Revisi 02_Ext
Oktober 2021
DAFTAR ISI
Judul
Daftar isi
Executive Summary
1. Pendahuluan.............................................................................................................................................................................. 3
3. Aspek Pasar................................................................................................................................................................................ 5
3.1 Pasar domestik................................................................................................................................................................ 5
3.2 Pasar global...................................................................................................................................................................... 7
4. Aspek Teknis.............................................................................................................................................................................. 8
4.1 Proses produksi................................................................................................................................................................ 8
4.2 Bahan baku, bahan kimia, katalis, dan utilitas..................................................................................................... 9
4.3 Produk............................................................................................................................................................................... 10
4.4 Limbah Pabrik................................................................................................................................................................. 10
5. Manajemen............................................................................................................................................................................... 11
6. Aspek Finansial........................................................................................................................................................................ 13
6.1 Asumsi............................................................................................................................................................................... 13
6.2 Modal investasi.............................................................................................................................................................. 14
6.3 Biaya produksi................................................................................................................................................................ 15
6.4 Analisis kelayakan finansial....................................................................................................................................... 16
6.5 Titik impas....................................................................................................................................................................... 19
6.6 Marjin laba...................................................................................................................................................................... 19
6.7 Analisis sensitivitas....................................................................................................................................................... 20
7. Kesimpulan................................................................................................................................................................................ 22
1
Studi kelayakan finansial reaktivasi
pabrik hidrogen peroksida
Di Lhokseumawe, Aceh Utara
EXECUTIVE SUMMARY
Studi kelayakan finansial ini dimaksudkan untuk menilai kelayakan investasi untuk reaktivasi dan
pengoperasian pabrik hidrogen peroksida PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang terletak di Kawasan
Ekonomi Khusus Arun Lohkseumawe (KEKAL). Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 12,000 ton per
tahun (basis 100%wt H2O2), dibangun dan dioperasikan pada awal tahun 2000-an. Namun karena
ketiadaan pasokan bahan baku (hidrogen) maka sejak tahun 2003 operasionalnya terhenti.
Dengan tersedianya bahan baku gas hidrogen dan utilitas, PIM merencanakan untuk mengoperasikan
kembali pabrik tersebut dengan melibatkan pihak lain yang dapat menyediakan dana yang dibutuhkan
untuk perbaikan dan start-up pabrik sehingga dapat kembali berproduksi. Dalam upaya merespon
rencana PIM tersebut, PT. Sinergy Peroksida Industri (SPI) memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil assesment pabrik, untuk perbaikan dan mengoperasikan kembali pabrik tersebut
membutuhkan modal atau dana sebesar Rp 101.20 milyar yang terdiri atas modal tetap (fixed capital) Rp
82.39 milyar dan modal kerja (working capital) Rp 18.81 milyar. Dana tersebut seluruhnya diperoleh dari
pinjaman dengan syarat pengembalian pinjaman 60% dari laba bersih tiap tahun hingga lunas dan tanpa
bunga pinjaman. Dari hasil analisa kelayakan diperoleh:
Hasil analisis di atas memperlihatkan proyek ini sangat layak dipertimbangkan untuk direalisasikan.
2
1. PENDAHULUAN
Pabrik hidrogen peroksida (H2O2) yang yang merupakan aset PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang
terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara telah selesai dibangun dan beroperasi secara komersial pada awal
tahun 2000-an. Pabrik dengan kapasitas 12.000 Mton per tahun produk hidrogen peroksida (konsentrasi
100%wt) menggunakan teknologi anthra-quinone berdasarkan lisensi Chematur Engineering AB (CEAB),
Swedia. Namun karena terhentinya pasokan bahan baku hidrogen, operasional pabrik tersebut terhenti
sejak akhir tahun 2003.
Dengan tersedianya bahan baku gas hidrogen dan utilitas, PIM merencanakan untuk
mengoperasikan kembali pabrik tersebut dengan melibatkan pihak lain yang dapat menyediakan dana
yang dibutuhkan untuk perbaikan dan start-up pabrik sehingga dapat kembali berproduksi. Dalam upaya
merespon rencana PIM tersebut, PT. Sinergy Peroksida Industri (SPI) memiliki peluang untuk berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Partisipasi ini minimal
dapat menjadi salah satu sumber pendapatan perusahaan selain menjaga agar salah satu aset yang
terletak di Aceh dapat didaya-gunakan sehingga bermanfaat bagi segenap pihak.
Untuk memastikan bahwa partisipasi SPI dalam pengelolaan pabrik H2O2 aset PIM tersebut layak
secara finansial maka perlu dilakukan studi kelayakan. Hasil studi ini menjadi dasar pengambilan
keputusan keikut-sertaan SPI dalam kegiatan yang dimaksud serta mencari alternatif pendanaan.
Kelayakan dari sisi finansial tersebut diukur berdasarkan hasil perhitungan Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan Payback Period (PBT). Semua kriteria ini dihitung
berdasarkan metode aliran kas diskonto (discounted cash flow method). Di lain pihak, Break-Even Point
(BEP) dengan basis volume penjualan dan harga jual produk dihitung untuk menentukan batas minimum
volume dan harga jual produk untuk menutupi biaya produksi ataupun mendapatkan laba. Analisis
sensitivitas dimaksudkan untuk mengevaluasi pengaruh harga jual produk dan biaya investasi terhadap
kinerja finansial.
3
2. SEKILAS TENTANG HIDROGEN PEROKSIDA
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah bahan kimia yang berbentuk cairan bening dan tidak berwarna.
Bahan kimia yang tersusun dari hidrogen dan oksigen ini juga dikenal sebagai agen pemutih yang kuat.
Penggunaan utama hidrogen peroksida adalah dalam produksi bahan kimia (±40%), pemutihan pulp dan
kertas (±30%) dan pemutihan tekstil (±20%). Lebih detail, kegunaan hidrogen peroksida dalam industri
dan kehidupan sehari-hari adalah:
Sebagai bahan kimia pemutih atau bleaching agent untuk industri pulp dan kertas.
Dimanfaatkan pada deinking process kertas koran bekas.
Digunakan pada industri tekstil sebagai bahan pemutih serat alam maupun serat buatan.
Bersama dengan amonia, digunakan sebagai bahan pemutih kayu, sebelum diolah menjadi produk
jadi.
Digunakan pula sebagai salah satu bahan baku pembuatan produk rumah tangga pemutih pakaian.
Pada industri minuman, kemasan sebelum diisi dengan produk minuman disterilisasi terlebih dahulu
dengan hidrogen peroksida. Nama prosesnya adalah aseptic packaging dan grade yang digunakan
adalah food grade.
Digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia lain, seperti organic peroxide.
Dimanfaatkan pula dalam industri elektronika yaitu pada etching process dan untuk pembuatan
semikonduktor.
Pada industri pengolahan air, H2O2 kini mulai menggantikan fungsi gas khlor sebagai disinfektan. Ini
dikarenakan khlor berbahaya dan meninggalkan residue, sedangkan H2O2 tidak.
Untuk pengolahan limbah cair karena terbukti efektif untuk menurunkan kadar COD, BOD, logam
berat, H2S, warna, dan lain-lain.
Produk-produk seperti minyak nabati, gula dan tepung, diputihkan pula dengan menggunakan H2O2.
Pada industri pertambangan atau mining, hidrogen peroksida digunakan sebagai sumber penyedia
gas oksigen dan bahan kimia pengoksidasi.
Untuk menurunkan kadar senyawa oksida nitrogen (NOx) dalam gas buang.
Digunakan pula dalam proses pembuatan keju.
Dalam bidang perikanan, digunakan untuk meningkatkan potensial redox tanah. Terbukti, penggunaan
H2O2 mampu meningkatkan hasil panen udang Vanname lebih dari 50%
Hidrogen peroksida ditemukan pada tahun 1818 oleh ahli kimia Perancis Louis Jacques Thénard
(1777-1857) dan pertama kali digunakan secara komersial pada 1800-an, terutama untuk memutihkan
topi. Saat ini, hidrogen peroksida diproduksi secara komersial berdasarkan proses anthraquinone yang
dikembangkan dan dipatenkan oleh perusahaan kimia Jerman BASF pada tahun 1939.
4
3. ASPEK PASAR
Meski sudah ada beberapa pabrik hidrogen peroksida (H2O2) di Indonesia, ternyata Indonesia
masih mengimpor bahan kimia tersebut dari luar negeri. Dari sisi kapasitas, pabrik H2O2 yang ada
seharusnya masih dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama untuk produk technical grade.
Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat produksi H2O2 lebih rendah dari kebutuhan
nasional. Di antaranya adalah pasokan bahan baku yang tidak stabil (dalam hal ini gas hidrogen) dan
masalah internal masing-masing pabrik. Di lain pihak, untuk produk H2O2 dengan kwalitas tertentu,
misalnya untuk antiseptic, pasar dalam negeri masih didominasi oleh produk impor, seperti dari Thailand.
Dewasa ini, ada 4 pabrik H2O2 di Indonesia. Semua pabrik tersebut menggunakan teknologi proses
yang sama, yaitu proses auto-oksidasi anthraquinone. Proses ini sama dengan proses yang digunakan
oleh pabrik H2O2 PT. PIM.
1). PT. Peroxide Indonesia Pratama - merupakan pabrik hidrogen peroksida tertua di Indonesia.
Berlokasi di Cikampek dan mulai beroperasi sejak tahun 1991. PT Peroxide Indonesia Pratama (PIP)
adalah perusahaan patungan antara Mitsubishi Gas Chemical (Jepang), Mitsubishi Corporation
(Jepang) dan PT. Pupuk Kujang (Cikampek). Saat ini kapasitas terpasangnya mencapai 12.000 ton per
tahun. Pabrik tersebut tidak hanya mampu menghasilkan H2O2 dengan grade teknis, namun juga
mampu memproduksi H2O2 dengan grade yang lebih tinggi, yaitu untuk keperluan pengemasan
aseptik. Bahkan, pabrik H2O2 pertama di Indonesia kini sudah mampu memproduksi pre-electronic
grade, yakni H2O2 yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan hidrogen peroksida super murni,
yang digunakan dalam industri elektronik.
2). PT. Sindopex Perotama - pabrik H2O2 milik PT Sindopex Perotama didirikan pada tahun 1992 dan
berlokasi di kota Mojokerto, Jawa Timur. Pabrik dengan teknologi proses dari LRICI atau Liming
Research Institute of Chemical Industri ini awalnya berkapasitas 9.000 ton per tahun. Namun, satu
unit sudah tidak beroperasi lagi, hanya menyisakan kapasitas 4.500 ton per tahun. Sumber gas
hidrogen untuk kebutuhan produksi dipenuhi melalui proses elektrolisis.
3). PT. Evonik Degussa Peroxide Indonesia - saat ini pabrik milik PT. Evonik Degussa Peroxide
Indonesia adalah pabrik H2O2 terbesar di Indonesia, dengan kapasitas tahunan 24.000 ton. Pabrik ini
didirikan pada tahun 1997 oleh PT. Risjad Brasali di kota Cikarang, menggunakan teknologi dari
UHDE, Jerman. Pada 2004, Degussa mengakuisisinya sebelum akhirnya Evonik memiliki sebagian
sahamnya. Gas hidrogen sebagai bahan baku diproduksi melalui proses reforming gas alam.
4). PT. Peroxide Core Samator - pabrik milik PT Samator Inti Peroxide ini berlokasi di Gresik, dengan
kapasitas 10.000 ton per tahun. Pabrik ini telah beroperasi sejak tahun 1998. Teknologi proses yang
digunakan sama dengan yang digunakan oleh pabrik H2O2 milik PT Sindopex Perotama, yaitu LRICI.
Sedangkan bahan baku gas hidrogen dipasok oleh pabrik amoniak, PT Petrokimia Gresik.
Gambar (1) dan (2) masing-masing menunjukkan tren harga impor H2O2 konsentrasi 50%wt dan
60%wt.
5
Hydrogen Peroxide Import Price - CIF
January 2018 to February 2021
(Product concentration of 50%wt.)
875 Price, usd/ton:
850
825 Max. = 835
800
775 Min. = 340
750
725
Price, USD per ton
700
675
650
625
600
575
550
525
500
475
450
425
400
375
350
325
300
2018
2019
2020
2021
Gambar (1): Harga impor H2O2 konsentrasi 50%wt.
700
675
650
625
600
575
550
525
500
475
450
425
400
375
350
325
300
2018
2019
2020
2021
6
3.2 Pasar Global
Di sebagian besar pasar, hidrogen peroksida (H2O2) berfungsi sebagai pemutih atau pengoksidasi
sehingga sering bersaing dengan bahan kimia lain yang memiliki fungsi yang sama. Perbedaan biaya
regional, preferensi konsumen dan perbedaan teknis dalam kinerja produk merupakan pertimbangan
memilih H2O2 atau salah satu turunannya daripada produk lain. Karena pertimbangan ini bervariasi
menurut wilayah, maka pola konsumsi juga bervariasi di berbagai belahan dunia.
Sektor kertas dan pulp, dengan penggunaan utama dalam pemutihan pulp dan penghilangan tinta
kertas daur ulang, adalah segmen pasar hidrogen peroksida terbesar dalam hal volume, menyumbang
lebih dari 35% dari total pangsa pada tahun 2019. Konsumsi hidrogen peroksida dunia ditunjukkan oleh
gambar (3).
Pasar hidrogen peroksida bernilai sekitar $4,8 miliar pada 2019 dan akan menunjukkan tingkat
pertumbuhan lebih dari 5,7% CAGR dari periode 2020 hingga 2026. Pada tahun 2026, nilai yang
diproyeksikan akan sekitar $6,2 miliar, dengan pangsa pasar APAC mencapai lebih dari 50%.
Meningkatnya permintaan pulp & kertas di seluruh dunia disertai dengan penggunaan produk
pendorong dalam proses HPPO pada produksi propilen oksida merupakan faktor utama yang
menyebabkan pertumbuhan ini.
Perusahaan teratas dalam industri hidrogen peroksida adalah Arkema SA, Evonik Industries AG,
Solvay, Akzo Nobel NV, Kemira Oyj, Mitsubishi Gas Chemical Company, Inc., PeroxyChem LLC, Aditya Birla
Chemicals Limited, Gujarat Alkalies and Chemicals Ltd. (GACL) , Kingboard Chemical Holdings Ltd., dan
National Peroxide Limited.
7
4. ASPEK TEKNIS
Proses produksi hidrogen peroksida (H2O2) PT. PIM menggunakan teknologi anthra-quinone
berdasarkan lisensi Chematur Engineering AB (CEAB), Swedia. Proses ini merupakan operasi siklus dimana
alkyl-anthraquinone didaur ulang untuk digunakan kembali. Proses terdiri atas empat tahapan yang
secara berurutan meliputi tahap hidrogenasi, filtrasi, oksidasi dan tahap ekstraksi (gambar 4).
Tahap 1 - Hidrogenasi
Alkyl-anthraquinone dilarutkan dalam pelarut non-polar dan pelarut polar. Campuran alkyl-anthraquinone
dan kedua pelarut tersebut disebut larutan kerja (working solution). Larutan kerja tersebut didaur ulang
dan alkyl-anthraquinone dalam larutan tersebut dihidrogenasi dengan gas hidrogen dengan bantuan
o
katalis. Temperatur reaksi dijaga sekitar 45 C. Selama hidrogenasi berlangsung, alkyl-anthraquinone
diubah menjadi alkyl-anthrahydroquinone and tetra-hydroalkyl-anthraquinone. Tahap hidrogenasi
dikontrol dengan hati-hati untuk menghindari reaksi hidrogenasi yang berlebihan pada cincin
antrakuinon.
Tahap 2 - Filtrasi
Tahap ini bertujuan untuk pemisahan katalis dari larutan kerja yang mengandung anthraquinone yang
sudah terhidrogenasi karena katalis dapat menyebabkan produk H2O2 yang terbentuk pada tahapan
lanjut akan terdekomposisi sehingga selain mengurangi hasil produksi (yield) juga menyebabkan potensi
bahaya (ledakan akibat hidrogen hasil dekomposisi bereaksi dengan oksigen pada tahap oksidasi).
Tahap 3 – Oksidasi
Larutan kerja yang mengandung anthraquinone yang sudah terhidrogenasi dan bebas katalis dioksidasi
dengan udara untuk membentuk hidrogen peroksida (H2O2). Tahap ini tidak memerlukan katalis sehingga
sering juga disebut tahap auto-oksidasi.
Tahap 4 – Ekstraksi
Tahap ini bertujuan untuk pemisahan H2O2 dari larutan kerja (larutan organik) dengan menggunakan air
bebas mineral (demin water) sebagai media pengekstrak. Proses ekstraksi berlangsung dalam kolom
ekstrasi dimana air mengalir menuju ke bawah kolom sedangkan larutan kerja yang sudah terpisahkan
H2O2 menuju ke bagian atas kolom. Pada dasar kolom, air tersebut mengandung 35-40%wt H2O2 hasil
ekstraksi. Sebelum didaur ulang ke tahap hidrogenasi, larutan kerja terlebih dahulu dikeringkan sehingga
bebas dari air. Larutan kerja yang didaur ulang tersebut kembali dalam bentuk komponen semula, yaitu
alkyl-anthraquinone dan tetra-hydroalkyl-anthraquinone. Produk H2O2 dikirim ke tanki penyimpan
dan/atau ke unit pemekatan (concentration unit) untuk pengurangan kandungan air sehingga konsentrasi
H2O2dalam produk menjadi 50-70%wt. Agar tidak terdekomposisi, dilakukan penambahan stabiliser ke
dalam produk tersebut.
8
Pressure Swing
Hidrogen
Adsorption (PSA)
(90-95%v)
Pemekatan
Purifikasi produk
produk Udara
Penyimpanan
Stabilisasi produk
produk
Hidrogen peroksida terdiri atas 2 molekul hidrogen dan 2 molekul oksigen. Oleh karena itu bahan
baku yang dibutuhkan hanya hidrogen dan oksigen. Hidrogen diperoleh dari pabrik amoniak sedangkan
oksigen diperoleh dari udara atmosfir yang disuplai oleh kompresor udara. Hidrogen peroksida terlarut
dalam air dan konsentrasinya dalam produk akhir berkisar di antara 35 s/d 70%. Air dalam produk
ditambahkan pada tahap ekstraksi untuk pemisahan hidrogen peroksida dari larutan kerja.
Bahan kimia yang diperlukan dalam produksi hidrogen peroksida terdiri dari bahan kimia sebagai
komponen larutan kerja (alkyl-anthraquinone dan pelarut), stabilizer (senyawa organik) dan asam fosfat
untuk stabilisasi produk. Bahan kimia lain, yaitu asam nitrat dan kaustik soda digunakan untuk
pembersihan filter. Kaustik Soda juga digunakan untuk pengolahan air limbah dan pengolahan air
pendingin selain asam sulfat. Alumina aktif digunakan untuk meregenerasi larutan kerja sedangkan
karbon aktif digunakan untuk unit pendaur ulang pelarut (solvent recovery unit). Untuk reaksi hidrogenasi
dalam hidrogenator, digunakan katalis paladium. Dalam aplikasinya, katalis dipisahkan dari larutan kerja
pada tahap filtrasi untuk didaur ulang ke hidrogenator.
Utilitas yang digunakan dalam pembuatan hidrogen peroksida meliputi steam, air bebas mineral
(demin water), filter water, listrik, nitrogen dan udara instrumen. Listrik dipasok oleh PIM atau Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Nitrogen dipasok oleh pihak luar, sedangkan steam, air bebas mineral, filter water,
dan udara instrumen bisa dipasok oleh PIM.
9
4.3 Produk
Hidrogen peroksida adalah produk yang ramah lingkungan, yang tidak meninggalkan residu atau
sisa yang berbahaya bagi lingkungan setelah digunakan, selain gas oksigen dan air saja. Konsentrasi H2O2
dalam produk yang dihasilkan dapat bervariasi antara 35 s/d 70% baik untuk technical grade ataupun
chemical grade. Kategori produk yang diproduksi tergantung permintaan pasar.
Pabrik hidrogen peroksida selain didesain sangat ramah terhadap lingkungan juga dilengkapi
dengan sistim pengolahan limbah buangannya memenuhi peraturan terkait dengan lingkungan hidup.
Sumber utama limbah adalah limbah cair dari blow-down air pendingin air untuk pembersihan pabrik.
Kedua buangan ini diatur pH-nya sebelum dipompa ke fasilitas pengolahan air limbah. Emisi gas dari
pelarut (solvent) diminimalkan melalui sistem pengolahan gas buang. Limbah padatan seperti filter bekas
dapat dibakar. Katalis bekas masih dapat dijual karena memiliki nilai sisa tinggi (palladium) sedangkan
activated alumina dapat dibuang sebagai land-fill.
10
5. MANAJEMEN
Departemen Produksi
Manager : 1 orang
Assistant manager : 1 orang
Shift Supervisor : 4 orang (1 orang/shift)
Shift Foreman : 4 orang (1 orang/shift)
DCS operator : 8 orang (2 orang/shift)
Field operator : 8 orang (2 orang/shift)
Product Packaging & Store leader : 1 person
Product Packaging & Store operator : 2 persons
11
Departemen Teknik
Manajer : 1 orang
Process/Technical Engineers : 2 orang
Maintenance Shift Supervisor : 4 orang
Inspection & Safety Leader : 1 orang
Mechanic shift : 4 orang (1 orang/shift)
Inspection shift : 2 orang (day shift, siap untuk call-out)
Instrument shift : 2 orang (day shift, siap untuk call-out)
Electrical shift : 2 orang (day shift, siap untuk call-out)
Safety : 4 orang (1 orang/shift)
Laboratory Supervisor : 1 orang
Laboratory Shift Analyst : 8 orang (2 orang/shift)
Outsourching
Maintenance team : 12 orang
Security : 8 orang (2 orang/shift)
Driver : 2 orang
Office boy & cleaning service : 1 orang
Jumlah pekerja total (tidak termasuk komisaris dan direksi) adalah 98 orang (termasuk 23 orang tenaga
outsourching).
12
6. ASPEK FINANSIAL
Durasi atau umur proyek yang digunakan dalam studi kelayakan finansial adalah 21 tahun, yaitu
satu (1) tahun masa perbaikan dan reaktivasi serta 20 tahun masa operasional normal pabrik. Produksi
komersial akan dimulai pada tahun ke-2, yaitu setelah tahap perbaikan dan reaktivasi pabrik selesai
sepenuhnya. Karena kebutuhan sekitar 4-6 bulan untuk proses pematangan larutan kerja (working
solution) sehingga kapasitas produksi penuh dapat dicapai, maka tingkat produksi pada tahun pertama
produksi komersial diasumsikan berkisar di antara 60-70% dari kapasitas desain dengan hari produksi 330
dalam setahun.
6.1 Asumsi
Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis kelayakan proyek dari sisi finansial. Studi tersebut
dilakukan dengan sejumlah langkah dan beberapa asumsi prinsip sebagai berikut:
1). Pengumpulan data berkenaan dengan modal yang dibutuhkan baik sebagai capital fixed cost (CF)
maupun working capital serta konsumsi dan harga bahan baku (gas hidrogen), bahan kimia, katalis,
utilitas, dan pengemasan produk.
2). Arus kas diproyeksi dengan metoda arus kas didiskonto (dicounted cash flow method) pada suku
bunga diskonto (discount rate) sebesar 0% yang dihitung dengan metode biaya modal rata-rata
tertimbang atau weighted average cost capital method (WACC).
3). Harga bahan baku (hidrogen), listrik, steam, demin water, dan filter water sesuai proposal PIM.
4). Harga bahan kimia dan katalis sesuai informasi dari pemasok.
5). Gaji/upah untuk staf dan tenaga kerja memenuhi upah minimum daerah dan mempertimbangkan
gaji/upah yang berlaku di perusahaan di sekitarnya.
6). Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan proyek dari sisi finansial adalah sesuai tabel (1) di
bawah.
7). Titik impas atau break-even point (BEP) dihitung berdasarkan volume penjualan dan harga jual
produk.
13
Sebagian besar studi kelayakan dimulai dengan pro-forma laporan arus kas berdasarkan asumsi
dan data lain yang dikumpulkan tentang proyek, seperti ekuitas yang dikumpulkan, volume produk,
pembelian, penjualan, dan pengeluaran. Selain ekuitas, aliran pendapatan dan biaya operasi, pernyataan
pro forma harus mencakup pembayaran dan bunga atas potensi utang jangka pendek dan jangka
panjang dan/atau investasi lain dalam proyek. Laporan arus kas harus dengan jelas menunjukkan kapan
modal dipinjam, dipakai dan dilunasi. Hal ini penting untuk menunjukkan kapasitas pembayaran proyek
yang merupakan pertimbangan kritis bagi pemberi pinjaman atau investor.
Asumsi yang dipakai dalam studi ini diperlihatkan pada lampiran (1) s/d (5). Beberapa asumsi
penting ditampilkan dalam tabel (2) berikut:
Suku bunga diskonto atau discount rate dihitung dengan metode weighted average cost capital (WACC).
Pada bunga pinjaman 0% per tahun, Pajak pendapatan perusahaan 22% dan porsi modal pinjaman 100%,
diperoleh WACC sebesar (100%*0%)*(1-22%) atau 0.0%.
Modal investasi (capital investment) terdiri atas modal investasi tetap (fixed capital investment) dan
modal kerja (working capital). Terkait dengan perbaikan dan reaktivasi pabrik H 2O2 PT. PIM, fixed capital
investment adalah biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan dan reaktivasi pabrik tersebut.
Sedangkan working capital adalah modal kerja yang dibutuhkan untuk start-up dan mengoperasikan
pabrik dalam kurun waktu tertentu sehingga memperoleh pendapatan. Untuk perbaikan dan reaktivasi
pabrik H2O2 PT. PIM dibutuhkan modal sebesar Rp 101.20 milyar yang terdiri atas fixed capaital
investment sebesar Rp 82.39 milyar dan working capital sebesar Rp 18.81 milyar.
14
Seperti dijelaskan sebelumnya, pematangan larutan kerja (working solution) sehingga pabrik dapat
beroperasi pada kapasitas penuh dan menghasilkan produk untuk dijual memerlukan waktu sekitar 4-6
bulan. Oleh karena itu estimasi modal kerja (working capital) yang dibutuhkan adalah untuk membiayai
operasional pabrik selama 5 bulan. Modal kerja tersebut meliputi cost of goods sold (COGS) sebesar Rp
7.94 milyar yang terdiri atas biaya bahan baku, bahan kimia, katalis, dan biaya utilitas; serta biaya operasi
(operating expenses) sebesar Rp 10.87 milyar, seperti gaji, biaya perawatan & perbaikan, operating
supplies, plant overhead.
Bagian penting dari perkiraan biaya lengkap selain investasi modal adalah perkiraan biaya untuk
mengoperasikan pabrik dan penjualan produk. Pengeluaran modal terjadi sekali selama umur proyek
tetapi biaya untuk mengoperasikan pabrik dan menjual produk adalah biaya berulang dan, dengan
demikian, secara signifikan mempengaruhi arus kas dan profitabilitas suatu usaha. Biaya produksi
mencerminkan semua biaya yang terkait dengan perusahaan yang menjalankan bisnisnya. Dalam studi ini
biaya produksi diklasifikasikan atas biaya manufaktur (manufacturing cost) dan biaya operasional
(operating expenses).
Biaya manufaktur (manufacturing cost) dapat diartikan sebagai semua biaya yang diperlukan untuk
membuat suatu produk dan menyiapkannya untuk pengiriman. Biaya-biaya tersebut secara umum dibagi
atas 3 kategori, yaitu biaya produksi langsung, biaya tetap, dan biaya overhead pabrik. Namun, dalam
studi ini biaya produksi dianggap sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP), yaitu semua biaya yang berkaitan
dengan bahan baku, bahan habis pakai, dan utilitas. Biaya ini merupakan biaya variabel yang berkaitan
dengan kapasitas produksi. Sesuai lampiran (5), pada kapasitas produksi 100%, biaya bahan baku, bahan
kimia, katalis, dan utilitas tahunan adalah sebagai berikut:
Pada kapasitas produksi 12,000 metrik ton per tahun (konsentrasi 100%wt), harga pokok penjualan per
ton produk adalah sebesar (5,527,488/12,000) atau USD 460.62 per ton H2O2 (basis 100%wt), yang terdiri
atas:
15
6.3.2 Biaya operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar bisnis tetap berjalan, seperti gaji staf dan
perlengkapan kantor. Biaya operasional tidak termasuk harga pokok penjualan (bahan, tenaga kerja
langsung, overhead pabrik) atau pengeluaran modal (biaya yang lebih besar seperti bangunan atau
mesin).
Dalam studi ini, biaya operasional terdiri atas gaji & upah, biaya pemeliharaan & perbaikan, biaya
perlengkapan kantor, biaya laboratorium, penyusutan/amortisasi, pajak (properti), asuransi, biaya
overhead pabrik, biaya administrasi, dan biaya distribusi & pemasaran. Sesuai lampiran (4), hasil
perhitungan biaya operasional pada tahun pertama operasional pabrik adalah sebagai berikut:
Gaji atau biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan employee manning list, sedangkan item biaya
operasional lainnya dihitung berdasarkan tarif seperti yang diperlihatkan pada lampiran (4).
Penyusutan/amortisasi diperlakukan untuk 12 tahun pertama berdasarkan metode garis lurus. Sebagai
implikasi dari inflasi tahunan (diasumsikan 2% per tahun), biaya-biaya yang terkait dengan gaji,
pemeliharaan & perbaikan, perlengkapan operasi, laboratorium, overhead pabrik, administrasi, dan
distribusi & pemasaran naik setiap tahun sesuai asumsi besaran inflasi tersebut.
Tabel (3) memperlihatkan ringkasan hasil perhitungan dan analisis parameter kelayakan finansial.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan asumsi seperti yang dijelaskan pada bagian (6.1). Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa semua parameter menunjukkan bahwa proyek tersebut layak secara
finansial untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dipahami karena:
16
Tabel-3: Ringkasan hasil studi kelayakan finansial – Hasil perhitungan dan analisis
Parameter kelayakan investasi pada tabel (3) di atas dihitung berdasarkan arus kas bebas (free cash
flow) yang kurvanya diperlihatkan oleh gambar (5). Arus kas bebas tersebut dihitung berdasarkan formula
berikut:
40
35
Arus kas bebas kumulatif,
30
25
USD (millions)
Sebagai tambahan, gambar (6) dan (7) masing-masing memperlihatkan proyeksi laba/rugi dan arus
kas, baik arus kas operasi, arus kas pembiayaan (financing), arus kas investasi, maupun arus kas bersih
(ending net balance).
17
Laba-rugi operasi dan bersih
Laba operasi Laba bersih
2.6
2.4
2.2
Laba-rugi operasi dan bersih,
2.0
1.8
USD (millions)
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Years
40
35
30
USD (millions)
25
Arus kas,
20
15
10
5
0
-5
-10
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Years
18
6.5 Titik Impas
Analisis titik impas (break-even point, BEP) digunakan untuk menentukan kapan bisnis akan dapat
menutupi semua pengeluarannya dan mulai menghasilkan keuntungan. Identifikasi biaya dibutuhkan
dalam menentukan pendapatan dari hasil penjualan yang diperlukan untuk membayar pengeluaran bisnis
yang sedang berlangsung. Perhitungan titik impas dapat didasarkan atas volume penjualan maupun
harga jual produk.
Laba usaha merupakan keuntungan yang didapat dari aktivitas usaha perusahaan. Keuntungan ini
diperoleh dari pendapatan dikurangi biaya-biaya produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Margin laba
adalah rasio profitabilitas yang umum digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan atau aktivitas
bisnis menghasilkan uang. Sederhananya, angka persentase menunjukkan berapa keuntungan yang
dihasilkan bisnis untuk setiap penjualan. Keuntungan ini biasanya dinyatakan dalam hubungannya dengan
laba bersih dan laba kotor.
Margin laba adalah indikator strategi penetapan harga perusahaan dan seberapa baik perusahaan
mengendalikan biaya. Perbedaan strategi bersaing dan bauran produk menyebabkan margin keuntungan
berbeda antar perusahaan. Ketika nilai margin laba tinggi, perusahaan dinilai bekerja dengan baik dari
sudut pandang finansial, karena menghasilkan laba secara maksimal dan dinilai dapat mengelola
keuangan dengan efektif. Sebaliknya, jika margin laba sebuah perusahaan dinilai rendah, perusahaan
tersebut dinilai memiliki profitabilitas yang tidak terlalu aman.
19
Pendapatan = 833.3 USD/ton
Harga pokok penjualan (HPP) = 460.6 USD/ton
Marjin laba kotor = (833.3 – 460.6) / 833.3
= 0.447 atau 44.7%
Analisis sensitivitas dalam studi ini merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter yang diasumsikan terhadap kelayakan proyek. Dengan adanya analisis
ini maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi
sebelumnya. Selanjutnya, dari hasil analisis tersebut juga dapat diketahui seberapa jauh dampak
perubahan asumsi terhadap kelayakan proyek pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan
Harga jual produk memiliki implikasi penting terhadap kelayakan proyek secara finansial. Di lain
pihak besaran modal investasi berpengaruh terhadap laba bersih (net income). Oleh karena itu analisis
sensitivitas difokuskan pada kedua faktor tersebut.
Tabel (4) memperlihatkan pengaruh perubahan harga jual produk terhadap kinerja finansial. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa proyek tetap layak walaupun harga jual produk berkurang 10% dari
yang ditargetkan atau turun dari USD 500 menjadi USD 450 per ton. Proyek semakin aktraktif pada harga
jual produk lebih tinggi.
20
6.7.2 Biaya investasi tetap (Fixed Capital Investment)
Tabel (5) memperlihatkan pengaruh perubahan biaya investasi tetap (fixed capital investment)
terhadap kinerja finansial. Dari tabel dapat dilihat bahwa proyek tetap layak walaupun biaya investasi
tetap bertambah 20% atau naik sebesar Rp 16.48 milyar dari Rp 82.39 milyar menjadi Rp 98.87 milyar.
Proyek semakin aktraktif pada biaya investasi tetap lebih rendah.
21
7. KESIMPULAN
Dana yang dibutuhkan untuk perbaikan, reaktivasi dan start-up pabrik hidrogen peroksida PT.
Pupuk Iskandar Muda (PIM) adalah sebesar Rp 101.20 milyar yang terdiri atas modal investasi tetap (fixed
capital investment) sebesar Rp 82.39 milyar dan modal kerja (working capital) untuk masa operasi 5 bulan
sebesar Rp 18.81 milyar. Dana tersebut seluruhnya diperoleh dari pinjaman dengan syarat pengembalian
pinjaman 60% dari laba bersih tiap tahun hingga lunas dan tanpa bunga pinjaman.
Berdasarkan sejumlah asumsi perhitungan yang dipakai dan harga jual produk USD 500 per ton
(konsentrasi 60%wt), diperoleh hasil perhitungan kinerja finansial sebagai berikut:
Dari kinerja finansial di atas (NPV, IRR, PI, dan PBT), dapat disimpulkan bahwa proyek sangat layak untuk
dilanjutkan ke tahap berikutnya. Hasil analisis sensitivitas memperlihatkan proyek tetap layak walaupun
harga jual produk turun 20% dari harga jual target ataupun modal investasi tetap (fixed capital
investment) 20% lebih tinggi dari basis studi.
22
LAMPIRAN - 1
Fixed Capital Investment
B. Chemicals:
a. Working solution (first fill):
- 2-Ethylanthraquinone IDR 2,697,038,697
- Aromatic solvent 150 (Solvesso) IDR 2,998,567,623
- TBU IDR 3,185,074,271
- TOP IDR 157,969,409
Sub total IDR 9,038,650,000
b. Activated alumina (first fill) IDR 169,650,000
c. Nitric acid for passivation (as 100%wt) IDR 791,700,000
B = Total costs for chemicals first fill IDR 10,000,000,000
23
LAMPIRAN - 2
Working Capital Investment
b. Operating expenses:
- Salary 634,310 USD
- Maintenance & repairs 57,471 USD
- Operating supplies 5,747 USD
- Laboratory charges 8,845 USD
- Plant overhead 26,285 USD
- Administrative 8,762 USD
- Distribution & Marketing 8,333 USD
749,753 USD
10,871,422,500 IDR
24
LAMPIRAN - 3
Asumsi Umum dan Finansial
Asumsi Umum:
Asumsi Finansial:
25
LAMPIRAN - 4
Perhitungan biaya operasional (operating expenses)
Catatan:
Untuk mengakomodasi inflasi, biaya untuk salary, maintenance & repair, operating supplies, laboratory
charges, plant overhead, administrative, dan distribution & marketing naik 2% tiap tahun.
Usage rate yang dipakai untuk perhitungan biaya adalah sebagai berikut:
Operating supplies 10% of maintenance & repairs
Laboratory charges 10% of operating labor
Plant overhead costs 15% of operating labor & supervision and maintenance
Administrative costs 5% of operating labor & supervision and maintenance
Distribution & Marketing costs 2% of total product cost
26
LAMPIRAN – 5
Perhitungan biaya bahan baku, bahan kimia, katalis, dan utilitas
Catatan:
Perhitungan biaya pada kapasitas produksi 100%.
Basis unit konsumsi adalah per ton produk H2O2 konsentrasi 100%wt.
27
LAMPIRAN – 6
Proyeksi Laba Rugi
Net cash change - - 751 1,376 1,365 1,353 1,342 1,362 2,584 2,553 2,521 2,489 2,020 1,994 1,864 1,836 1,809 1,781 1,752 1,723 1,693 1,662
Beginning Balance - - - 751 2,126 3,491 4,844 6,186 7,547 10,131 12,684 15,205 17,694 19,714 21,709 23,572 25,409 27,217 28,998 30,750 32,472 34,165
Ending Balance - - 751 2,126 3,491 4,844 6,186 7,547 10,131 12,684 15,205 17,694 19,714 21,709 23,572 25,409 27,217 28,998 30,750 32,472 34,165 35,827
1
LAMPIRAN – 8
Bagan Organisasi
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Plant Manager
Wakil Manajer
Produksi
Sekretaris Staf Staf
direktur & keuangan & pemasaran
manajer, Staf akuntansi & logistik
Maintenance Inspection & Laboratory Process & personalia, dan internal
Shift Supervisor Shift Supervisor Safety leader Supervisor Technical umum, legal audit
Engineers & humas