Disusun Oleh :
Fani Oktaviani
3720210054
JAKARTA
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
berhubungan dengan penurunan aliran darah serebral yang disebabkan oleh oklusi
atau stenosis pembuluh darah karena adanya embolisme, trombosis atau hemoragi
yang mengakibatkan ischemia otak (Tucker, S.M, 1997 : 488). CVD merupakan
(Hudak & Gallo, 1996 : 254). CVD merupakan kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Smeltzer, S.C & Bare,
B.G, 2002 : 2131; Baughman, D.C & Hackley, J.C, 2000 : 94). CVD adalah
penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global yang akut dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena yang sebelumnya tanpa peringatan dan
dapat sembuh secara sempurna atau sembuh dengan cacat atau bahkan kematian
akibat gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan karena perdarahan ataupun
1
2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : gejala neurologist akan
neurologik yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi
berat
cadangan oksigen dapat terjadi anoksia, bila otak terkaji anoksia maka
permanen dapat terjadi dalam 3 sampai 10 menit, tiap kondisi yang menyebabkan
yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi infark
otak yang disertai edema otak. Tipe deficit fokal permanen akan tergantung
kepada daerah otak yang mana yang terkena, dalam hal ini tergantung daerah
mana pembuluh darah yang terkena sumbatan atau pecah. Pembuluh darah yang
2
paling sering terkena adalah kedua arteria cerebral internal, kedua arteria
Gambar 1. Suplai Arteri Ke Area-Area Di Otak (Hudak & Gallo, 1997 : 254-255
struktural yang diakibatkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral
atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak, keadaan patologis ini menyebabkan
perdarahan akibat sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh darah atau
kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh
darah dengan pengaruh ischemia atau infark otak yang bersifat sementara maupun
permanent (Doenges, M.E, 2000 : 290). Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan lesi dalam korteks motorik atau jaras kortikospinal, hal ini karena
suplai darah otak yang berkurang akibat trombosis, akibat adanya infark otak
yang disertai dengan edema otak menyebabkan supresi ke arah batang otak
3
sistem kardiovaskuler, mengatur fungsi gastrointestinal, mengatur banyak gerakan
C. Etiologi
(bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain),
pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang
sekitar otak) (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002 : 2131-2132; Baughman, D.C &
Menurut Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2002: 2133) & Iskandar, J (2004 : 9)
1. Faktor resiko yang dapat dikontrol antara lain : hipertensi, diabetes militus,
2. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol : umur (makin tua kejadian stroke
makin tinggi), ras (bangsa afrika, jepang, cina lebih sering terkena stroke),
(orangtua, saudara yang pernah mengalami stroke pada usia muda, maka yang
4
D. Manifestasi Klinik
Menurut Stein, L.J (2001 : 702) manifestasi klinik yang ditemukan pada
fugaks)
E. Pemeriksaan Diagnostik
kadar protein meningkat terjadi pada trombosis dan proses imflamasi otak
5
5. EEG : mengidentifikasi gelombang otak akan adanya lesi otak yang spesifik
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral.
6
F. Pathways
Mk. Kerusakan
Asupan nutrisi komunikasi verbal
Mk. Gangguan Harga diri
7
Gambar 2. Patways Cerebral Vasculer Disease (dikembangkan dari Stein L.H, 2001 :
701; Guyton & Hall, 1997 : 876-878, Doenges, M.E, 2000 : 290)
G. Pengkajian Fokus
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, (2002: 2137) pengkajian pola fungsional pasien
1. Aktivitas /istirahat
sensasi atau paralisis, merasa mudah lelah, susah untuk istirahat, gangguan
tonus otot (flacid, spastis), paralitik dan terjadi kelemahan umum, gangguan
kehilangan kesadaran.
2. Sirkulasi
EKG dan denyut jantung tidak teratur / disritmia, terdengar desiran pada
3. Integritas ego
Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa, emosi yang labil, mudah marah,
4. Eliminasi
5. Makanan / cairan
8
Nafsu makan hilang, mual, muntah selama fase akut akibat peningkatan
tekanan intra cranial, kehilangan sensasi kecap pada lidah, pipi dan
6. Neurosensori
Pusing sebelum serangan, sakit kepala yang bertambah berat dengan adanya
turun seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda /
Status kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragi, biasanya
9
Kehilangan kemampuan untuk mengenali / menghayati masuknya
Ukuran pupil tidaks sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral akibat
adanya perdarahan
7. Nyeri / kenyamanan
karotis yang terkena, tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan
8. Pernafasan
sulit bernafas atau nafas tidak teratur, suara nafas terdengar ronkhi (aspirasi
sekret)
9. Keamanan
tempat tubuh (stroke kanan), kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri,
tidak mampu mengenali warna. Objek, kata, dan wajah, gangguan berespons
10
11. Penyuluhan / pembelajaran
H. Diagnosa Keperawatan
hemoragi, dan vasospasme serebral (Doenges, M.E ,2000 : 293; Hudak &
a. Definisi
1998: 397).
b. Karakteristik
arteri, nyeri saat istirahat, penurunan atau tidak adanya denyut nadi
perubahan suhu kulit (arteri lebih dingin dan vena lebih hangat),
11
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paralisis
M.E, 2000 : 295; Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2137; Tucker,
a. Definisi
b. Karakteristik
bergerak.
M.E,2000 : 298; Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2138; Tucker,
S.M,1997: 492).
12
a. Definisi
b. Karakteristik
a. Definisi
pola, atau interpretasi stimulus yang dating (Carpenito, L.J, 1998 : 365).
rangsangan tersebut.
13
b. Karakteristik
tersebut diatas juga berfikir yang aneh, mood cepat berubah, kurang
(Doenges, M.E,2000 : 301; Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2137; Tucker,
S.M,1997: 490)
a. Definisi
14
b. Karakteristik
a. Definisi
(Carpenito,L.J : 348)
b. Karakteristik
negatif, ekpresi malu dan rasa bersalah, evaluasi diri sebagai tidak dapat
15
umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif terhadap diri,
ringan.
a. Definisi
b. Karakteristik
16
tubuh. Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot
Kelemahan otot dan nyeri tekan, peka rangsang mental dan kekacauan
a. Definisi
b. Karateristik
17
mudah hilangnya konsentrasi, ketidakmampuan mengambil keputusan,
a. Definisi
b. Karakteristik
18
I. Fokus Intervensi
a. Tujuan
b. Intervensi
4). Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi terhadap
cahaya
6). Letakkan kepala pada posisi agak lebih tinggi dalam posisi anatomis
keperawatan
8). Hindari mengejan yang terlalu kuat saat defekasi, pernafasan yang
19
9). Kaji adanya rigiditas nucal, kedutan, kegelisahan yang meningkat
2. Kerusakan mobilitas fisik (Doenges, M.E,2000 : 296; Smeltzer, S.C & Bare,
B.G, 2002: 2139; Tucker, S.M,1997: 489 ; Hudak & Gallo, 1996 : 266)
a. Tujuan
b. Intervensi
yang teratur
20
9). Alasi kursi duduk dengan busa atau balon air
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2138; Tucker, S.M,1997: 492).
a. Tujuan
dengan bahasa lisan, tertulis atau bahasa isyarat, pasien memahami apa
b. Intervensi
21
5). Minta pasien untuk memberikan respon Ya atau
respons
pasien didekatnya
a. Tujuan
b. Intervensi
2). Dekati pasien dari arah daerah pengelihatan yang normal, berikan
pandang pengelihatan
membahayakan
22
5). Kaji kesadaran sensorik (membedakan panas dan dingin)
yang sederhana
5. Kurang perawatan diri Doenges, M.E,2000 : 301; Smeltzer, S.C & Bare,
a. Tujuan
b. Intervensi
0-4)
3). Pertahankan dukungan, sikap yang tegas serta berikan waktu pada
perawatan diri
23
5). Lakukan perawatan kulit setiap 4-5 jsm gunakan losion yang
mengandung minyak
7). Lakukan oral hygiene tiap 4-8 jam, keramas satu kali seminggu
banyak
a. Tujuan
b. Intervensi
ketidakmampuannya
yang lain
24
7). Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk
keberhasilan klien
a. Tujuan
b. Intervensi
kondisi pasien
putih
25
9). Berikan cairan intra vena sesuai indikasi
8. Perubahan proses pikir (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2138 ; Hudak &
a. Tujuan
b. Intervensi
terapi bicara
3). Bicara dengan lambat dan beri waktu pasien untu menjawab
pertanyaan
kalau memungkinkan
a. Tujuan
nafas tidak sesak, tidak ada suara nafas tambahan, frekuensi nafas dalam
batas normal
26
b. Intervensi
2). Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan nafas
jam
27
28