Anda di halaman 1dari 7

9

EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI PhET


(1) (2) (3)
Khairil Anwar, M. Isnaini, Linda Sekar Utami
(1)
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Univ. Muhammadiyah Mataram (email : hairil_physic@yahoo.com)
(2) (3)
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Univ. Muhammadiyah Mataram

ABSTRAK
Matakuliah fisika modern harus ditunjang dengan praktikum atau eksperimen. Banyak gejala fisika yang sulit
diamati secara langsung karena bersifat abstrak, seperti efek foto listrik. Selain itu peralatan-peralatan
eksperimen yang digunakan sangat mahal secara ekonomi. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat digunakan
beberapa alat bantu eksperimen berupa media simulasi berbasis komputer, diantaranya PhET (Physics
Education Tecnology). Oleh karena itu telah dilakukan pengujian media PhET dengan spesifikasi simulasi
efek foto listrik sebagai alat eksperimen untuk menentukan konstanta Planck (h) dan menunjukkan apakah
energi kinetik foto-elektron bergantung pada intensitas cahaya atau tidak. Panjang gelombang dari suatu
cahaya ditetapkan dari suatu panel pemilihan fungsi cahaya pada perangkat lunak, kemudian data tegangan
balik (V0) ditentukan sesuai dengan laju energi kinetik elektron yang bergerak menuju anoda. Selanjutnya
untuk meningkatkan ketelitian, data matematis elektronvolt (eV0) dengan seperpanjang gelombang cahaya
(1 / λ ) dianalisis dengan metode regresi linier. Perhitungan regresi untuk memperoleh nilai kemiringan
grafik dilakukan dengan program Ms. excel. Hasil analisis menunjukkan bahwa media simulasi PhET
-34
memberikan tingkat ketelitian yang baik pada penentuan tetapan Planck sebesar (6,80 ± 0,09)×10 J.s.
Sedangkan energi kinetik foto-elektron ditunjukkan bahwa tidak bergantung pada intensitas cahaya. Dapat
dinyatakan bahwa dengan media PhET dapat membuktikan nilai tetapan Planck dan meningkatkan
ketrampilan proses dalam pembelajaran, sehingga diharapkan dapat mambantu dalam memahami konsep
dan teori efek foto listrik secara mudah, cepat, dan praktis.

Kata Kunci : Simulasi PhET, Efek foto listrik, Konstanta Planck, dan Regresi linier.

Pendahuluan
Pembelajaran fisika dan sains tidak Dasar Teori
bisa lepas dari teknologi yang semakin lama
terdapat teori tentang efek foto listrik,
semakin berkembang. Sehubungan dengan
maka eksperimen untuk menggambarkan
hal itu metode pembelajaran fisika harus
prosesnya sangat diperlukan secara visual
dapat disesuaikan dengan keadaan dan
atau nyata untuk mengatasi teori-teori yang
sistem-sistem yang berbasis teknologi, salah
abstrak.
satunya yang berhubungan dengan
laboratorium khususnya dalam hal Dalam laboratorium, banyak
eksperimen. Sebagaimana Edgar Dale fenomena alam (gejala fisika) yang sulit untuk
mengutarakan bahwa pengalaman yang diamati secara langsung karena bersifat
paling bermakna adalah pengalaman abstrak (seperti mengamati karakteristik
langsung dan bertujuan, suatu pengalaman gerak elektron dalam suatu konduktor), selain
langsung melihat benda atau peristiwa asli itu peralatan-peralatan eksperimen yang
namun telah direncanakan terlebih dahulu, digunakan sangat mahal secara ekonomi.
sehingga para mahasiswa akan mendapatkan Untuk mengatasi hal tersebut, dapat
hasil keilmuan, nilai dan sikap yang optimal digunakan beberapa alat bantu eksperimen
(Supriyadi, 2002:3). Eksperimen adalah salah atau media simulasi berbasis komputer,
satu cara yang tepat untuk memudahkan diantaranya PhET (Physics Education
memahami suatu teori, sehingga mahasiswa Tecnologi). Media pembelajaran yang
mampu mencari dan menemukan sendiri berbasis teknologi yang secara umum
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan termasuk dalam teknologi informasi, baik
yang dihadapinya melalui percobaan atau yang sederhana dan mudah digunakan masih
kegiatan praktikum, sehingga kelak akan sangat diperlukan guna peningkatan
terbiasa untuk berfikir ilmiah (Roestiyah, ketrampilan proses dalam pendidikan. Media
2008:35). Sesuai dengan kurikulum pembelajaran IT (Tecnology Information)
perguruan tinggi, matakuliah fisika modern diharapkan dapat mambantu dalam
harus ditunjang dengan praktikum atau memahami konsep dan teori fisika secara
eksperimen. Oleh karena dalam fisika modern mudah, cepat dan praktis.
10

PhET (Physics Education Technology) alat yang dipakai dalam eksperimen efek foto
listrik.
Dalam Okimustava, (2008:38),
Physics Education Technology (PhET) adalah
software (perangkat lunak) atau program
simulasi fisika yang mudah untuk dipelajari.
Kita dapat mengamati, menghitung,
mengukur, menghubungkan ruang dan waktu,
membuat hipotesis, merancang eksperimen,
mengendalikan variabel, membuat
kesimpulan sementara, menerapkan,
mengkomunikasikan data dan mengajukan
pertanyaan. Physics Education Technology
juga merupakan program aplikasi yang terdiri
dari Java dan Flash yang saat ini sedang
dikembangkan dalam dunia pendidikan.
Dalam perangkat lunak ini terdapat beberapa
simulasi fisika, diantaranya adalah motion, Gambar 2. Rangkaian eksperimen efek foto listrik.
work, energy and power, heat and thermo,
electricity and circuits, light and radiation, Tabung yang divakumkan berisi dua
quantum phenomena, serta match and tools, elektroda yang dihubungkan dengan
yang digunakan sebagai media pembelajaran rangkaian eksternal, dengan keping logam
praktis, interaktif dan mencakup beberapa yang permukaannya mengalami iradiasi
konsep fisika. dipakai sebagai anoda. Sebagian dari
Simulasi yang digunakan dalam elektron yang muncul dari permukaan yang
makalah ini adalah efek foto listrik dengan mengalami iradiasi mempunyai energi yang
bentuk programnya seperti yang ditunjukkan cukup untuk mencapai katoda. Ketika
pada Gambar 1. Physics Education potensial perintang Vb ditambah, lebih sedikit
Technology menyediakan fasilitas yang elektron yang mencapai katoda dan arusnya
memungkinkan kita untuk melakukan menurun. Seterusnya ketika Vb sama atau
percobaan seperti eksperimen fisika melebihi suatu harga V0, maka tidak ada
sesungguhnya, juga menyediakan berbagai elektron yang mencapai katoda dan arus
kemudahan dalam melakukan eksperimen. terhenti (nol). Ini merupakan suatu temuan
Penggunaan PhET simulasi secara umum dimana pada masa itu tahun 1887 Heinrich
dapat mempermudah pengajar, mahasiswa, Rudolf Hertz menemukan fenomena efek
dan pelajar khususnya tentang penjelasan Fotolistrik yang membingungkan para
materi efek foto listrik. fisikawan waktu itu. Namun seiringnya waktu,
fenomena itu dapat dijawab oleh seorang
fisikawan Einstein yang kemudian
dieksperimenkan kembali oleh Milikan pada
tahun 1916.
Sebuah logam ketika diberi cahaya
akan melepaskan elektron, yang akan
menghasilkan arus listrik jika disambung ke
rangkaian tertutup. Jika cahaya adalah
gelombang seperti yang telah diprediksikan
oleh fisika klasik, maka seharusnya semakin
tinggi intensitas cahaya yang diberikan maka
Gambar 1. Simulasi efek foto listrik dengan perangkat semakin besar arus yang terdeteksi. Namun
lunak PhET. hasil eksperimen menunjukkan bahwa
walaupun intensitas cahaya yang diberikan
maksimum, elektron tidak muncul juga dari
Efek Foto Listrik plat logam. Tetapi ketika diberikan cahaya
dengan panjang gelombang yang lebih
Efek fotolistrik adalah suatu proses
pendek (frekuensi lebih tinggi, ke arah warna
dimana suatu cahaya dengan frekuensi cukup
ungu dari spektrum cahaya) dari sebelumnya,
tinggi mengenai permukaan sebuah logam,
tiba-tiba elektron lepas dari plat logam
sehingga dari permukaan logam itu terpancar
sehingga terdeteksi arus listrik, padahal
elektron. Gambar 2. memberi ilustrasi jenis
intensitas yang diberikan lebih kecil dari
intensitas sebelumnya. Ini berarti energi yang
11

dibutuhkan oleh plat logam untuk melepaskan (misalnya ditandai dengan terpancarnya sinar
elektronnya tergantung pada panjang yang berwarna-warni). Dalam keadaan
gelombang. Fenomena ini tidak dapat setimbang maka cahaya yang akan
dijelaskan oleh para fisikawan pada waktu itu. dipancarkan akan tersebar pada seluruh
Kalau cahaya itu memang benar-benar spektrum frekuensi (f) dan panjang
gelombang, yang memiliki sifat kontinyu, gelombang ( ) per satuan luas per satuan
bukankah seharusnya energi yang bisa waktu. Tahun 1887, Hertz dalam bukunya
diserap darinya bisa bernilai berapa saja?, Siregar menyatakan bahwa apa bila suatu
tapi ternyata hanya jumlah energi tertentu cahaya dikenakan pada suatu lapisan logam
saja yang bisa diserap untuk melepaskan tertentu maka akan terjadi lucutan elektron
elektron bebas. Teka-teki ini akhirnya dijawab dari permukaan logam tersebut. Gejala ini
oleh Albert Einstein, yang mengemukakan dikenal dengan efek foto listrik (Siregar, 2010
bahwa cahaya terkuantisasi dalam gumpalan- :3). Sehubungan dengan pemikiran Einstein
gumpalan partikel cahaya yang disebut foton. untuk fenomena ini berdasarkan rumusan
Energi yang dibawa oleh foton sebanding Planck, telah menguatkan gagasan kuantisasi
dengan frekuensi cahaya dan tetapan yang energi Planck untuk diterima sacara luas.
disebut konstanta Planck (E = h f). Peristiwa terlepasnya elektron dari
Dibutuhkan sebuah foton dengan energi yang permukaan logam (katoda) karena pengaruh
lebih tinggi dari energi ikatan elektron untuk energi foton dari luar disebut dengan gejala
melepaskan elektron keluar dari plat logam. foto listrik atau gejala foto elektron (Oktova,
Ketika frekuensi cahaya yang diberikan masih 2001: 315).
rendah, maka walaupun intensitas cahaya Efek fotolistrik diamati melalui
yang diberikan maksimum, foton tidak prosedur dalam Gambar 2, sebagai berikut;
memiliki cukup energi untuk melepaskan dua buah pelat logam (lempengan logam
elektron dari ikatannya. Tapi ketika frekuensi tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
cahaya yang diberikan lebih tinggi, maka tabung hampa udara. Di luar tabung kedua
walaupun terdapat hanya satu foton saja pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan
(intensitas rendah) dengan energi yang kawat yang terpasang amperemeter. Mula-
cukup, foton tersebut mampu untuk mula tidak ada arus yang mengalir karena
melepaskan satu elektron dari ikatannya. kedua plat terpisah, ketika cahaya yang
Intensitas cahaya dinaikkan berarti akan sesuai dikenakan kepada salah satu pelat,
semakin banyak jumlah foton yang arus listrik terdeteksi pada amperemeter atau
dilepaskan, akibatnya semakin banyak galvanometer (iG 0). Ini terjadi akibat adanya
elektron yang akan lepas. elektron-elektron yang lepas dari satu pelat
Menurut teori gelombang, gelombang dan menuju ke pelat lain secara bersama-
cahaya menyebar dari suatu sumber dengan sama membentuk arus listrik. Aliran elektron-
merambatkan energi secara kontinyu ke elektron inilah yang menimbulkan arus listrik.
seluruh pola gelombang. Sebaliknya, menurut Elektron yang terlepas dari permukaan katoda
teori kuantum, cahaya menyebar dari memiliki energi kinetik yang cukup untuk
sumbernya dengan merambatkan energi sampai di anoda. Pada peristiwa efek foto
secara terkuantisasi, berupa paket-paket listrik ini disebut foto elektron. Aplikasi Efek
gelombang. Pada awal mulanya, teori fotolistrik merupakan prinsip dasar dari
kuantum diawali dengan fenomena radiasi berbagai piranti fotonik (photonic device)
benda hitam. Apabila sebuah benda seperti lampu LED (light emitting device) dan
dipanaskan akan mengeluarkan radiasi piranti detektor cahaya (photo detector).

Cahaya mengenai Elektron dipermukaan Menuju anoda,


lempeng logam di katoda terlepas bergerak dengan Ek
katoda (berarti ada arus, i)

Grafik eV 0 dengan Pasang tegangan perintang!,


atur hingga elektron tertahan
1 / λ , h ditentukan hf = Eb + eV0 dan menjadi statik/
dari sloope grefik setimbang dalam medium
(Vb =V0) sehingga i = 0.

Gambar 3. Skema proses terjadinya efek foto listrik.


12

Supaya dapat terjadi efek foto listrik Bila yang diketahui adalah panjang
(Gambar 3), maka harus dikenai berkas gelombang ambang logam, dan panjang
cahaya dari luar dan memenuhi beberapa gelombang berkas cahaya dari luar, maka
persyaratan, diantaranya frekuensi berkas persamaan (1) dapat menjadi
cahaya yang menyinari katoda harus lebih hc hc
besar dari frekuensi ambang bahan atau Ek = − (2)
panjang gelombang berkas cahaya yang λ λo
menyinari katoda harus lebih kecil dari Dalam (Siregar, 2010 : 4), hasil
panjang gelombang ambang bahan logam percobaan Milikan untuk efek fotoelektrik
(katoda). Frekuensi ambang adalah frekuensi pada natrium diperoleh kemiringan garis
terkecil yang diperlukan untuk melepaskan adalah h/e, penentuan eksperimental dari
elektron dari permukaan logam yang kemiringan ini memberikan suatu cara untuk
dilambangkan dengan fo, sedangkan panjang menentukan tetapan Planck. Perpotongannya
gelombang ambang adalah panjang dengan sumbu datar memberikan frekuensi
gelombang terbesar yang diperlukan untuk puncak, tetapi pada saat Milikan melakukan
melepaskan elektron dari permukaan logam. percobaannya, potensial kontak elektroda-
Logam-logam yang berlainan jenis akan elektroda tidak diketahui secara tepat
mempunyai frekuensi ambang dan panjang sehingga skala vertikal tergeser beberapa
gelombang ambang yang berbeda-beda. persepuluh volt, namun kemiringan kurva
Bila berkas cahaya yang pengenai tidak terpengaruh oleh koreksi ini. Menurut
permukaan logam katoda memiliki energi Planck, cahaya terdiri atas catu-catu energi
foton hf dan energi ambang bahan katodanya yang disebut foton (photon) dimana energi
adalah hfo maka elektron akan terlepas dari tiap fotonnya adalah:
permuakaan logam dengan energi kinetik Ep = h f , (3)
sebesar
Ek = hf − hf o (1) dengan h konstanta Planck dan f frekuensi
dimana, cahaya. Menurut Einstein, tiap foton
Ek : energi kinetik elektron yang terlepas berinteraksi dengan satu elektron dan
hf : energi foton berkas cahaya dari luar berlaku,
hfo : energi ambang bahan logam (katoda) E p = Eb + E k (4)

Persamaan (1) dapat pula dituliskan dimana Eb energi elektron pada logam, dan Ek
menjadi Ek = hf − W , dengan W = hfo energi kinetik maksimum elektron foto untuk
bergerak menuju anoda. Dari persamaan itu
(sebagai fungsi kerja). Jadi sisa energi dapat disimpulkan bahwa energi kinetik
sebesar ( hf − hf 0 ) dapat dipakai untuk elektron tidak bergantung pada intensitas
melepaskan elektron dari permukaan logam, cahaya, melainkan pada frekuensi cahaya.
yang digunakan menjadi energi kinetik Jika dikenakan tegangan balik Vb maka tidak
elektron. Dari penjelasan Einstein diperoleh, semua elektron dapat mencapai anoda
Bila hf = hfo maka Ek = 0, untuk f < fo, akibatnya kuat arus yang ditunjukkan
elektron tidak akan lepas dari ikatan ion amperemeter akan turun, jika tegangan balik
permukaan bahan logam. Sehingga supaya
dapat terjadi efek foto listrik, maka f > fo diperbesar sampai ke suatu nilai V0 (yaitu,
atau haruslah < o. Vb = V0 ) dan ternyata amperemeter
Beda potensial antara katoda dan anoda
menujukkan nol (I = 0), ini berarti besarnya
(Vb) sebanding dengan energi kinetik
tegangan balik elektron sama dengan
elektron yang terlepas. Jadi, eVb = Ek . besarnya energi kinetik yang membawa
Untuk cahaya dengan frekuensi f, kenaikan elektron menuju anoda, yaitu
intensitas penyinaran hanya berarti
kenaikan jumlah foton yang masing-masing eV0 = Ek (5)
mempunyai energi hf, karena satu foton
hanya dapat diserap oleh satu elektron, untuk e = 1,6 × 10−19 C. Karena energi kinetik
maka kenaikan jumlah foton ini sama sekali tidak bergantung pada intensitas, ini berarti
tidak mempengaruhi besarnya Ek, V0 bergantung pada frekuensi atau panjang
malainkan hanya menambah jumlah gelombang saja, maka Pers. (4) menjadi
elektron yang terlepas dari permukaan
c
keeping logam. h = Eb + eV0 (6)
λ
13

Metode Penelitian
Suatu cahaya dengan intensitas dan titik potong grafiknya adalah:
tertentu dan panjang gelombang (λ) yang di 2
ubah-ubah ditetapkan dari suatu panel xi yi − xi ( xi y i )
pemilihan fungsi cahaya pada perangkat b= 2
(11)
lunak PhET, kemudian data tegangan balik
N xi − ( xi ) 2
(V0) diatur sedemikian hingga setimbang harga a dan b yang telah diperoleh
dengan laju energi kinetik elektron yang selanjutnya digunakan untuk membentuk
bergerak menuju anoda. Selanjutnya data
matematis elektronvolt (eV0) dengan persamaan garis lurus estimasi yˆ = axi + b .
seperpanjang gelombang cahaya (1 / λ ) Kesalahan yang muncul saat melakukan
dianalisis dengan metode regresi linier, estimasi adalah ralat baku estimasi
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3. ( yi − yˆ i ) 2
Dengan mengubah Persamaan (6) ke bentuk sy = (12)
persamaan garis lurus, menjadi: N −2
1 dan ralat baku koefisien a dan b adalah
eV0 = h c − Eb , (7)
λ
maka besarnya konstanta Planck h diperoleh N
sa = s y , (13)
berdasarkan kemiringan (gradien) grafik N
2
xi − ( xi ) 2
antara eV0 dengan 1 λ. Dari persaman (7)
dan,
yang sesuai persamaan yˆ = ax + b , dimana
y = eV0 ; x = 1 / λ ; dan a = h c . Maka, xi
2

sb = s y 2
(14)
h = a/c (8) N xi − ( xi ) 2
beserta ralatnya sebesar Berdasarkan kemiringan kurva antara
sh = sa / c . (9) eV0 dengan 1 / λ , maka konstanta Planck
dapat dihitung dengan menggunakan Pers
dimana a adalah kemiringan grafik yang (8), dengan ralat dihitung dengan
dirumuskan dengan menggunakan prinsip perambatan ralat pada
N ( xi y i ) − xi yi persamaan (9). Dan rata-rata nilai konstanta
a= 2 2
, (10) Planck dari masing-masing cahaya dihitung
N xi − ( xi ) dengan prinsip rata-rata berbobot.

4. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Analisis data untuk cahaya UV (Ultra Violet), Elektroda : Sodium, dan Intensitas : 100 %.

!
14

Grafik hubungan tegangan balik elektron Vs


seperlamda
1.4E-18

tegangan balik elektron, eV0 (C.volt)


1.2E-18

1E-18
y = 2E-25x - 4E-19
R2 = 0.9986
8E-19

6E-19

4E-19

2E-19

0
0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000
-1
seperlamda (m )

Gambar 4. Grafik hubungan tegangan balik terhadap seperpanjang gelombang sinar UV.

Sehingga,

Jadi, ! " # !$ % -34


h = (6,81 ± 0,09)×10
& ! " # ! $ % J.s

Tabel 2. Hasil analisis data untuk tiga jenis cahaya (Bahan Plat : Sodium, Intensitas 100%).

λ " # #
"#" "
$ $
% ' ! " $ ! ( ! %"
% &' ' ! " $ ! ( ! %" $ ! ( ! %"
( )' ' ! " $ ! ( ! %"

Logam dengan bahan sodium yang elektron tidak sampai pada anoda dan jumlah
diradiasi oleh sinar UV dengan intensitas 100 elektron sangat sedikit. Ini disebabkan karena
% dalam range panjang gelombang sebesar energi kinetik maksimum pada elektron
(125-350) nm, dimana tanpa diberikan bergantung pada panjang gelombang, itulah
tegangan balik menunjukkan semakin besar yang menyebabkan elektron yang
panjang gelombang yang diberikan maka dipancarkan kehilangan energi ketika panjang
elektron bergerak semakin lambat menuju gelombang ditambahkan karena semakin
anoda. Sedangkan pada sinar ungu makin besar panjang gelombang maka semakin
besar panjang gelombang yang diberikan besar energi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai
maka elektron bergerak semakin cepat, akan dengan fakta eksperimental yang diterangkan
tetapi jumlah elektron yang bergerak semakin teori gelombang cahaya. Dari percobaan ini,
berkurang yang ditunjukkan juga pada arus fakta–fakta terinci efek fotolistrik diantaranya ;
yang semakin kecil. Untuk sinar biru dengan Jumlah pemancaran elektron bergantung
panjang gelombang dimulai dari 430 nm pada intensitas cahaya.; Laju pemancaran
elektron bergerak dengan sedang, dan ketika elektron tak bergantung pada panjang
panjang gelombang sebesar 475 nm elektron gelombang cahaya di bawah suatu panjang
bergerak dengan lambat serta beberapa gelombang tertentu, di atas nilai itu harus
15

secara berangsur-angsur menurun hingga dapat digunakan sebagai salah satu cara
menjadi 0 pada suatu panjang gelombang meningkatan ketrampilan proses dalam
pancung λc . Panjang gelombang λc ini pembelajaran fisika, sehingga diharapkan
dapat mambantu dalam memahami konsep
biasanya terdapat pada spektrum daerah biru dan teori fisika secara mudah, cepat dan
dan ultraviolet.; Energi kinetik maksimum praktis.
elektron yang dipancarkan tidak bergantung
pada intensitas cahaya, tetapi hanya Daftar Pustaka
bergantung pada panjang gelombangnya,
energi kinetik ini didapati secara linier E. Siregar, Rustam. 2010. Teori dan Aplikasi
terhadap frekuensi sumber cahaya. Fisika Kuantum. Bandung : Widya
Hasil pengamatan terhadap gejala Padjadjaran.
efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta C. Wieman, W. Adams, P. Loeblein, and K.
yang merupakan karakteristik dari efek Perkins. 2009. Teaching physics using
fotolistrik, yaitu : 1)Hanya cahaya yang sesuai PhET simulations. Diambil pada tanggal
(yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari 20 November 2011 dari
frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan http://phet.colorado.edu/teacher_ideas/c
lepasnya elektron dari pelat logam atau lassroom-use.php.
menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang
ditandai dengan terdeteksinya arus listrik Kamajaya. 1996. Penuntun Belajar FISIKA 3.
pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya Bandung : Ganeca Exact Bandung
dimana elektron terlepas dari permukaan
Krane, Kenneth. 2008. Fisika Modern. Jakarta
logam disebut frekuensi ambang logam.
: Universitas Indonesia Press.
Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap
logam dan merupakan karakteristik dari logam Okimustava. 2008. “Pengaruh Cooperative
2)
itu. Ketika cahaya yang digunakan dapat Learning Terhadap Prestasi Belajar
menghasilkan efek fotolistrik, penambahan Siswa dalam Pokok Bahasan Hukum
intensitas cahaya dibarengi pula dengan Ohm di SMA Negeri 1 Majenang Tahun
pertambahan jumlah elektron yang terlepas Ajaran 2007/2008”. Skripsi tidak
dari pelat logam (yang ditandai dengan arus diterbitkan. Program Studi Pendidikan
listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek Fisika. Universitas Ahmad Dahlan :
fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan Yogyakarta.
frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi
Oktova. 2001. Ringkasan Fisika Untuk
ambang meskipun intensitas cahaya
Persiapan Seleksi Masuk Perguruan
diperbesar. 3)Ketika terjadi efek fotolistrik, arus
Tinggi. Jurusan FMIPA : Universitas
listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera
Ahmad Dahlan.
setelah cahaya yang sesuai disinari pada
pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar.
selang waktu elektron terbebas dari Jakarta : Rineka Cipta.
permukaan logam setelah logam disinari
-9 Supriyadi. 2002. Panduan untuk Merancang
cahaya (kurang dari 10 detik).
Eksperimen Fisika Sederhana. Jurdik
Adapun berbagai macam sinar dan
Fisika FMIPA : UNY.
bahan yang dipakai semuanya tidak
mempengaruhi nilai h, atau dengan kata lain S. B. McKagan, W. Handley, K. K. Perkins,
nilai h sama untuk setiap bahan dan sinar and C. E. Wieman. 2008. A Research-
serta intensitas yang dipakai. Based Curriculum for Teaching the
Photoelectric Effect. American Journal
Simpulan dan Saran of Physics, in press. Diambil pada
tanggal 20 November 2011 dari
Berdasarkan hasil eksperimen, nilai
http://phet.colorado.edu/research/index.
rata-rata konstanta Planck (h) yang diperoleh
php.
dengan menggunakan PhET adalah (6,80 ±
0,09)×10-34 J.s, dengan penyimpangan
sebesar 2,55% terhadap nilai acuan
6,62618×10-34 J.s. Dengan demikian,
percobaan dengan menggunakan program
PhET dapat membuktikan nilai tetapan Planck
dengan baik, dan dapat menunjukkan bahwa
energi kinetik foto-elektron tidak bergantung
pada intensitas cahaya. Untuk itu media PhET

Anda mungkin juga menyukai