Anda di halaman 1dari 7

NAMA : HANDY UPPA

NIM/KELAS : C30118457/AK.5

MATA KULIAH : AKUNTANSI KEPERILAKUAN

PERTIMBANGAN DAN PENGANMBILAN KEPUTUSAN DALAM AKUNTANSI


KEPERILAKUAN

A. ASPEK-ASPEK PENTING DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1. Teori Perusahaan dan Keperilakuan Manajerial

Teori organisasi modern memandang adanya interaksi antar elemen organisasi untuk
mendukung tujuan organisasi. Secara lebih spesifik, teori organisasi modern
berkonsentrasi pada perilaku pengarahan tujuan perusahaan, motivasi, dan karakteristik
penyelesaian masalah. Tujuan organisasi dipandang sebagai hasil dari proses saling
memengaruhi dalam perusahaan, penentuan batas-batas dalam pengambilan keputusan,
dan peranan dari pengendalian internal yang diciptakan oleh perusahaan.

2. Penganggaran dan Perencanaan

Fokus dari area ini adalah formulasi tujuan organisasi dan interaksi perilaku individu.
Keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan organisasi menjadi rerangka manajerial
mengembangkan organisasi. Dua isu penting dalam bidang penganggaran dan perencanaan
adalah organizational slack dan budgetary slack.

3. Pengambilan Keputusan

Fokus dalam bidang ini adalah teori-teori dan model-model tentang pengambilan
keputusan. Ada teori normatif, paradoks, dan model deskriptif dalam pengambilan
keputusan.

4. Pengendalian

Aspek pengendalian sangat penting dalam organisasi perusahaan. Semakin besar


perusahaan, memerlukan tindakan pengendalian yang semakin intensif. Lingkungan
pengendalian melibatkan banyak aspek keperilakuan di dalamnya. Lingkungan
pengendalian berada pada level dasar dan merupakan prasyarat dari komponen-
komponen lainnya.

5. Pelaporan Keuangan
Aspek keperilakuan dalam pelaporan keuangan meliputi perilaku perataan laba dan
keandalan informasi akuntansi dan relevansi informasi akuntansi bagi investor. Perataan
laba adalah bagian dari manajemen laba yang disebabkan oleh pihak manajemen
mempunyai informasi privat untuk kepentingan dirinya. Manajemen laba intinya adalah
masalah keperilakuan, yaitu perilaku manajemen yang mementingkan dirinya sendiri
dalam suatu pola keagenan.

PERTIMBANGAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM AKUNTANSI


KEPERILAKUAN

A. PERTIMBANGAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan tidak krusial adalah pengambilan keputusan ringan yang tidak
mempunyai kebermaknaan dan akibat besar. Keputusan krusial adalah keputusan yang
mempunyai implikasi luas dan mempunyai spektrum dengan determinasi tinggi. Model
pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan didasarkan
atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan sebagai manusia
rasional, dimana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan pemaksimuman nilai di
dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu. Pengambilan keputusan secara
sistematis dipengaruhi oleh cara penyampaian informasi.

B. ANATOMI SUATU KEPUTUSAN

Suatu keputusan harus dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan. Pertimbangan


untuk masing-masing situasi tentunya tidak sama, sebab setiap situasi memiliki masalah
yang berbeda. Masalah yang berbeda akan mempunyai sejumlah alternatif peluang
penyelesaiannya masing-masing. Terdapat enam langkah dalam proses pengambilan
keputusan secara rasional, yaitu:

1. Menentukan Permasalahan

Penting bagi manajer untuk memahami permasalahan yang akan diselesaikan untuk
menghindari potensi menyelesaikan permasalahan yang salah. Langkah-langkah yang
dilakukan untuk mendefinisikan masalah adalah pertama, menentukan permasalahan yang
muncul dalam mencapai tujuan. Kedua, mendiagnosis permasalahan dengan memahami
gejala-gejalanya.

2. Mengidentifikasi Kriterianya

Melalui identifikasi kriteria ini kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dipenuhi
terkait dengan keputusan yang akan dibuat.
3. Mengukur Kinerja

Kriteria yang telah diidentifikasi masing-masing harus ditentukan bobotnya untuk


mengetahui seberapa penting suatu kriteria bagi keputusan yang akan dibuat.

4. Menciptakan Alternatif

Alternatif solusi atas masalah yang akan diselesaikan dibuat bersama-sama dalam tim
sebagai tambahan rencana penyelesaian masalah.

5. Mengukur Nilai Alternatif dari Setiap Kriteria

Penilaian alternatif solusi dilakukan dengan seberapa besar solusi dapat memenuhi setiap
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Menghitung Keputusan yang Terbaik

Setelah kelima tahap dilakukan, pembuatan keputusan dapat dilakukan dengan


membandingkan nilai akhir dari setiap alternatif solusi yang telah dibuat. Alternatif yang
memiliki hasil yang optimal yang akan dipilih.

Setiap dari kita pasti pernah dihadapi dengan sebuah masalah dan harus mengambil
keputusan untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Sayangnya, keputusan yang
diambil seringkali menimbulkan masalah - masalah baru, ketimbang menyelesaikan
masalah yang ada. Sehingga, tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu fase menantang dan
tersulit dalam hidup kita bisa jadi adalah ketika mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah. Entah itu masalah pribadi, di sekolah, pekerjaan, atau juga rumah
tangga,

Kita mungkin sering tidak sadar bahwa kita selalu dihadapkan dalam suatu kondisi
yang menuntut kita memutuskan sesuatu. Misalnya: Bagi Anda yang baru lulus SMA,
jurusan dan kampus apa yang ingin Anda perjuangkan untuk pendidikan Anda berikutnya?
Atau bagi Anda yang saat ini sebagai profesional dan memerlukan seorang karyawan,
bagaimana Anda menyeleksi lamaran yang masuk dan mendapatkan orang yang sesuai
dengan apa yang Anda harapkan? Atau jika Anda saat ini sedang sakit dan butuh konsultasi
ke dokter, siapa dokter yang Anda pilih untuk mendiagnosa penyakit Anda? Walaupun kita
sudah sering dan 'berpengalaman' dalam mengambil banyak keputusan dalam hidup,
sudahkah kita memiliki skill untuk mengambil keputusan yang baik? Mengapa skill ini
penting untuk dipelajari? Bukannya kita sudah sering ya mengambil keputusan secara
'otomatis'?
Skill ini menjadi penting karena keputusan atau solusi yang tidak tepat dalam
menyelesaikan suatu masalah, akan dapat menimbulkan masalah baru. Misalnya, ketika
Anda memutuskan untuk pergi ke klinik secara acak saat kita demam tanpa pertimbangan
yang jelas mengapa memilih klinik tersebut. Karena Anda tidak punya pertimbangan
khusus dalam mengambil keputusan, ternyata dokter di klinik itu merupakan dokter yang
minim pengalaman dan baru saja lulus tanpa Anda tahu.

Dokter mendiagnosa bahwa Anda sakit lambung dan diberikan antibiotik diminum.
Seminggu setelahnya, yang ada kondisi semakin parah dan Anda memutuskan untuk
berobat ke rumah sakit yang lebih baik. Di RS tersebut dokter mengatakan bahwa lambung
Anda sebenarnya baik - baik saja, Anda tidak perlu antibiotik, dan akhirnya Anda bisa
sembuh dengan cara yang lebih efektif. Anda bisa saja marah dan menuntut dokter
pertama yang membuat sakit Anda tambah parah. Namun, di sini ada yang bisa disalahkan
sebagai pengambil keputusan: diri Anda sendiri.

So, pertanyaannya: bagaimana menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan


yang lebih baik? Di Teknik Industri, saya belajar tentang hal ini sejak tahun 2009, dengan
konteks bagaimana memecahkan masalah - masalah yang ada di industri. Masalah ini
umumnya berkisar tentang: bagaimana perusahaan meningkatkan profit, bagaimana
menurunkan biaya, bagaimana mengalokasikan sumber daya paling optimal, bagaimana
membuat karyawan semakin produktif tapi juga happy, bagaimana membuat produk Anda
laku, dan lain sebagainya.

Sepanjang 1 dekade terakhir, saya juga punya beberapa pengalaman membantu BUMN,
perusahaan, bahkan pemerintah untuk mengambil keputusan yang sulit karena
masalahnya kompleks. Lalu, apa pelajaran penting yang saya dapatkan dalam pengambilan
keputusan? Saya belajar bahwa ada 2 pendekatan dasar tentang bagaimana seseorang
mengambil keputusan, yaitu pendekatan 1 dan pendekatan 2.

Mengenal 2 Pendekatan dalam Mengambil Keputusan

Sebelum membahas lebih jauh 2 pendekatan ini, saya ingin memberikan sebuah
studi kasus untuk Anda tentang sebuah masalah yang perlu Anda pecahkan. Ada seseorang
yang sedang sangat membutuhkan uang dan dia mengikuti sebuah quiz. Di quiz tersebut,
dia tiba di pertanyaan terakhir. Jika benar menjawabnya, dia memboyong satu juta rupiah,
jika salah, dia tidak mendapatkan apa-apa. Pertanyaannya sangat mudah: Dari dua gambar
di bawah ini, manakah yang lebih panjang?
Mayoritas orang (termasuk mahasiswa saya), akan menjawab dalam kurang dari 5
detik bahwa yang lebih panjang adalah yang sebelah kiri. Jika Anda jadi orang yang ikut
quiz itu, maka selamat: hadiah Anda hangus. Stanovich dan West (2000) menjelaskan
bahwa orang yang mayoritas 'salah' dalam mengambil keputusan ini
menggunakan pendekatan 1. Pendekatan 1 adalah pengambilan keputusan yang
cenderung cepat, otomatis, minim usaha, berbasis pada intuisi, dan seringkali bersifat
emosional (bersifat rasanya.... atau kayanya....). Sementara itu, ada mahasiswa saya yang
menjawab benar: keduanya memiliki panjang yang sama. Bagaimana cara tahunya? Dia
mengambil kertas kosong, menjiplak gambar di sebelah kanan, lalu dia putar menjadi
vertikal dan dicocokkan dengan gambar sebelah kiri. Keputusan dia disertai dengan basis
keputusan yang jelas. Pendekatan yang dilakukan mahasiswa saya itu disebut
dengan pendekatan 2, yang oleh Kahneman (2003) disebut sebagai rational decision
making. Pendekatan 2 ini memang sedikit lebih lambat, butuh usaha lebih, memerlukan
kesadaran untuk membangun argumentasi, dan berbasis pada logika/fakta/data. Namun,
hasil keputusannya jauh lebih baik dalam menyelesaikan masalah yang kompleks. Apakah
di sini artinya pendekatan 1 lebih jelek dari pendekatan 2? Tidak juga. Pendekatan 1 bisa
sangat efektif dan efisien pada suatu keputusan yang sudah bersifat sebagai habit atau
Anda sudah biasa melakukannya berulang - ulang (misalnya menentukan kapan waktu
Anda harus belajar, memilih rute ketika menyetir, berkomunikasi dan sosialisasi,
membersihkan rumah, dst). Pendekatan 1 ini juga penting dilatih jika Anda harus
mengambil keputusan secara cepat dan tidak memiliki waktu berpikir panjang.

Sementara pendekatan 2 lebih cocok digunakan untuk pengambilan keputusan dari


masalah yang kompleks, penting, dan dampak dari keputusan yang diambil bisa jadi amat
sangat besar. Sehingga pendekatan ini memang tergantung dari jenis masalahnya.
Kekacauan sering terjadi saat kita 'menggampangkan masalah komples' dan merasa bahwa
pendekatan 1 cukup menyelesaikannya, sehingga yang ada malah kita punya masalah -
masalah baru. Mengapa masih banyak orang menggunakan pendekatan 1? Bisa jadi karena
kita tidak tahu bagaimana cara melakukan pendekatan 2 dengan baik. Tulisan kali ini
bertujuan untuk memperkenalkan anatomi dari pengambilan keputusan pendekatan 2,
yang juga disebut sebagai rational decision-making, sehingga membuat keputusan serta
penilaian kita terhadap masalah menjadi lebih baik. Harapan saya, tulisan ini dapat
membekali Anda dengan practical skill tambahan dalam mengambil keputusan, selain
bertumpu selalu pada pendekatan 1 dalam mengambil keputusan.

Mengenal Anatomi Rational Decision Making (Pendekatan 2)

Dalam pengalaman saya dari belajar secara teori (Bazerman and Moore, 2012) dan
juga membantu perusahaan/pemerintah, maka "rule of thumb" secara umum yang
digunakan dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah ada 7, yang saya
sebut sebagai Rational decision making anatomy, sebagai berikut:

1. Mendefinisikan Masalah

Mampu mendefinisikan masalah yang tepat berarti sudah separuh jalan


menyelesaikan masalah tersebut. Kemampuan mendefinisikan masalah, berarti memahami
betul apa masalah yang sedang dialami dan apa yang ingin dipecahkan. Salah dalam
mendefinisikan masalah, akan membawa kita pada solusi yang juga salah, dan jadi bikin
tambah masalah (waduh...). Untuk mendefinisikan masalah, kita perlu tahu apa itu yang
dimaksud 'masalah' (problem). Apa sih problem itu? Menurut kamus Oxford, problem is a
matter or situation regarded as unwelcome or harmful and needing to be dealt with and
overcome. Intinya begini: Masalah itu ada jika kita ada di situasi saat ini (current-state)
yang berbeda (gap) dari kondisi yang diinginkan (desirable-state). Jadi kita punya masalah,
jika ada undesirable gap dalam hidup kita, di situlah ada masalah. Jika kita sudah paham
apa itu masalah, maka kita perlu belajar bagaimana mendefinisikan masalah sehingga
(setidaknya) kita tahu masalah kita sendiri. Bagaimana caranya? Yaitu dengan belajar
membuat problem statement yang baik.
C . BOUNDED RATIONALITY

Pendekatan proses pengambilan keputusan secara rasional sangat sulit dilakukan


karena pada kenyataannya manajer dalam dunia nyata dituntut untuk melakukan
pengambilan keputusan yang cepat, sehingga dalam pengambilan keputusan manajer akan
terbatasi oleh waktu, faktor internal dan eksternal serta sifat alamiah suatu permasalahan
yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya suatu analisa menyeluruh terhadap
permasalahan tersebut. Hal ini menjadikan pengambilan keputusan secara rasional
menjadi terbatasi (bounded rationality perspective). Pengambilan keputusan menggunakan
pendekatan ini umumnya lebih menekankan pada aspek intuisi, pengalaman dan penilaian
(judgement) dibandingkan dengan langkah-langkah logis. Intuisi tidak selalu bersifat
irasional, karena intuisi didasarkan atas pengalaman bertahun-tahun dari seorang manajer
terhadap pekerjaannya yang telah tersimpan di alam bawah sadarnya. Intuisi akan
menghasilkan keberanian serta firasat mengenai alternatif keputusan mana yang
diperkirakan dapat memecahkan permasalahan, sehingga intuisi akan mempersingkat
waktu dalam pengambilan keputusan.

SUMBER RMK :

https://www.academia.edu/30533029/PENGANTAR_AKUNTANSI_KEPERILAKUAN

https://id.linkedin.com/pulse/2-tipe-dasar-dalam-pengambilan-keputusan-manakah-
anda-destyanto

Anda mungkin juga menyukai