Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RIKI WANDIRA

NIM :20200213015

PRODI :Hukum TATA NEGARA

Rangkuman materi mengenai Memahami Korupsi di Negeri Ini

Data dari Kemendagri beberapa tahun lalu tercatat, ada 2.976 anggota DPRD Tingkat I dan
DPRD Tingkat II terlibat tindakan kriminal, dimana 33,2 persen atau 349 kasus adalah korupsi.
Umumnya kasus manipulasi anggaran atau mark-up biaya pengadaan barang, fasilitas dan jasa.
Juga pemungutan biaya ilegal atas layanan publik, pemberian suap alias gratifikasi dan
penyalahgunaan wewenang atau jabatan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi maupun
relasi.

Tiga Teori

Secara umum, penjelasan para ahli mengenai korupsi dapat dikelompokkan menjadi tiga.

Pertama, “teori kesempitan” yang mengatakan bahwa orang korupsi karena gajinya kecil,
pendapatannya rendah, hidupnya susah, kebutuhan banyak. Maka solusinya, menurut teori ini,
kesejahteraan perlu ditingkatkan dan gaji dinaikkan.

Namun, masalahnya, jika teori kesempitan ini benar, mengapa banyak pelaku korupsi itu
ternyata orang-orang yang kehidupannya makmur?

Maka disodorkanlah dua tipe korupsi: yaitu korupsi karena kesempitan hidup (corruption out of
need) dan korupsi karena rakus (corruption out of greed).

Teori kedua boleh kita namakan “teori kesempatan”. Menurut teori ini, orang korupsi karena
adanya kesempatan, kendati awalnya mungkin tidak punya keinginan atau rencana sama sekali.

Namun, teori ini pun bermasalah juga.

Teori yang berpijak pada asumsi keliru ini menganggap manusia itu cenderung berbuat jahat.
Maka dari itu, semua pintu korupsi hendaklah dikunci rapat-rapat. Jangan sekali-sekali memberi
ruang atau peluang walau sedikit atau sekecil apapun.

Adapun yang ketiga adalah “teori kelemahan”. Pendukung teori ini percaya bahwa tindak
korupsi merebak akibat lemahnya tata kelola pemerintahan (poor governance), lemahnya sarana
penegakan hukum (weak legal infrastructure), dan lemahnya mekanisme pengawasan (weak
monitoring system). Namun, teori ini pada gilirannya terjebak dalam logika ‘muter-muter’ alias
circular reasoning.Bahwasanya korupsi disebabkan oleh pemerintahan yang lemah, dan
pemerintahan yang lemah disebabkan oleh korupsi. Pemerintahan mesti kuat agar korupsi
lenyap, dan korupsi baru lenyap bila pemerintahan kuat.

Perspektif Agama

Karena korupsi adalah tindakan curang untuk mendapatkan uang ataupun keuntungan dengan
cara menyalahi, melangkahi, dan mengakali aturan hukum dan undang-undang negara, maka
termasuk tindak korupsi itu memberi dan menerima suap (bribery), mencuri (theft) atau
menggelapkan (embezzlement), melakukan pemalsuan (fraud), pemerasan (extortion), dan
menyalahgunakan wewenang atau jabatan (graft). Semua praktek ini hukumnya jelas haram.

“Siapa bertindak curang [yakni korupsi] niscaya datang dengan kecurangannya itu pada hari
kiamat kelak”, firman Allah dalam al-Qur’an (3:161).

Menurut Imam ar-Rāzī, curang di sini maksudnya mengambil hak [milik negara] secara diam-
diam atau sembunyi-sembunyi (at-Tafsīr al-Kabīr, cetakan Beirut 2005, jilid 3, juz. 9, hlm. 62).

Kanjeng Nabi Muhammad pun telah bersabda: “Wahai manusia, siapapun yang menjalankan
tugas untuk kami, lalu dia menyembunyikan dari kami barang sekecil jarum atau lebih, maka apa
yang disembunyikannya itu adalah kecurangan [yakni korupsi] yang kelak dibawanya pada hari
kiamat”, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad.

Jadi, tak salah kalau disimpulkan bahwa korupsi itu hasil pembelajaran, pergaulan, dan
pendidikan.

Betapa besar pengaruh faktor-faktor ini semua terhadap korupsi telah lama disinyalir oleh Ibn
Khaldun, pakar sosiologi dan sejarawan Muslim klasik:

“Masyarakat yang sekian lama mengalami penindasan dan kekerasan biasanya akan menjadi
bangsa yang korup. Kezaliman dan penindasan menyempitkan jiwa, menguras semangat, dan
akhirnya membuat mereka jadi bangsa pemalas, pembohong dan licik. Meski berlawanan dengan
hati nurani, hal itu dilakukan jua demi menghindari penindasan yang lebih berat dari penguasa.
Lama-kelamaan, berbuat jahat dan menipu melekat jadi kebiasaan dan karakter mereka”.Namun,
disamping langkah-langkah legal, politis dan edukatif, pencegahan korupsi juga perlu
menggunakan pendekatan spiritual agama.

KOMENTAR
Setelah saya membaca dan membuat ringkasaan dari artikel yang diberikan maka saya ingin
memberikan komentar mengenai korupsi dinegeri ini yang mana terlihat jelas dari data diatas
yang menyebutkan banyaknya kasus korupsi yang terjadi pada tahun lalu maupun sekarang
sehingga menimbulkan komentar mengenai sistem hukum mengenai korupsi ini,yang mana
menurut saya di indonesia ini penetapan hukum bagi pelaku korupsi itu sangat tidak sesuai
dengan hukum yang tertulis, yang mana pelaku korupsi ini dihukum hanya beberapa tahun saja
sedangkan kita sering lihat ada orang yang mencuri dengan jumlah yang tidak sebanding dengan
jumlah uang yang dikorupsikan oleh seseorang baik itu pemerintah ataupun bukan,jadi terlihat
jelas bahwa penetapan hukum diindonesia ini sangat tidak adil,kalau penetapan hukum
diindonesia ini tidak tegas dan keras mengenai penanganan kasus korupsi,maka masalah korupsi
di negeri ini tidak akan pernah habis,jadi disini yang bermasalah adalah mengenai penetapan
hukumnya jadi disini untuk menggurangin kasus korupsi di negeri ini maka pemerintah harus
membuat sanksi hukum yang lebih tegas ataupun yang lebih keras bagi pelaku korupsi.baik itu
pelakunya pemerintah ataupun siapapun.agar korupsi dinegeri ini khususnya diindonesia dapat
dikurangi atau bahkan dihilangkan.

Yang mana kita ketahui bahwa sifat korupsi dari seseorang tersebut tidak berasal dari lahir tapi
seseorang bisa melakukan korupsi karena terpengaruhnya dengan faktor lingkungan hidup dan
jabatan mereka,mereka tidak memikirkan rakyat ,mereka hanya mementingkan diri dengan
mereka sendiri dan keuntungan mereka sendiri.sehingga banyak kita lihat yang korupsi
kebanyakan orang yang memiliki jabatan tinggi/pemerintah.yang membuat kita bingung dan
tidak mengerti ialah pemerintah yang memnuat peraturan hukum mengenai sanksi bagi pelaku
korupsi tapi dia sendiri yang melanggarnya.yang membuat kita semua berpikir bahwa pelaku
korupsi identik dengan tindakan pemerintah itu senndiri.

Anda mungkin juga menyukai