Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS II

PADA GANGGUAN JIWA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas II
Dosen Pembimbing
Paramita Ratna Gayatri, S.Kep., Ns, M.Kes

Disusun oleh :
Devita Putri Hayu Nandani
(70420003)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu
sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009) Keperawatan
kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik,
dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa rentan terhadap stress
(resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan
(gangguan jiwa).
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang secara
signifikan di dunia, termasuk di negara indonesia. Kesehatan jiwa menurut WHO (World
Health organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu
menghadapi tantangan hidupnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain. (WHO 2016).
Masalah kesehatan jiwa yang di duga terjadi paling banyak saat ini adalah
skizofrenia Menurut Hawani (2016) skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana penderita
tidak dapat menghadirkan realita (Reality Testing Ability /RTA) dengan benar dan
pemahaman diri sendiri (self insight) yang buruk. gejala positif dari skizofrenia meliputi
waham, halusinasi, gaduh gelisah, menganggap dirinya besar pikiran penuh kecurigaan
dan gejala negatif meliputi sulit memahami pembicaraan, menarik diri atau
mengasingkan diri afek tumpul , sulit berfikir abstrak , dan pasif.
Salah satu gejala negatif dari skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik diri.
kemunduran fungsi sosial dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut
isolasi sosial. isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Yosep, Sutini,2014). pasien dengan isolasi social mengalami gangguan
dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain.
Upaya yang bisa di lakukan perawat untuk membantu klien melakukan interaksi
sosial yaitu dengan memberikan pengertian pada klien tentang kerugian berinteraksi dan
keuntungan berinteraksi dengan orang lain serta mengajarkan klien berkenalan dengan
orang lain yang bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi klien dengan orang lain.
Menurut Gloria M. dkk (2016) peningkatan sosialisasi merupakan fasilitas kemampuan
orang untuk berinteraksi dengan orang lain. peningkatan sosialisasi merupakan salah satu
cara untuk mengatasi pasien dengan isolasi sosial oleh karena itu menurut (Wakhidid,
dkk,2013)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan konsep keperawatan jiwa komunitas?
2. Apa yang di mkasud dengan konsep keperawata jiwa?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui isi dari konsep keperawatan jiwa komunitas
2. Untuk mengetahui isi dari konsep keperawatan jiwa
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu
sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan
komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu
balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan
Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok
yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi
dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu
hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,
kelompok, dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi ,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara kesehatan
secara mandiri (self care)
2.1.3 Prinsip-Prinsip Keperawatan Komunitas
1. Kemanfaatan
Intervensi hendaknya memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi komunitas
( ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian )
2. Autonomi
Komunitas diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternative
terbaik yang disediakan untuk komunitas
3. Keadilan
Melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas komunitas

2.1.4 Sasaran Keperawatan Komunitas


Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya.
Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah,
Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
(vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat)
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas
serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu
institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia
Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara
lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah
tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada a. Masyarakat di suatu wilayah (RT,
RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
d. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll)
e. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya
2.2 Konsep Dasar Komunitas Keperawatan Jiwa
2.2.1 Pengertian
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan
yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang
sehat jiwa rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap
pemulihan serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang berfokuskan
pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan
sekunder pada masyarakat yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan
jiwa) dan pencegahan tersier pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan.
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua
aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
1. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag
dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala
rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan
penyakit fisik lain baik yang akut,kronis maupun terminal yang memberi
dampak pada kesehatan jiwa.
2. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti
ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi lebih berat yang memerlukakan
pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
3. Aspek social
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak, keluarga dekat, pekerjaan,
tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai
sektor terkait agar mampu mempertahankan kehidupan sosial yg memuaskan.
4. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong yang dapat digunakan sebagai sistem
pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan.
5. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan
sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah
kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan
jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan
agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.

2.2.2 Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


Prinsip-prinsip keperawatan kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
1. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara
perawat dengan klien).
2. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
3. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi
dalam keperawatan jiwa).
4. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
5. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis
dalam keperawatan jiwa).
6. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial
budaya dalam keperawatan jiwa).
7. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
lingkungan dalam keperawatan jiwa).
8. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika
dalam keperawatan jiwa).
9. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan: dengan standar- standar perawatan).
10. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).
2.2.3 Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas
Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan
jiwa yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi
masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yang memerlukan
pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat
pencegahan yaitu pencegaha primer , sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan
jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan
usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan
kesehatan , program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan
jiwa , manajemen stress, persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan
yang dilakukan adalah :
a. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :
1) Pendidikan menjadi orangtua
2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
4) Stress pasca bencana
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang
kehilangan pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal ,
yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan
yang dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orangtua asuh bagi
anak yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan  sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang
dilakukan:
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang.
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan penanganan
dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah
anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
dan gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi
dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan dan penemuan
langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah sebagai
berikut:
1) Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua
pasien yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.
2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan
depresi maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di
tempat– tempat umum)
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan
sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama
dengan dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan
kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda
yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi
keluarga dan terapi lingkungan.
9) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga,
atau kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
mebahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan
dalam 24 pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.
11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pada
peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau
ketidak-mampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota
masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas pada
pencegahan tersier meliputi :
a. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber di
masyarakat seperti : sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga,
teman dekat, tokoh masyarakat), dan pelayan terdekat yang terjangkau
masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerima pasien gangguan jiwa.
2) Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang melayani kekambuhan.
b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga
dengan cara :
1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat
2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga
dan masyarakat.
3) Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien
produktif kembali.
4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan
untuk dirinya.
c. Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari
[ADL],mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan, pengajian, majelis taklim,
kegiatan adat)
4. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam
masyarakat terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program
mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien
gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai
pasien gangguan jiwa.
b. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau yang berpengaruh
dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
2.3 Konsep Keperawatan Jiwa
2.2.1 Keperawatan Jiwa
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang
yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan, distres atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan disimpulkan bahwa
disfungsi itu adalah disfungsi dari segi perilaku, psikologik, atau biologic, dan
gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam hubungan antara orang itu dengan
masyarakat. (Muslim, Rusdi: 2003)
Kendala jiwa adalah psikologik ataupun pola sikap yang ditunjukan pada orang
yang menimbulkan distres, merendahkan mutu kehidupan serta disfungsi.
Kriteria universal kendala jiwa merupakan bagian berikut:
a. Tidak puas hidup di dunia
b. Ketidakpuasaan dengan ciri, keahlian serta prestasi diri
c. Koping yang tidak efektif dengan kejadian kehidupan
d. Tidak terjalin perkembangan personal
2.3.2 Klasifikasi
Kendala jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak wajar.
Keabnormalan tersebut bisa dibedakan menjadi:

a. Neurosis atau kendala jiwa


Neurosis atau kendala jiwa adalah kendala jiwa diisyarati dengan kecemasan,
umumnya indikasi tidak tenang serta menekan yang lain. Sedangkan
pengecekan kenyataannya senantiasa utuh ( O’ Brien, 2013). Orang yang
terserang neurosis masih merasakan kesukaran, mengenali dan
kepribadiannya tidak jauh dari kenyataan serta masih hidup dalam realitas
pada biasanya (Yosep, H. Iyus & amp; Sutini, 2014). Neurosis mempunyai
ciri- ciri sebagai berikut:
1. Uji kenyataan lengkap
2. Indikasi kelompok yang mengganggu serta diketahui bagaikan suatu
yang asing serta tidak bisa diterima oleg orang
3. Kendala lumayan lama ataupun kambuh kembali bila tanpa
penyembuhan, bukan ialah respon tindakan stresor, sikap tidak
mengganggu wajar sosial serta tidak nampak terdapatnya pemicu serta
aspek organik (Stuart,2013)
b. Psikosis ataupun sakit jiwa
Psikosis atau sakit jiwa adalah kendala jiwa yang bisa menyebabkan orang
hadapi kendala nyata pada disintegrasi karakter berat , pengecekan kenyataan
serta hambatan buat pemunuhi kebutuhan hidup setiap hari. Orang yang
terserang psikosis tidak menguasi kejadianya serta perasaan, segi asumsi,
dorongan, motivasi tersendat. Kesukaran-kesukarannya serta tidak dapat
integritas mereka hidup jauh dari alam realitas (Yosep, H. Iyus& Sutini,
2014) Psikosis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Disentegrasi karakter
2. Penyusutan bermakna pada tingkatan pemahaman
3. Sikap kasar
4. Kesusahan yang besar dalam berperan secara adekuat, kehancuran yang
nyata atau berat pada kenyataan (Stuart, 2013)
Klasifikasi kendala jiwa bagi PPGDJ dalam Keliat ,2011 merupakan sebagai
berikut:
a. Kendala organik serta somatik.
1. Kendala organik serta somatik.
F00-F09 (Kendala mental organik), tercantum kendala mental
simtomatik
2. Kendala akibat alkohol serta abat atau zat
F10-F19 (Kendala mental serta sikap akibat pemakaian zat Psikoaktif).
b. Kendala mental psikotik
1. Sizofrenia serta kendala yang terbaik
F20-F29 (Skozofernia , kendala skizotipal serta kendala waham)
2. Kendala afektif
F30-F39 ( kendala atmosfer perasaan mood atau afektif)
c. Kendala neurotik serta kendala karakter.
1. Kendala Neurotik.
F40-F48 (Kendala neurotik, kendala somatoform serta kendala yang
berhubungan dengan tekanan pikiran)
2. Kendala karakter serta masa depan
F50-F59 (Sindrom sikap yang berhubungan dengan kendala fisiologi
serta aspek raga)
F60-F69 (Lendala karakter serta sikap masa berusia)
d. Kendala masa kanak, anakl muda serta pertumbuhan
1. F70-F79 (Retardasi mental)
2. F80-F89 (Kendala pertumbuhan psikologis)
3. F90-F98 ( Kendala sikap serta emosional dengan onset)
Berikut ini adalah tipe kendala jiwa yang kerap di temui di warga bagi Nasir 2011
merupakan sebagai berikut:
a. Skizofernia merupakan kelainan jiwa ini menampilakan kendala dalam guna
kognitif ataupun benak berbentukdisorganisasi, jadi gangguannya merupakan
menimpa pembuatan isi dan arus benak.
b. Tekanan mental adalah salah satu kendala jiwa pada alam perasaan afektif serta
mood diisyarati dengan kemurungan, tidak bergairah, kelesuan, putus asa,
perasaan tidak bermanfaat serta sebagainya. Tekanan mental merupakan salah
satu kendala jiwa yang ditetapkan banyak pada warga yang hadapi kesusahan
ekonomi. Perihal ini erat kaitannya dengan ketidakmampua, kemiskinan
ataupun ketidaktahuaan warga.
c. Takut yaitu indikasi kecemasan baik kronis adalah komponen utama pada
seluruh kendala psikiatri. Komponen kecemasan bisa berbentuk wujud kendala
fobia, panik, absesi, komplusi dan sebainya.
d. Penyalahgunaan narkoba serta HIV/AIDS.
Di indonesia penyalahgunaan narkoba saat ini telah jadi ancaman yang sangat
sungguh-sungguh untuk kehidupan Negeri serta bangsa. Cerminan besarnya
permasalahan pada narkoba dikenal kalau permasalahan pemakain narkoba
diindonesia pertahunnya bertambah rata-rata 28-95. Meningkatnya dalam
pemakaian narkotika ini juga berbanding lurus dengann kenaikan fasilitas serta
dana. Para pakar epidemiologi permasalahan HIV ataupun AIDS di Indonesia
sebanyak 80 ribu hingga 120 ribu orang dari jumlah tersebut yang terinfeksi
lewat dari suntik merupakan 80%.
e. Bunuh diri
Dalam kondisi wajar angka bunuh diri berkisaran antara 8-50 per 100 ribu
orang. Dengan kerusakan ekonomi angka ini bertambah 2 -3 lebih besar.
Angka bunuh diri pada warga hendak bertambah, berkaitan penduduk
meningkat kilat, kesusahan ekonomi serta pelayanan kesehatan. Sepatutnya
bunuh diri telah wajib jadi permasalahan kesehatan pada warga yang besar.
2.2.3 Tanda dan Gejala
Ciri-ciri dan indikasi kendala jiwa merupakan sebagai berikut:
a. Ketegangan (Tension) adalah sedih hati ataupun rasa putus asa, takut, risau,
rasa lemah, histeris, perbuatan terpaksa (Convulsive), khawatir serta tidak
sanggup menggapai tujuan pikiran kurang baik
b. Kendala kognisi
Adalah proses mental dimana seseorang menyadari, mempertahankan ikatan
area baik, are dalam ataupun are luarnya.
Proses kognisi tersebut adalah sebagai berikut:

a) Gangguan persepsi
Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu rangsangan yang dimengerti.
Sensasi yang didapat dari proses asosiasi dan interaksi macam-macam
rangsangan yang masuk. Yang termasuk pada persepsi adalah halusinasi,
ilustri, derealisasi dan depersonalisasi
b) Gangguan sensasi
Seseorang mengalami gangguan kesadaran akan rangsangan yaitu rasa raba,
rasa kecap, rasa penglihatan, rasa cium, rasa pendengaran dan kesehatan
c) Gangguan kepribadian
Kepribadian merupakan pola pikiran keseluruhan. Perilaku dan perasaan yang
sering digunakan oleh seseorang sebagai usaha adaptasi terus menerus dalam
hidupnya. Gangguan kepribadian misalnya gangguan kepribadian paranoid,
disosial, emosional, tak stabil. Gangguan kepribadian masuk dalam klasifikasi
diagnosa gangguan jiwa.
d) Gangguan pola hidup
Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan sifat dalam keluarga,
rekreasi, pekerjaan dan masyarakat. Gangguan jiwa tersebut bisa masuk
dalam klasifikasi gangguan jiwa kode V, dalam hubungan sosial lain
misalnya merasa dirinya dirugikan atau dialang-alangi secara terus –
menerus. Misalnya dalam pekerjaan harapan yang tidk realistik dalam
pekerjaan untuk rencana masa depan, pasien tidak mempunyai rencana
apapun.
e) Gangguan perhatian
Perhatian adalah konsentrasi energi dan pemusatan, menilai suatu proses
kognitif yang timbul pada suatu rangsangan dari luar
f) Gangguan kemauan
Kemauan merupakan dimana proses keinginan dipertimbangkan lalu
diputuskan sampai dilaksanakan mencapai tujuan. Bentuk gangguan kemauan
seperti kemauan yang lemah (abulia), kekuatan, negativisme, dan kompulasi
yang tidak rasional.
g) Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood )
Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak diikuti
perilaku maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap
disekelilingnya atau dunianya, perasaan berupa perasaan emosi normal
(adekuat) berupa perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan
senang). Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih, takut,
depresi, kecewa, kehilangan rasa senang dan tidak dapat merasakan
kesenangan. Bentuk gangguan efek dan emosi menurut Yosep 2007 dapat
berupa dan cemas, dan emosi yang tumpul dan datar
h) Gangguan pikira atau proses pikiran ( berfikir)
Pikiran merupakan hubungan antar berbagai bagian dari pengetahuan
seseorang. Berfikir adalah proses menghubungkan ide, membentuk ide baru,
dan membentuk pengertian untyk menarik kesimpulan. Proses pikir normal
adalah mengandung ide, simbol dan tjuan asosiasi terarah atau koheren,
menurt Prabowo, 2014 gangguan dalam bentuk atau proses berfikir adalah
gangguan mental, psikosis, dan gangguan.
i) Gangguan psikomotor
Gangguan merupakan gerakan badan dipengaruhi oleh keadaan jiwa sehingga
afek bersamaan yang mengenai badan dan jiwa. Juga meliputi perilaku
motorik yang meliputi kondisi atau aspek motorik dari suatu perilaku.
Gangguan psikomotor berupa, aktivitas yang menurun, aktivitas yang
meningkat, kemudian yang tidak dikuasai, berulang-ulang dalam aktivitas.
Gerakan salah dalam satu badan berulang-ulang atau tidak bertujuan dan
melawan atau menentang terhadap apa yang disuruh
j) Gangguan ingatan
Ingatan merupakan kesanggupan dalam menyimpan, mencatat atau
memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ini terdiri dari pencatatan,
pemanggilan data dan penyimpanan data
k) Gangguan pertimbangan
Gangguan pertimbangan merupakan proses mental dalam membandingkan
dan menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja memberikan nilai
dalam memutuskan aktivitas.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA ISOLASI SOSIAL

31. Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Data Inti (Core)
1. Riwayat
a. Usia penderita : Anak usia sekolah (12-20 tahun)
b. Jenis gangguan jiwa yang pernah diderita: menarik diri : isolasi sosial,
kareana sering terjadi pembulian di sekolah
c. Riwayat Trauma : Takut yang berlebihan
d. Konflik : Pembulian
2. Demografi
a. Vital Statistik
Kelurahan P terletak di kecamatan K, Kabupaten M. Kelurahan P
berbatasan dengan 4 kelurahan, sebelah utara berbatasan dengan keluraha B,
di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan A, di sebelah barat berbatasan
dengan kelurahan G dan di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan C,
Kelurahan P terdapat 5 RT dan terdapat 2 RW mempunyai penduduk 162
jiwa atau 252 KK. Kelurahan memiliki fasilitas umum yaitu seperti masjid,
sebuah balai desa dan ada 3 pemakaman umum, dan ada fasilitas pelayanan
kesehatan seperti polindes yang paling terdekat dan ada puskesmas yang
terletak di kecamatan.
b. Agama : Di kelurahan P mayoritas beragama Islam.
c. Budaya : Jawa.
3. Data Delapan Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Kualitas udara di keluraha P masih cukup baik dan tidak terdapat polusi
udara, karena di kelurahan P masih banyak tanaman pohon-pohon rindang,
Tingkat kebisingan doi kelurahan P masih dalam batas normal karena di
kelurahan P tidak dak pabrik atau industri, masyarakat kelurahan P lebih
banyak menggunakan montor untuk aktivitas sehari-hari teapi ada juga yang
menggunaka sepeah untuk aktivitas, di keluraha P ada juga yang memiliki
kendaraan roda empat atau mobil. Jarak antara rumah sangat dekat dan
hampir tidak ada pagar pembatas di setiap rumah, penduduku di kelurahan P
sangat padat. Sebagian besar pendidikan warga masyarakat di keluraha P
lulusan SD, urutan yang kedua SMP, dan yang ketiga SMA, ada juga yang
lulusan perguruan tinggi, saranan pendidikan belum begitu terpenuhi apalagi
terkait dengan pendidikan jiwa, belum ada.
b. Keamanan Transportasi
Petugas keamanan yang ada di keluraha P sistemnya di gilir, setiap malam
ada yang meronda di pos kampling, terkadang mengelilingi Kelurahan P
tapi terkadang hanya di pos kampling. Sarana transportasi yang biasa
digunakan adalah montor dan sepeda yang di gunakan dalam sehari-hari, di
keluraha P ada juga kendaraan umum, tetapi masyarakat ljarang
menggunakan fasilitas umum, masyarakat lebih suka memakai kendaraan
sendiri seperti montor.
c. Petugas dijalan Raya
Petugas dijalan raya yang ada didekat keluraha P sudah bekerja seoptimal
mungkin, kecelakaan juga sering terjadi karena peraturan yang ada, seperti
harus memakai hlm saat keluar di jalan raya dan mematuhui rambu-rambu
lalu lintas dan para pengendara mobil di wajib kan harus menggunakan
sabuk pengaman, walaupun di jalan raya sangat ramai dengan kendaraan
bermontor tetapi kecelakaan lalu lintas sangatlah sedikit dan jarang terjadi di
keluraha P. Antara kelurah P dengan kelurahan sebelah hanya di batasi
dengan rumah warga, karena memang rumah warga yang ada di kelurah P
sangatlah berdekatan dan sangat padat penduduk.
d. Politik dan Pemerintah
Pemerintah daerah atau PEMDA setempat masih kurang tanggap dengan
kejadian gangguan jiwa di masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-
maslah yang sifatnya medis misalnya demam berdarah, diare dan lain-lain.
Pelayanan Umum dan Kesehatan. Gangguan jiwa masyarakat belum
mendapatkan perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga
belum pernah dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah
ada, tetapi dalam prakteknya keluarga pasien yang berinisiatif membawanya
berobat ke pelayanan pengobatan terkait. Jadi pengaruh dengan jiwa
masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin
meningkatnya kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal, yang seperti
itu kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
e. Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa di kelurahan P kurang terjangkau, ada
pelayanan kesehatan umum yaitu puskesmas yang ada di kecamatan tetapi
du puskesmas hanya melayani penyakit umum seperti penyakit flu, demam,
diare dan dain-lain, jarak yang harus di tempu dari kelurahan P ke
puskesmas kurang lebih 10 km. Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang di
berikan adalah belum begitu berpengaruh dengan masih tingginya tingkat
stress warga di kelurahan P, pelayanan yang bisa di lakukan adalah dengan
penyuluhan sederhana terkait stres dan damak panjang.
f. Komunikasi
Komunikasi yang di gunakan diwilayah kelurahan P adlaga musyawarah
yang di lakukan oleh antara warga lain dan pengurus-pengurs kelurahan
setempat, jika ada informasi yang ingin di sampaikan biasanya masyarakat
berkumbul di balai desa dan bisa di informasikan di masjid terdekat, media
komunikasi yanga ada keluraha P cukup di mengerti, tetapi terhadap
kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit yang
menjelaskan tentang kesehatan jiwa .
g. Ekonomi
Kondisi ekonomi yang ada di kelurahan P ada yang berekonomi nya baik
ada juga yang ekonominya masih rendah, karena kesejahteraan ekonomi
yang rendah , maka ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit
gangguan jiwa seperti sering mengalami di ejek sama temen-temen yang
lain dan dapat mengakibatkan gangguan menraik diri. Peluang tambahan
masyarakat biasanya warga adalah petani, pedagang dan yang lainnya.
h. Rekreasi
Di keluraha P di sediakan sarana lapangan yang luas dan biasanya di
gunakan bermain sepak bola, voli dan sebagainya, kemudian ada juga taman
kanak-kanak untuk bermaian anak-anak yang ada di kelurahan P. Dan
biasanya para ibu -ibu yang ada di kelurahan P kalau pagi sehabis masak
mereka sering kumpul di rumah salah satu tetangga. Dampak rekreasi
terhadap kesehatan jiwa masyarakat yaitu memberikan dampak positif pada
warga, karena semakin terjalinnya kebersamaan dan rasa perduli dengan
orang lain dan saling berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi dan
masalah lainnya.
4. Hasil Wawancara :
- Saat sesi wawancara dengan orang tua mengatakan bahwa anak mereka tidak
nyaman berada ditempat umum saat berpergian
- Saat wawancara keluarga mengatakan bahwa anaknya lebih sering
menghabiskan waktunya sendiri dikamar.
- Saat wawancara keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak mau pergi
kesekolah dan mengurung diri di kamar, setelah orang tua menyelidiki
ternyata anaknya mengalami pembulian di sekolahnya.
- Dari hasil pengamatan anak terlihat murung dan menolak untuk berinteraksi
dengan orang lain.
- Dari hasil pengamatan anak terlihat menarik diri dari lingkungan.
- Dari hasil pengamatan anak terlihat lesu dan tidak bergairah.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin gabungan yang
memuaskan.
3.3 Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1 DS: ketidakmampuan Menarik diri:
- Saat sesi wawancara dengan menjalin Isolasi Sosial
orang tua mengatakan bahwa gabungan yang
anak mereka tidak nyaman memuaskan.
berada ditempat umum saat
berpergian
- Saat wawancara keluarga
mengatakan bahwa anaknya
lebih sering menghabiskan
waktunya sendiri dikamar.
- Saat wawancara keluarga
mengatakan bahwa anaknya
tidak mau pergi kesekolah dan
mengurung diri di kamar,
setelah orang tua menyelidiki
ternyata anaknya mengalami
pembulian di sekolahnya
DO:
- Dari hasil pengamatan anak
terlihat murung dan menolak
untuk berinteraksi dengan
orang lain.
- Dari hasil pengamatan anak
terlihat menarik diri dari
lingkungan.
- Dari hasil pengamatan anak
terlihat lesu dan tidak
bergairah.
3.4 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & kriteria Hasil Intervensi
1 Isolasi Sosial Tujuan: Promosi Sosialisasi
Definisi: Setelah dilakukan Observasi:
Ketidakmampuan untuk membina Tindakan keperawatan - Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan
hubungan yang erat, hangat, terbuka, 3x24 jam diharapkan orang lain
dan interdependen dengan orang lain keterlibatan sosial - Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan
Penyebab: meningkat orang lain.
1. keterlambatan perkembangan Keriteria Hasil: Terapeutik
2. ketidakmampuan menjalin - Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu
hubungan yang memuaskan
3. ketidaksesuain minat dengan tahap hubungan
perkembangan - Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu
4. ketidaksesuain nilai- nilai dengan
norma hubungan
5. ketidaksesuain perilaku sosial - Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan
dengan norma
6. perubahan penampilan fisiks kegiatan kelompok
7. perubahna status mental - Motivasi berinteraksi diluar lingkungan (mis: jalan-
8. ketidakadekuatan sumber daya
persinal (mis.disfungsi terbuka, jalan, ketoko buku)
pengendalian diri buruk) - Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif: berkomunikasi dalam orang lain
- Diskusikan perencanaan kegiatan dimasa depan
- Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
1. Merasa ingin sendirian
- Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan
2. Merasa tidak aman di tempat
umum kemampuan.
Edukasi:
Objektif
- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
1. Menarik diri
bertahap
2. Tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan orang lain atau - Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
lingkungan
kemasyarakatan
Gejala dan Tanda minor Subjektif: - Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
- Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran menghormati hak orang lain
sendiri - Anjurkan penggunaan alat bantu (mis, kaca mata dan
3. Merasa tidak mempunyai tujuan
yang jelas alat bantu dengar)
- Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk
Objektif
kegiatan kusus
1. Afek datar - Latih bermain peran untuk meningkatkan
2. Afek sedih
3. Riwayat ditolak keterlampilan komunikasi
4. Menunjukan permusuhan - Latih mengekspresikan marah dengan tepat.
5. Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan terlambat
10. Tidak bergairah/lesu
3.5 Implementasi
Diagnosis Kegiatan Tujuan Waktu Jumlah Sasaran Tempat PJ
Menarik diri : - Pendidikan Kesehatan: - Meningkatkan 22 Juni 162 jiwa - Semua - Balai
Isolasi sosial penyuluhan tentang pengetahuan 2021 masyarakat desa
berhubungan kesehatan jiwa “Isolasi masyarakat khususnya kelurahan
dengan Sosial” pada kelurahan P anak usia P.
ketidakmampua masyarakat kususnya tentang kesehatan sekolah yang
n menjalin pada anak usia sekolah jiwa mengalami
gabungan yang depresi.
memuaskan. - Edukasi : - Meningkatkan 22 Juni 162 jiwa - Semua - Balai
Menganjurkan pengalaman 2021 masyarakat desa
masyarakat khususnya mayarakat khususnya Kelrahan
anak usia sekolah yang khususnya anak anak usia P
mengalami isolasi usia sekolah sekolah di
sosial ikut serta dalam kegiatan- kelurahan P
kegiatan sosial dan kegiatan yang ada
kemasyarakatan di kelurahan.
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang


komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat
jiwa rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa). Pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu
pencegaha primer , sekunder, dan tersier.
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung
pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara
wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan
tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya, Dalam mengembangkan upaya
pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting untuk mengetahui dan
meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar
yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.

4.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa mengenai asuhan keperawatan
jiwa di komunitas manusia serta pencegahanya
2. Bagi Institusi
Sebagai acuan wawasan pengetahuan dalam praktek pengajaran
3. Bagi masyarakat
Sebagai tambahan dan informasi bagi masyarakat terutama pada anak usia
sekolah mengenai asuhan keperawatan jiwa di komunitas.
4.3
DAFTAR PUSTAKA

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
reproduksi-remaja.pdf
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
Basic. Jakarta: EGC.
Mubarak,W.I.,&Chayatin, N.(2009).IlmuKeperawatanKomunitasPengantardanTeori.
Jakarta : Salemba Medika.
Ratih Dwi Ariani, A. N. (2015). EFEKTIVITAS SENAM ERGONOMIK
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA. ejournal.

Anda mungkin juga menyukai