Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KRITIK SENI

Nama : Billy Inayatullah Ridwan Albi

Nim : C0616010

PRODI SENI RUPA MURNI

FAKULTAS SENIRUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
Deskripsi :
Lukisan ini berjudul “Starry Night” dalam bahasa Indonesia “Malam Berbintang”
dapat terlihat ada dua warna primer yang mencolok adalah biru dan kuning, ada juga warna
lain yaitu hitam, cokelat, dan putih. Terlihat jelas ada garis-garis putus yang membentuk
seperti lengkungan berbentuk arah angin, terlihat juga dilukisan bagian bawah terdapat
beberapa bentuk rumah, dan yang paling menonjol yaitu pada bagian yang seperti kayu
berwarna hitam pekat,meruncing dan terlihat dekat, terlihat menggambarkan suasana malam
sesuai dengan judulnya bintang malam. Lalu bentuk dan garis lingkaran yang emiliki beda-
beda ukuran juga jelas terlihat. Pada lukisan tersebut dibuat dengan media cat minyak dan
kanvas, permainan warna yang menimbulkan kesan tekstur, terdapat lingkaran berwarna
kuning ditengah terlihat seprti bentuk bulan, Point of Interests terdapat pada warna hitam
kecoklatan seperti tebing karena bentuknya yang besar dan berbeda warna dengan yang
lainnya. Terdapat juga beberapa bentuk diang yang membentuk sebuah desa atau rumah-
rumah, terdapat juga garis lurus keatas berwarna biru dan terdapat juga pada tebing, Selain itu
juga garis-garis lengkung semakin jauh terlihat semaikn kecil.
Analisi :
Lukisan ini cendrung menggunakan warna gelap, terdapat unsur seni yang terkandung
dalam karya tersebut yaitu garis, warna ,bidang, dan teksture. Perinsip penataan yaitu
kesatuan, kesemibangan,irama, unity. Pada lukisan tersebut terdapat warna biru tua dan
kuning yang menciptaan lingkaran kuning terlihat menonjol, lukisan ini memiliki garis
terarah yang membentuk seperti turbulensi udara atau pusaran air. Lukisan ini nampak
bertekstur mengikuti arah repitisi garis lengkung yang menggambarkan langit,teksture
memiliki kesan permukaan objek yang timbul dalam bidang, tekstur yang apabila disentuh
akan terasa kasar

Interpertasi :
Menurut saya lukisan ini mengambarkan perasaan yang mendalam oleh seniman,
suasana yang dapat dilukiskan pada lukisan menarik unuk masuk kedalam cerita yang
terkandung dalam lukisan tersebut. Dalam psikologi warna, warna kuning menggambarkan
tidak percaya diri, berharap, toleran, memiliki cita-cita yang tinggi, berubah-ubah sikap,
sedangkan warna biru yaitu perasaan, sensitif, berpendirian, menahan amarah, sesuatu yang
terpendam dingga perasaan depresi. Terdapat juga warna hitam yang memiliki maksud mati,
gelap, hampa kehidupan yang terhenti, putus asa, kebinasaan, punah, kerusakan dan
kehancuran. Warna coklatmengambarkan pesimis, kebahagiaan masa depan, kuang toleran
dan menggambarkan keputus asaan. Pada lukisan ini kita dituntun melihat dunianya yang
seniman rasakan, penyampaiaan jeritan hati pada saat itu.
Seniman juga sempat diberitakan masuk rumah sakit jiwa dikarnaan depresi, seperti
yang dilansirkan di berita Kompasiana.com, dengan judul artikel “Loving Vincent”
Menelusuri Kematian Vincent Van Gogh dalam Sapuan Kuas di Atas Kanvas” yang
dipubikasikan pada tanggal 2 Maret 2018 pada Pukul 10:45 yang berisi , yaitu :
“Lukisan Vincent Van Gogh memliki ciri khas dengan karya lukis yang lebih
mempergunakan warna cerah untuk pengungkapan simbolime dalam lukisannya tentang
ladang-ladang, pohon-pohon dan kehidupan pedesaan seperti Night watch (1888) dan Starry
Night (1889). Dia setelah itu mengundang pelukis Paul Gauguin untuk dapat bergabung.
Akan tetapi, setelah bertengkar dan Gauguin pergi, Van Gogh telah mengalami depresi berat.
Betapa ironisnya, pelukis yang hasil karya lukisnya pada saat ini, hampir tak terbayar oleh
orang kebanyakan pada dunia ini, adalah seorang pelukis yang menderita dikarenakan
kemiskinan pada masa itu. Bahkan untuk minim dan makan pun harus mengandalkan bantuan
saudara, adiknya yang emiliki nama Theo. Jangankan untuk menikah dan mempunyai
keluarga, untuk dapat menghidupi dirinya sendiri pun Van Gogh tidak mampu. Hal yang
paling mengagetkan lagi, ternyata lukisan yang paling dianggap termahal dan termasuk
memiliki makna yang mewakili jiwa si pelukisnya, banyak dibuat pada saat di rumah sakit
jiwa, ketika ia dirawat di sana dikarena depresi hebat yang melandanya dan dinyatakan gila.”
Van Gogh adalah seniman lahir pada tahun 30 maret 1853, Zundert, Belanda, dan dia
meninggal dengan tragis yaitu bunuh diri menembakkan psitol ke kepalanya sendiri pada
tahun 29 Juli 1890. Kehidupannya yang serba kekurangan membuat suatu karya seni yang
mungkin dianggap oleh Van Gogh sendiri sebagai ekspresi diri.

Gambar .1
Satar Tacik, “Nyongkolan”, Cat minyak di atas Kanvas, 2001

Gambar 2
Satar Tacik, “Begawe”, Cat minyak di atas Kanvas, 2013

Kritik Ilmiah :
Satar Tacik merupakan seniman yang memiliki keunikan dalam penggalian ide dan
pengungkapan bahasa estetiknya. Satar Tacik adalah seniman dari Lombok yang sangat
dipengaruhi oleh ”dunia batu” pada penggalian ide dan proses pembuatan karya lukisnya.
Perjalanan seni lukis Satar Tacik pada media canvas, sangat dominan pada mengeksplor
dunia batu sebagai subjek dan objek penciptaan karya seni lukisnya. Sementara itu karya
dengan media canvas, Satar Tacik juga kerap menciptakan lukisan dengan media cat air
dengan teknik aquarel. Satar Tacik walaupun menjadi seorang pelukis, dia juga dikenal
sebagai seniman ”pengakrab batu”, dan mempunyai ketertarikan yang kuat dalam dunia batu.
Sebab itulah yang membuat Satar Tacik berbeda dengan seniman lain di pulau Lombok.
Karya lukis yang bertema tradisi dalam lukisan Satar Tacik, adalah sebuah representasi awal
dunia pribadi dengan lingkungan sekitarnya, Oleh karena itu, dia bisa melahirkan sebuah
representasi baru tentang sebuah objek dapat dilahirkan kembali dalam dunia kekaryaanya.
Elemen lain yang kerap dihadirkan Satar Tacik dalam tema trdisi adalah adanya bale
lumbung sasak sebagai bagian lain dalam komposisi lukisanya. Secara tematik, karya lukis
Satar Tacik menampilkan, aktivitas natural tradisi seperti : Begawe dan Nyongkolan. Pada
kedua kegiatan ritual budaya ini, adalah sebuah kegiatan yang sarat dengan unsur gerak yang
dinamis dan statis, unsur gerak yang dihadirkan berupa gerakan tari keriangan dan suka cita
prosesi Nyongkolan, maka dalam al tersebut dapat kita lihat lukisan Satar Tacik yang
berjudul “Nyongkolan”.
Pada karya lukisan sangat jelas terlihat adanya sebuah prosesi upacara yang
divisualisasikan dengan hadirnya figur-figur manusia yang mengikuti prosesi upacara
Nyongkolan. Kaeriangan sangat terasa dengan refleksi berbagai macam gerakan dan atsmofer
pada kerumunan manusia. Maka dari itu adalah cara Satar Tacik dalam membahasakan
kembali salah satu tradisi budaya kedalaman bingkai sebuah karya. Pada lukisan tema
tradisi,Satar Tacik juga mengangkat tema”begawe” yang adalah sebuah acara ceremonial
dalam beberapa ritual adat suku sasak. Adanya kesamaan antara lukisan tersebut diantaranya
lukisan yang mengangkat dalam tema tradisi yaitu begawe dan nyongkolan, sebagai untuk
merepresentasikan keriuhan sebuah prosesi ritual tersebut, objek dalam kegiatan tersebut,
sebuah usaha untuk menghadrikan figure manusia dengan jumlah yang banyak pada lukisan
tersebut. Dalam tema tradisi penggunaan warna pada lukisan cenderung menggunakan warna
analogos dengan tone yang kaya, sehingga dapat terwakili kemeriaahan ritual kebudayaan
tersebut. Pada karya dengantema tradisi hadirnya figur manusia sebagai subjek metter, dari
masyarakat yang berbudaya menginterprestasikan figure seseorang.
Pada teori ini, menjelaskan bahwa aktivitas manusia adalah unsur kebudayaan penting
untuk menghasilkan wujud dan unsur kebudayaan lain, yaitu : bahasa, kesenian dan ritual
budaya yang lain. Dengan keberadaan manusia sebagai pelaku dan unsur kebudayaan
memang tak bisa dipisahkan keberadaanya, sebab itu hadirnya teori wujud dan unsur
kebudayaan, memang berlaku pada sistem kebudayaan masyarakat suku sasak, dengan nilai
kebersamaan yang kuat, gotong royong, sama halnya pada kedua ritual kebudayaan yang
terdapat subtema lukisan Satar Tacik dalam periode tradisi. 
Membahas tentang teknik lukisan seniman Satar Tacik, dengan tema tradisi, memang
tak pernah bisa lepas dari kegemarannya akan benda batu. Kedekatannya lukisan tema tradisi
akan batu, bisa dilihat pada bidang kanvas yang telah dibentuk tekstur artificial batu.  Tekstur
yang meyamai tekstur batu, dibuat Satar Tacik untuk bagian agar memenuhi bidang
kanvasnya lalu kemudian dilukis dengan tema tradisi. Disinilah sebuah periode awal lukisan
Satar Tacik bisa mengadopsi bentuk batu untuk bagian dari karya lukisnya.

Anda mungkin juga menyukai