A. Pendahuluan
Mengelola Departemen Sumber Daya Manusia, sepertinya tidak pernah lepas dari
persoalan atau masalah sehingga seringkali Depertemen SDM diibaratkan sebagai tempat
penampungan masalah, dan permasalahan yang berkaitan SDM sifatnya sangat kompleks
karena dapat menyangkut, baik mengenai individual/pribadi karyawan sampai kepada
persoalan keluarganya, sehingga bisa kita fahami bahwa semakin banyak jumlah
karyawannya maka semakin kompleks permasalahan yang harus diselesaikan, namun
permasalahan yang paling dominan dan sudah menjadi persoalan klasik adalah
permasalahan yang menyangkut hak hidup orang banyak di perusahaan, seperti misalnya
demo memperjuangkan nasib karyawan atau solidaritas terhadap karyawan lain, baik
didalam maupun diluar perusahaan. Namun yang paling sensitive dan sering disuarakan
baik secara pribadi maupun kelompok adalah mengenai perbedaan fasilitas dan gaji yang
diterima setiap karyawan. Pangkal persoalannya adalah karena adanya perbedaan dalam
penerimaan gaji, mereka mempersoalkan bahwa tugas dan tanggung jawabnya sama tetapi
gajinya berbeda ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Adanya perbedaan ini
dapat terjadi atau timbul diantara karyawan dilingkungan perusahaan sendiri dan atau juga
sering dibandingkan dengan gaji karyawan dari perusahaan lain, dan perbedaan ini
disuarakan bukan hanya pada level rendah (blue collar) tapi bisa tapi juga pada tatanan level
atas (white collar). Di belahan bumi mana pun, persoalan gaji memang sensitif dibicarakan.
Seperti percikan api, salah meletik, bisa "terbakar" seisi perusahaan. Apalagi, menyangkut
level atas yang besarnya ditengarai sering "naudzubillah". Karena itulah, prinsip good
corporate governance menekankan pentingnya kehadiran komite remunerasi untuk menakar
Tarif dasar/adalah jumlah pembayaran (gaji atau upah tetap) yang menjadi tarif untuk
jabatan/pekerjaan.tarif ini bisa bervariasi menurut jenjang jabatan atau untuk pekerja
manual. Gaji ini dipengarruhi oleh beberapa faktor internal (yang diukur dengan evaluasi
jabatan) dan eksternal (yang dinilai dengan mempelajari tarif yang berlaku di pasar).
Alternatif lain yang bisa digunakan yaitu dengan kesepakatan kerja sama dengan serikat
pekerja atau perjanjian kerja individu. Gaji pokok ini bisa di dilihat dalam bentuk tarif per
tahun, per minggu, atau per jam.
Struktur dan tingkat gaji atau upah di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari yang
berasal dari organisasi maupun faktor eksternal. Disamping itu, dinamika yang terjadi
dalam lingkungan internal dan eksternal harus ditanggapi secara tepat oleh pihak
manajemen. Artinya manajemen dan sistem imbalan harus ditinjau ulang secara berkala,
dan bila perlu diubah atau disesuaikan dengan dinamika lingkungan, untuk mengupayakan
agar imbalan yang adil dan layak tetap bisa terwujud.
Berikut faktor-faktor yang mempengahuri struktur dan tingkat gaji:
Kondisi pasar tenaga kerja
Tingkat gaji atau upah dapat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran tenaga
kerja. Untuk jabatan-jabatan yang terbatas tenaga kerjanya dan membutuhkan pekerja
yang mempunyai kecakapan yang tinggi cenderung pekerja yang seperti ini diberikan
gaji atau upah yang tinnggi. Disisi lain pekerjaan yang membutuhkan pekerja yang
banyak biasanaya diberikan gaji yang cenderung rendah.
Peraturan pemerintah
Aturan yang ada di Indonesia tentang pengupahan dan kesejahteraanpekerja diatur
dalam pasala 88 s.d. 101 UU Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Ketentuan lainnya yang harus diikuti antara lain adalah peraturan
tentang Upah Minimum (UM), yang secara berkala direvisi oleh pemerintah termasuk
provinsi dan kota/kabupaten.
Kesepakatan kerja
Kegiatan benchmarking tidaklah harus peristiwa yang dilakukan satu kali waktu, namun
bisa juga merupakan kegiatan berkesinambungan sehingga organisasi dapat memperoleh
manfaat dalam meraih praktek aktifitas organisasi yang terbaik untuk mereka.
Proses benchmarking memiliki beberapa metode. Salah satu metode yang paling
terkenal dan banyak diadopsi oleh organisasi adalah metode 12, yang diperkenalkan oleh
Robert Camp, dalam bukunya The search for industry best practices that lead to superior
performance. Productivity Press .1989.
Langkah metode 12 terlalu luas untuk dijabarkan. Agar mudah, metode 12 tersebut
bisa diringkas menjadi 6 bagian utama yakni :
1. Identifikasi problem apa yang hendak dijadikan subyek. Bisa berupa proses, fungsi,
output dsb.
2. Identifikasi industri/organisasi/lembaga yang memiliki aktifitas/usaha serupa.
Sebagai contoh, jika anda menginginkan mengendalikan turnover karyawan sukarela di
perusahaan, carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki informasi turnover
karyawan sukarela.
1. Riva’I, Veithzal. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Untuk Perusahaan, Edisi
Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
2. Noe. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Salemba Empat Jakarta.
3. Anwar Prabu Mangkunegara. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Jakarta.
4. Sentot Imam Wahjono. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Salemba
Empat Jakarta.
5. Sedarmayanti. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Refika Aditama
Jakarta.
6. Suparno Eko Widodo. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Penerbit PT. Pustaka Pelajar Jakarta
7. Baridwan, Z., 2001, Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode, Cetakan
Kelima, Edisi Ke-5, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
8. Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ke-5, Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.