

Anda mungkin juga menyukai