Disusun Oleh
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas tutorial ini.
Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada tutorial ini dapat
senantiasa dilakukan oleh mahasiswa. Upaya ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan
penguasaan materi oleh mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
2
1.14 Hubungan Diabetes Melitus dan Candidiasis..............................................................41
1.15 Definisi dan Klasifikasi Lesi............................................................................................. 41
1.15.1 Definisi.......................................................................................................................... 41
1.15.2 Klasifikasi Lesi........................................................................................................... 42
1.16 Kondisi Lapisan Rongga Mulut Normal.......................................................................51
1.17 Pemeriksaan Histopatologi................................................................................................ 54
1.17.1 Biopsi............................................................................................................................. 54
1.17.2 Sitologi.......................................................................................................................... 64
1.18 Eritema Akibat Scraping.................................................................................................... 71
1.19 Obat Anti Fungal.................................................................................................................. 71
1.19.1 Obat Antifungal Polyene........................................................................................ 72
1.19.2 Obat Antifungal Imidazole dan Triazole..........................................................76
1.20 Penulisan Resep.................................................................................................................... 84
PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 85
SIMPULAN................................................................................................................................................ 90
Daftar Pustaka........................................................................................................................................ 91
3
STUDI KASUS
1.1 Kasus
Tutorial 1 Part 1
Tutorial 1 Part 2
Hasil pemeriksaan klinis ekstra oral dan intra oral (EO dan IO),
pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan darah menunjukkan:
4
Tutorial 2
Tutorial 3
1.2 Terminologi
- Scraping
- Hifa
- Post prandial
- Eritema
1.4 Hipotesis
Infeksi jamur pada mukosa mulut
1.5 Mekanisme
Diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu dan tidak pernah periksa gula darah sejak
6 bulan yang lalu
Permukaan lidah dan pipi terdapat selaput putih menggumpal, terasa panas dan
sakit
5
Hasil pemeriksaan:
6
- Bagaimana cara pemeriksaan histopatologi?
- Apa saja obat antifungal, klasifikasi dan farmakologinya?
- Mengapa drug of choice adalah Nistatin oral suspense?
- Bagaimana farmakologi dari Nistatin?
7
TINJAUAN PUSTAKA
1.9.1 Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler (bersel satu) dan prokariot
(tidak mempunyai inti sel yang nyata, dinding sel kompleks dengan peptidoglikan,
tidak mempunyai reticulum endoplasma dan mitokondria, serta memiliki
mesosom). Bakteri ada yang berbentuk kokus, basil, dan spiral. Berdasarkan
pewarnaan Gram, bakteri dibagi menjadi Gram (+) yang memiliki peptidoglikan
tebal dan Gram (-) yang memiliki peptidoglikan tipis. Contoh bakteri penyebab
infeksi rongga mulut adalah Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan
Trychomonas tenax.
1.9.2 Virus
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat bereproduksi pada sel
yang hidup. Virus merupakan salah satu bentuk mikroorganisme terkecil
(ukurannya ± 1/10 bakteri). Virus tidak memiliki membrane semipermeable.
Bentuk virus bermacam-macam yaitu kubus, heliks, dan kompleks. Berdasarkan
genomnya, virus dibagi menjadi virus DNA dan RNA. Contoh virus yang
menyebabkan infeksi pada rongga mulut adalah HIV dan virus herpes.
1.9.3 Jamur
Fungi atau jamur merupakan kelompok organisme eukariot, kebanyakan
multiseluler namun ada yang uniseluler dengan ciri khas yaitu talusnya berupa
benang-benang hifa yang membentuk miselium dan memperoleh makanan dengan
cara menyerap zat organik secara langsung (bersifat heterotrof).
Jamur tersebar luas di alam, kebanyakan hidup bebas di darat dan di air.
Bersama dengan bakteri dan protista, jamur saprofit berperan sebagai organisme
8
pembusuk dan pengurai materi organik. Beberapa jenis merupakan parasit yang
dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Ada pula yang hidup bersama (bersimbiosis) dengan organisme lain.
Banyak jenis jamur yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan secara langsung
atau untuk memproses bahan makanan dan digunakan dalam industri dan
laboratorium. Saat ini ditemukan tidak kurang dari 100.000 jenis jamur. Ilmu yang
mempelajari jamur disebut mikologi.
9
ke ruang yang lain melalui pori-pori pada septa. Sel-sel dalam hifa dapat
mengandung satu atau lebih inti sel. Berdasarkan morfologinya hifa dibedakan
menjadi tiga macam:
1. Hifa asepta atau senosit, yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat dari dinding sel.
2. Hifa bersekat (bersepta) dengan sel berinti tunggal (uninukleat). Setiap ruang
yang dibatasi septa sering dikatakan sebagai sel.
3. Hifa bersepta dengan sel-sel multinukleat.
Selain jamur yang berasal dari hifa, ada pula jamur yang berasal dari ragi
(yeast). Jamur ini uniseluler dan hanya mampu bereproduksi secara aseksual.
Bagian jamur yang tampak sehari-hari adalah tubuh buah atau sporofor yang
bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan ketahanan hidupnya. Pada beberapa
jenis jamur tubuh buah berukuran sangat kecil yang hanya dapat diamati dengan
mikroskop, misalnya sel-sel khamir lebarnya berkisar antara 1 – 5 mikrometer
dengan panjang 5 – 30 mikrometer atau lebih.
Biasanya berbentuk bulat seperti bola atau bulat memanjang dan tidak
mempunyai alat gerak. Jenis jamur yang lain tubuh buahnya dapat mencapai
diameter 20 – 25 cm dan panjang 25 – 30 cm. Jamur terbesar yang pernah
ditemukan diameternya mencapai 150 cm. Beberapa jamur dapat berubah bentuk
(menjadi mold atau yeast) saat pertumbuhannya sesuai dengan kondisi
lingkungan. Sifat ini disebut dimorfisme, contohnya jamur Histoplasma
capsulatum (dapat menyebabkan tuberculosis pada manusia) tumbuh normal di
tanah membentuk miselium, tetapi jika berada di dalam tubuh manusia akan
berbentuk uniseluler akibat peningkatan suhu dan tersedia cukup makanan.
10
Jamur belum mempunyai akar, batang, dan daun sehingga keseluruhannya
disebut talus. Talus jamur ada yang membentuk struktur menyerupai akar, batang,
dan daun tumbuhan. Jamur mempunyai dinding yang tersusun atas zat kitin dan β-
glukan.
Jamur tidak mempunyai klorofil sehingga hidupnya bersifat heterotrof
yaitu memperoleh makanan secara parasit, saprofit, maupun bersimbiosis dengan
organisme lain. Jamur memperoleh makanan dengan menyerap karbohidrat
terlarut secara langsung seperti glukosa, sukrosa, dan fruktosa. Jika yang tersedia
adalah polisakarida tak larut seperti selulosa, pati, hemiselulosa, dan lignin, maka
jamur mengeluarkan enzim untuk mencerna secara ekstraseluler dan menyerap
hasilnya. Selain membutuhkan zat organik yang diperoleh dari makhluk hidup
lain, jamur juga memerlukan beberapa zat anorganik dalam metabolismenya.
Jamur menyukai tempat-tempat yang lembab, kaya bahan organik, dan pH-
nya agak asam. Kebanyakan jamur bersifat mesofilik yaitu tumbuh optimum pada
suhu 20° – 30°C. Namun ditemukan juga jenis jamur termofilik yang mampu
tumbuh pada suhu di atas 50°C. Pada suhu 0°C atau kurang beberapa jamur
psikrofilik dapat hidup dan disebut jamur salju. Jamur inilah yang sering merusak
bahan makanan yang didinginkan.
11
Ciri- ciri :
1. Bersifat multiseluler
2. hifanya tidak bersekat / septa/ hifa senositik dan bercabang
3. tubuh tersusun atas miselinium yang bercabang banyak.
4. sekat hanya ditemukan di tempat sel reproduksi terbentuk
5. habitatnya ditempat lembab. sebagian besar hidup didarat
6. membentuk spora istirahat berdinding tebal(zigospora)
Reproduksi:
1. Reproduksi aseksual dengan membentuk spora vegetatif. Sporangium yang
masak pecah menjadi miselium baru.
2. Reproduksi seksual dengan cara memebntuk spora khusus (zigosspora). dengan
konjugasi
b. Ascomycota
12
Ciri-ciri :
1. Sebagian besar multiseluler
2. hifa bersekat
3. memiliki tubuh buah(askokarp) yang bentuknya beragam. didalamnya ada
kantong spora (askus) yg merupakan alat reproduksi seksual
4. setiap askus menghasilkan spora seksual yg disebut askospora
5. cara hidupnya ada yang saprofit , juga parasit. banyak di daun/ bunga/buah
Reproduksi :
1. Secara aseksual ascomycota uniseluler membentuk tunas. Sedangkan
multiseluler dng fragmentasi
2. Reproduksi seksual dengan membentuk askospora didalam askus. askospora
yang jatuh kemudian berkecambah membentuk haploid baru
c. Basidiomycota
13
Ciri- ciri:
1. makroskopis dan multiseluler
2. hifa bersekat
3. mempunyai badan buah yg disebut basidiokarp, tempat pembuatan basidium
4. cara hidupnya kebanyakan secara saprofit ditumbahan mati. ada yang parasit di
tubuh mahluk hidup
5. miselium vegetatif terdapat dalam substrat untuk menyerap makanan
Reproduksi :
1. aseksual dengan cara pembentukan spora konidia.
2. seksual dengan cara perkawinan yang menghasilkan basidiospora. apabila
jatuh dilingkungan yang cocok akan membentuk kecambah menjadi hifa
bersekat dengan satu inti haploid
d. Deuteromycota
14
Ciri- ciri :
1. hifa bersekat dan dinding sel dari kitin
2. jarang memebntuk tubuh buah dan berukuran mikroskopis
3. Hidup sebagai saprofit/parasit
4. belum idiketahui reproduksi seksualnya
Reproduksi :
1. Reproduksi aseksual dengan cara membentuk spora aseksual yang disebut
konidia
2. Reproduksi seksual belum diketahui
15
1.10.2 Berdasarkan infeksi
Mikosis superfisial
Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh hanya pada
permukaan kulit dan rambut, yaitu infeksi hanya terbatas pada lapisan terluar
kulit, kuku dan rambut. Ini adalah yang paling merusak dari semua infeksi jamur,
karena mereka gagal untuk menembus tubuh dari penderita dan hanya
mempengaruhi sel-sel di permukaan.
Mikosis subkutan
Ini adalah infeksi yang mempengaruhi dermis dan jaringan bawah kulit
lainnya dari penderita. Infeksi ini umumnya terjadi ketika patogen menembus
dermis selama atau setelah trauma kulit. Lesi kemudian menyebar secara lokal
tanpa penetrasi lebih dalam. Namun, beberapa jamur dapat menyebabkan mikosis
dalam, terutama pada pasien dengan kelainan yang mendasari parah. Sebuah
contoh umum adalah mikosis subkutan Sporotrichosis, disebabkan oleh
Sporothrix schenckii. Chromomycosis, phaeohyphomycosis,
chromoblastomycosis, lobomycosis, rhinosporidiosis dan mycetomas merupakan
contoh lain dari mikosis subkutan.
16
Mikosis kutan
Mycoses Cutaneous adalah infeksi yang memperpanjang lebih dalam
lapisan epidermis serta rambut invasif dan penyakit kuku. Jamur yang
bertanggung jawab untuk menyebabkan infeksi ini dikenal sebagai dermatofit.
Infeksi ini dapat menyebabkan banyak rasa sakit dan ketidaknyamanan sebagai
organisme ini menembus jauh ke dalam kulit. Kurap atau tinea, adalah contoh
umum dari mikosis kulit. Beberapa contoh lain dari mikosis kulit yang
menyebabkan jamur termasuk Microsporum, Epidermophyton dan trikofiton.
Mikosis sistemik
Mikosis sistemik diyakini yang paling berbahaya dari semua infeksi jamur.
Hal ini terutama karena mereka menyerang organ internal dengan langsung masuk
melalui paru-paru, saluran pencernaan atau infus. Ini dapat disebabkan oleh dua
kelompok jamur, jamur patogen primer atau jamur oportunistik. Contoh penyakit
jamur milik kelompok pertama meliputi blastomycosis, histoplasmosis,
paracoccidioidomycosis dan coccidiomycosis. Jamur oportunistik umumnya
mempengaruhi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau dengan
beberapa cacat metabolisme yang serius. Penyakit yang termasuk dalam kategori
ini adalah kriptokokosis, kandidiasis, dan aspergillosis.
Mikosis oportunistik
Mikosis oportunistik adalah infeksi yang berhubungan dengan jamur yang
memiliki virulensi yang rendah yang berarti bahwa pathogen ini terdiri dari jamur
dalam jumlah yang tidak terbatas. Organisme ini lazim ada pada semua
lingkungan. Memiliki kecenderungan ke arah “penyakit” karena resistensi
direndahkan bila hospes memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Pada
kenyataannya bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, tidak ada
jamur yang tidak pathogen. Jamur yang paling sering diisolasi dari pasien yang
mengalami penurunan daya tahan tubuh adalah bersifat saprofitik (misalnya dari
lingkungan) atau endogen (komensal). Spesies yang paling lazim adalah spesies
Candida, Aspergillus, dan zygomycetes. Pasien dengan imunodefisiensi yang
primer rentan terhadap infeksi jamur khususnya bila “cel-mediated immunity”nya
lemah. Sebagai tambahan, beberapa jenis imunodefisiensi sekunder juga
berhubungan dengan meningkatnya frekuensi infeksi jamur
17
1.11 Candida
1.11.1 Pengertian
Candida merupakan jamur (spesies ragi) yang merupakan penyebab dari
penyakit candidiasis. Candida merupakan flora normal yang ada di oral cavity,
female genital tract, kulit, mucous membranes, dan gastrointestinal tract. Candida
akan berkoloni pada permukaan mukosa semua manusia, dan beresiko infeksi
endogen. Candidiasis merupakan systemic mycosis yang melibatkan banyak
jamur. Namun, jamur yang banyak terlibat dalam penyakit candidiasis ini adalah
C albicans, C parapsilosis, C glabrata, C tropicalis, C guilliermandii, dan C
dubiniensi
1. Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat atauoval
dengan variasi ukuran lebar 2-8 µm dan panjang 3-4 µm, diameter 1,5-5
µm. Sel-sel tersebut dapat membentuk blastospora.
2. Pseudohypha, karena blastospora tidak lepas dan terus membentuk tunas
baru.
3. Chlamydospora, dinding sel bulat dengan diameter 8-12 µm
.Chlamydospora terbentuk jika Candida albicans di kultur pada medium
kurang nutrien seperti Corn meal agar.
18
Ada beberapa kriteria untuk mengidentifikasi spesies Candida, yaitu :
Struktur fisik Candida albicans terdiri dari dinding sel, membran sel,
sitoplasma dan nukleus. Membran sel Candida albicans terdiri dari fosfolipid
ganda (lipid bilayer), lapisan terluar kaya akan phosphatidyl, choline, ergosterol
dan sphingolipids. Sphingolipids mengandung komponen negatif paling besar
pada membran plasma dan memegang peranan penting sebagai target antimikotik.
19
1.1.1 Patogenesis
Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saprofit dan infeksi
baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktorfaktor yang
dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan
oleh :
20
tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam
jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut
merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan
sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase
dan fosfolipase.
21
pada Saubaroud dextrose agar plus chloramphenicol. Setelah diidentifikasi
dilakukan isolasi dan karakterisasi spesies Candida dengan cara uji germ tube,
kemudian inokulasi pada cormeal agar untuk membedakan gambaran sifat
masing -masing spesies.
1.12.1 Klasifikasi
Oral candidiasis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni
candidiasis primer dan candidiasis sekunder. Disebut primer jika infeksi hanya
meliputi jaringan oral dan peri oral. Namun jika telah bermanifestasi sebagai
infeksi sistemik, maka dikelompokkan sebagai sekunder. Sedangkan yang
dikelompokkan sebagai candida associated lesion merupakan lesi yang sering kali
disebabkan oleh candida, namun sebenarnya etiologinya multifaktorial yang dapat
disertai atau tidak disertai infeksi candid
22
Pada anak-anak dapat dibuang lebuh mudah, sedangkan pada orang dewasa
dapat meninggalkan bekas infamasi, eritema, dan bagian yang sakit.
Semua bagian mukosa dapat terkena, biasanya eritema atau lesi putih
berkembang pada pengguna gigi tiruan lengkap atau sebagian atau di bagian
dimana cleansing mechanism yang jelek
Gejala lainnya dapat menyebabkan rasa tidak enak/ hilangnya rasa, rasa
terbakar pada mulut dan tenggorokan
Jamur yang menyebabkan trush adalah candidiasis dalam bentuk ragi dan
hifa dalam rongga mulut. Organisme tumbuh dengan mengikat sel-sel ragi untuk
membentuk tuba germinal dan elemen-elemen hifa, sehingga akan membentuk
pseudohifa. Pseudohifa ini akan menyebabkan terlihat seperti smears dan dapat
diambil dengan mudah.
Faktor predisposisi dari candidiasis ini adalah:
1. Adanya perubahan pada flora microbial rongga mulut (karena
antibiotic(broad-spectrum antibiotics), penggunaaan obat kumur antibacterial
secara berlebih, atau karena xerostomia.
2. Iritasi kronik local (gigi tiruan/ alat orthodontic)
3. Penggunaan corticosteroid (inhalant dan topical agent)
4. OH rendah
5. Pregnancy
6. Defisiensi Imunologis congenital/ childhood (chronic familial
mucocutaneous candidiasis, endocrine candidiasis syndrome), pada dewasa
(diabetes, HIV, leukemia), iatrogenic (chemotherapy cancer, transplantasi
sumsum tulang, head and nec radiation)
7. Malabsorbsi dan malnutrisi
Lesi pada trush berada di lapisan superficial dengan reaksi inflamasi,
dengan hiperparakeratosis( pembentukan keratin pada stratum superficial) dan
ulserasi pada permukaannya. Ulcer ini tertutup oleh eksudat fibrinoid, yang
didalamnya ditemukan yeast dan pseudohifa. Jamur ini tidak berpenetrasi ke
23
lapisan di bawahnya. Debris ini sehingga disebut pseudo membrane yang dapat
menempel pada mukosa mulut.
Adanya bercak merah yang atrofi/ adanya eritema dan menyebabkan sakit
pada mukosa. Permukaan mukosa merah dan kasar
Paling sering di lidah
Biasanya jarang terlihat adanya lesi putih pseudomembran.
Terjadi pada pasien yang melakukan terapi dengan broad-spectrum
antibiotics
Menyebabkan mulut terasa terbakar, bad taste, dan sakit tenggorokan saat
terapi berlangsung
Biasanya juga terjadu dengan pasien kekurangan zat besi.
Adanya ketidak-seimbangan lactobacillus acidophilus dan candida
albicans. Antibiotic menurunkan populasi lactobacillus, dan candida tumbuh
subur.
Infeksi menyebabkan daerah2 permukaan mukosa mengelupas dan tampak
sebagai bercak-bercak merah difus yang tidak timbul
24
Secara klinis berupa lesi kronik, berbatas tidak jelas, tidak dapat diangkat
dengan berbagai macam bentuk, dapat berupa area putih, kecil, translusen, lunak
hingga area besar, opaque, keras. Dapat berupa area homogenus atau speckled.
Terdapat korelasi moderate-severe dysplasia plak jesnis kronis dan kandidiasis
nodular yang mengarah kepada transformasi keganasan. Umumnya terdapat pada
mukosa bukal, terlebih pada bagian dalam komisura. Jarang terdapat pada lidah.
Tipe ini paling banyak terjadi pada pemakaian gigi tiruan di palatal, jarang terjadi
di mandibula. Gambaran klinis berupa eritema kronik dan edema pada mukosa
dibawah permukaan gigi tiruan. Namun hal ini jarang terjadi pada gigi tiruan
rahang bawah. Keadaan ini biasanya asimptomatik, namun pasien dapat
mengeluhkan sensasi terbakar atau gatal. Pada 15-65% kasus berhubungan erat
dgn angular cheilitis.
Tipe II: eritema difus meliputi sebagian atau seluruh area mukosa dibawah
gigi tiruan
25
Tipe III: granular mukosa (nodularity) meliputi bagian tengah palatum
durum dan alveolar ridge
e. Angular cheilitis
Tipe ini bersifat kronik, disertai rasa sakit atau tidak nyaman terutama saat
membuka mulut. Terletak di komisura mulut dikelilingi eritema. Secara klinis
tampak fisur atau ulser kemerahan. Dapat disertai krusta atau nodul granuloma
kecoklatan. Angular cheilitis bercirikan rasa perih, eritema, dan fisur pada sudut
mulut yang seringkali dihubungkan dengan pasien denture stomatitis 30% dan
10% pengguna gigi tiruan tanpa denture stomatitis. Baik yeast maupun bakteri
(khususnya Staphylococcus aureus) berperan sebagai faktor predisposisi. Angular
stomatitis dapat menjadi gejala awal anemia atau defisiensi vitamin, khususnya
B12, gigi tiruan dengan vertikal dimensi oklusi yang tidak tepat dan atopy.
26
f. Median rhomboid glossitis (MRG)
Secara klinis berupa lesi erythematous pada midline dorsum lidah, sebelah
anterior sulkus terminalis/papila circum vallatae, berbentuk area rhomboid.
Tampak area kemerahan atau merah atau putih. Terkadang dapat hiperplastik atau
berlobus-lobus. Hubungan candida sebagai etiologi MRG masih kontroversial,
karena kondisi ini berhungan dengan infeksi bebagai macam bakteri dan atau
fungal, sering terjadi pada perokok dan pengguna gigi tiruan.
27
jumlah plak dan biasanya tidak ada ulser atau terbentuknya pocket gingiva.
Perdarahan spontan atau rasa tidak nyaman dapat menyertai atau tidak menyertai
LGE.
Lebih dari 90% dari sindrom defisiensi imun aquired (AIDS) pasien
mengalami oral candidiasis selama perjalanan infeksi HIV, dan infeksi dianggap
sebagai pertanda perkembangan AIDS . Jenis yang paling umum dari kandidiasis
oral dalam hubungannya dengan HIV kandidiasis pseudomembran , erythematous
kandidiasis, angular cheilitis, dan kandidiasis hiperplastik kronis. Sebagai akibat
dari terapi antiretroviral (ART), prevalensi kandidiasis oral telah berkurang secara
substansial. Selain HIV immunocompromised associated candidiasis juga dapat
berhubungan dengan kanker atau keganasan hematologis. IgA pd saliva dpt
menghalangi perlekatan kandida ke mukosa bukal. Pada pasien dengan
kompromis imun, terjadi penurunan jumlah IgA saliva sehingga konsentrasi
kandida meningkat secara signifikan.
28
i. Chronic Multifocal Candidiasis
29
mucocutaneous candidiasis (CMC) lesi di mukosa & kulit, granuloma
terlokalisir, serta plak putih pd membran mukosa. Terdapat 2 kategori:
Syndrome-associated CMC
Localized and diffused CMC
30
b. Systemic Candidiasis
Kandidiasis sistemik (kandidemia) dapat disebabkan saat pemasangan
kateter, bedah, penyalahgunaan obat intravena. Keadaan ini sering sering
berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau agen immunosupresif
lainnya, berhubungan pula dengan penyakit darah seperti lhympoma dan
leukemia. Jika pasien memiliki pertahanan tubuh normal, maka yeast (ragi) akan
dieliminas, tetapi jika pasien dalam keadaan compromised innate phagocytic,
maka dapat menimbulkan banyak lesi di kulit, mata, jantung, dan otak.
31
1.12.3 Imunitas
Respon imun diperantarai oleh sel CD4 yang mengendalikan
mucocutaneous candidiasis sedangkan neutrofil mengendalikan pertahanan
terhadap systemic candidiasis.
32
seperti HIV/AIDS, pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima
kemoterapi sereta akibat penyakit sistemis. Diagnosa dapat ditentukan dengan
pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara langsung
dari kerokan jaringan.
isi plak : organisma jamur, debris keratotik, sel radang, epitel
deskumasi, bakteri dan fibrin
usap --> area eritem, tererosi, ulserasi
lokasi utama : mukosa bukal, lipatan mukobukal, orofaring, lateral
lidah
tak terusap : simtomatik minimal, bila terusap : tenderness, terbakar,
disfagia Kandidiasis akut atropik
dorsum lidah : bercak depapilasi/ dekeratinisasi
33
rongga mulut, sehingga dapat berploriferasi sebagai respon jaringan host.
Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan lidah.
c. Hairy Leukoplakia
Hairy leukoplakia (HL), disebut juga oral hairy leukoplakia (OHL) adalah
suatu lesimukosa mulut yang berwarna putih dan berbentuk berkerut atau seperti
rambut. Lesi hampirhanya ditemukan pada tepi lateral dari lidah, tetapi juga dapat
meluas sampai ke dorsal danventral lidah, dan juga pernah ditemukan pada
mukosa bukal dan palatum walaupun sangat jarang.
Hairy leukoplakia adalah infeksi opportunistik dari virus Epstein-Barr
(EBV) pada selepitel. HL sering ditemukan pada pasien yang
immunocompromised , terutama pada pasiendengan infeksi human
immonodeficiency virus/ autoimmune deficiency syndrome (HIV/AIDS),dan juga
dapat ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi obat immunosupresi oleh
karenatransplantasi organ atau penyakit sistemik. Sangat jarang ditemukan pada
pasien sehat atau tanpakondisi-kondisi diatas.
Lesi awal mempunyai bentuk lipatan putih yang menonjol dari hairy
leukoplakia danwarna pink dari lidah yang berselang-seling. Lalu lesi akan
menyatu dan membentuk suatu plak berwarna putih atau patch putih yang luas,
tebal dan berkerut.
Lesi putih ini biasanya asimptomatik, terasa lunak, tidak terasa nyeri dan
tidak dapat dihilangkan secara mekanis.Biasanya bilateral pada lidah tetapi juga
bisa unilateral.Biasanya hairy leukoplakia tidak perlu dirawat karena bersifat
benigna dan bukan adalah lesi prekanker seperti leukoplakia. Obat antivirus
34
sangat efektif untuk perawatan HL, sepertiacyclovir, untuk mengurangi besar
lesinya ataupun menghilangkannya secara total, tetapirekurensi dapat terjadi
setelah lesinya sembuh. Pengobatan untuk mengembalikan fungsi imunyang baik,
seperti dengan terapi antiretroviral (ART) pada pasien HIV/AIDS, juga
dapatmembiarkan tubuh menghilangkan HL dengan sendirinya tanpa perlunya
pengobatan tambahan.
d. Lichen Planus
Oral lichen planus (OLP) adalah suatu kondisi inflamatori autoimun kronis
yang berdampak pada tepi mulut, biasanya tampak sebagai lesi berwarna putih.
Oral lichen planus paling sering timbul pada mukosa pipi, tapi juga dapat timbul
pada gingiva, bibir, dan bagian lain dari mulut. Oral lichen planus terkadang juga
meliputi kerongkongan atau esophagus. Walaupun oral lichen planus biasanya
muncul pada usia pertengahan, oral lichen planus dapat muncul pada segala usia.
Tahap awal terjadinya oral lichen planus dapat berlangsung selama mingguan atau
bulanan. Akan tetapi sayangnya, oral lichen planus biasanya berupa kondisi kronis
sehingga dapat bertahan selama beberapa tahun.
Penyebab pasti dari OLP tidak diketahui. Akan tetapi, kemungkinan
berhubungan dengan alergi atau reaksi imun.
Lichen planus tampak mengkilat, benjolan dengan permukaan yang rata
seringkali dengan bentuk angular. Benjolan ini memiliki warna merah keunguan
dengan dilapisi lapisan mengkilat membentuk kerak yang kuat. Penyakit ini dapat
muncul pada kulit bagian mana saja, tetapi sering pada bagian dalam pergelangan
35
tangan dan kaki, kaki bagian bawah, punggung, dan leher. Pada beberapa
individual dapat terjadi pada mulut, regio genital, rambut, dan kuku. Lapisan yang
tebal dapat muncul, terutama pada tulang kering. Lepuhan jarang terjadi. Benjolan
dapat muncul pada area trauma pada beberapa individual.
Tanda-tanda putih, erythema, erosi, maupun lepuhan yang tampak
mendominasi mukosa bukal, lidah, dan gingiva, walaupun juga muncul di tempat-
tempat lain. OLP timbul pada 1-2 persen populasi umum orang dewasa dan
merupakan penyakit mukosa oral non-infeksius yang paling banyak terjadi
berdasarkan klinik patologi oral dan oral medicine. OLP timbul lebih banyak pada
wanita dibanding pada laki-laki.
Patologi Klinis
Data belakangan ini menunjukkan bahwa OLP adalah penyakit autoimun
yang dimediasi Tsel dimana autositoksik CD8+Tsel memicu apoptosis sel epitel
oral. Akan tetapi, penyebab pasti OLP tidak diketahui. Infiltrasi limfosit dalam
OLP disusun hampir seluruhnya oleh sel T dan terutama sel T dalam epitelium
dan yang berdekatan dengan keratinosit basal yang rusak diaktifkan oleh
CD8+limfosit. Garis sel T dan klondari lesi lichen planus lebih sitotoksik terhadap
lesi keratinosit autologous daripada garis sel T dan klon dari kulit normal
penderita lichen planus. Klon sel T lesional lebih sitotoksik terhadap lesi
keratinosit autologous dan keratinosit kulit normal daripada terhadap sel B
autologous. Sebagian besar klon sitotoksik dari lesi lichen planus adalah CD8+
dan sebagian besar klon non-sitotoksik adalah CD4+. Aktivitas sitotoksik lesi
klon sel T CD8+ sebagian diblok oleh anti-MHC kels I antibodi monoklonal.
Oleh sebab itu, pembentukan lesi OLP awal, sel T lesional CD8+ dapat
mengenali suatu antigen yang berhubungan dengan MHC kelas I pada lesi
keratinosit. Setelah pengenalan dan aktivasi antigen, sel T CD8+ sitotoksik dapat
memicu apoptosis keratinosit. Aktivasi sel T dan ekspansi klonal lebih lanjut
dapat mendasari ekspresi reseptor Vß sel T terbatas dengan menginfiltrasi sel T ke
OLP.10 Sel T CD8+ yang teraktivasi dapat melepaskan sitokin yang menarik
limfosit tambahan kedalam lesi yang berkembang. Suatu tahap awal pembentukan
lesi lichen planus dapat berupa ekspresi antigen keratinosit, kontak alergen pada
36
material restorasi dental atau pasta gigi (reaksi hipersensitivitas kontak), trauma
mekanis, (fenomena Koebner), infeksi viral, produksi bakteri atau agen yang tidak
teridentifikasi. Antigen lichen planus tidak diketahui, walaupun antigen dapat
berupa peptida sendiri sehingga membuat lichen planus suatu penyakit autoimun
sejati. Peranan autoimunitas pada patogenesis penyakit didukung oleh banyak ciri
autoimun OLP termasuk penyakit kronis, onset dewasa, predileksi wanita,
hubungan dengan penyakit autoimun lainnya, hubungan tipe jaringan tertentu,
depresi aktivitas imun supresor, pada penderita OLP dan adanya klon sel T
autositotoksik pada lesi lichen planus.
Antigen-presenting cells (APC) harus melalui suatu proses diferensiasi
terminal yang disebut maturasi uantuk menstimulasi respon sel T. Stimuli bagi
maturasi APC meliputi trauma mekanis, macam-macam bahan kimia, alergen,
blokade saluran ion, RNA viral, lipopolisakarida bakteri, dan HSPs.11 Oleh
karena itu, lesi oral lichenoid berhubungan dengan trauma mekanis, restorasi
dental, bahan pasta gigi, obat-obatan sistemik, infeksi viral atau produk bakteri
dapat menyebabkan maturasi APC dengan stimulasi sel T lebih lanjut. Pada tahap
ini, mekanisme yang digunakan oleh CD8+ sel T sitotoksik memicu apoptosis
keratinosit pada OLP tidak diketahui. Mekanisme tersebut dapat mengaktifkan
kaspase riam yang berakibat apoptosis keratinosit.
37
e. ANUG
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) atau gingivitis ulseratif
akut yang ternekrotisasi merupakan keadaan ynag ditandai dengan timbulnya
ulserasi yang cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan papila interdental.
Penderita biasanya memiliki bau mulut yang tidak sedap (halitosis).
Penyebab ANUG belum diketahui tetapi organisme anaerob
terutama spirochaeta dan spesise Fusobacterium umumnya terlibat. Pericoronitis,
margin restorasi berlebih, merokok, malnutrisi, kelelahan dan stress dianggap
sebagai faktor predispose.
Lesi ANUG sering didominasi oleh lesi ulseratif yang sangat sakit,
nekrotik dan lesi membranous, sampai ke infeksi kronis dengan sedikit gejala-
gejala. Lesi yang khas berupa ulserasi yang dangkal dan nekrotik, paling sering
timbul pada papila interdental dan gingival marginal. Ulserasi jug dapat timbul di
pipi, bibir, lidah, palatum dan daerah faringeal. Lesi ulseratif dapat berkembang
meluas dan melibatkan prosesus alveolaris disertai kuestrasi dari gigi-geligi dan
tulang.
38
1.13 Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
gangguan regulasi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus
ditandai dengan naiknya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit ini biasanya
merupakan penyakit kronis.
Terdapat dua tipe diabetes mellitus. Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena
adanya defisiensi hormone insulin karena kerusakan sel Beta pankreas. Pasien
DM tipe 1 biasanya masih muda dengan proporsi badan kurus atau normal.
Diabetes mellitus tipe 2 merupaka bentuk dari resistensi insulin. DM tipe ini
biasanya diderita oleh orang tua dengan tubuh yang berisi.
Gejala umum dari diabetes mellitus antara lain polyuria (urin yang
banyak); polyphagia (sering lapar); polydipsia (mudah haus); dan kehilangan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Gejala lain yang juga menyertai pasien
diabetes mellitus adalah rabun mata, kesemutan, fatigue, kulit gatal, dan impotensi
pada laki-laki.
Pasien diabetes mellitus memiliki kadar gula adarah yang tidak normal.
Adapun kadar gula daarah pada pasien diabetes mellitus:
39
40
1.14 Hubungan Diabetes Melitus dan Candidiasis
Jamur Candida albicans merupakan flora alami yang ada di dalam rongga
mulut manusia. Prevalensi jamur ini pada manusia normal adalah sekitar 30-40%,
sedangkan pada penderita diabetes melitus terdapat prevalensi hingga >80%.
Menurut Dwarzch tahun 1990 mengatakan bahwa kadar gula dalam saliva yang
tinggi menyebabkan perkembangan jamur Candida albicans berkembang dengan
pesat karena faktor lingkungan yang mendukung. Kadar gula dalam saliva
meningkat menyebabkan menurunnya kualitas neutrofil dan kualitas dari
fagositosis serta killing intra cell melawan antigen.
1.15.1 Definisi
Lesi adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang
abnormal pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit
sepertitrauma fisik, kimiawi, dan elektris; infeksi, masalah metabolisme,
dan otoimun.
Lesi dapat ditangani dengan pembedahan, seperti pada daerah tertentu
pada otakuntuk menangani epilepsi. Namun tidak semua lesi memerlukan
penanganan. Kata lesi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti "cedera".
41
1.15.2 Klasifikasi Lesi
a. Lesi Primer
b. Warna :
Berasal dari
vaskularisasi
Warna :
Merah
kecokl
atan
Bila ditekan
bewar
na
pucat
Misalnya
:Hip
eremia
(hematom)
42
Melanin
Warna : Biru
Kecoklatan
Misalnya :
Hiperpigmentasi
Misalnya :
43
4 Nodula - Suatu massa yang padat
Misalnya :
- Iritasi fibroma
Misalnya :
- Cacar Air
Misalnya :
- Pemphigus Vulgaris
44
7 Postula - Suatu vesikel yang berisi eksudat
purulen
Misalnya :
Misalnya :
- Leukoplakia
- Lichen Planus
Misalnya :
Misalnya :
45
besar dari jaringan adipose)
b. Lesi Sekunder
Misalnya :
Misalnya :
-Bechet’s Syndrome
Misalnya :
-Fissure tongue
-Geographic tongue
46
4 Sikatriks -Pembentukan jaringan baru
yang berlebihan dalam proses
penyembuhan luka
Misalnya:
-Keloid
Misalnya:
-Abses Periapikal
47
Pemphigoid Membrane Mukosa (Cicatrical) Jinak
Pemphigoid Bullosa
Lesi ulseratif : bentuknya cekung kedalam
Macam-macam lesi ulseratif
Ulkus Traumatikus
Stomatitis Apthosa Kambuhan
Ulkus Pseudoapthosa
Apthosa Major
Ulserasi Herpetiformis
Sindrom Behcet
Ulkus Granulomatosus
Karsinoma Sel Skuamosa
Ulkus Khemoterapeutik
d. Lesi berdasarkan perubahan warna
Lesi merah
Lesi merah adalah suatu keadaan yang abnormal pada mukosa dimana
tampak kilinis berwarna lebih merah darijaringansekitarnya dengan
permukaan licin seperti adrofi atau granuler. Pada lesi inijuga terlihat
inflamiasi,tapi tanda-tandanya lebih mudah terlihat pada selepitel premaligna.
Lesi merah biasanya disebabkan antaralain oleh faktor lokal (merokok
yang hebat, alkohol serta kebersihan mulut yang buruk), faktorherediter atau
bawaan, respon autoimun, dan adanya infeksi terutama infeksi jamur kandida.
Macam-macam lesi merah
Purpura (Petechiae)
Varikositas (Varix)
Trombus
Telangiektasia Hemorhagik Herediter
Sindrom Sturge-Weber (Ensefalotrigeminal Angiomatosis)
Lesi putih
48
Lesi putih adalah suatu keadaan yang abnormal pada mukosa
dimana nampak klinis berwarna lebih putih, lebih tingi, lebih kasar atau
mempunyai tekstur yang berbeda dari jaringan sekitarnya, dimana keadaan
tersebut menggambarkan peningkatan lapisan keratin, koloni jamur atau
lapisan epithelium yang mati.
Etiologi dari lesi putih pada mukosa mulut, antara lain factor local,
herediter, respon autoimun, dan adanya infeksi.
Penyebab factor local yang paling sering adalah
tembakau. Tembakau dapat diisap, dicium, dikunyah-kunyah, atau
diletakkan dalam mulut. Pada semua keadaan tersebut, tembakau
mempunyai efek karsinogenik pada mukosa mulut. Tembakau yang tdak
dibakar (dicium, dikunyah, disumbatkan) dapat meninggalkan tanda-tanda
khas di daerah yang biasa disisipi tembakau tersebut. Daerah-daerah
posterior umum dipakai untuk menyumbat atau mengunyah, sedangkan
daerah-daerah anterior lebih disukai untuk mencium bau.
Merokok tampaknya tidak berhubungan dengan peningkatan
insiden kanker mulut bila dibandingkan dengan efeknya pada saluran
pernapasan bagian atas. Merokok, terutama merokok dengan pipa,
berhubungan dengan leukoplakia palatum dan hyperplasia kelenjar
mucous yang disebut stomatitis nikotina. Walaupun kebiasaan ini sendiri
bukan merupakan prakanker, tetapi merupakan factor pendorong dari
karsinoma mulut, terutama bibir. Pada beberapa daerah di India, sigaret
digunakan dengan bagian yang menyala di dalam mulut, kebiasaan
tersebut menyebabkan insiden yang tinggi dari kanker palatum. Pada
keadaan ini aksi kimia tembakau diletakkan berkontak erat dengan
epithelium mulut, tembakau akan meneluarkan eek karsinogennya yang
tampaknya bersifat kimia.
Kebiasaan “mengunyah” biasanya terbatas pada satu daerah mulut
dan pada daerah tersebut akan terjadi leukoplakia yang setelah 20 tahun
atau lebih akan berubah menjadi neoplasma, sehingga kebiasaan ini
49
dianggap berhubungan dengan karsinoma pipih, gingiva rahang bawah,
dasar mulut dan lidah, yang lebih jarang terjadi.
Terdapat hubungan erat antara kebiasaan meminum alcohol dan
karsinoma mulut di Eropa dan Amerika: 51% penderita kanker mulut
merupakan peminum alcohol berat. Oleh karena itu, juga terdapat
hubungan antara sirosis hati dan karsinoma mulut. Walaupun alcohol
memiliki aksi langsung tetapi mungkin alcohol bereaksi secara tidak
langsung dengan mekanisme yang tidak diketahui. Individu yang
meminum sejumlah besar alcohol biasanya juga perokok berat, ini akan
menibulakn aksi sinergis untuk mempercepat terjadinya kanker mulut.
Pada beberapa penelitian terbukti bahwa meminum alcohol lebih cepat 15
tahun (atau lebih) tgerjadi kanker mulut dibandingkan pada individu yang
tidak meminum alcohol dan merokok.
Kebersihan mulut yang buruk, restorasi yang tidak tepat, tepi-tepi
gigi yang tajam dan gigi tiruan yang longgar seringkali merupakan factor
etiologi dari kanker mulut. Karena frekuensi terjadinya factor iritasi ini
sangat tinggi, sungguh sulit untuk membuktikan hubungan sebab-akibat
antara factor iritasi dan terjadinya kanker mulut. Peranan trauma rongga
mulut terhadap timbulnya kanker mulut sangta bervariasi.
Lesi putih dapat juga berkaitan dengan factor herediter. Herediter
artinya ditularkan secara genetic dari induk kepada keturunannya.
Lesi putih juga dapat terjadi karena adanya respon autoimun.
Respon autoimun adalah respon imun dimana antibody dan sel limfoit
imun yang diproduksi justru menyerang jaringan tubuh sendiri.
Infeksi juga merupakan etiologi dari lesi putih, contonya yaitu
infeksi kandida. Kira-kira 40% dari populasi mmpunyai spesies kandida di
dalam mulut dalam jumlah kecil sebagai bagian yang normal dari
mikroflora oral. Kandidiasis oral telah dinyatakan “penyakit dari yang
berpenyakit” karena kandiduasis seringkali mengindikasikan adanya
penyakit yang mendasari timbulnya proliferasi komponen kandida dari
flora mulut. Spectrum spesies Candida yang dapat terbentuk di dalam
50
rongga mulut meliputi Candida albicans, Candida glabrata, Candida
tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida
guillerimondi serta Candida krusei. walaupun spesies Candida dapat
menimbulkan infeksi mulut, sebagian besar kasus disebabkan oleh
Candida albicans.
Infeksi Candida albicans biasanya terdapat di permukaan, pada
bagian luar epidermis mulut, vagina dan jarang (tidak normal) pada kulit;
hanya pada pasien yang sangat lemah dapat terjadi infeksi paru-paru atau
sistemik. Organism penyebab merupakan jamur bersel tunggal dari
keluarga Cryptokokakeae.
Klasifikasi lesi putih
Lesi putih
Granula Fordyce
Linea Alba Bukalis
Leukoedema
Morsicatio Buccarum (Mukosa Tergigit)
White Sponge Nevus
Lesi Putih Traumatic (Chemical Burn)
Leukoplakia
Lesi putih yang berkaitan dengan tembakau
Keratosis Rokok
Stomatitis Nikotin
Bercak Snuff Dipper
Karsinoma Verukosa
Lesi merah/putih
Macam-macam lesi merah/putih
Eritroleukoplakia dan Bercak Eritroplakia
Karsinoma Sel Skuamosa
Lichen Planus
51
Lepuh Lichenoid dan Seperti Lupus Akibat Obat
Kandidiasi Oral
a. Berkeratin
52
Keratinisasi adalah proses diferensiasi keratinosit pada stratum
granulosum ke permukaan gepeng untuk membentuk stratum korneum.
Lapisan pada Epitel berkeratin
Stratum Basale
Sel-sel berbentuk kuboid/ low columnar selapis pada lamina basaliss. Lamina
basalis adalah pertemuan dari epitel dan lamina propria.aktivitas mitosis dan
mensintesis DNA. Pada lapisan ini sering ditemukan ribosom dan RE kasar
yang digunakan dalam sintesis protein
Stratum Spinosum
Polyhedron, stratum basale dan lapisan pertma stratum spinosum biasa
disebut stratum germinativum, karena sel-sel ini akan memberikan sel-sel
epitel yang baru
Stratum Granulosum
Sintesis protein, terdapat pada keratin, tdk ada di non keratin. Terdapat
keratohyaline granules di dalam sitoplasma
Stratum Corneum
Terdiri atas epitel gepeng berlapis dengan keratin.
Parakeratin Undergo
Ortho Keratin matang
b. Non Keratin
Lapisan epitel yang tidak mempunyai filament keratin pada permukaannya.
Biasanya terdapat ada lining mucosa.
Tidak ada stratum korneum dan stratum granulosum
epitel tanpa keratin dapat bertransformasi untuk membentuk keratin sebagai
respon terhadap trauma dan chemical trauma, yang disebut
hyperkeratinization. Biasanya sering terjadi di bagian bucal mukosa,
53
Lapisan:
1. Stratum Basal
2. Stratum Intermediate
3. Stratum superficiale Surface layer
1.17.1 Biopsi
Istilah biopsi berasal dari kata : ”bios” artinya hidup dan “opsis” artinya
melihat, jadi biopsi adalah mengambil sepotong jaringan yang masih dalam
keadaan hidup dan memeriksa secara mikroskopis. Kata biopsi diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1879 oleh ahli penyakit kulit Perancis yang bernama
Ernest Henri Besneier (Hardy, 1959). Tujuan utama melakukan biopsi kulit adalah
menegakkan diagnosis, untuk mengevaluasi perjalanan penyakit, konfirmasi data
klinis dengan keadaan histopatologi kulit (Hardy-1959, Robinson-1986,
Malamed-1985) dan untuk pengobatan (Harris, 1991). Biopsi merupakan salah
satu contoh pemeriksaan histopatologis. Biopsi kebanyakan dilakukan untuk
mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh
maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat
dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Pada biopsi, jaringan
yang diambil masih memiliki arsitektur jaringan yang sebenarnya karena
54
pengambilan jaringan juga mencakup jaringan normal di sekitarnya sedangkan
pada pemeriksaan sitologi hanya melepaskan atau mengerok sel-sel pada
permukaan lesi.
Tujuan Biopsi
a. Mengetahui morfologi tumor
Tipe histologi tumor
Subtipe tumor
Grading sel
b. Radikalitas operasi
c. Staging tumor
Besar specimen dan tumor dalam centimeter
Luas ekstensi tumor
Bentuk tumor
Nodus regional
- Banyak kelenjar limfe yang ditemukan
- Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis
- Adanya invasi kapsuler
- Metastase ekstranodal
Indikasi Biopsi
1. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa penyebab yang jelas
2. Ulserasi yang menetap dan tidak ada tanda kesembuhan
3. Penonjolan yang dicurigai neoplasma
4. Lesi tulang yang tidak teridentifikasi dengan pemeriksaan klinis dan
radiografi
5. Lesi hiperkeratotik yang menetap
Kontraindikasi Biopsi
1. Biopsi insisional pada tumor kecil yang dapat diangkat secara keseluruhan
2. Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)
55
3. Gangguan faal hemostasis berat (relatif)
4. Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi
Jenis Biopsi
Biopsi terbagi menjadi :
Biopsi tertutup
o Biopsi Jarum
56
tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga
tubuh unpalpable.
o Biopsi Endoskopi
Prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel jaringan dengan
aspirasi jarum, hanya saja metode inimenggunakan endoskopi sebagai
panduannya. Cara ini baik untuk tumordalam saluran tubuh seperti
saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan.Endoskopi dengan
kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker,lalu dengan
jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
o Punch Biopsy
Biopsi terbuka
o Biopsi Insisional
57
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan
sehat di sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal
tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil
dan belum ada metastase.
Syarat Biopsi
Tidak boleh membuat flap
Dilakukan secara tajam
Tidak boleh memasang drain
Letaknya dibagian tumor yang dicurigai
Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan
dibagianyang akan diangkat saat operasi definitif)
58
Gunakan anestesi blok lokal di tempat yang memungkinkan.
Bila anestesi blok tidak memungkinkan, gunakan anestesi infiltrasi
lokal, tetapi larutan diinjeksikan paling tidak 1 cm dari lesi.
b. Stabilisasi Jaringan
Biopsi jaringan lunak mulut biasanya dilakukan pada mukosa yang
bergerak
seperti bibir, palatum lunak, dan lidah. Untuk menginsisi dengan akurat
dibutuhkan stabilisasi jaringan.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menstabilisasi jaringan lunak,
diantaranya adalah dengan:
1) Jari asisten mencubit bibir pada kedua sisi area yang akan dibiopsi.
2) Heavy retraction suture atau towel clips dapat digunakan untuk membant
u menstabilisasi lidah dan palatum lunak.
59
Stabilisasi jaringan dengan alat mekanis. Stabilisasi jaringan dengan traksi
suture. Dua suture silk digunakan untuk menstabilisasi lidah sebelum biopsi
eksisi. Lesi diangkat setelah insisi elips dibuat disekelilingnya. Mukosa ditutup
kembali dengan resorbable suture.
c. Hemostasis
Gauze yang membungkus ujung low-volume suction devise cukup untuk
beberapa kasus, kecuali perdarahan yang hebat telah terjadi.
d. Insisi
Scalpel yang ajam digunakan untuk menginsisi jaringan yang akan
dibiopsi.
Dua insisi yang membentuk elips pada permukaan, dan bertemu untuk
membentuk huruf V pada dasar lesi menyediakan spesimen yang baik dan
meninggalkan luka yang mudah menutup kembali
Modifikasi ukuran elips dan porsi V tergantung pada kedalaman lesi.
Palpasi akan membantu menentukan kedalaman lesi di bawah mukosa.
60
A. Tampak permukaan. Insisi elips dibuat disekitar lesi. B. Tampak
samping, insisi dibuat dengan kedalaman tertentu untuk mengangkat lesi dengan
sempurna.
Insisi harus sedemikian rupa paralel terhadap struktur saraf, arteri, dan
vena normal. Hal ini dilakukan untuk menghindari trauma pada struktur-
struktur tersebut.
Insisi yang kecil tetapi dalam lebih baik daripada yang lebar tetapi
dangkal.
Jaringan periferal yang terlihat normal harus ikut dieksisi. Jika lesi
terlihat benign, 2-3 mm jaringan peripheral ikut dieksisi. Jika terlihat
61
malignant, berpigmen, vascular, dan berbatas difus maka dibutuhkan
eksisi jaringan peroferal sebanyak 5 mm.
Saat lesi diinsisi, traksi suture
digunakan untuk mengangkat specimen
dari dasar lukanya.
f. Identifikasi Margin Bedah
Spesimen jinak yang telah diambil, harus diberi tanda dengan benang
sutera pada marginnya untuk memberi orientasi specimen
kepada pathologist.
Jika lesi didiagnosis memerlukan perawatan tambahan, pathologist dapat
menentukan margin mana yang memiliki residual tumor
sehingga perawatan bedah berikutnya dispesifikkan pada area margin yang
memiliki residual tumor.
Orientasi lesi dan penjelasannya harus ditulis pada pathology data sheet.
62
g. Specimen care
Setelah pengangkatan., jaringan segera disimpan pada larutan
formalin10% (formaldehyde 4%) dengan volume cairan 20 kali berat specimen.
Spesimen harus terbenam pada larutan. Spesimen tidak boleh menyentuh dinding
wadah. Selanjutnya dilakukan penutupan luka.
h. Surgical Closure
Mukosa diundermined dengan meletakkan guntingyang ujungnya tertutup
pada area submucosal, lalu ujung gunting dibuka untuk melebarkan
jaringan
Lalu lakukan ekstensi undermine mukosa, mengikuti bentuk margin dan
ukuran luka.
Pada bibir, pipi, dasar mulut, dan palatum lunak undermining dilakukan m
engikuti margin berbentuk elips
sehingga diperkirakan dalam penutupan jaringan hanya terdapat sedikit
tegangan.
Insisi kemudian ditutup dengan jahitan secukupnya.
63
Insisi pada permukaan mukosa cekat (palatum dan gingival) tidak ditutup
namun penyembuhan dilakukan dengan periodontal dressing dan
selanjutnya diberi acrylic splint
Luka biopsi pada dorsum dan lateral lidah memerlukan jahitan yang
dalam dan jumlah jahitan yang banyak. Hal ini dilakukan dikarenakan per
gerakan lidah yang menyulitkan retensi jahitan.
i. Biopsi Data Sheet
Riwayat dan deskripsi klinis (margin dan
lokasi) lesi ditulis dalam biopsi data sheet.
Kadang juga dilampirkan foto radiografik lesi. Spesimen harus diletakkan
pada wadah dengan label yang tepat sesuai lesinya. Informasi harus jelas
diberikan pada pathologist untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Dokter gigi selanjutnya membuat follow up appointment pada pasien10-14
hari setelah bedah untuk mengontrol bekas luka dan memberitahu
hasil biopsi.
Diagnosis final dibuat sebelum dan setelah biopsi
Jika hasil biopsi tidak menguatkan diagnosis dokter gigi, biopsi ulang
dapat dilakukan. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan specimen biopsi
tidak merepresentasikan seluruh lesi atau pathologist tidak familiar dengan
64
penampakan oral lesi tersebut. Perlu diingat bahwa pathologist report bisa
saja terjadi kesalahan/error. Spesimen berikutnya dikirim kepada
pathologist yang lebih ahli dalam oral pathology.
Hasil diagnosis berupa kanker harus ditangani secara hati-hati.
Dokter harus berhati-hati dalam merujuk pasien ke dokter ahli/pusat terapi.
Dalam penyampaian hasil biopsi juga harus berhati-hati, pasien bisa saja
menjadi panik dan akhirnya menjadi depresi. Hal ini akan memperburuk
prognosis.
1.17.2 Sitologi
Pemeriksaan Sitologi
1. Sputum atau dahak :
a. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3x berturut-turut.
b. Sputum adalah hasil dari batuk yang dalam, dan berisi bahan yang berasal
dari bronchioli dan alveoli.
c. Penderita diminta untuk batuk yang dalam dan mengumpulkan sputumnya
dalam tempat (botol) yang telah disediakan yang berisi bahan fiksasi alcohol 70%
kirim ke laboratorium sitologi.
d. Bila sputum terlampau sedikit,penderita dapat diberi expectoransia selama 3
hari dan diadakan sputum koleksi selama 24 jam dengan fiksasi alcohol 70%.
e. Untuk tempat-tempat yang jauh, pengiriman dapat dilakukan secara kering
ialah dengan jalan membuat sediaan apusan dari sputum yang telah terkumpul
pada 3 object glass yng bersih.
Untuk membuat apusan, pilihlah bagian yang mengandung garis darah
atau bagian yang padat. Kemudian masukkan dalam alcohol 95% selama 2 jam,
keringkan diudara dan dikirim ke laoboratorium Sitologi.
2. Urine
Urine terbagi menjadi
-direct voided urine = urine langsung
-urine hasil kateter.
a. Paling sedikt 50 cc urine,fiksasi ethyl alcohol 50% aa- dikirim.
65
b. Pengiriman kering
c. Urine dengan alcohol 50% aa- centrifuge selama 10 menit, buat sediaan dari
endapan pada object glass yang telah diberi albumin dalam alcohol 95% selama
setengah jam dan keringkan dalam udara terbua – dikirim.
d. Bila kelainan diduga terletak dalam ureter/ginjal, harus dipakai urine kateter
dari ureter.
e. Untuk memperoleh bahan yang reprentatif, bila keadaan
memungkinkan,penderita dianjurkan exercise ringan sebelum penampungan urine.
3. Pemeriksaan Cairan Pleura
66
Pemeriksaan cairan lambung tidak dianjurkan jika pasien mengalami
keganasan pada esophagus, terjadi dekompensasi jantung. Pasien dengan
perdarahan lambung hebat yang baru terjadi serta wanita hamil juga tidak
dianjurkan untuk prosedur ini.
Persiapan penderita
o Pasien diberikan antasida 24 jam sebelum dilakukan prosedur.
o Pasien diinstruksikan makan malam sebelum dilakukan pemeriksaan,
sebaiknya makan makanan yang cair dan jernih
o Pasien diinstruksikan untuk minum 3-5 gelas sebelum tidur malam, dan
puasa di pagi hari.
Teknik lavange
Yang pertama dilakukan adalah dimasukkannya lavine tube melalui mulut
pasien.Kemudian, larutan ringer dimasukkan sedikit demi sedikit dengan alat
suntikan. Larutan ringer tersebut lalu diaspirasi, hasil aspirasi kemudian dibuang
pada tabung kecil yang direndam dalam es. Cairan kemudain disentrifugasi untuk
memisahkan antara endapan dan plasma. Endapan kemudian dibuat apus pada
glass lab dan ditambahkan albumin. Terakhir, dilakukan fiksasi dengan alcohol
95% untuk kemudian dikirim ke laboratorium.
67
berguna dalam mendiagnosa berbagai penyakit virus pada rongga mulut dan
oropharynx seperti herpetic stomatitis, herpangina dan herpes zoster. Juga untuk
berbagai penyakit lain seperti pemphigus atau lesi akibat jamur. Walaupun
demikian , cara ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa beberapa tipe lesi
hiperkeratotik, lesi dibawah mukosa mulut yang diduga ganas dan lesi pada bibir
dimana terdapat lapisan keratin.
68
Sebaliknya air seni, cairan bilas saluran pencernaan atau bronchus dan
eksudat dan bahan lainnya lebih encer serta mengandung sedikit sel. Biasanya
terhadap bahan-bahan ini perlu dilakukan centrifuge (pemusingan) dalam waktu
tertentu sehingga tampak endapan dengan cairan yang jernih.
Kemudian cairan ini secara hati-hati dibuang. Endapannya dipisahkan ke
objek glass dengan pipet atau alat yang serupa kemudian dilakukan apusan dengan
menggunakan salah satu sisi objek glass yang lain.
Cairan yang kental tadi biasanya cepat melekat pada objek glass oleh
karena mengandung mukus atau protein. Bahan yang lebih encer mempergunakan
suatu cara yang lain yaitu melapisi permukaan objek glass dengan albumin agar
sel-sel dapat melekat dengan baik. Cara ini mengurangi bahaya sel terlepas selama
tahapan pengecatan dan resiko kontaminasi dari bahan lain.
Dua sampai tiga tetes albumin dapat ditambahakan pada bahan sebelum
sebelum pemusangin atau dicampur dengan endapan. Ioni dilakukan terutama
untuk apusan air seni yang juga membantu untuk memperkuat perlekatan sel-sel
dengan objek glass.
Setiap sediaan, baik yang berasal dari sediaan langsung maupun hasil
pemusingan haruslah mempunyai hasil yang baik untuk dapat dilihat dibawah
mikroskop.
Fiksasi untuk bahan pemeriksaan sitologi
Untuk memeriksa struktur sel dengan jelas dan dengan perubahan yang
minimal perlu suatu proses yang disebut sebagai fiksasi. Bahan fiksasi ini akan
mengeraskan sel sehingga tahan terhadap berbagai reagen yang akan diberikan
dan merubah susunan protein degenerasi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri.
Terdapat beberapa metode fiksasi yang dapat digunakan, akan tetapi yang
dipakai tergantung dari jenis bahan, pemeriksaan yang diperlukan, tehnik
pengecatan yang digunakan.
Metode yang ditemukan oleh Papaniculaou untuk keperluan sitologi
eksfoliatif sangat mudah. Metode ini efektif oleh karena penetrasi yang cepat dari
sel oleh fiksasi yaitu larutan eter dan etil alkohol 95% dalam volume yang sama.
Jika bahan yang segar difiksasi dengan segera perubahan sel akan minimal.
69
Selanjutnya komposisi bahan fiksasi ini digunakan untuk pengecatan
Papaniculaou.
Segera setelah bahan siap, celupkan bahan tersebut tanpa dikeringkan
kedalam larutan eter alkohol sampai akan dilakukan pengecatan. Sebelum
difiksasi sediaan tidak boleh kering oleh karena dapat menyebabkan kerusakan sel
dan hilangnya afinitas untuk pewarnaan.
Untuk fiksasi sel diperlukan wakti 15 menit akan tetapi bagi sediaan yang
cenderung lepas akan lebih melekat apabila dicelupkan dalam fiksasi selama 1
jam lebih. Apabila bahan yang digunakan dari dahak dan cairan yang akan
difiksasi dengan larutan eter alkohol terlebih dahulu dicampur dengan alkohol
segera setelah diletakkan pada objek glass untuk difiksasi awal kemudian dikirim
ke laboratorium.
Seandainya sediaan yang dibuat dari bermacam-macam bahan tersebut terlambat
dikirimkan ke laboratorium atau dalam proses pembuatan kadang-kadang lama,
pendinginan perlu dilakukan.
Tahapan pengecatan
Pada tahun 1942, Papaniculaou menemukan cara mewarnai sediaan apus
vagina, kemudian dengan sedikit perubahan teknik ini dipakai untuk berbagai
macam sediaan sitologi. Walaupun cara pengambilan bahan dan persiapannya
berbeda-beda ditiap laboratorium akan tetapi prinsip dasarnya sama.
Pertimbangan utama pemilihan teknik ini adalah :
1. Akan mewarnai inti sel dengan jelas yang berguna untuk melihat struktur
inti apabila terdapat kemungkinan keganasan.
2. Pewarna banding yang akan menimbulkan warna pada sitoplasma, sehingga
warna inti lebih kontras.
3. Warna yang cerah dari sitoplasma akan memungkinkan untuk melihat sel-sel
lain dibawahnya yang kadang-kadang bertumpuk atau berkelompok.
70
Preparat hematoxylin ini bisa saja diganti untuk dapat memberikan warna
seperti yang diinginkan. Harris hematoxylin adalah preparat yang sangat mudah
dibuat dan siap dalam waktu 24 jam.
Terdapat 2 pewarna banding yang baik untuk dipakai :
71
1.18 Eritema Akibat Scraping
Pseudomembran candidiasis berupa lesi putih yang mengandung
neutrophil, sel inflamasi, sel epitel mati, dan koloni/hifa. Candidiasis ini
perlekatannya belum mencapai stratum basale sehingga masih dapat dikeruk
(scraping). Sedangkan candidiasis leukoplakia sudah tidak dapat dikeruk karena
perlekatannya sudah mencapai stratum basale.
Pada pasien yang menderita diabetes mellitus, kadar glukosa dalam saliva
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ragi candida. Selain itu, adhesi candida
pada mukosa lebih besar daripada pasien non-DM, sehingga meningkatkan
kualitatif intrinsik dalam permukaan sel reseptor, kemudian memodulasi adhesi
ragi.
72
1.19.1 Obat Antifungal Polyene
Amfoterisin B
73
antipiretik serta antihistamin sebelumnya. Flebitis dapat dikurangi dengan
menambahkan heparin 1000 unit kedalam infus.
74
Amfoterisin B untuk injeksi tersedia dalam fial berisi 50 mg bubuk
liofilik, dilarutkan dengan 10 ml aquades steril untuk kemudian diencerkan
dengan larutan dekstrosa 5 % dalam air sehingga di dapatkan kadar 0,1 mg/ml
larutan.
Pemberian melalui infus secara cepat pada pasien yang sakit berat diduga
kurang menimbulkan efek samping, dari pada pemberian lambat, sedangkan kadar
plasma yang dicapai setelah 18 dan 42 jam pada kedua cara ini tidak menunjukan
perbedaan yang terjadi.
Nystatin
75
Nistatin oral menjadi pilihan alternative utama sebagai profilaksis infeksi
jamur sistemik karena sifat yang dimiliki yaitu bereaksi likal dan tidak diansopsi
(sistemik), murah, mudah diberikan, dan aman, meskipun pemakaiannya sebagai
prosedur rutin masih memerlukan uji klinis lebih lanjut.
Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitive. Aktifitas
antijamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membrane sel jamur
atau ragi terutama sekali ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol
dengan antibiotic ini akan terjadi perubahan permeabiltas membrane sel sehingga
sel akan kehilangan berbagai molekul kecil (Gunawan, 2007).
Efek samping dari Nystatin:
1. Mual
2. Muntah
3. Diare
4. Sakit pada bagian perut
5. Kembung
Dosis yang digunakan 2-3 ml suspensi yang mengandung 100.000 units/ml
dimasukkan lewat mulut dan ditahan selama 5 menit sebelum ditelan. Prosedur
diulang 6 jam sekali selama 10 hari atau 48 jam setelah gejala berkurang. Atau
bisa juga dengan 1-2 lozenges (200.000 unit) 4-5 kali sehari. Untuk denture
stomatitis, salep nystatin (100.000 unit/g) digunakan topikal setiap 6 jam sekali.
Indikasi penggunaan nystatin antara lain:
76
1.19.2 Obat Antifungal Imidazole dan Triazole
Anti jamur golongan imidazole dan triazole mempunyai spektrum yang
luas. Kelompok imidazole terdiri atas ketokonazole, mikonazole dan klorimazole.
Sedangkan kelompok triazole meliputi intrapunazole, flukonazole dan
vorikunazole. Berikut ini akan dibahas golongan imidazole dan triazole yang
banyak digunakan sebagai anti jamur sistemik.
Ketokonazole
Ketokonazole merupakan turunan imidazole sintetik dengan struktur mirip
mikonazole dan klotrimazole obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH
asam aktivitas anti jamur. Ketokonazole aktif sebagai anti jamur baik sistemik
maupun non sistemik efektif terhadap candida coccidioides immitis, cyrptococcus
neoformans, H. Capsulatum, B. Dermatitidis, asperggilus sporthrik spp.
Setelah pemberian per oral obat ini ditemukan dalam urin, kelenjar lemak,
liur, juga pada kulit yang mengalami infeksi, tendo, cairan sinofial dan cairan
vaginal. Kadar ketokonazole dalam cairan otak sangat kecil. Sebagian besar
ketokonazole diekresikan bersama cairan empedu lumen usus dan hanya sebagian
kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang
tidak aktif. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang ringan tidak mempengaruhi
kadarnya dalam plasma.
77
enzim hati untuk sementara waktu dan kadang-kadang dapat menimbulkan
kerusakan hati. Frekuensi kerusakan hati yang berat adalah sekitar 1: 10.000-
15.000. hepatoksisitas yang berat lebih sering dijumpai pada wanita berumur lebih
dari 50 tahun. Yang menggunakan obat ini untuk onikomikosis atau penggunaan
lama. Ginekomastia dapat terjadi pada sejumlah pasien pria dan dapat
menyebabkan haid yang tidak teratur pada sekitar 10% wanita. Hal ini disebabkan
oleh efek perlambatan ketokonazole terhadap biosintesis steroid melalui enzim
yang terkait dengan sitrokrom P450. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada
wanita hamil. Pada tikus dosis 80 mg/kg BB/ hari menyebabkan cacat pada jari
fetus hewan coba tersebut. Pemakaian pada wanita menyusui dsebaiknya juga
dihindari karena obat ini disekresikan dalam ASI.
Ketokonazole tersedia dalam sediaan tablet 200 mg, cream 2%, dan
shampo 2%. Dosis yang dianjurkan pada dewasa adalah 1 kali 200-400 mg sehari.
Pada anak-anak diberikan 3,3-6,6 mg/kg BB/hari. Lamanya pengobatan
berfariasi : 5 hari untuk kandidiasis vulvo vaginitis, 2 minggu untuk kandidiasis
esofagus dan 6-12 bulan untuk mikosis dalam.
78
Miconazole
Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relative stabil,
mempunyai spectrum anti jamur yang lebar terhadap jamur dermatofit. Obat ini
berbentuk Kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau, sebagian kecil larut
dalam air tapi lebih larut dalam pelarut organik.
Obat ini tersedia dlam bentik cream 2% dan bedak tabor yang dipakai 2
kali sehari selama 2-4 minggu. Cream 2% untuk penggunaan intavaginal
diberikan 1 kali sehari pada malam hari selama 7 hari. Gel 2% tersedia untuk
kandidiasis oral. Mikonzol tidak bole dbubuhkan pada mata.
Clotrimazole
79
Clotrimazole adalah derivat imidazole dan memiliki spektrum aksi in vivo,
yang mana termasuk dermatophytes, jamur, ragi dll
Penguraian yang lambat dalam mulut menyebabkan pengikatan
clotrimazole pada mukosa mulut, yang secara bertahap dilepaskan untuk menjaga
konsentrasi fungistatic setidaknya selama beberapa jam. Obat yang ditelan
bervariasi tetapi sulit atau sedikit terserap. Obat ini dimetabolisme di hati dan
dieliminasi dalam feses bersama dengan obat yang tidak terserap. Pasien diyakini
lebih senang mengkonsumsi clotrimazole dibandingkan dengan nistatin.
80
Untuk pengobatan kandidiasis oral, clotrimazole tersedia sebagai 10-mg
tablet. Satu troche dilarutkan dalam mulut lima kali sehari selama 2 minggu
adalah regimen standar untuk kandidiasis orofaringeal. Klotrimazol juga
tampaknya berguna untuk pengobatan topikal dari kandidiasis oral pada pasien
dengan AIDS. Untuk kandidiasis kulit dan dermatophytoses, krim 1% atau lotion
setara dengan miconazole topikal.
Itraconazole
Itraconazole adalah agen antifungal tiazole yang tidak larut dalam air.
Itraconazole memiliki spectrum yang lebih luas dan daya kerja yang lebih cepat
dibandingkan agen antifungal golongan azole lainnya. Seperti ketoconazole,
penyerapan itraconazole dari saluran cerna juga lebih baik saat diberikan bersama
dengan makanan. Itraconazole efektif melawan jamur superfisial dan infeksi
jamur yang lebih dalam.
81
menunjukkan bahwa itraconazole efektif untuk terapi supresif dan perawatan
primer histoplasmosis pada pasien yang seropositif mengidap HIV.
Fluconazole
Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah pemberian oral, dengan
90% bioavailabilitas, 12% terikat pada protein. Obat ini mencapai konsentrasi
tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus, dan menjadi obat pilihan pertama
untuk meningitis karena jamur. Konsentrasi fungisidanya juga meningkat dalam
vagina, saliva, kulit dan kuku. Pengobatan secara oral dengan fluconazole
mengakibatkan terjadinya absorpsi obat secara cepat dan hampir sempurna Tidak
seperti obat anti jamur azole jenis lain, fluconazole tidak dapat dimetabolisme
secara ekstensif oleh manusia. Lebih dari 90% dari dosis yang diberikan
tereliminasi ke dalam urin sekitar 80% dalam bentuk obat-obatan asli (tidak
82
berubah komposisinya) dan 10% dalam bentuk metabolit. Tidak ada indikasi
induksi atau inhibit yang signifikan pada metabolisme fluconazole yang diberikan
secara berulang-ulang.
Sarana eliminasi utama dalam hal ini adalah ekskresi renal obat-obatan
yang tidak dapat dirubah komposisinya. Pada pasien yang memiliki fungsi renal
normal, terdapat sekitar 80% dari jumlah dosis yang diberikan tercampur dengan
urin dengan bentuk yang tidak berubah dan konsentrasi lebih dari 100 mg/l.
Fluconazole saat ini menjadi jenis obat yang menjadi pilihan banyak
dokter untuk mengobati pasien penderita meningitis coccidioidal. Syaratnya,
pasien tersebut harus tetap mengkonsumsi fluconazole selama hidupnya agar
mencegah munculnya kembali penyakit yang sama.
Efek samping obat ini antara lain sakit kepala, nyeri abdominal, diare, dan
pusing. Ruam pada kulit bisa terjadi tapi jarang. Flukonazol bisa menyebabkan
kerusakan hati pada kasus jarang. Fungsi hati harus dimonitor setelah beberapa
hari penggunaan obat.
Fluconazole adalah jenis obat yang dapat ditoleransi dengan baik. Efek
samping yang paling umum terjadi adalah gastrointestinal seperti nausea (mual)
dan nyeri pada bagian perut, namun jarang yang memerlukan diskontinuasi
perawatan, khususnya pada pasien yang menerima dosis hingga 400 mg/hari.
83
Elevasi asimptomatik transient tingkat transaminase serum relatif biasa terjadi
pada pasien penderita AIDS, dan pengobatan harus dihentikan pada pasien
penderita hepatitis simptomatik atau penderita gangguan fungsi hati.
84
1.20 Penulisan Resep
85
PEMBAHASAN
Candidiasis Oral
Jamur yang menyebabkan trush adalah candidiasis dalam bentuk ragi dan hifa
dalam rongga mulut. Organisme tumbuh dengan mengikat sel-sel ragi untuk
membentuk tuba germinal dan elemen-elemen hifa, sehingga akan membentuk
86
pseudohifa. Pseudohifa ini akan menyebabkan terlihat seperti smears dan dapat
diambil dengan mudah.
Faktor predisposisi dari candidiasis ini adalah:
8. Adanya perubahan pada flora microbial rongga mulut (karena antibiotic(broad-
spectrum antibiotics), penggunaaan obat kumur antibacterial secara berlebih,
atau karena xerostomia.
9. Iritasi kronik local (gigi tiruan/ alat orthodontic)
10. Penggunaan corticosteroid (inhalant dan topical agent)
11. OH rendah
12. Pregnancy
13. Defisiensi Imunologis congenital/ childhood (chronic familial mucocutaneous
candidiasis, endocrine candidiasis syndrome), pada dewasa (diabetes, HIV,
leukemia), iatrogenic (chemotherapy cancer, transplantasi sumsum tulang, head
and nec radiation)
14. Malabsorbsi dan malnutrisi
Lesi pada trush berada di lapisan superficial dengan reaksi inflamasi, dengan
hiperparakeratosis( pembentukan keratin pada stratum superficial) dan ulserasi pada
permukaannya. Ulcer ini tertutup oleh eksudat fibrinoid, yang didalamnya ditemukan
yeast dan pseudohifa. Jamur ini tidak berpenetrasi ke lapisan di bawahnya. Debris ini
sehingga disebut pseudo membrane yang dapat menempel pada mukosa mulut.
Jamur Candida albicans merupakan flora alami yang ada di dalam rongga
mulut manusia. Prevalensi jamur ini pada manusia normal adalah sekitar 30-40%,
sedangkan pada penderita diabetes melitus terdapat prevalensi hingga >80%.
Menurut Dwarzch tahun 1990 mengatakan bahwa kadar gula dalam saliva yang
tinggi menyebabkan perkembangan jamur Candida albicans berkembang dengan
pesat karena faktor lingkungan yang mendukung. Kadar gula dalam saliva meningkat
menyebabkan menurunnya kualitas neutrofil dan kualitas dari fagositosis serta
killing intra cell melawan antigen.
87
Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defesiensi
insulin.Pasien yang mengalami defesiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan makanan yang mengandung
karbohidrat. Penderita diabetes mellitus mengalami masalah mulut kering (dry mouth) atau
xerostomia dan disfungsi glandula salivarius. Hal ini dihubungkan dengan polyuria sehinggapasien
sering merasa haus, selain itu terjadi perubahan membran dari glandula salvarius. Padapasien DM
tipe 1 terjadi imunosupression kronis, sedangkan pada DM tipe 2 terjadi hyperglycemia akut yang
menyebabkan perubahan-perubahan dalam respon imun. Pasien dengan keadaan sering mengalami
xerostomia dan dengan imun yang rendah menyebabkan infeksi jamur Candida dapat
berkembang dengan baik.
88
Nistatin oral menjadi pilihan alternative utama sebagai profilaksis infeksi
jamur sistemik karena sifat yang dimiliki yaitu bereaksi likal dan tidak diansopsi
(sistemik), murah, mudah diberikan, dan aman, meskipun pemakaiannya sebagai
prosedur rutin masih memerlukan uji klinis lebih lanjut.
Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitive. Aktifitas
antijamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membrane sel jamur atau
ragi terutama sekali ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol dengan
antibiotic ini akan terjadi perubahan permeabiltas membrane sel sehingga sel akan
kehilangan berbagai molekul kecil (Gunawan, 2007).
Efek samping dari Nystatin:
6. Mual
7. Muntah
8. Diare
9. Sakit pada bagian perut
10. Kembung
Dosis yang digunakan 2-3 ml suspensi yang mengandung 100.000 units/ml
dimasukkan lewat mulut dan ditahan selama 5 menit sebelum ditelan. Prosedur
diulang 6 jam sekali selama 10 hari atau 48 jam setelah gejala berkurang. Atau bisa
juga dengan 1-2 lozenges (200.000 unit) 4-5 kali sehari. Untuk denture stomatitis,
salep nystatin (100.000 unit/g) digunakan topikal setiap 6 jam sekali.
Indikasi penggunaan nystatin antara lain:
89
No telp. 0838734875
Jatinangor, 25 September 2016
90
SIMPULAN
91
Daftar Pustaka
92