Anda di halaman 1dari 12

DIKSI DAN ARTI

Disusun Oleh :
Chintya Ella M Nihatuzzulfa
NIM. 1731120115 NIM. 1731120096
Moh. Nizar Khamdun Syahrial Amirul Sobirin
NIM. 1731120083 NIM. 1731120103

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
2017
BAB II
DIKSI DAN ARTI
2.1. Pengertian Diksi
Pengertian diksi menurut KBBI adalah pilihan kata yang
tepat dan selaras (dalam penggunaanya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga didapatkan efek sesuai yang diharapkan.
Sedangkan menurut Wikipedia diksi adalah sebuah pilihan
kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaanya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).

2.1.1 Ciri-ciri Diksi


 Menggunakan lafal, tekanan, intonasi yang sesuai penentuan
pilihan kata (diksi)
 Bentuk kata dan ungkapan yang tepat dalam kalimat.

2.1.2 Macam – macam Diksi


a. Sinonim
Sinonim merupakan pilihan kata yang memiliki
persamaan makna. Penggunaan kata sinonim biasanya
digunakan untuk membuat apa yang dikatakan / dituliskan
menjadi lebih sesuai dengan ekspresi yang ingin di
ungkapkan.
Contoh :
1. PT PLN (Persero) memiliki target pembangunan
pembangkit listrik 35.000 MW yang diperkirakan
selesai di tahun 2019.
2. Sasaran PT PLN (Persero) dalam hal pemasangan
listrik berdaya 900 VA secara gratis diperuntukkan
bagi warga dengan ekonomi lemah.

b. Antonim
Antonim merupakan pilihan kata yang memiliki
makna berlawanan atau berbeda.
Contoh :
1. Pemasangan listrik berdaya 450 VA rata-rata
dilakukan oleh warga kalangan miskin.
2. Meskipun bulan ini listrik berdaya 900 VA mengalami
penaikkan harga, namun tetap saja menjadi favorit
warga golongan menengah atas/ kaya.

c. Polisemi
Polisemi merupakan frasa kata yang memiliki banyak
kata.
Contoh :
1. Bapak Ridho kemarin tidak dapat masuk kerja akibat
tangan kirinya tersengat listrik lumayan parah.
(Tangan berarti salah satu anggota badan).
2. Orang itu merupakan salah satu tangan kanannya
Direktur PLN. (Tangan kanan berarti orang
kepercayaan).
d. Homograf
Homograf merupakan kata-kata yang memiliki
tulisan sama akan tetapi memiliki arti dan bunyi yang
berbeda.
Contoh :
1. Para pejabat teras PT. PLN Distribusi Jatim sedang
mengadakan pertemuan di luar jam kantor. (Teras
berarti inti).
2. Pembagian tugas lapangan para pegawai PT PLN
dilakukan di teras. (Teras berarti beranda rumah).

e. Homofon
Homofon merupakan kata-kata yang memiliki bunyi
yang sama akan tetapi makna dan ejaan nya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat untuk diterima kerja di PT. PLN adalah
kita harus ahli dan sarat pengalaman dalam hal
kelistrikan.
f. Homonim
Homonim merupakan kata-kata yang memiliki ejaan
(tulisan) dan lafal (pengucapan) yang sama namun memiliki
makna yang berbeda.
Contoh :
Peserta rapat karyawan/karyawati PT. PLN (Persero)
sedang duduk rapat di sofa panjang yang terbuat dari
bahan sutra.
g. Hiponim
Hiponim merupakan kata /frasa khusus/ yang
memiliki arti khusus yang terkandung dalam kelompok, jenis,
atau satuan tertentu.
Contoh :
Di dalam trafo terdapat beberapa bagian (part) antara
lain inti besi, kumparan transformator, minyak
transformator, bushing, tangki konservator, tap changer,
dll.
>Hiponim : inti besi, kumparan transformator, minyak
transformator, bushing, tangki konservator, tap changer,
dll.

h. Hipernim
Hipernim merupakan kata yang telah mencakup
makna kata lain.
Contoh :
Di dalam trafo terdapat beberapa bagian (part) antara
lain inti besi, kumparan transformator, minyak
transformator, bushing, tangki konservator, tap changer,
dll.
>Hipernim : bagian(part) trafo.
2.1.3Syarat-syarat Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang sama dengan imajinasi pembaca atau pendengar, seperti
yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis/pembicara, maka setiap
penulis/pembicara harus cermat dalam memilih kata untuk mencapai
maksud tersebut.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Denotasi
ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim.
c. Membedakan kata-kata yang mirip ejaanya. Seperti kata intensif
dengan insentif.
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan
pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.
e. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
f. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan
secara tepat.

2.1.4 Fungsi Diksi


Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut :

 Membuat orang yang membaca ataupun mendengar karya


sastra menjadi lebih fahan mengenai apa yang ingin di
sampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif melambangkan
ekspresi yang ada dalam gagasan verbal (tertulis ataupun
terucap).
 Membentuk ekspresi ataupun gagasan yang tepat sehingga
dapat menyenangkan pendengar ataupun pembacanya.
2.2 Pengertian Arti/makna
Menurut KBBI kata “arti” didefinisikan sebagai maksud
pembicara atau penulis dan pengertian yang diberikan kepada suatu
bentuk kebahasaan. Arti merupakan maksud yang terkandung dalam
perkataan dan kalimat.
Sedangkan menurut Tjiptadi arti merupakan maksud yang
tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika dengan bendanya, peristiwa atau
keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata
itu. Kata-kata yang berasal dari dasar yang sama sering menjadi
sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan
penggunaannya harus sesuai dengan arti yang terkandung dalam
sebuah kata.

2.2.1 Jenis Arti


Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian
makna/arti kata , yakni makna denotative, makna konotatif, makna
leksikal, makna gramatikal, makna asosiatif.
a) Arti Denotatif
Menurut Makurun, arti denotatif adalah makna dasar yang
umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak
berupa kiasan. Sebuah kata mengandung kata denotatif bila kata
itu mengacu atau menunjukkan pengertian/makna yang
sebenarnya.
Kata yang mengandung makna denotatif digunakan dalam
bahasa ilmiah. Karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin
menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikan
tidak menimbulkan tafsiran ganda, maka ia harus
menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung
makna denotatif.
Contoh :
 Trafo distribusi PLN meledak karena panas. (panas:
suhu air yang tinggi )

b) Arti Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang
disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap social, sikap
pribadi, sikap dari suatu zaman, dan kriteria-kriteria tambahan
yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Sebuah kata mengandung arti konotatif bila kata-kata itu
mengandung nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak
hanya mengungkapkan gagasan, pendapat atau isi pikiran.
Tetapi juga mengungkapkan emosi-emosi tertentu. Mungkin
saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya
kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang
diucapkan mengandung makna konotatif /makna kiasan.
Contoh :
 Sofyan Basir menempati kursi empuk di PT. PLN
Persero. (kursi empuk: jabatan yang bagus)

c) Arti Leksikal
Arti leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam
kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus.
Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang
bermakna leksikal.
Contoh :
Batin (hati)
Belai (usap)
Cela (cacat)
d) Arti Gramatikal
Makna gramatikal ialah makna kata yang diperoleh dari hasil
peristiwa tata bahasa, istilah gramatikal berasal dari kata
“grammar” yang artinya “tata bahasa”. Makna gramatikal
sebagai hasil peristiwa tata bahasa ini sering juga disebut
dengan nosi.
Contoh : PT. PLN Persero menamahkan 35000MW.

e) Arti Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna
dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat
pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan
perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna
asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna
kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan
makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Kolokasi diartikan sebagai semua kemungkinan adanya
beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Sedangkan makna
kolokatif adalah makna yang timbul dari penggunaan beberapa
kata di dalam lingkungan yang sama. Makna kolokatif juga
diartikan sebagai makna yang berkaitan dengan ciri-ciri tertentu
dari sejumlah kata yang bersinonim. Kata-kata ini harus sepadan
dan sesuai tempatnya.
Contoh : Untuk membuat nasi kebuli, ibu membutuhkan
bumbu dapur yang lengkap seperti bawang merah, bawang
putih, kemiri, ketumbar, jahe, daun salam, kayu manis, cengkeh,
kapulaga, jinten, merica, lengkuas, garam, dan gula.
Bawang merah,bawang putih, kemiri, ketumbar, jahe, daun
salam, kayu manis, cengkeh, kapulaga, jinten, merica, lengkuas,
garam, dan gula berkolokasi dengan bumbu masakan
2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna
konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada
sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan,
atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau
pengalaman sejarah. Makna reflektif terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Makna Piktoral
Makna piktoral berkaitan dengan perasaan pendengar
atau pembaca. Jenis makna ini biasanya ditemukan pada
kata-kata yang kurang pantas digunakan, sehingga dianggap
tabu. Untuk menghindari pemakaian kata yang bermakna
piktoral, biasanya digunakan kata-kata lain yang lebih halus.
Contoh :
Kata “bodoh” diperhalus menjadi “kurang pandai”
b. Makna Gereplektif
Makna gereplektif disebut juga sebagai makna
pantangan. Makna gereplektif berhubungan dengan
kepercayaan yang bersifat magis. Bagi masyarakat tertentu,
beberapa kata yang mengandung makna gereplektif pantang
untuk diucapkan, sehingga sebaiknya diganti dengan kata
lain yang bermakna sama.
Contoh :
Kata “koruptor” diganti dengan “tikus kantor”
3. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan
berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat
pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan
salah satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini.
Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara
mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang
digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan
perasaan yang digunakan dalam berbahasa.

Jenis Jenis Makna Afektif

Berdasarkan nilai rasa atau emosi yang ditimbulkan, makna


afektif dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu makna afektif tinggi,
makna afektif ramah, dan makna afektif kasar.

1. Makna Afektif Tinggi

Makna afektif tinggi biasanya terdapat pada kata-kata sastra, bacaan


klasik, atau buku asing. Kata dengan makna afektif tinggi memiliki
kesan lebih elegan dan berkelas

Contoh : Figur = tokoh, Kalbu = hati, Dirgantara = udara

2. Makna Afektif Ramah

Jenis makna afektif yang kedua biasanya muncul pada kata atau
kalimat yang sering dipakai sehari-hari dalam pergaulan dengan
sesama. Kata-kata yang bermakna afektif terkadang bukan merupakan
bahasa Indonesia yang baku. Akan tetapi kata-kata itu tetap
digunakan dalam pergaulan sehari-hari karena dirasa lebih ramah
sehingga menjadikan suasana menjadi lebih akrab dan santai

Contoh : Pusing = repot, Meleset = salah, Cicil = angsur

3. Makna Afektif Kasar

Makna afektif kasar analog dengan makna afektif negatif. Makna


afektif jenis ini biasanya berada pada kata-kata yang kasar. Kata-kata
dengan makna afektif kasar juga biasanya digunakan dalam
percakapan sehari-hari, walaupun tidak sesering makna afektif ramah

Contoh: Mampus = mati, babu = pembantu rumah tangga


5. Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan
penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis
atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).

Anda mungkin juga menyukai