A. Landasan Teologis
Pedoman hidup bagi umat islam adalah Al-Qur’an dan Hadist.
Dalam Al-Qur’an surat al-Raad ayat 11 menunjukkan pentingnya pendidikan.
Artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah
dianugrahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum-Nya itu mengubah
dirinya sendiri. Apabila Allah Swt menghendaki sesuatu, misalnya yang
bersifat buruk terhadap suatu kaum, siapa pun tak ada yang bisa menolaknya,
hanyalah Dia yang bisa menjadi pelindung bagi mereka.
Ayat tersebut di atas, mengisyaratkan bahwa manusia harus
mengubah sendiri dalam kehidupannya menjadi lebih baik melalui pendidikan,
sebagai bekal hidupnya. Selanjutnya, dalam HR Bukhori dinyatakan bahwa
barang siapa: (1) dalam sehari tidak berbuat, yaitu hina; (2) yang akhir
hayatnya jelek, adalah terlaknat; (3) yang kebaikannya tidak bertambah, yaitu
terkurung, sehingga lebih baik mati baginya; (4) yang rindu syurga, segera
berlomba-lomba dalam kebaikan; (5) yang takut api neraka sungguh mereka
mengekang syahwatnya; (6) yang memperhatikan kematian, harus
meninggalkan kelezatan; dan (7) yang zuhud dengan dunia akan mendapat
musibah
Hadis riwayat Bukhori di atas, memaparkan bahwa manusia sebagai
makhluk Allah Swt harus selalu berbuat baik bagi yang mengharapkan
syurga. Di sisi lain, dalam Al-Qur’an surat al-Mujadillah ayat 11. menjelaskan
bahwa (artinya):
1) Dikatakan kepada yang beriman, berlapang-lapanglah, niscaya Allah Swt
akan memberi kelapangan-Nya.
2) Apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggalkan orang-orang yang beriman diantaramu; dan
31
32
B. Landasan Filsafat
1. Pragmatisme
Landasan filosofi ini berkaitan dengan filsafat pragmatisme. Filsafat
ini beranggapan bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori
hanyalah tergantung pada manusianya yang bertindak. Tokoh yang sangat
berjasa dalam dunia pendidikan, diantaranya Jhon Dewey (1859-1952).
Selanjutnya teori evolusi dan kepercayaan terhadap kapasitas
seseorang akan kemajuan moral dan lingkungan masyarakat melalui
pendidikan merupakan pandangan Dewey. Menurutnya, dunia diciptakan
belum selesai. Maksudnya segala sesuatu yang berubah, tumbuh,
berkembang, tidak statis, dan tidak ada batasnya. Oleh karena itu,
menurutnya tidak ada batasan moral dan prinsip-prinsip abadi berkenaan
dengan tingkah laku seseorang.
Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar mengajar harus
memberikan kebebasan berpendapat bagi peserta didik supaya mereka
terlibat aktif dalam menggali pengetahuan. Oleh karena itu, guru pun dalam
melaksanakan kegiatan belajar di kelas harus melibatkan aktifitas peserta
33
C. Landasan teori
1. Teori Manajemen
Henry Fayol sebagai bapak teori manajemen modern dalam
bukunya dengan judul Administration Industrielle Generale. Ia membagi
aktivitas industri ke dalam enam kelompok. Keenam kelompok tersebut,
yaitu teknikal, komersial, keuangan, keamanan, kepastian, akunting, dan
manajerial.
Selanjutnya, Henri Fayol (Tim Dosen UPI, 2009:96) merumuskan
empat belas prinsip manajemen yang meliputi: pembagian kerja,
wewenang, disiplin, kesatuan perintah, dan pengarahan. Selanjutnya,
meletakan kepentingan perorangan di atas kepentingan umum, imbalan,
sentralisasi, khirarki, susunan, keadilan, stabilitas organisasi, inisiatif, dan
semangat.
34
:
2. Teori Bimbingan Konseling
Teori yang dipelopori oleh Williamson (Surya, Mohamad. 2003:3)
tentang pencapaian penemuan diri dapat mewujudkan dirinya. Pendekatan
teori ini menerangkan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi klien
dengan cara melakukan pendekatan secara logis rasional dalam pemecahan
masalah-masalahnya.
Teori ini, dikenal dengan directive counseling karena konselor
diposisikan sebagai pihak yang paling aktif dalam membantu klien.
Tujuannya untuk mengarahkan perilaku sebagai upaya pemecahan
kesulitannya. Konseling, diartikan sebagai counseling centred atau
konseling yang berpusat pada konselor.
Teori ini menyatakan bahwa kepribadian individu adalah suatu
sistem sifat yang menunjukkan antara satu faktor dengan faktor lainnya
saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut muncul dari dalam individu yang
bersangkutan, seperti sikap dan minat. Faktor dari luar diri individu,
seperti kondisi lingkungannya. Sejalan dengan ini Namora Lumongga
Lubis (2011: 83) menjelaskan bahwa proses konseling bersipat sistematis.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaannya memerlukan tahapan-tahapan
dengan waktu yang cukup lama. Tahapan tersebut meliputi:
a. Tahap Analisis
Tahapan ini menujukkan bahwa konselor mengumpulkan data-
data dan informasi yang berhubungan dengan klien. Tujuan dari
pengumpulan informasi diri dan latar belakang klien adalah untuk lebih
mengenal pribadi klien agar lebih mudah dalam menyesuaikan diri.
b. Tahap Sintesis
Pada tahap ini konselor mengatur dan menganalisa data klien.
Dengan data ini, bisa ditemukan kekuatan, kelemahan, bakat, dan
kemampuan penyesuaian dirinya.
35
c. Tahap Diagnosis
Tahap ini sebagai langkah menarik kesimpulan logis dari
permasalahan-permasalahan yang dihadapi klien. Terdapat 3 kegiatan
yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan sumber penyebab
masalah (etiologi) dan prognosis.
d. Tahap Prognosis
Tahap ini sebagai upaya memprediksi kemungkinan-
kemungkinan yang bisa terjadi berdasarkan data yang diperoleh.
Dengan diperolehnya data yang up to date, sehingga alternatif
pemecahanpun dapat dibuat sesuai dengan permasalahanya. Oleh
karena itu, permasalahan yang muncul akan segara tertangani.
e. Terapi
Tahap teori ini, disebut dengan tahap konseling. Pada tahap ini
konselor memberikan bantuan pada klien berupa konseling untuk
menuntaskan masalahnya. Masalah klien tersebut baik berkaitan
dengan pribadi, sosial, belajar maupun karir.
f. Evaluasi dan Follow Up
Tahap ini merupakan bagian akhir dalam konseling. Oleh karena
itu, konselor dapat mengevaluasi kegiatan konseling berdasarkan
perilaku klien yang terpancar dari kata-kata, sikap, tindakan, dan
bahasa tubuhnya. Klien yang menunjukan indikator keberhasilan
menandakan bahwa pengakhiran konseling dapat dibuat. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui upaya bantuan yang telah diberikan. Hal
tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan langkah selanjutnya
yang perlu diambil, begitu juga sebaliknya. Sejalan dengan ini
Aswandi, iyadah dan taskiah (2009:40) menyatakan bahwa tahap
Follow Up dilihat berdasarkan perkembangan selanjutnya.
3. Teori Pembelajaran
Belajar menurut aliran behavioristik sebagai perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan tersebut
terjadi melalui rangsangan yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
36
b. Tujuan manajemen
c. Fungsi Manajemen
Tim Dosen UPI ( 2009:92) untuk melaksanakan kegiatan sangat
dipengaruhi oleh pengoptimalan terhadap pemanfaatan fungsi
manajemen, diantaranya:
44
1) Bimbingan pribadi
Bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu peserta didik
dalam mengatasi masalah-masalah yang bersipat pribadi agar
mampu (1) memahami, mengembangkan, dan menerima potensi
dirinya; (2) mencapai keselarasan dan kedewasaan perkembangan
cipta-rasa-karsa; (3) mengaktualisasikan potensi dirinya berdasar-
kan nilai luhur budaya dan agama.
2) Bimbingan sosial
Bimbingan sosial dapat membantu individu dalam
mengatasi dan memecahkan masalah sosial, sehingga individu
tersebut dapat: a) empati terhadap situasi dan kondisi orang lain;
b) Memahami keanekaragaman sosial budaya
c) Menghargai dan menghormati orang lain
d) Menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku
e) Beriteraksi sosial secara efektif, efisien dan produktif.
f) Bekerjasama secara bertanggung jawab.
g) Mengatasi konflik dengan prinsip saling menguntungkan;
3) Bimbingan belajar
Bidang bimbingan ini bertujuan membantu peserta didik
dalam hal:
a). Mengenali potensi diri untuk belajar
b). Memiliki sikap dan keterampilan dalam belajar;
c). Terampil dalam merencanakan pendidikan lanjutan;
d). Memiliki kesiapan menghadapi ujian;
e). Memiliki kesiapan belajar yang teratur
f). Mencapai hasil belajar yang optimal sehingga mencapai
kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Menurut Makmun, A. Sy, (2012:283) jenis pekerjaan guru BK
dalam kontek PBM secara keseluruhan yang dijalankan oleh para guru,
antara lain:
48
(8) Anggaran
Perencanaan anggaran manajemen bimbingan dan
konseling mendukung implementasi programnya. Anggaran
ini harus masuk ke dalam RAKS (Rencana Anggaran
Kegiatan Sekolah)
(9) Penyiapan fasilitas
Penyiapan fasilitas umumnya dilakukan pada awal
tahun pelajaran, fasilitas tersebut mencakup: penataan
ruangan tempat bimbingan khusus dan teratur,
perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses
layanan bimbingan dan konseling yang bermutu.
Fasilitas bimbingan dan konseling, diantaranya
mencakup: (1) ruangan kerja konselor, ruangan layanan
konseling, bimbingan kelompok, ruang tunggu tamu, ruang
tenaga administrasi, dan ruang perpustakaan; (2) instrument
dan kelengkapan administrasi, mencakup: angket peserta
didik dan orang tua, pedoman wawancara, pedoman
observasi, format konseling, format satuan layanan, dan
fedoman surat referral; (3) buku panduan, buku informasi
tentang studi kelanjutan kursus-kursus, modul bimbingan,
atau materi layanan bimbingan, buku program tahunan,
buku program semesteran, buku kasus, buku harian, buku
hasil wawancara, laporan kegiatan layanan, dan kehadiran
peserta didik, leger BK, dan buku realisasi kegiatan BK; (4)
perangkat elektronik, seperti komputer dan tape recorder;
67
k) Kompetensi guru BK
1) Kompetensi pedagogik
Kompetensi utama dalam pendidikan, yaitu pedagogik.
Kompetensi ini sebagai modal dasar seorang guru untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Hal pokok yang melekat
pada diri seorang guru, diantaranya pemahaman terhadap peserta
didiknya. Langkah ini sebagai upaya awal dari seorang guru agar
dapat merancang pelaksanakan pembelajaran dan pengembangan
peserta didik, agar dikemudian nanti yang bersangkutan dapat
mengaktua-lisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik sebagaimana tercantum dalam
Permendiknas tentang standar nasional pendidikan (SNP), penje-
lasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yaitu
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan,
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
(b) Motivasi
Peserta didik memberikan reaksi terhadap kegiatan
belajar di sekolah beraneka ragam. Perbedaan tersebut
menunjukan alasan peserta didik berkaitan dengan motivasi
belajar. Motivasi tersebut berkenaan dengan kemungkinan
perbedaan perilaku dan pribadi yang berkembang dalam proses
belajar.
Hamalik (Djamarah, 2002:114), mengatakan bahwa :
motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Kekuatan dan arah merupakan pusat
pengertian konsep motivasi. Perilaku seseorang tergantung
pada apa yang dimiliki dan lingkungannya sebagai sumber
belajar. Dengan kata lain bahwa motivasi dapat membantu
tercapainya tujuan yang ada pada diri individu peserta didik.
(c) Minat
Minat sebagai salah satu faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar yang memiliki kecenderungan menye-
nangkan dan memberi kepuasan untuk dilakukan serta banyak-
nya waktu yang tersita. Peserta didik dengan minat belajar pada
suatu pelajaran tertentu cenderung akan memberikan perhatian
yang besar pada pelajaran tersebut.
Perhatian dan konsentrasi yang tinggi mempengaruhi
hasil belajar yang akan diperolehnya juga tinggi. Minat berke-
naan dengan seleksi terhadap rangsangan dalam mengikuti ke-
giatan belajar. Oleh karena itu, para guru dengan kemampuan
77
strategi yang sesuai, efektif dan efisien namun terhambat oleh ego
emosional, sosial psikologis dan faktor instrumental environ-
mental lainnya.
b) Alternatif pemecahan yang lebih strategis, kalau:
(1) Langsung pada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran
remedial) kalau kasusnya termasuk pada kategori pertama.
(2) Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan bimbingan
konseling/psikoterapi kalau kasusnya termasuk pada kategori
kedua dan ketiga.
c). Layanan bimbingan dan konseling
Langkah ini pada dasarnya merupakan pilihan bersyarat.
Sasaran pokok pada langkah ini adalah kesehatan mental kasus
dalam arti terbebas dari hambatan dan ketegangan batinnya kemudian
siap kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
d) Melaksanakan pengajaran remedial
Sasaran pokok pada pengajaran remedial adalah peningkatan
prestasi. Selanjutnya, secara langsung memiliki kemampuan penye-
suaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
e) Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali.
Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa
jauh, seberapa besar perubahan telah terjadi baik dalam arti kuanti-
tatif maupun kualitatif. Instrumen yang digunakan pada waktu post
test maupun tes sumatif dalam pengukuran seyogyanya sama.
f) Mengadakan reevaluasi dan rediagnostik.
Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan ada tiga
kemungkinan kesimpulan:
(1) Klien menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaian diri dengan mencapai kriteria keberhasilan
minimum.
95
k. Kompetensi Guru
Guru menguasai empat kompetensi untuk mencetak peserta
didik yang berkualitas. Keempat kompetensi tersebut, yaitu
kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian. Guru
harus sungguh-sungguh menguasai keempat kompetensi tersebut agar
tujuan pendidikan tercapai dengan bermutu.
1) Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemapuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini yang
membedakan kegiatan profesi dengan yang lainya. Ada tujuh aspek
kemampuan, yaitu:
a) Mengenal karakteristik peserta didik
b) Menguasai teori balajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c) Mampu membangun kurikulum
d) Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f) Komunikasi dengan peserta didik
g) Penilaian dan evaluasi pembelajaran
2) Kompetensi professional.
Kompetensi ini berkenaan dengan tugas pokok sebagai
guru yang harus dikembangkan dengan belajar dan tindakan
reflektif. Hal ini untuk menguasai materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang meliputi:
a) Konsep, struktur, metode, teknologi, atau seni yang menaungi
materi ajar
b) Materi ajar dalam kurikulum sekolah
c) Hubungan konsep antar pelajaran terkait
d) Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupann sehari-hari
e) Konteks global dengan tetap melestarikan nilai budaya nasional
103
nasihat pada saat upacara bendera rutin senin pagi. Dengan harapan
agar peserta didiknya memiliki moral yang baik.
Pembinaan fisik merupakan pembinaan terhadap para
tenaga pendidikan yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah.
Kepala sekolah berusaha memberikan dorongan agar tenaga
pendidikan terlibat aktif dan kreatif, diantaranya dalam kegiatan
olah raga.
Pembinaan artistik, yaitu pembinaan tenaga kepedidikan
berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni keindahan.
Dalam hal ini kepala sekolah dibantu oleh para pembantu kepala
sekolah merencenakan kegiatan, seperti karyawisata agar dalam
pelaksanaannya tidak mengganggu jam pelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah, diantaranya:
a) Menginstruksikan guru-guru dalam penataran-penataran
b) Menggerakan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
c) Menggunakan waktu pembelajaran di sekolah secara efektif
2) Kepala sekolah sebagai manager
Kepala sekolah dalam melakukan peran dan fungsinya
sebagai manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif, efisien, produktif, dan
bertanggung jawab.
Strategi ini dapat memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerjasama yang kooperatif, memberi kesempatan kepada
para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan
mendorong keterlibatan seluruh tangan kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Upaya
kepala sekolah diantaranya :
a) Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama;
b) Memberikan kesempatan kepada para tenaga pendidikan untuk
meningkatkan profesinya
c) Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan.
108
c. Tipe Kepemimpinan
Ada beberapa tipe kepemimpinan. Tipe-tipe tersebut
diantaranya, ada yang mampu memotivasi bawahanya agar melakukan
tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan organisasi dengan
melakukan beberapa cara. Cara yang dilakukan merupakan
pencerminan sikap serta gambaran tentang tipe (bentuk)
kepemimpinan yang dijalankan. Ketiga tipe kepemimpinan dipaparkan
berikut ini.
1) Kepemimpinan otoriter
Ini adalah kepemimpinan yang bertindak sebagai diktator
terhadap anggota-anggotanya. Baginya, memimpin adalah meng-
gerakan dan memaksa kelompok. Oleh karena itu, perincian tugas
yang diperintahkan ke bawahan harus dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab, pemimpin bertindak sebagai penguasa dan tidak
dapat dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada
kekuasaannya. Oleh karena itu, ancaman dan hukuman sebagai alat
untuk menegakan kepemimpinannya. Kepemimpinan dengan tipe
otoriter di sekolah menyebabkan ketidakpuasan di kalangan guru.
2) Kepemimpinan laissez faire
Tipe kepemimpinan ini sebagai kebalikan dari otoriter.
Kepemimpinan laissez faire menitik beratkan kepada kebebasan
bawahan untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Pemimpin dengan tipe laissez faire memberikan
kebebasan untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dalam
melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan, dan sedikit sekali
memberikan pengarahan kepada personilnya.
Tipe ini kurang tepat diterapkan di lembaga pendidikan.
Hal ini dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakukan tidak
terarah, perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan tanggung
jawab tidak jelas. Hal ini bisa menyebabkan tujuan pendidikan
kurang tercapai.
113
3) Kepemimpinan demokratis
Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan personil
sebagai faktor utama dan terpenting. Hal ini menunjukkan
hubungan antara atasan dengan bawahan diwujudkan dalam bentuk
human relationship atas dasar prinsip saling menghargai.
Pemimpin dengan tipe demokratis mau menerima dan
bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya.
Selain itu, kritik-kritik yang membangun dari anggota diterima
sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan
kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Kepemimpinan
demokratis menunjukkan kepemimpinan yang aktif antara atasan
dengan bawahan. Tipe kepemimpinan ini berusaha memanfaatkan
setiap personil untuk kemajuan dan perkembangan organisasi
pendidikan.
d. Kriteria kepemimpinan
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif antara lain dapat
dianalisis berdasarkan kriteria berikut :
1) Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan serta
seluruh warga sekolah lainya untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang berkualitas, lancar dan produktif.
2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan secara tepat waktu dan
tepat sasaran.
3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah serta tujuan pendidikan.
4) Mampu menerapkan prinsip kepemimpinan. Hal ini dilakukan
agar sesuai dengan tingkat kedewasaan pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah.
5) Dapat bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen sekolah
6) Dapat mewujudkan tujuan sekolah secara efektif, efesien, produk-
tif, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
114
5) Kompetensi sosial
a) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/
madrasah
b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau sekelompok.
f. Manajemen layanan kepemimpinan kepala Sekolah Yang Efektif
Dalam Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu
Kepemimpinan dalam penerapkan manajemen mutu terpadu
memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan
keterampilan mengelola. Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan
keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk
menerapkan manajemen mutu terpadu.
Kepemimpinan yang menerapkan manjemen mutu terpadu
dalam sebuah organisasi akan lebih mencapai keberhasilan dibanding
dengan yang belum menggunakannya. Sejalan dengan ini, Gintings,
Abdorrakhman (2009:71) menyatakan bahwa ada tiga terminologi
tentang kualitas, yaitu:
1) Quality Manajement (QM). Hal ini terkait dengan kegiatan
pengendalian terhadap tujuan yang meyakinkan bahwa pelayanan
sesuai dengan tujuan dan spesifikasinya.
2) Quality Assurance (QA). Hal ini terfokus pada cara sistem
dihasilkan. Prosedur dan standar sebagai alat yang menjamin
bahwa kesalahan seyogyanya tereliminasi selama proses
produksi berlangsung,
3) Quality Control (QC). Hal ini terkait dengan pemeriksaan dan
penyempurnaan pekerjaan yang telah selesai.
Selanjutnya, Tiong (Usman, 2011:290) dalam penelitianya
menegaskan bahwa karakteristik perilaku kepala sekolah yang efektif.
antara lain sebagai berikut.
1) Adil dan tegas dalam mengambil keputusan
2) Membagi tugas secara adil kepada guru
118
a) Apresiasi
Cara yang pertama, ungkapan yang menyenangkan
bawahan dari seorang pimpinan, maka yang bersangkutan akan
merasa dipentingkan, berharga, dan berguna. Penghargaan yang
mengalir dengan tulus ikhlas terhadap seluruh interaksi dengan
orang lain sehingga memudahkan untuk bekerja sama.
b) Pendekatan
Cara yang kedua ini supaya bawahan merasa dihargai,
yaitu dengan pendekatan. Pendekatan yang tulus kepada orang
lain akan menghasilkan harapannya, sehingga yang bersang-
kutanpun akan sukarela untuk bekerja sama.
c) Perhatian
Cara yang ketiga untuk memberdayakan orang lain,
yaitu degan memberi perhatian penuh terhadap orang lain. Hal
ini juga berkaitan dengan menghargai kemampuan bawahan,
diantaranya memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengikuti (MGMP) Musyawarah guru Mata Pelajaran, MGBK
(Musyawarah Guru Bimbingan Konseling), diskusi, dan
seminar. Selain itu juga kepala sekolah memperhatikan kenaikan
pangkat dan jabatan bawahannya, baik guru maupun staf.
4) Mendengarkan orang lain
Pendengar yang baik merupakan salah satu syarat bagi se-
orang pimpinan untuk bisa memiliki pengaruh kepada bawahannya.
Beberapa alasan seorang pimpinan harus mau mendengar, yaitu:
a) Membangun kepercayaan
Pimpinan yang mau mendengar bawahannya lebih
dipercaya daripada banyak bicara dan ngobrol. Mendengarkan
sebagai kunci pelumas terhadap perubahan pikiran seseorang.
b) Kredibilitas
Kepala sekolah yang mampu mendengar, menunjukkan
kredibilitasnya akan naik. Hal seperti ini menyebabkan
126
sering dinilai oleh guru di sekolah. Hal ini berkaitan dengan kemam-
puan para peserta didik dalam menguasai isi materi pengajaran.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Kecerdasan itu jamak, dengan kata lain lebih dari satu. Artinya,
kecerdasan seseorang dapat berbeda-beda dengan orang lain. Menurut
Gardner (Sindoro, 2003:35-46), kecerdasan terdiri atas tujuh macam,
yakni: ‘kecerdasan musik, kecerdasan gerakan badan, logika
matematika, kecerdasan linguistic, kecerdasan ruangan, antar pribadi
dan intra pribadi’.
Seseorang dapat memiliki beberapa kecerdasan tersebut, dengan
satu atau lebih, tetapi yang lainnya kurang menonjol. Seorang peserta
didik berhasil dalam studi dan kehidupannya yang layak di kemudian
hari, maka pendidikan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbang-
kan kecerdasan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran, guru perlu
memperhatikan peserta didik yang menonjol dalam bidang tertentu,
tetapi lemah dalam bidang yang lainnya. Pendekatan ini diharapkan
dapat menolong peserta didik lebih berhasil dalam belajarnya.
DePorter mengutip pendapat Magnesen dalam buku Quantum
Teaching bahwa, “ orang belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari
apa yang ia dengar, 30% dari apa yang ia lihat, 50% dari apa yang ia
lihat dan dengar, 70% dari apa yang ia katakan, 90% dari apa yang ia
katakan dan lakukan,” (DePoter,2000:57).
Strategi pembelajaran akan memberi hasil yang lebih baik
terhadap peserta didik apabila yang bersangkutan terlibat dalam hal
berpikir, berbicara, berargumentasi dan mengutarakan gagasan-
gagasannya. Sebaliknya hasil belajar akan rendah jika peserta didik
bersifat pasif dan menjadi pendengar ceramah guru.
(DePoter,2000:10), mengatakan bahwa pembelajaran yang
berhasil haruslah dalam suasana menyenangkan dan menggembirakan
(fun) untuk mencapai suasana itu, dipakai tahapan: (1) ambak (apa
manfaat bagi aku). Guru menumbuhkan minat dan manfaat belajar. (2)
147
b) Nilai Fisik-Fisiologi
Nilai ini tampak jelas unsur-unsurnya, fungsi, ukuran, kekuatan,
perubahan, lokasi, asal-usul, dan sebab akibatnya. Dalam surat An-Nahl:78
Allah berfirman (artinya) bahwa:
“Dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati supaya kamu bersyukur.
d) Nilai Estetika
Nilai ini berkaitan dengan keindahan, diantaranya: indah, bersih,
suci, cantik, menarik, manis, keserasian, dan cinta kasih. Dalam menjalani
kehidupan yang harmonis seiring dengan nilai estetika, baik dengan sesama
manusia maupun dengan alam sekitarnya. Allah Swt dalam QS: Ar- Rum:21
berfirman:
“dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
merasa tenteram dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir.
153
e) Nilai Logik
Nilai ini berkaitan dengan logika atau berpikir atau pengetahuan.
Secara operasional berhubungan dengan mengingat, memahami, menerap-
kan, menganalisis, dan mengevaluasi. Contohnya, antara lain terwujud
dalam logika antara fakta dan kesimpulan, tepat, sesuai, jelas, nyata,
keadaan, dan kesimpulan cocok.
Nilai ini merupakan dasar bagi manusia untuk bertindak. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam QS Al-Imran:190 yang artinya antara lain:
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi dan saling bergantinya malam
dengan siang terdapat tanda-tanda bagi orang berakal. Selanjutnya Allah
Swt berfirman:
“dan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata: “kami beriman
kepada ayat-ayat mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami,” dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya)
melainkan orang-orang yang berakal (QS Ali Imran:7)
signifikan terhadap kinerja tenaga pendidik dan peserta didik yang muaranya
berpengaruh terhadap mutu manajemen proses pembelajaran di SMK.
5. Labiru. (2014:14) Terdapat interaksi antara layanan konseling dengan
motivasi berprestasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika
6. Endah Cristianingsih. (2011:8) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
secara bersama-sama kepemimpinan visioner dan kinerja dosen memberikan
konstribusi sebesar 87,8% sehingga berpengaruh kuat serta signifikan
terhadap mutu PTS.
7. Purwanto, Nurtanio Agus. (2010:4) Temuannya bahwa pemimpin pendidikan
membutuhkan perilaku assertif, mencakup ekspresi, kebutuhan, pendapat,
pemikiran, perasaan yang dilakukan dengan bijak, adil, dan efektif.
8. Riansyah, Hafit (2017: iii) Temuan penelitiannya adalah layanan bimbingan
kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa.
9. Widodo (2018:iii) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inovasi guru sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga sekolah perlu mengoptimalkan
inovasi guru melalui revitalisasi organisasi pembelajaran.
10. Utami, Sri (2018:iii) Hasil penelitiannya adalah (1) terdapat pengaruh yang
signifikan layanan informasi terhadap prestasi belajar, terdapat pengaruh yang
signifikan kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar, (3) terdapat pengaruh
yang signifikan antara layanan informasi dan kedisiplinan secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar.