Anda di halaman 1dari 11

Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Hewani

Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan
(nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani). Bahan pangan nabati adalah bahan-bahan makanan yang
berasal dari tanaman (bisa berupa akar, batang, dahan, daun, bunga, buah atau beberapa bagian dari
tanaman bahkan keseluruhannya) atau bahan makanan yang diolah dari bahan dasar dari tanaman. Bahan
pangan hewani merupakan bahan-bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan
dasarnya dari hasil hewan.

Kedua bahan pangan ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memerlukan penanganan dan
pengolahan yang berbeda pula, dalam hal ini yang diuraikan adalah bahan pangan hewani. Bahan pangan
hewani meliputi susu, telur, daging dan ikan serta produk-produk olahannya yang bahan dasarnya berasal
dari hasil hewani. Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pangan
nabati. Beberapa diantaranya adalah:

a) Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada bahan pangan
nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya simpan ini terkait dengan
struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung
yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman
b) Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor
tekanan dari luar
c) Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa
digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur. Berbeda dengan pangan
nabati yang memiliki kesamaan dalam hal jaringan-jaringan atau komponen-komponen
penyusunnya. Pada bahan pangan hewani, lemak pada daging terletak pada jaringan lemak,
pada susu terletak pada globula-globula lemak dan pada telur terdapat pada kuning telur.
d) Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak, sedang bahan
pangan nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, lemak dan protein.

Berdasarkan hal di atas maka pengolahan menjadi penting. Pengolahan penting karena dapat
memperpanjang masa simpan, meningkatkan daya tahan, meningkatkan kualitas, nilai tambah dan
sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu roduk menjadi memiliki daya ekonomi
yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan.

Proses pengawetan adalah suatu cara untuk menjadikan hasil peternakan dan pertanian yang awalnya
bersifat rusak menjadi produk makanan atau minuman (pangan) yang lebih awet dengan tetap
mempertahankan sifat fisik, tekstur, warna, dan zat gizinya.

Jenis jenis bahan pangan hewani:

1. Susu, yaitu produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh
dengan cara perasan.
2. Ikan, dalam arti luas adalah makhluk hidup yang hidup di air. Baik ar tawar, air payau maupun yang
layak dan bisa dimakan. Ikan dalam arti sempit adalah semua jenis ikan sungai, ikan danau, ikan rawa,

1
ikan yang dipelihara di empang dan sebagainya. Yang termasuk dalam kategori ikan (hasil perikanan)
ini adalah hasil perikanan lainnya seperti kerang, teripang, abalone, dan lain-lain.
3. Daging, yaitu produk yang diperoleh dengan cara pemotongan ternak (mamalia dan unggas) .
contohnya daging ayam ,kuda ,kerbau ,sapi
4. Produk-produk olahan dari bahan pangan tersebut diatas misalnya produk-produk seperti krim, keju,
susu bubuk, dan sebagainya. Produk olahan daging seperti sosis, dendeng, dan lain-lain

Tujuan utama mengawetkan bahan pangan adalah untuk memperpanjang masa simpan. Berbagai
makanan awetan dari bahan hewani di berbagai daerah di Indonesia menjadi ciri khas daerah.

Berikut beberapa bahan pengawet alami yang bisa dijadikan pengawet makanan :

1. Garam

Inilah pengawet makanan tertua di dunia, produk yang menggunakan garam sebagai pengawet umumnya
memiliki kondisi yang baik dan tahan selama beberapa tahun. Garam mampu menyerap air, tempat
tumbuhnya mikroorganisme dan mencegah mereka tumbuh merusak makanan. Selain itu garam juga
mampu membunuh bakteri yang menyebabkan makanan menjadi basi, serta menjaga makanan tetap
kering sehingga mencegah tumbuhnya ragi dan jamur.

2. Larutan Cuka

Larutan Cuka dibuat dari fermentasi gula dan air serta mengandung kadar asam asetat yang tinggi.
Penggunaannya selain untuk mengawetkan makanan, juga untuk membunuh mikroba yang membuat
makanan cepat busuk. Umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan kaleng dan acar, selain itu
dipakai untuk mencuci ikan, ayam dan daging sebelum disimpan dalam lemari es, dan masa simpan di
dalam lemari es menjadi lebih lama.

3. Gula

Gula mampu mengawetkan makanan dengan menyerap kelebihan air dan mencegah pertumbuhan
bakteri dan mikroorganisme yang berkontribusi terhadap dekomposisi. Dikenal sebagai bahan pengawet
sejak ribuan tahun lalu, gula juga bisa menjadikan bunga dalam vas terlihat segar lebih lama. Gula pula
yang membuat selai dan jeli tak basi setelah kemasannya dibuka. Bahkan bangsa Mesir kuno diketahui
selalu mengawetkan makanan dalam toples madu.

4. Jeruk Lemon

Vitamin C dosis tinggi terkandung dalam buah jeruk lemon, yang diketahui mampu membunuh
mikroorganisme perusak gizi makanan. Oksidasi makanan dapat dicegah dengan zat antioksidan yang ada
dalam jeruk lemon. Sangat dianjurkan sebelum disimpan dalam lemari es, sebaiknya ikan, daging atau
sayuran terlebih dahulu dilumuri perasan Jeruk Lemon.

5. Minyak

Minyak diketahui memiliki kemampuan untuk memperlambat proses oksidasi dan membunuh
mikroorganisme lebih cepat. Makanan yang digoreng atau diolah dengan minyak akan menjadi lebih
tahan lama.

6. Cengkeh

2
Bangsa Cina dan India sejak dahulu telah menggunakan cengkeh untuk mencegah tumbuhnya jamur serta
bakteri pada makanan. Karena cengkeh juga banyak tumbuh di Indonesia, selain digunakan untuk
rempah,-rempah, tak ada salahnya bisa digunakan juga sebagai pengawet alami makanan sebagaimana
penggunaannya oleh bangsa Cina dan India.

7. Kunyit

Kunyit bisa digunakan untuk menekan laju pertumbuhan mikroba, umumnya digunakan pada produksi
makanan seperti tahu. Caranya adalah dengan mengolesinya pada permukaan kulit tahu. Selain itu kunyit
juga digunakan untuk pembuatan nasi kuning.

8. Kayu Manis

Kayu manis, selain mengandung asam benzoate, juga memiliki aroma rempah khas juga mengandung
antioksidan yang tinggi. Selain kayu manis bisa juga digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur,
namun jamur-jamurnya harus spesifik karena tidak semua jamur bisa diatasi oleh kayu manis.

9. Air Kelapa

Air kelapa yang diberi mikroba akan menjadi pengawet alami bernama Asam sitrat (citric acid). Asam sitrat
sekarang banyak dijual bebas ditoko kimia, namun bisa juga membuatnya sendiri bahan dan harganya
bisa menjadi lebih murah.

10. Bawang Putih

Bawang putih diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Kandungan allicin-nya juga sangat
efektif mematikan gram positif dan gram negatif. Selain itu bawang putih bersifat antimikroba E.coli,
aerobacter aeroganes, sigella sonnei, dan staphylococcus sureus. Bawang putih juga bermanfaat untuk
mengurangi jumlah bakteri aerob, kaliform dan mikrooganisme lainya sehingga bahan makanan yang
ditambahkan bawang putih akan menjadi lebih tahan lama.

Makanan berdasarkan kadar airnya dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah. Produk
makanan dapat juga dikelompokan menjadi makanan jadi dan makanan setengah jadi. Makanan jadi
adalah makanan yang dapat langsung disajikan dan dimakan. Makanan setengah jadi membutuhkan
proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan dan dimakan.

Pengembangan makanan awetan dari makanan hewani terbagi pada dua bagian, yaitu bagian
pengembangan pengolahannya dan pengemasan.

A. Pengembangan Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Hewani

Teknologi pengolahan menjadi solusi untuk memberikan alternatif penanganan sumber daya alam hewani
agar bisa mempunyai nilai tambah yang lebih baik dan tentu menjadi produk-produk yang lebih awet,
serta bisa disimpan dan didistribusikan pada suhu biasa.

Teknologi pengolahan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk, termasuk SDA hewani
yang melimpah, bisa dilakukan pengolahan yang tepat sehingga menghasilkan produk yang baik. Sumber

3
daya alam hewani sangat mudah rusak sehingga dalam pengolahan diperlukan metode untuk
mengawetkannya.

Beberapa prinsip tehnik pengawetan yang bisa dilakukan dalam proses pengolahan makanan, yaitu
sebagai berikut.

a) Pengawetan dengan suhu tinggi,


Bisa dilakukan dengan pengeringan (baik pengeringan alami seperti sinar matahari, maupun
pengeringan buatan misalnya dengan oven) dan pengasapan.
• Pengeringan
Teknik ini dilakukan untuk mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme,
biasanya dilakukan pada bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat. Cara
pengeringan dilakukan dengan menjemur atau memanaskan makanan.
• Pengasapan
Teknik ini merupakan perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan. Contoh: biji jagung,
ikan asap. Pengasapan dibagi menjadi dua yaitu pengasapan panas (hot smoking) suhu
65OC-100oC dengan waktu berjam-jam dengan hasil yang bisa langsung dikonsumsi; dan
pengasapan dingin (cold smoking) suhu 50oC dengan waktu berminggu-minggu dengan
hasil yang harus diolah kembali jika ingin mengonsumsinya.
b) Pengawetan dengan suhu rendah,
Bisa dilakukan dengan proses pendinginan dan pembekuan.
• Pembekuan
Pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku air.
• Pendinginan
Dilakukan dengan cara memasukkan makanan ke dalam lemari es atau kotak es. Contoh:
susu dan daging.
c) Pengawetan dengan iradiasi.
Iradiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan makanan yang menerapkan gelombang
elektromagnetik. Iradiasi bertujuan mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan,
serta membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit terbawa makanan.
Prinsip pengolahan, dosis, teknik dan peralatan, persyaratan kesehatan dan keselamatan serta
pengaruh iradiasi terhadap makanan harus diperhatikan.
d) Pengawetan dengan bahan kimia bisa dilakukan dengan gula, asam sitrat dan garam.
• Pengasinan
Teknik mengawetkan makanan yang lebih umum sebelum adanya pendinginan modern.
Pengasinan menjaga makanan dengan menarik air keluar dari makanan, mencegah
bakteri tumbuh dan merusak makanan. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk makanan. Contoh: daging, telur, ikan, dan buah-buahan.

Alasan mengapa garam? Karena garam mengeluarkan kelembapan dari makanan.


Makanan cenderung rusak karena kelembapan yang menyebabkan mikroorganisme
merusak makanan. ketika daging terpapar garam dalam jumlah tepat, sekitar 20%
salinitas, garam mulai menarik uap air dari sel, tidak hanya pada makanan, tetapi juga
bakteri yang ada dalam makanan.
• Pemanisan

4
Merupakan teknik pengawetan yang mirip dengan pengasinan. Makanan dikeringkan dan
dikemas dengan gula. Gula bisa berupa kristal dalam bentuk meja atau gula mentah, atau
berupa cairan dengan kepadatan gula tinggi seperti madu, sirup, atau molase.
Caranya, memasukkan makanan ke dalam zat mengandung gula dengan kadar
konsentrasi 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Apabila kadar
konsentrasinya dinaikkan jadi 70%, maka dapat mencegah terjadinya kerusakan
makanan. Contoh: susu, manisan buah, agar-agar, dsb.
Gula juga digunakan dalam teknik pengalengan dan pembekuan buah-buahan untuk
meningkatkan rasa, tekstur, dan mempertahankan warna dan bentuk alami.
• Pengasaman
Pengasaman adalah suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan memberikan asam
dengan tujuan untuk pengawetan melalui penurunan derajat pH (mengasamkan) produk
makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk.
Pengasaman makanan dapat dilakukan dengan jalan penambahan asam secara langsung
misalnya asam propionate, asam sitrat, asam asetat, asam benzoat dll atau penambahan
makanan yang bersifat asam seperti tomat.
Mikroba yang dapat merusak makanan tidak dapat hidup pada makanan, karena adanya
asam cuka menyebabkan konsentrasi menjadi tinggi, terjadinya difusi osmosis sehingga
mikroba akan mati.
e) Fermentasi
Fermentasi merupakan proses alami yang mana mikroorganisme seperti ragi dan bakteri untuk
mengubah karbohidrat (pati dan gula) menjadi alkohol ataupun asam. Alkohol atau asam
bertindak sebagai pengawet alami dan juga memberikan rasa khas dan kekenyalan pada makanan
yang difermentasi.
Fermentasi juga mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan, yang dikenal sebagai
probiotik. Makanan fermentasi sering ditemui seperti tape, kimchi, kefir, keju, yogurt, anggur, dan
masih banyak lagi.
f) Pengalengan
Cara yang satu ini menggabungkan antara teknik kimia dan juga fisika. Teknik kimia karena
biasanya diperlukan sejumlah zat pengawet yang harus dicampurkan ke dalam makanan dan
teknik fisika karena makanan tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam kaleng hampa udara.
Zat pengawet yang digunakan biasanya mengandung garam, asam, ataupun gula dan disimpan ke
dalam kaleng yang terbuat dari alumunium. Makanan yang biasanya diawetkan dengan cara
pengalengan adalah sayur, buah, ikan, daging.

Setiap produk bisa menggunakan salah satu metode tersebut atau mengombinasikan beberapa metode,
sampai didapatkan produk yang mempunyai keawetan seperti yang diharapkan.

Pada umumnya, prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu:

1) Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan.


2) Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk serangan hama.
3) Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan dalam
pengawetan juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba.

5
Tujuan pengawetan makanan

Dengan melakukan pengawetan makanan maka mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:

1) Memperlambat aktivitas bakteri yang bisa menyebabkan penyakit atau bakteri yang bisa
menurunkan kualitas makanan. Seperti segelas susu yang dibiarkan dalam ruangan akan lebih
cepat rusak. Hanya dalam waktu beberapa jam, kualitas susu akan menurun. Namun beda halnya
apabila susu tersebut dimasukkan ke dalam kulkas. Maka hal ini akan membantu menghambat
proses tumbuhnya bakteri
2) Menghancurkan enzim natural dalam makanan yang bisa menyebabkan makanan busuk atau
warna makanan akan berubah. Untuk menghancurkan enzim ini, makanan harus dipanaskan
sampai suhu 66cc
3) Meminimalisir kerugian yang diakibatkan pembusukan makanan bagi para pengusaha makanan
4) Meningkatkan keuntungan bagi para pengusaha makanan

Melimpahnya bahan baku yang berbahan dasar sumber daya alam hewani tentu menjadi peluang yang
cukup besar untuk memilih wirausaha bidang ini. Setiap daerah mempunyai sumber daya alam hewani,
artinya hampir di setiap daerah pun bisa berpeluang mempunyai wirausaha berbasis sumber daya alam
hewani.

Berikut ini contoh makanan awetan berbahan baku hewani.

1. Telur asin

Telur asin adalah makanan khas berasal dari Brebes, Jawa Tengah.

Jenis yang telur yang sering menjadi bahan pembuatan pengawetan adalah telur bebek. Banyak cara agar
telur bebek bisa bertahan lama, disimpan dalam waktu tertentu yang lebih lama, atau proses pengawetan
pada telur sehingga memperpanjang masa kesegaran telur.

Pada intinya proses ini dilakukan untuk mengurangi penguatan air dari dalam ke permukaan telur. Ada
beberapa cara dalam usaha pengawetan telur ini. Cara mengasinkan telur bebek yang umum dilakukan
adalah dengan dua teknik yaitu perendaman dalam larutan garam dan menggunakan batu bata.

Cara pengawetan telur bebek yang lain adalah dengan menggunakan Minyak Kelapa. Pengawetan ini
dapat dilakukan dengan dua jenis minyak kelapa, yaitu minyak kelapa panas dan minyak kelapa dingin.
Dengan teknik pengawetan ini, kesegaran telur dapat bertahan hingga 7 – 9 minggu. Pengawetan dengan
menggunakan minyak kelapa dingin cukup sederhana, dengan cara membersihkan telur bebek terlebih
dahulu, lalu mencelupkan telur ke dalam minyak kelapa dingin hingga rata keseluruh permukaan telur.
Setelah itu, letakkan telur dalam rak penyimpan telur dengan bagian tumpul telur berada diatas.

Sedangkan pengawetan menggunakan minyak kelapa panas dilakukan dengan memanaskan minyak
kelapa lalu meletakkan telur yang akan diawetkan dalam keranjang kawat, lalu celupkan telur ke dalam
minyak kelapa panas selama 1-1,5 detik, tiriskan telur dan susun dalam rak telur dengan bagian tumpul
diatas. Simpan telur ditempat bersih dan sejuk. Idealnya tempat penyimpanan memiliki suhu kamar 30
derajat Celcius dan kelembapan 78,5%

2. Ikan asin.

6
Ikan asin adalah produk makanan awetan yang berbahan baku ikan, di mana dalam pengolahannya
mengombinasikan dua metode pengawetan, yaitu penambahan garam dan pengeringan.

Anda bisa mengawetkan ikan asin dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu mencucinya dengan bersih,
potong dengan ketebalan 1 cm, campurkan garam, rendam dalam larutan garam itu selama 1-2 hari, lalu
jemur hingga kering. Setelahnya simpan dalam lemari es agar lebih tahan lama.

Ikan asin merupakan makanan awetan dari bahan hewani yang biasanya banyak dilakukan terutama di
daerah pantai, yang dekat dengan sumber bahan bakunya. Ikan asin bisa ditemukan hampir di setiap
daerah di Indonesia. Sangat disayangkan masih banyak ikan asin yang diolah dengan menggunakan Bahan
Tambahan Makanan (BTP) yang tidak diizinkan dan jumlah yang berlebih.

Peluang wirausaha ikan asin sangat terbuka karena hampir semua orang menyukai ikan asin. Produsen
pengolahan ikan asin pun sudah cukup banyak. Tantangannya adalah membuat usaha ikan asin yang
mempunyai nilai lebih dari yang sudah ada. Memproduksi ikan asin yang lebih higienis dan sehat serta
juga membuat ikan asin yang Ready to Eat (RTE) agar konsumen langsung dapat mengonsumsinya tanpa
harus mengolahnya, bisa menjadi pilihan bisnis yang prospektif. Saat ini, banyak konsumen lebih
menyukai yang praktis dan terdapat pula konsumen yang tidak menyukai bau yang ditimbulkan saat
memasak ikan asin di rumah.

3. Dendeng

Dendeng merupakan makanan awetan yang berasal dari ternak sapi. Bentuknya berupa irisan daging yang
dipotong tipis-tipis hingga jadi seperti serpihan lemak. Rasa dari makanan awetan ini adalah asin serta
sedikit manis. Sangat cocok menjadikannya sebagai lauk bersama dengan nasi.

4. Sosis

Sosis merupakan makanan awetan yang menjadi kegemaran banyak orang. Bahannya dapat berasal dari
daging ayam atau sapi. Dalam proses pengawetannya, fermentasi sosis mendapat bantuan dari bakteri
baik asam laktat dan membutuhkan waktu selama 3 bulan.

Hasil pengawetan sosis kemudian dapat menjadi olahan lezat dan bisa bertahan lama apabila
menyimpannya ke dalam lemari pendingin. Anda bisa menggorengnya untuk kemudian langsung
menyantapnya atau mencampurkannya dengan bahan lainnya.

5. Nugget Ayam

Selanjutnya ada makanan awetan yang disukai anak kecil yakni nugget ayam. Ini merupakan olahan daging
ayam yang cocok menjadi lauk dan hasilnya bisa banyak sehingga dapat menjadi stok makanan dalam
jangka waktu lama.

Anda bisa membuatnya sendiri karena caranya sangatlah mudah, yaitu giling daging ayam kemudian
tambahkan tepung dan bumbu. Selanjutnya kukus hingga matang selama 35 menitan. Lalu sebelum
menggoreng berikan lapisan tepung basah dan tepung roti/panir.

6. Abon

Abon merupakan jenis makanan awetan berasal dari daging sapi, ikan laut, atau kerbau yang berbentuk
suwiran-suwiran. Sangat enak menjadikannya lauk bersama nasi panas.

7
Anda dapat membuat berbagai jenis abon sendiri untuk menjadikannya stok makanan. Caranya sangatlah
mudah, yaitu dengan merebus daging bersama bumbu hingga lunak, lalu suwir-suwir. Kemudian goreng
dengan minyak panas. Tambahkan kecap agar lebih sedap.

7. Otak-otak

Selanjutnya ada makanan awetan dari bahan hewani dan asal daerahnya, yaitu Kepulauan Riau. Otak-otak
merupakan hasil olahan daging tenggiri cincang yang dalam proses pembuatannya menggunakan daun
pisang untuk kemudian dipanggang.

Otak-otak juga menjadi menu favorit pada rumah makan padang. Makanan ini bisa awet jika dalam
pembuatannya memakai teknik pendinginan.

B. Pengemasan Makanan Awetan dari Bahan Hewani.

Kemasan makanan berfungsi menjaga agar produk tetap higiene dan awet, mudah dikonsumsi dan mudah
didistribusikan. Kemasan yang melekat pada produk disebut sebagai kemasan primer. Kemasan sekunder
berisi beberapa kemasan primer yang berisi produk. Kemasan untuk distribusi disebut kemasan tersier.

Kemasan untuk produk makanan fungsional setengah jadi berbeda dengan produk makanan fungsional
jadi yang siap dikonsumsi. Pada produk makanan proses pengemasan berkaitan erat dengan proses
pengolahan produk. Pengemasan berperan penting dalam menentukan keawetan produk makanan yang
dikemasnya. Kemasan makanan mempunyai tujuan melindungi produk dari pengaruh lingkungan seperti
uap air, dan mikroorganisma. Kemasan juga berfungsi melindungi produk makanan dari benturan yang
dapat menyebabkan kerusakan pada bentuk dan isi kemasan. Kemasan yang bersentuhan langsung
dengan produk makanan disebut kemasan primer.

Kemasan juga berfungsi untuk penanganan (memudahkan penanganan produk), distribusi, memberikan
informasi dan menjadi daya tarik bagi pembeli. Pada kemasan, harus dicantumkan keterangan dan
informasi teknis tentang produk makanan yang ada di dalamnya, seperti berat bersih, kandungan bahan
dan keterangan kadaluarsa. Keterangan ini biasanya dicantumkan di kemasan sekunder.

Kemasan sekunder adalah kemasan yang tidak bersentuhan langsung dengan produk makanan,
melainkan digunakan pada bagian luar kemasan primer. Kemasan yang digunakan untuk distribusi jarak
jauh adalah kemasan tersier, yang dapat memuat beberapa kemasan sekunder.

8
Kemasan untuk produk makanan mempunyai beberapa persyaratan sebelum diputuskan digunakan untuk
mengemas makanan/minuman yang akan kita produksi, di antaranya sebagai berikut.

a) Kemasan harus dapat melindungi isi dari pengaruh lingkungan dan saat distribusi. Misalnya kripik
akan lembek jika kemasannya tidak dapat menahan H2O yang masuk melalui pori-pori.
b) Kemasan harus menjadi media penandaan terhadap barang yang dikemas sehingga pelabelan
harus tercetak dengan jelas dan komplit.
c) Kemasan harus mudah dibuka dan mudah ditutup kembali serta berdesain atraktif.
d) Kemasan harus dapat mempromosikan diri sendiri bila dipajang di etalase toko atau swalayan.
e) Bahan kemasan akan lebih baik jika ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.

Selain kualitas kemasan, hal yang harus diperhatikan adalah label dari kemasan produk makanan
fungsional tersebut. Delapan hal yang wajib ada pada label harus dicantumkan lengkap.

1) Nama Produk (sesuaikan dengan SNI).


2) Nama Dagang (jangan menggunakan yang sudah digunakan oleh produsen lain).
3) Berat Bersih atau Isi Bersih (bergantung pada bentuk produk, padat atau cair, untuk padat
digunakan berat bersih, dan cair digunakan isi bersih, sedangkan untuk pasta boleh menggunakan
berat bersih atau isi bersih).
4) Nomor Pendaftaran (MD/ML/P-IRT, MD/ML bisa diperoleh di BPOM dan P-IRT di Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten setempat, MD/ML untuk industri menengah besar dan P-IRT untuk industri
mikro-kecil).
5) Nama dan Alamat Produsen (hal yang wajib dicantumkan: nama perusahaan, nama kota tempat
produksi, kode pos dan nama Negara jika untuk ekspor).
6) Tanggal Kadaluwarsa (ditulis: Baik digunakan sebelum …).
7) Komposisi (ditulis diurutkan dari yang penggunaannya terbanyak).
8) Kode Produksi (kode yang untuk dipahami oleh internal perusahaan, untuk kepentingan
pengawasan mutu produk).

9
Bahasa yang wajib digunakan untuk produk yang akan dipasarkan di wilayah Indonesia adalah Bahasa
Indonesia. Adapun bahasa lainnya adalah dibolehkan sebagai bahasa tambahan, tanpa membuang
penggunaan bahasa Indonesia.

Karena banyak yang masih mencampur penggunaan bahasa, misalnya berat bersih ditulis netto, baik
digunakan sebelum ditulis exp. date, dan lainnya. Padahal netto atau exp. date adalah bahasa asing.

Adapun produk untuk diekspor, sebaiknya selain menggunakan bahasa Inggris, juga ditambahkan bahasa
Negara yang akan dituju. Hal ini untuk lebih memudahkan pemahaman produk oleh konsumen di negara
tujuan. Selain hal yang wajib ada pada label, ada beberapa hal yang disarankan ada pada kemasan, seperti
label halal, barcode dan kandungan nilai gizi. Sebaliknya, ada juga beberapa hal yang dilarang tercantum
dalam kemasan, seperti klaim kandungan kesehatan tanpa bukti, klaim mengobati dan sifat-sifat yang
berlebihan lainnya.

Berikut contoh kemasan makanan awetan

10
11

Anda mungkin juga menyukai