Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH ULUMUL HADIS

KODIFIKASI (PEMBUKUAN HADIS)

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Ulumul Hadis
Dosen Pengampu : Alven Putra,Lc,M.S.I

Disusun oleh :

1.Ilham Akbar (20641021)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) CURUP
2021
1cover

3makalah alven

4.resume tafsir

A.PENGERTIAN, PROSES,DEFINISI DAN TUJUAN

Pengertian

Komunikasi antar pribadi dinilai sangat efektif untuk merubah perilaku orang lain, bila terdapat
persamaan mengenai makna yang dibincangkan. Tanda khusus yang ada di komunikasi antar pribadi ini
terletak pada arus balik langsung. Arus balik tersebut memiliki daya tangkap yang mudah untuk
komunikator baik ecara verbal dalam bentuk kata maupun non verbal dalam bentuk bahasa tubuh
seperti anggukan, senyuman, mengernyitkan dahi dan lain sebagainya.

Selama proses komunikasi antar pribadi berlangsung sangat penting terjadinya interaksi berbagi
informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau individu dengan antar individu supaya
terjadi umpan balik dan tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam berkomunikasi. (Baca juga:
Komunikasi Visual)

Pengertian Menurut Para Ahli

Menurut Joseph A.Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4),
komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua individu atau
antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Sedangkan menurut
Evert M Rogers dalam Depari, komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut,
dengan interaksi tatap muka antara beberapa orang pribadi.(Baca juga: Hambatan-Hambatan
Komunikasi)

Lain halnya dengan Dean Barnulus (Liliweri, 1991:12) yang mengemukakan bahwa komunikasi antar
pribadi, dihubungkan dengan pertemuan antara dua individu, tiga individu ataupun lebih yang terjadi
secara spontan dan tidak berstruktur. Begitu pula Onong U.Effendy (Effendy,1993:61), mengutarakan
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang dimana kontak langsung terjadi dalam
bentuk percakapan, bisa langsung berhadapan muka (face to face) atau bisa melalui media seperti
telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi yakni dua arah atau timbal balikBerdasarkan pendapat para
teoritikus, bisa dikemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah dimana orang – orang yang terlibat
dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi bukan sebagai objek.
PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Menurut Joseph A. DeVito yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi atau komunikasi
interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal antara dua orang atau terkadang lebih dari dua
orang yang saling bergantung satu sama lain. Lebih lanjut DeVito menyatakan bahwa proses komunikasi
antar pribadi bersifat sirkular, dimana kedua belah pihak mengirimkan pesan secara simultan.

Dalam perspektif transaksional, komunikasi antar pribadi adalah sebuah proses dengan berbagai
elemen-elemen komunikasi yang masing-masing saling bergantung. Sebagai sebuah proses, komunikasi
antar pribadi merupakan proses sirkular yang selalu berubah. Dalam proses sirkular, masing-masing
orang, dalam hal ini sumber dan penerima pesan, secara simultan berperan sebagai pembicara dan
pendengar. Karena itu, komunikasi antar pribadi disebut juga dengan proses interaktif.

Sebagaimana proses komunikasi antar manusia secara umum, proses komunikasi antar pribadi atau
proses komunikasi interpersonal melibatkan berbagai unsur komunikasi atau komponen-komponen
komunikasi seperti sumber, penerima, encoding, decoding, pesan, saluran, gangguan, konteks, dan etika
komunikasi antar pribadi. Masing-masing unsur komunikasi antar pribadi tidak hanya saling bergantung
namun juga terhubung satu sama lain. Jika salah satu unsur mengalami perubahan, maka akan
berdampak pada unsur komunikasi lainnya dan sistem komunikasi antar pribadi atau sistem komunikasi
interpersonal secara keseluruhan.

Bagimanakan proses komunikasi antar pribadi itu? Berikut adalah uraian singkatnya.

1. Sumber memiliki sebuah ide atau gagasan

Proses komunikasi antar pribadi diawali dengan sumber yang memiliki sebuah ide atau gagasan. Dari
sinilah sejatinya efektivitas komunikasi antar pribadi atau efektivitas komunikasi interpersonal
ditentukan.

2. Sumber melakukan encoding terhadap ide atau gagasan tersebut menjadi sebuah pesan

Ketika seseorang meletakkan sebuah ide atau gagasan ke dalam sebuah pesan, sejatinya ia telah
melakukan encoding terhadap ide atau gagasan yang ia miliki sebelumnya. Pesan tersebut dapat berupa
kata-kata atau gambar. Sebagai partisipan komunikasi tentunya kita perlu mengembangkan berbagai
keterampilan yang dibutuhkan agar proses encoding terhadap ide atau gagasan yang kita miliki menjadi
sebuah pesan yang efektif berlangsung dengan sukses.

3. Sumber memilih saluran atau media komunikasi yang tepat


Ketika proses encoding telah selesai, pesan-pesan tersebut dikirimkan kepada penerima yang dituju.
Namun sebelumnya, sumber harus memilih dan menentukan media yang tepat. Media yang digunakan
untuk mentransmisikan pesan dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk yaitu lisan, tertulis, visual, dan
elektronik.

4. Sumber menyampaikan pesan melalui saluran komunikasi atau media komunikasi

Saluran komunikasi adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengirimkan pesan. Saluran
komunikasi dapat berupa komunikasi tatap muka, internet sebagai media komunikasi, dan lain
sebagainya. Sementara itu, media komunikasi adalah bentuk dimana pesan ditempatkan. Semakin
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, maka semakin banyak pula pilihan media
komunikasi untuk mengirimkan pesan kepada penerima. Di era globalisasi seperti sekarang, kita
disuguhkan dengan macam-macam media komunikasi yang beragam dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.

5. Pesan diterima oleh penerima pesan

Jika saluran komunikasi yang digunakan untuk mengirim pesan berfungsi dengan baik, maka pesan akan
mencapai atau menjangkau penerima pesan yang dituju. Namun perlu dipahami bahwa pesan yang
diterima belum tentu akan mendapat perhatian dan dipahami dengan benar oleh penerima pesan.
Beberapa pesan bahkan diabaikan atau disalahartikan oleh penerima pesan dengan menganggapnya
sebagai gangguan.

6. Penerima pesan melakukan decoding terhadap pesan yang diterima

Setelah pesan diterima oleh penerima pesan, penerima pesan perlu mengekstraksi ide atau gagasan
yang berasal dari pesan dan inilah yang disebut dengan decoding.

7. Penerima pesan memberikan tanggapan atau respon terhadap pesan

Dalam menyusun sebuah pesan, sumber hendaknya menunjukkan kepada penerima pesan bahwa
dengan memberikan respon atau tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan akan memberikan
beberapa keuntungan atau manfaat bagi penerima pesan. Dengan demikian, kemungkinan penerima
pesan memberikan respon atau tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan dengan cara yang positif
akan meningkat.
8. Penerima pesan menyuguhkan umpan balik kepada sumber

Dalam rangka memberikan respon atau tanggapan (atau tidak memberikan respon atau tanggapan)
terhadap pesan yang dikirimkan oleh sumber, penerima pesan dimungkinkan untuk memberikan umpan
balik yang membantu sumber untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi interpersonal. Umpan balik
yang diberikan dapat berupa verbal dengan menggunakan kata-kata tertulis atau lisan, nonverbal
dengan menggunakan ekspresi wajah atau bahasa tubuh dalam komunikasi lainnya, atau verbal dan
nonvebal sekaligus. Seperti pesan yang dikirimkan oleh sumber, pesan umpan balik dari penerima pesan
juga perlu di-decode secara hati-hati.

9. Penerima pesan melakukan encoding terhadap pesan umpan balik

Tanggapan atau respon yang diberikan oleh penerima pesan dikemas dalam bentuk pesan umpan balik.
Proses pengemasan pesan umpan balik ini dinamakan dengan encoding. Sebagaimana pesan yang
dikirimkan oleh sumber, maka pesan umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan kepada sumber
dapat berupa kata-kata atau gambar. Penerima pesan juga perlu memiliki keterampilan agar proses
encoding yang dilakukan dapat berhasil.

10. Penerima pesan memilih saluran komunikasi atau media komunikasi

Setelah proses encoding, penerima pesan kemudian memilih saluran komunikasi atau media komunikasi
yang tepat untuk mengirimkan pesan umpan balik kepada sumber. Saluran komunikasi atau media
komunikasi yang dibutuhkan untuk mengirim pesan umpan balik dapat berbentuk lisan, tulisan, visual
atau elektronik.

11. Penerima pesan mengirimkan pesan umpan balik kepada sumber

Setelah proses pemilihan saluran komunikasi atau media komunikasi yang dirasa tepat dan sesuai,
penerima pesan kemudian mengirimkan pesan umpan balik tersebut melalui saluran komunikasi atau
media komunikasi yang telah ditentukan.

12. Pesan umpan balik diterima oleh sumber

Proses selanjutnya adalah pesan umpan balik diterima oleh sumber. Pesan umpan balik dapat diterima
dengan baik oleh sumber manakala saluran komunikasi atau media komunikasi yang digunakan
berfungsi dengan baik.
13. Sumber melakukan decoding terhadap pesan umpan balik dan memberikan respon

Setelah pesan umpan balik diterima oleh sumber, sumber kemudian melakukan proses decoding
terhadap pesan umpan balik yang dikirimkan oleh penerima pesan. Pesan umpan balik yang dikirimkan
oleh penerima pesan kemudian ditanggapi atau direspon oleh sumber. Langkah selanjutnya, sumber
dapat memberikan umpan balik kepada penerima pesan dan seterusnya.

Proses komunikasi antar pribadi berlangsung dalam sebuah konteks tertentu. Tidak jarang, dalam setiap
proses seperti yang diulas secara singkat di atas akan menemui adanya berbagai macam gangguan atau
hambatan-hambatan komunikasi yang dapat mengganggu jalannya proses komunikasi antar pribadi
sehingga menyebabkan tidak tercapainya komunikasi yang efektif.

Untuk memahami proses komunikasi antar pribadi, para ahli telah merancang model-model komunikasi.
Beberapa model komunikasi antar pribadi yang berusaha untuk menjelaskan proses komunikasi antar
pribadi diantaranya adalah model komunikasi DeVito, model komunikasi Osgood dan Schramm, model
komunikasi Newcomb, model komunikasi Gerbner, model komunikasi Frank Dance, Johari window, dan
model komunikasi Barnlund.

Definisi Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli

Komunikasi secara umum merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Karena tanpa
komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi tidak
mungkin terjadi. Salah satu jenis komunikasi yang perlu kamu ketahui adalah komunikasi interpersonal
berikut ini pengertiannya menurut para ahli yaitu:

1. Agus M. Hardjana

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima dapat
menanggapi secara langsung pula.

2. Dean Barnlund

Dea Barnlund menjabarkan komunikasi interpersonal sebagai orang-orang pada pertemuan tatap muka
dalam situasi sosial informal yang melakukan interaksi terfokus lewat pertukaran isyarat verbal dan
nonverbal yang saling berbalasan.

3. John Stewart dan Gary D'Angelo

Keduanya melihat esensi komunikasi interpersonal berpusat pada kualitas komunikasi antarpartisipan.
Partisipan berhubungan satu sama lain lebih sebagai person (unik, mampu memilih, mempunyai
perasaan, bermanfaat, dan merefleksikan diri sendiri). dari pada sebagai objek atau benda (dapat
dipertukarkan, terukur, secara otomatis merespon rancangan dan kurang kesadaran diri).

4. Arni Muhammad

Komunikasi interpersonal menurut Arni Muhammad adalah proses pertukaran informasi di antara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung
diketahui timbal baliknya.

Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi Antar Pribadi yang terjadi antar individu memiliki beberapa tujuan, antara lain :

Menyampaikan Informasi – Tujuan utama berkomunikasi ialah menyampaikan informasi. Lalu di dalam
komunikasi antar pribadi ditekankan kembali mengenai penyampaian informasi yang memiliki sifat intim
dan mendekati komunikasi yang efektif.

Menumbuhkan Simpati – Dalam berbagi informasi, ada kalanya terselip beberapa pesan yang
merupakan pengalaman pribadi. Baik dalam bentuknya pengalaman menyenangkan atau menyedihkan.
Dari sana timbul rasa simpati yang dirasakan oleh kedua belah pihak.

Menumbuhkan Motivasi – Tidak jarang pula dari informasi yang dibagikan menimbulkan motivasi
tersendiri. Apabila pesan tersebut berisi kisah – kisah inspiratif yang mampu menggugah kepribadian diri

Interaksi Intim

Termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota keluarga, serta orang-orang yang sudah
mempunyai ikatan emosional yang kuat.

Percakapan Sosial

Merupakan interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka
penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi.

Interogasi atau Pemeriksaan

Merupakan interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan juga
menuntut informasi dari yang lain.

Wawancara
Merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan
yang berupa tanya jawab.

Daftar Pustaka

https://m.merdeka.com/jabar/tujuan-komunikasi-interpersonal-berikut-definisi-dan-klasifikasinya-
kln.html?page=all

https://www.google.com/amp/s/pakarkomunikasi.com/proses-komunikasi-antar-pribadi/amp

https://www.google.com/amp/s/pakarkomunikasi.com/komunikasi-antar-pribadi/amp

B. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MODEL KOMUNIKASI

Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi adalah sebagai
berikut :

1.Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self)

Dalam berkomunikasi, terdapat berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman. Semua hal tersebut dihasilkan dari dalam diri individu. Oleh karena itu, artinya komunikasi
antar pribadi dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. (Baca juga: Komunikasi
Pemerintahan)

2.. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi

komunikasi antarpribadi dimaksudkan tidak hanya berkaitan dengan isi pesanyang menjadi media tukar,
tetapi juga melibatkan siapa yang menjadi komunikan serta bagaimana hubungan kita dengan
komunikan tersebut.

3.Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi

Kedekatan saat berkomunikasi diperlukan baik untuk sang komunikator, maupun juga komunikan. Oleh
karena itu, jarak menjadi sangat penting untuk menilai keberhasilan suatu komunikai agar mencapai
komunikasi yang efektif.
4.Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

Transaksional yang menjadi sifat komunikasi antar pribadi mengacu pada tindakan dari pihak-pihak yang
berkomunikasi. Mereka secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.

5.Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya.

Dalam sebuah komunikasi antar pribadi, perlu adanya timbal balik yang berkaitan mengenai topik yang
dibicarakan. Apalagi topik berbeda, akan terjadi kesenjangan dalam berkomunikasi dan menimbulkan
keheningan serta salah pemahaman antara komunikator dan komunikan. Oleh karena itu, peran pesan
menjadi sangat penting.

6.Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang.

Proses penyampaian pesan yang terjadi saat komunikasi antar pribadi berlangsung tidak dapat diubah
atau diulang kembali. Apa yang telah disampaikan dan dipahami oleh kedua belah pihak akan memberi
stimulasi berbeda – beda. Sehingga, perlu diperhatikan saat penyampaian pesan agar tercipta
komunikasi yang kondusif.

MODEL KOMUNIKASI

6 MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ADALAH SALAH SATU JENIS KOMUNIKASI YANG PALING BANYAK DIPELAJARI OLEH BERBAGAI
KALANGAN. SELAIN KARENA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MERUPAKAN SALAH SATU JENIS KOMUNIKASI DENGAN BERBAGAI
ELEMEN-ELEMEN KOMUNIKASI YANG HAMPIR SETIAP HARI KITA LAKUKAN, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI JUGA MENARIK
DIPELAJARI KARENA LEWAT KOMUNIKASI INILAH KEBANYAKAN MANUSIA MENGEMBANGKAN DIRINYA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI. OLEH KARENA ITU, MODEL-MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BANYAK DIKEMBANGKAN DAN DIPELAJARI
OLEH PARA ILMUWAN KOMUNIKASI. DI ANTARA MODEL-MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI TERSEBUT, BEBERAPA MODEL
AKAN KITA BAHAS DI BAWAH INI SEBAGAI GAMBARAN UMUM MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI YANG DAPAT KITA
PELAJARI DI LUAR SANA

TUNGGU APALAGI? APABILA KAMU INGIN SEGERA MEMPELAJARI MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DI BAWAH INI,
SILAKAN SAJA BACA SAMPAI HABIS YA!

1. MODEL KOMUNIKASI SHANNON DAN WEAVER

DIANTARA MODEL KOMUNIKASI MENURUT PARA AHLI DALAM MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI YANG KITA PELAJARI
BERIKUT INI BERASAL DARI GAGASAN SHANNON DAN WEAVER. MEREKA BERDUA MENGGAGAS MODEL KOMUNIKASI LINEAR
ATU SATU ARAH YANG MASIH DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENUNJUKKAN BAGAIMANA SUATU INDIVIDU BERKOMUNIKASI
DENGAN INDIVIDU YANG LAIN. DARI MODEL KOMUNIKASI INI, MUNDUL MODEL KOMUNIKASI BERLO YANG DIGAGAS OLEH
BERLO SETELAH TERINSPIRASI DARI MODEL KOMUNIKASI YANG DIBUAT OLEH CLAUDE ELWOOD SHANNON DAN WARREN
WEAVER INI. MODEL KOMUNIKASI INI DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI MEDIA MASSA, TERMASUK DALAM JENIS-JENIS
BERITA YANG ADA DI MEDIA MASSA.

DI DALAM MODEL KOMUNIKASI SHANNON DAN WEAVER, KOMPONEN-KOMPONEN DI DALAM MODEL KOMUNIKASI INI
MELIPUTI PENGIRIM, ENCODER, MEDIA, DECODER, PENERIMA, DAN GANGGUAN. JALANNYA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
MELALUI MODEL INI DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT. PENGIRIM PESAN ATAU SUATU INDIVIDU TERTENTU MEMBUAT
PESAN DENGAN PENGATURAN DAN KODE-KODE TERTENTU (ENCODING) DAN MENGIRIMKANNYA KEPADA PENERIMA PESAN
MELALUI SEBUAH MEDIA (DALAM KOMUNIKASI PRIBADI ADALAH SECARA LANGSUNG). SEBELUM PENERIMA DAPAT
MEMAHAMI PESAN, PENERIMA HARUS MENERIMA SANDI PESAN YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMBUKA KODE
(DECODING) SEBELUM MEMAHAMI DAN MENGINTERPRETASIKAN PESAN TERSEBUT. MESIN PENERIMA ATAU TEKNOLOGI
SEPERTI KOMPUTER JUGA DAPAT BERPERAN SEBAGAI PENERIMA SANDI DALAM BEBERAPA KASUS, SEHINGGA PENERIMA
HANYA TINGGAL MEMBACA PESAN YANG MASUK.

2. MODEL KOMUNIKASI BARNLUND

MODEL KOMUNIKASI YANG KITA PELAJARI BERIKUTNYA ADALAH SEBUAH MODEL KOMUNIKASI YANG DIBUAT OLEH DEAN C.
BARNLUND. TIDAK SEPERTI YANG LAINNYA, SEDARI AWAL MODEL KOMUNIKASI BARNLUND MENGGAMBARKAN SEBUAH
MODEL KOMUNIKASI TRANSAKSIONAL, YANG MENJADI DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN BUKAN MODEL-MODEL
KOMUNIKASI MASSA. DALAM MODEL INI DIGAMBARKAN PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN PESAN YANG SECARA
SIMULTAN TANPA ADA SALAH SATU PIHAK HANYA BERPERAN PASIF SEBAGAI PARTISIPAN KOMUNIKASI.

DI DALAM MODEL KOMUNIKASI INI BARNLUND MENUNJUKKAN ADANYA BEBERAPA KOMPONEN DALAM KOMUNIKASI, YAITU
CUES (TANDA UNTUK MELAKUKAN SESUATU, SPEECH ACT (TINDAKAN BERBICARA), FILTER (SUBJEK YANG TERKAIT DENGAN
KOMUNIKASI, DAN NOISE (GANGGUAN YANG TERJADI SELAMA KOMUNIKASI BERLANGSUNG). DARI MODEL KOMUNIKASI INI
DIANGGAP ANTARA PENERIMA DAN PENGIRIM PESAN SALING BERGILIRAN MENGAMBIL POSISI SEBAGAI PENGIRIM DAN
PENERIMA SECARA LANGSUNG SEHINGGA KOMUNIKASI YANG TERJADI BERSIFAT SIMULTAN. MODEL KOMUNIKASI INI DAPAT
DICOBA UNTUK MEMAHAMI UNSUR KOMUNIKASI POLITIK YANG ADA DI SEKITAR KITA, WALAUPUN MUNGKIN TIDAK AKAN
DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA.

3. MODEL KOMUNIKASI SCHRAMM AND OSGOOD

MODEL KOMUNIKASI BERIKUTNYA ADALAH MODEL KOMUNIKASI YANG SEBENARNYA DIKENALKAN OLEH WILBUR SCHRAMM.
AKAN TETAPI OLEH KARENA MODEL KOMUNIKASI INI TERINSPIRASI DARI TEORI RYAN A. OSGOOD, MAKA MODEL KOMUNIKASI
INI SERING KALI DIKENAL DENGAN SEBUTAN MODEL KOMUNIKASI OSGOOD DAN SCHRAMM, ATAU DIKENAL JUGA DENGAN
SEBUTAN MODEL KOMUNIKASI ENCODE-DECODE. MODEL KOMUNIKASI INI DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI
KOMUNIKASI LISAN DI DALAM SUATU PROSES DISKUSI.

DENGAN MODEL INI OSGOOD MENGGANTI KOMUNIKASI LINEAR MENJADI KOMUNIKASI SIRKULER, KEMUDIAN SCHRAMM
MENAMBAHKAN KONSEP FIELD OF EXPERIENCE SEBAGAI HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN DAN INTERPRETASI
PESAN DI DALAM PROSES KOMUNIKASI YANG TERJADI DI ANTARA SUBJEK YANG TERLIBAT DI DALAM KOMUNIKASI TERSEBUT.

DI DALAM PROSES KOMUNIKASI OSGOOD DAN SHCRAMM, ADA BEBERAPA KOMPONEN KOMUNIKASI, YAITU:

SENDER (PEMBUAT DAN PENGIRIM PESAN)

ENCODER (ORANG YANG MENGUBAH PESAN KE DALAM BENTUK KODE, YANG BIASANYA JUGA SEKALIGUS MERUPAKAN
SENDER)

DECODER (ORANG YANG MENDAPATKAN PESAN DARI ENCODER DAN MENGUBAHNYA PADA BAHASA LAIN YANG TELAH
DIMENGERTI OLEH PENERIMA PESAN, YANG BIASANYA JUGA LANGSUNG BERPERAN SEBAGAI INTERPRETER DAN RECEIVER
DALAM HAL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI)

INTERPRETER (ORANG YANG MENCOBA UNTUK MEMAHAMI DAN MENGANALISA PESAN YANG DIKIRIM OLEH PENGIRIM PESAN)

RECEIVER (ORANG YANG MENERIMA PESAN DAN MELAKUKAN PROSES DECODING DAN MENGINTERPRETASIKAN PESAN DARI
SENDER)

MESSAGE (PESAN YANG DIBUAT OLEH SENDER)

FEEDBACK (RESPONS TERHADAP PESAN YANG DITERIMA OLEH SUBJEK PENERIMA PESAN)

MEDIUM (MEDIA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGIRIM PESAN, DALAM HAL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI, MAKA DALAM
KOMUNIKASI LANGSUNG MEDIANYA DAPAT DISEBUT MERUPAKAN UDARA ATAU SALURAN TERTENTU)

NOISE (GANGGUAN DALAM PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI YANG MENGHAMBAT KOMUNIKASI)

4. MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES

DARI SEGI HISTORISNYA, MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES MERUPAKAN SALAH SATU MODEL KOMUNIKASI LINEAR YANG
DIBUAT UNTUK MENGGAMBARKAN SUATU PROSES KOMUNIKASI MASSA ATAU KOMUNIKASI DI DEPAN PUBLIK. AKAN TETAPI,
MODEL KOMUNIKASI INI PUN DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGGAMBARKAN BEBERAPA ASPEK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
WALAUPUN TIDAK SECARA UTUH.

MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES MERUPAKAN SALAH SATU MODEL KOMUNIKASI TERTUA DAN PERTAMA YANG DITERIMA
SECARA LUAS DALAM DUNIA ILMU KOMUNIKASI. DI DALAM MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES, ADA BEBERAPA KOMPONEN
ATAU UNSUR YANG DIAMATI, YAITU: SPEAKER, SPEECH, OCCASION, AUDIENCE, DAN EFFECT.

SPEAKER ADALAH ORANG YANG BERBICARA ATAU AKTIF MENGIRIMKAN DAN MEMBENTUK PESAN UNTUK ORANG LAIN.
SPEECH ADALAH PESAN YANG DIBUAT OLEH SPEAKER DAN DITUJUKAN PADA KOMUNIKAN YANG DIA AJAK BICARA. OCCASION
ADALAH SITUASI PESAN ATAU KOMUNIKASI DILAKUKAN. AUDIENCE ADALAH PEMIRSA ATAU KHALAYAK (DALAM KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI, ADALAH INDIVIDU LAIN) YANG MENJADI SASARAN PESAN DALAM PROSES KOMUNIKASI TERSEBUT, DAN
EFFECT ADALAH DAMPAK YANG DITIMBULKAN DALAM PROSES KOMUNIKASI.

MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES DIKENAL SEBAGAI MODEL KOMUNIKASI SATU ARAH KARENA SPEAKER ATAU PEMBICARA
DIANGGAP SEBAGAI PIHAK YANG PALING PENTING DALAM KOMUNIKASI. HAL ITU DISEBABKAN KARENA PEMBICARA DIANGGAP
SATU-SATUNYA PIHAK YANG BERPERAN AKTIF DALAM PROSES KOMUNIKASI YANG TERJADI, SEMENTARA KHALAYAK ATAU
INDIVIDU DIANGGAP PASIF DAN HANYA MENERIMA PESAN SAJA DARI SPEAKER.

5. MODEL KOMUNIKASI LASSWELL

LASSWELL ADALAH SALAH SATU TOKOH DALAM DUNIA KOMUNIKASI YANG SANGAT DIKENAL SEBAGAI SALAH SATU FOUNDING
FATHERS-NYA ILMU KOMUNIKASI. SALAH SATU PENCAPAIAN LASWELL ADALAH KEBERHASILANNYA DALAM MENDEFINISIKAN,
SEKALIGUS MENGGAMBARKAN KOMUNIKASI DALAM BAHASA YANG SANGAT SEDERHANA. DEFINISI KOMUNIKASI YANG IA
MILIKI, YANG MENJELASKAN BAHWA KOMUNIKASI ADALAH PROSES WHO SAYS WHAT IN WHAT CHANNEL TO WHOM WITH
WHAT EFFECTS.

PADA AWALNYA MODEL KOMUNIKASI INI DISUSUN UNTUK MENGANALISIS KOMUNIKASI MASSA, YANG MEMILIKI CIRI KHAS
SEPERTI MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES, YAITU MERUPAKAN MODEL KOMUNIKASI LINEAR ATAU KOMUNIKASI SATU ARAH
YANG CENDERUNG BERPANDANGAN BAHWA SUBJEK KOMUNIKASI ADALAH PIHAK YANG LEBIH BERPERAN BESAR DALAM
KOMUNIKASI. AKAN TETAPI, DALAM PERKEMBANGANNYA, MODEL KOMUNIKASI INI PUN DIPAKAI UNTUK MENJELASKAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ATAU KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI.

SESUAI DENGAN DEFINISI YANG DISAMPAIKAN OLEH LASWELL, DALAM MODEL KOMUNIKASI LASSWELL, KOMPONEN-
KOMPONEN KOMUNIKASI YANG ADA ADALAH: WHO ATAU SIAPA YANG PENGIRIM PESAN, SAYS ATAU PESAN YANG
DISAMPAIKAN OLEH PENGIRIM, CHANNEL ATAU MEDIA PENGIRIM PESAN TERSEBUT, TO WHOM ATAU SIAPA YANG AKAN
MENERIMA PESAN, WITH WHAT EFFECT ATAU UMPAN BALIK APA YANG DIBERIKAN OLEH PENERIMA PESAN KE PENGIRIM
PESAN. LIMA KOMPONEN INI, SERING MENJADI BAHAN ANALISIS DALAM PROSES ANALISIS TERHADAP PROSES KOMUNIKASI
YANG TERJADI SECARA KESELURUHAN, SEPERTI MISALNYA DALAM MENGANALISIS ISI, MEDIA, KHALAYAK, EFEK, DAN LAIN
SEBAGAINYA.

6. MODEL KOMUNIKASI BERLO

MODEL KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI YANG KITA PELAJARI BERIKUTNYA ADALAH MODEL KOMUNIKASI YANG DISUSUN OLEH
DAVID K. BERLO. DIA MENGEMBANGKAN MODEL KOMUNIKASI YANG SEBELUMNYA DIGAGAS OLEH SHANNON DAN WEAVER,
YANG MENGHASILKAN MODEL KOMUNIKASI SMCR (SENDER-MESSAGE-CHANNEL-RECEIVER). TERDAPAT PULA PROSES
ENCODING DAN DECODING DI DALAM MODEL KOMUNIKASI INI YANG TIDAK DIMASUKKAN DALAM SINGKATAN TERSEBUT.
DALAM MODEL KOMUNIKASI BERLO, ADA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU DALAM KOMUNIKASI YANG
MEMBUAT KOMUNIKASI BERLANGSUNG SECARA LEBIH EFISIEN. FAKTOR-FAKTOR ITU ANTARA LAIN KETERAMPILAN
KOMUNIKASI, SIKAP, PENGETAHUAN, SISTEM SOSIAL, DAN BUDAYA.

DAFTAR PUSTAKA

HTTPS://WWW.GOOGLE.COM/AMP/S/PAKARKOMUNIKASI.COM/KOMUNIKASI-ANTAR-PRIBADI/AMP

HTTPS://M.MERDEKA.COM/JABAR/TUJUAN-KOMUNIKASI-INTERPERSONAL-BERIKUT-DEFINISI-DAN-
KLASIFIKASINYA-KLN.HTML?PAGE=ALL

C. SIKLUS DAN PROSES MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Siklus hubungan antarpribadi menurut Mark Knapp adalah:

Tahap Memulai (Initiating), merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang kita lakukan dalam
percakapan dengan seseorang yang baru kita kenal. Tujuannya adalah untuk mengadakan kontak dan
menyatakan minat. Biasanya komunikasi dilakukan dengan hati-hati dan konvensional.

Contoh:

"Hai, apa kabar?"

"Baik, bagaimana dengan Anda?"

Tahap Penjajakan (Experimenting) adalah fase di mana kita mencoba topik-topik percakapan untuk
mengenal satu sama lain. Biasanya kita banyak mengajukan pertanyaan dan berbasa-basi. Tujuan
komunkasi di sini adalah untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan di antara kedua belah pihak
dengan cara-cara yang aman. Hubungan akan lebih menyenangkan jika dalam tahap ini berhasil
dibangun kepentingan-kepentingan yang sama. Suka atau tidak suka, kebanyakan hubungan kita
mungkin tidak berlangsung lebih jauh dari tahap ini.

Contoh:

"Oh, jadi Anda senang main ski... Saya juga."

"Benarkah? Bagus. Di mana Anda biasanya main ski?"

Intensifikasi (Intesifying) menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, dan awal informalitas
yang lebih besar. Perubahan terjadi dalam perilaku komunkasi verbal maupun nonverbal. Secara verbal,
derajat keterbukaan dalam membuka diri lebih besar, misalnya: "Kedua orang tuaku bercerai..." atau
"Aku jatuh hati padamu...", dsb.

Perubahan komunikasi nonverbal menjadi lebih intim terlihat dari kedekatan fisik, tangan yang
berpegangan, kontak mata yang lebih sering , dsb.

Contoh percakapan:

"Aku...aku kira aku jatuh cinta padamu."

"Aku... aku juga."

Pengintegrasian (integrating) terjadi bila dua orang mulai menganggap diri mereka sebagai pasangan.
Keduanya secara aktif memupuk semua minat, sikap dan kualitas yang tampaknya membuat mereka
unik sebagai pasangan. Mereka mungkin juga melakukan hal itu dengan cara simbolik misal bertukar
cincin, menyebut suatu lagu sebagai 'lagu kita', dst.

Contoh percakapan:

"Aku merasa menjadi bagian dari dirimu..."

"Yah, kita seperti sudah bersatu. Apa yang terjadi padamu terjadi juga padaku."

Pengikatan (Bounding) adalah tahap yang lebih formal atau ritualistik, bisa berbentuk pertunangan atau
perkawinan, namun "berhubungan tetap" juga merupakan suatu bentuk pengikatan. Pasangan tsb
sepakat menerima seperangkat aturan atau norma yang mengatur hubungan mereka, dan mereka kini
lebih sulit untuk berpisah.

Contoh percakapan:

"Aku ingin selalu bersamamu."

"Mari kita menikah saja."

Namun dari lima tahapan di atas, hubungan manusia mungkin stabil dalam tahap-tahap perkembangan
sebelum pengikatan, namun hubungan yang mencapai fase paling akrab pun bisa juga merosot lagi.
Hanya saja pada fase paling akrab, perpisahan tidak terjadi begitu saja, melainkan berproses, yang
ditandai dengan semakin berkurangnya kontak dan keintiman.
Lima tahap berikut ini menggambarkan kemerosotan yang dapat terjadi dalam hubungan yang telah
mencapai tahap pengikatan.

Pembedaan (Differentiating) terjadi bila dua orang menetapkan bahwa mungkin hubungan mereka
terlalu membatasi. Sekarang mereka mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan daripada
kesamaan-kesamaan. Mereka ingin mengerjakan urusan mereka sendiri-sendiri, dan mulai menekankan
individualitas. Fase ini ditandai dengan makin seringnya terjadi perselisihan di antara mereka.

Contoh:

"Aku tidak suka menghadiri keramaian-keramaian besar."

"Kadang-kadang aku tidak memahamimu. Ini satu perbedaan di antara kita."

Pembatasan (Circumscribing) adalah suatu tahap yang menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi
frekuensi dan keintiman komunikasi mereka. Topik-topik tertentu yang cenderung menimbulkan
suasana panas berusaha dihindari. Sikap mereka menjadi lebih formal seolah-olah mereka tidak
mengenal satu sama lain secara baik.

Contoh:

"Apakah tidak apa-apa kalau aku berjalan-jalan sekarang?"

"Aku tak peduli. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan."

Stagnasi (Stagnating) menunjukkan kemerosotan hubungan yang semakin jauh sehingga mereka
mencoba untuk bertahan dengan alasan-alasan keagamaan atau keuangan, atau demi kebaikan anak-
anak, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan daya tarik terhadap pasangannya. Komunikasi
verbal dan nonverbal semakin menyerupai komunikasi antara orang-orang asing. Hubungan itu sendiri
tak pernah dibicarakan lagi.

Contoh:

"Apa yang akan kita bicarakan?"

"OK. Aku tahu apa yang akan kau katakan, dan kau tahu apa yang akan kukatakan."

Penghindaran (Avoiding) adalah suatu taktik untuk meminimalkan penderitaan atas pengalaman
hubungan yang merosot sama sekali. Perceraian fisik sering terjadi, atau paling tidak walau pun mereka
masih tinggal bersama/berdekatan mereka mampu menjaga kontak yang minimum.
Contoh:

"Aku sangat sibuk, aku tidak tahu kapan aku bisa bertemu denganmu."

"Bila aku tak bisa menerimamu saat kau mencoba menghubungiku, harap maklum."

Pemutusan (Terminating) adalah tahap final dalam suatu hubungan. Menurut Knapp, pemutusan
hubungan bisa terjadi setelah suatu percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya keintiman
sepanjang hidup. Umumnya, semakin lama dan semakin penting hubungan itu, semakin menyakitkan
perpisahan yang terjadi.

Contoh:

"Aku akan pergi...kau tak perlu mencoba menghubungiku lagi."

"Jangan khawatir...tidak akan pernah."

Sedangkan, menurut Jalaluddin Rakhmat (1998), penulis buku 'Psikologi Komunikasi', hubungan
interpersonal berlangsung melewati 3 tahap, yaitu: pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan
pemutusan hubungan.

1. Pembentukan Hubungan Interpersonal

Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan. Perkenalan adalah proses komunikasi di mana
individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi
tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang
agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan. Initial contact phase (fase
kontak awal) ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk "menangkap" informasi dari reaksi kawannya.
Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila
mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka merasa
berbeda, mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya, dan hubungan interpersonal mungkin
diakhiri. Pada tahap 'saling menyelidik' ini, informasi yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar
mengenai data demografis, seperti: usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga, dsb.

Dengan data demografis, orang berusaha membentuk kesan tentang diri orang lain. Katakanlah, Anda
lahir di Tapanuli dari keluarga Batak Karo. Saya segera menangkap identitas, sikap, dan nilai-nilai yang
Anda anut. Dari informasi itu, saya bisa menduga Anda beragama Kristen. Informasi lebih lanjut tentang
pendidikan dan pekerjaan Anda akan mempengaruhi penilaian saya terhadap diri Anda.

Menurut Charles R. Burger (1973), informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan menjadi 7
kategori, yaitu: (1) informasi demografis; (2) sikap dan pendapat: tentang orang atau obyek; (3) rencana
yang akan datang; (4) kepribadian, misalnya: "Bagaiman Anda menghadapi kenaikan harga sekarang
ini?"; (5) perilaku pada masa lalu, misalnya: "Mengapa Anda sekolah di sekolah itu?"; (6) orang lain,
misalnya:"Apakah Anda kenal dengan Ayu?"; (7) hobi dan minat.

Informasi-informasi itu tidak selalu kita peroleh melalui komunikasi verbal. Kita juga membentuk kesan
dari petunjuk proksemik, kinesik, paralinguistik, dan artifaktual. Cara Anda mempertahankan jarak,
gerak tangan, lirikan mata Anda, intonasi suara, dan pakaian yang Anda kenakan akan membentuk kesan
pertama. Kesan pertama ini amat menentukan apakah hubungan interpersonal harus diakhiri atau
diperteguh.Menurut William Brooks dan Phlip Emmert, kesan pertama sangat menentukan, karena itu
hal-hal yang pertama kelihatan (hal-hal yang menentukan kesan pertama) menjadi sangat penting. Para
ahli psikologi sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa yang diucapkan pertama, apa yang
dilakukan pertama mejadi penentu yang penting terhadap pembentukan citra pertama seseorang.

2. Peneguhan Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Ada 4 faktor penting yang
diperlukan untuk memelihara keseimbangan dan memperteguh hubungan interpersonal, yaitu:
keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat.

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Jika dua
orang melakukan tingkat keakraban yang berbeda, akan terjadi ketidak-serasian dan kejanggalan. Jika A
menggunakan teknik sosial seperti berdiri lebih dekat, melihat lebih sering, dan tersenyum lebih banyak
daripada B, maka B akan merasa A bersifat agresif dan terlalu akrab, sedangkan A akan merasa B
bersikap acuh tak acuh dan sombong.

Kontrol. Ini adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara
lebih banyak, siapakah yang menentukan, siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-
masing pihak ingin berkuasa, atau tidak ada yang mau mengalah.

Ketepatan respons. Artinya respons A harus diikuti oleh respons B yang sesuai. Dalam percakapan
misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan
dengan penjelasan. Bayangkan apa jadinya jika pertanyaan dibalas dengan pertanyaan, atau lelucon
dibalas dengan nasehat. Respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga
pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan saya yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah
yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, hubungan
interpersonal akan mengalami keretakan. Ini berarti Anda memberikan respons yang tidak tepat.

Keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi adalah faktor berikutnya yang
diperlukan dalam memelihara hubungan interpersonal. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang
berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil, besar
kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. Bila saya turut sedih
ketika Anda mengungkapkan penderitaan Anda, saya menyamakan suasana emosional saya dengan
suasana emosional Anda. Anda akan menganggap saya "dingin" bila saya menanggapi penderitaan Anda
dengan perasaan yang netral.

3. Pemutusan Hubungan Interpersonal

R.D. Nye (1973) dalam bukunya "Conflict among Humans" menyebutkan 5 sumber konflik, yaitu:

Kompetisi. Salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain, misalnya
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.

Dominasi. Salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hak-
haknya dilanggar.

Kegagalan. Masing-masing berusaha menyalahkan yang lain ketika tujuan bersama tidak tercapai.

Provokasi. Salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang
lain.

Perbedaan nilai. Kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
9 Model Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap
muka antara dua orang atau lebih yang memiliki kedekatan fisik. Dengan kata lain, komunikasi
interpersonal menggambarkan berbagai bentuk komunikasi, baik verbal maupun nonverbal, antara dua
orang atau lebih. Komunikasi interpersonal dipandang sebagai konteks komunikasi yang sangat efektif
karena bersifat personal, langsung, akrab, dan memungkinkan terjadinya interaksi yang maksimal dalam
hal kata-kata, bahasa tubuh, dan ekspresi. Komunikasi antara dua orang ini juga dikenal dengan sebutan
komunikasi diadik.

Agar masing-masing partisipan komunikasi dapat menyampaikan pesan secara efektif, maka masing-
masing partisipan perlu memahami dan menangani berbagai komponen-komponen komunikasi yang
mendukung jalannya proses komunikasi interpersonal. Komponen-komponen komunikasi interpersonal
meliputi orang yang terlibat atau partisipan komunikasi, pesan yang dikirimkan atau diterima oleh
masing-masing partisipan komunikasi, saluran yang digunakan, berbagai gangguan yang terjadi, konteks
komunikasi, umpan balik yang dikirimkan sebagai bentuk tanggapan, serta efek yang ditimbulkan.

Menurut DeVito, proses komunikasi interpersonal dapat dipandang dari dua perspektif yaitu perspektif
linear dan perspektif transaksional. Dalam perspektif linear, pembicara berbicara sementara pendengar
mendengarkan apa yang disampaikan oleh pembicara. Sementara itu, dalam perspektif transaksional,
masing-masing partisipan komunikasi bertindak sebagai pembicara dan pendengar sekaligus. Dalam
artian bahwa proses komunikasi interpersonal adalah sebuah proses transaksional dimana setiap
partisipan komunikasi berperan sebagai pembicara dan pendengar sekaligus. Berdasarkan sudut
pandang transaksional, di saat kita mengirimkan pesan, kita juga menerima pesan dari komunikasi yang
kita lakukan dan dari reaksi yang diberikan oleh lawan bicara yang lain. Saat kita mendengarkan apa
yang disampaikan oleh lawan bicara, kita juga mengirimkan pesan kepada lawan bicara. Sifat
transaksional inilah yang menjadi salah satu karakteristik komunikasi interpersonal menurut para ahli.

Untuk memahami proses komunikasi interpersonal lebih jauh, para ahli telah merancang model-model
komunikasi yang mengacu pada perspektif linear, perspektif transaksional, dan perspektif interaksional.
Adapun beberapa model komunikasi yang dapat membantu menggambarkan dan memahami
komunikasi interpersonal, diantaranya adalah :

1. Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell adalah salah satu model komunikasi linear yang dikembangkan oleh Harold
D. Lasswell (1948). Model ini terdiri dari sejumlah pertanyaan penting yang dapat dijawab tentang
situasi komunikasi yakni WHO – SAYS-WHAT – IN WHAT CHANNEL – TO WHOM – WITH WHAT EFFECT.
Sejatinya teori ini ditujukan untuk menggambarkan proses komunikasi massa, namun menurut Barbour
dan Goldberg (1974) model ini dapat digunakan untuk menganalisa situasi komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok.
2. Model Komunikasi Shannon-Weaver

Model komunikasi yang dirumuskan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver (1948) adalah model
komunikasi yang dirancang secara khusus untuk menjelaskan transmisi informasi melalui telepon. Model
ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan beberapa elemen yang terdapat dapat situasi
komunikasi interpersonal.

3. Model Komunikasi Devito

Joseph A. DeVito menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal maupun
nonverbal yang terjadi antara dua atau lebih orang yang saling bergantung satu sama lain. DeVito
mengembangkan sebuah model komunikasi yang didasarkan pada perspektif transaksional dimana
setiap partisipan komunikasi secara simultan berperan sebagai pembicara dan pendengar. DeVito lebih
lanjut menjelaskan bahwa di saat kita mengirimkan pesan, kita juga menerima pesan yang berasal dari
komunikasi yang kita lakukan sendiri dan reaksi yang diberikan oleh lawan bicara. Adapun komponen-
komponen komunikasi yang terdapat dalam model komunikasi DeVito adalah source-receiver,
messages, feedback, feedforward, channel, noise, context, dan competence.

4. Model Komunikasi Schramm

Untuk lebih menekankan sifat komunikasi dua arah antara partisipan komunikasi, Wilbur Schramm
(1954) kemudian mengembangkan model komunikasi interaksional yang menggambarkan komunikasi
berlangsung secara dua arah yakni dari pengirim pesan ke penerima pesan dan dari penerima pesan ke
pengirim pesan. Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang berlangsung secara terus
menerus. Seperti halnya model komunikasi transaksional, model komunikasi Schramm juga memandang
partisipan komunikasi dapat berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan namun tidak secara
simultan. Model komunikasi Schramm ditandai dengan adanya umpan balik – baik umpan balik internal
maupun umpan balik eksternal.

5. Model Komunikasi Berlo

Model yang dikemukakan oleh David K. Berlo (1960) ini terdiri dari empat komponen proses komunikasi
yakni source, message, channel, dan receiver. Faktor-faktor yang terdapat dalam setiap komponen
berpengaruh pada komunikasi. Misalnya, source dan receiver dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan,
sistem sosial, dan keterampilan komunikasi. Sementara itu, message dipengaruhi oleh pesan apa yang
dikirimkan dan bagaimana pesan itu disampaikan. Channel berkaitan dengan kelima panca indera yang
menjadi saluran proses penerimaan informasi tentang dunia sekitar termasuk pesan yang berasal dari
orang lain

6. Model Komunikasi Barnlund

Model komunikasi Barnlund atau dikenal juga dengan model komunikasi transaksional Barnlund yang
digagas oleh Dean C. Barnlund (1970) ditujukan untuk menggambarkan komunikasi interpersonal yang
mengartikulasikan pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara simultan antara partisipan
komunikasi. Dalam model ini, partisipan komunikasi yakni pengirim pesan dan penerima saling bertukar
peran sebagai pengirim dan penerima pesan. Begitu pun dengan pesan yang dikirimkan berganti
menjadi umpan balik yang diberikan oleh masing-masing partisipan komunikasi. Umpan balik bagi salah
satu pihak merupakan pesan bagi pihak lainnya.

7. Model Komunikasi Newcomb

Model komunikasi Newcomb dirumuskan oleh Theodore M. Newcomb (1953). Model ini menyajikan
pendekatan yang berbeda terkait proses komunikasi interpersonal. Model komunikasi ini ditujukan
untuk memberikan gambaran tentang peran komunikasi dalam sebuah hubungan sosial dan memelihara
keseimbangan sosial di dalam sebuah sistem sosial. Model komunikasi Newcomb merupakan
pengembangan dari model komunikasi Heider.

8. Model Komunikasi Westley dan MacLean

Model komunikasi yang dirumuskan oleh Bruce Westley dan Malcolm S. MacLean Jr (1957) merupakan
model komunikasi yang mengadopsi model komunikasi Newcomb yang membicarakan tentang ko-
orientasi bagi orientasi simultan dalam komunikasi dua arah. Model ini menyatakan bahwa komunikasi
tidak dimulai ketika satu orang memulai pembicaraan namun ketika seseorang memberikan respon atau
tanggapan terhadap sesuatu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Pertama kali seseorang harus
menerima pesan dari lingkungannya dan kemudian ia memberikan respon atau tanggapan berdasarkan
obyek orientasinya.

Model komunikasi Westley dan MacLean dapat diterapkan dalam komunikasi interpersonal dan
komunikasi massa, perbedaannya terletak pada umpan balik yang diberikan. Dalam komunikasi
interpersonal, umpan balik diberikan secara langsung dan cepat, sedangkan dalam komunikasi massa
umpan balik diberikan secara tidak langsung dan lambat.

9. Model Komunikasi Tubbs

Model komunikasi Tubbs dikenalkan oleh Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1983). Model komunikasi
Tubbs menggambarkan interaksi yang terjadi antara pengirim pesan dan penerima pesan yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Baik pengirim pesan maupun penerima pesan saling memberi dan
menerima pesan secara simultan. Tujuan dan makna pesan akan mengalami perubahan seiring dengan
apa yang diterima oleh masing-masing partisipan komunikasi.
Manfaat Mempelajari Model Komunikasi Interpersonal

Mempelajari model komunikasi interpersonal dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah
:

Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian komunikasi interpersonal

Kita dapat mengetahui dan memahami proses komunikasi interpersonal

Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa model komunikasi interpersonal atau model
komunikasi antar pribadi yang dirumuskan oleh para ahli

DAFTAR PUSTAKA

HTTPS://WWW.GOOGLE.COM/AMP/S/PAKARKOMUNIKASI.COM/MODEL-KOMUNIKASI-
INTERPERSONAL/AMP

LILIWERI, ALO.1991. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI. BANDUNG : CITRA ADITYA BAKTI.

RAKHMAT, JALALUDDIN. 2008. PSIKOLOGI KOMUNIKASI. BANDUNG : PT REMAJA ROSDAKARYA.

SENDJADJA, S. DJUARSA.2004. TEORI KOMUNIKASI. JAKARTA : UNIVERSITAS TERBUKA.

STEWART L. TUBBS & SYLVIA MOSS (1996): HUMAN COMMNICATION: PRINSIP-PRINSIP DASAR, PT
REMAJA ROSDAKARYA, BANDUNG.

SUGIYO. 2005. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI. SEMARANG: UNNES PRESS.

WEST, RICHARD DAN LYNN H. TURNER.2008. PENGANTAR TEORI KOMUNIKASI. JAKARTA : SALEMBA
HUMANIKA.

WIRYANTO. 2004. PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. JAKARTA: PT. GRASINDO.

D. MEMAHAMI HAL TEKNIS SEPUTAR KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Ciri – Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Menurut beberapa ahli dalam bidang studi ilmu komunikasi , ciri-ciri komunikasi antar pribadi yaitu:

Kumar (Wiryanto, 2005: 36) dan De vito (Sugiyo, 2005: 4)


Keterbukaan (openness), sikap menanggapi informasi dengan hati yang gembira saat berinteraksi dalam
hubungan antar pribadi.

Empati (empathy), Situasi dimana komunikan turut merasakan apa yang dirasa oleh orang lain.

Dukungan (supportiveness), situasi terbuka untuk mendukung komunikasi yang efektif.

Rasa positif (positivenes), perasaan positif dalam diri turut mendorong orang lain untuk aktif
berpartisipasi dan menciptakan suasana komunikasi yang kondusif.

Kesetaraan (equality), pengakuan tersembunyi dalam diri kedua belah pihak untuk saling menghargai.
(Baca juga: Komunikasi Islam)

Rogers

ciri komunikasi antar pribadi, yakni :

Pesan yang disampaikan memiliki arus dua arah.

Konteks memiliki tujuan dua arah.

Tingkat umpan balik berkomunikasi tinggi.

Kemampuan individu dalam mengatasi selektivitas tinggi.

Kecepatan dalam menjangkau masyarakat sedikit lambat.

Efek yang ditimbulkan yaitu timbulnya perubahan sikap.

Menurut Departemen Pendidikan Kebudayaan dalam Sugiyo, 2005:4 , komunikasi antar pribadi memilki
ciri :

Adanya partisipasi dalam arus komunikasi.

Terjadinya dialog antar individu bukan monolog.

Adanya interaksi selama terjadinya komunikasi.

Adanya ikatan psikologis yang melibatkan kedua belah pihak.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri
keterbukaan yang ditandai dengan ketersediaan kedua belah pihak untuk membuka diri.Kemudian
saling memberikan reaksi, dan ikut terlibat merasakan pikiran dan perasaan orang lain selama
komunikasi berlangsung.
Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi adalah sebagai
berikut :

1.Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self)

Dalam berkomunikasi, terdapat berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman. Semua hal tersebut dihasilkan dari dalam diri individu. Oleh karena itu, artinya komunikasi
antar pribadi dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. (Baca juga: Komunikasi
Pemerintahan)

2.. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi

komunikasi antarpribadi dimaksudkan tidak hanya berkaitan dengan isi pesanyang menjadi media tukar,
tetapi juga melibatkan siapa yang menjadi komunikan serta bagaimana hubungan kita dengan
komunikan tersebut.

3.Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi

Kedekatan saat berkomunikasi diperlukan baik untuk sang komunikator, maupun juga komunikan. Oleh
karena itu, jarak menjadi sangat penting untuk menilai keberhasilan suatu komunikai agar mencapai
komunikasi yang efektif.

4.Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

Transaksional yang menjadi sifat komunikasi antar pribadi mengacu pada tindakan dari pihak-pihak yang
berkomunikasi. Mereka secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.

5.Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya.

Dalam sebuah komunikasi antar pribadi, perlu adanya timbal balik yang berkaitan mengenai topik yang
dibicarakan. Apalagi topik berbeda, akan terjadi kesenjangan dalam berkomunikasi dan menimbulkan
keheningan serta salah pemahaman antara komunikator dan komunikan. Oleh karena itu, peran pesan
menjadi sangat penting.

6.Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang.


Proses penyampaian pesan yang terjadi saat komunikasi antar pribadi berlangsung tidak dapat diubah
atau diulang kembali. Apa yang telah disampaikan dan dipahami oleh kedua belah pihak akan memberi
stimulasi berbeda – beda. Sehingga, perlu diperhatikan saat penyampaian pesan agar tercipta
komunikasi yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

HTTPS://WWW.GOOGLE.COM/AMP/S/PAKARKOMUNIKASI.COM/KOMUNIKASI-ANTAR-
PRIBADI/AMP

LILIWERI, ALO.1991. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI. BANDUNG : CITRA ADITYA BAKTI.

RAKHMAT, JALALUDDIN. 2008. PSIKOLOGI KOMUNIKASI. BANDUNG : PT REMAJA ROSDAKARYA.

SENDJADJA, S. DJUARSA.2004. TEORI KOMUNIKASI. JAKARTA : UNIVERSITAS TERBUKA.

STEWART L. TUBBS & SYLVIA MOSS (1996): HUMAN COMMNICATION: PRINSIP-PRINSIP DASAR, PT
REMAJA ROSDAKARYA, BANDUNG.

SUGIYO. 2005. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI. SEMARANG: UNNES PRESS.

WEST, RICHARD DAN LYNN H. TURNER.2008. PENGANTAR TEORI KOMUNIKASI. JAKARTA : SALEMBA
HUMANIKA.

WIRYANTO. 2004. PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. JAKARTA: PT. GRASINDO.

E. MEMAHAMI BERBAGAI TEORI KOMUNIKASI BUDAYA DAN SIMBOLIK

Teori interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna
melalui proses komunikasi[1]. Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan
persepsi yang dimiliki iindividu berdasarkan interaksi dengan individu lain.

Menurut Herbert Blumer, terdapat tiga asumsi dari teori ini:

Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka.
Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.

Makna dimodifikasi melalui interpretasi.

Sedangkan menurut La Rossan, asumsi dalam teori ini adalah:

Interaksi antar individu dapat mengembangkan konsep diri seseorang.

Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku seseoang.

Teori Interaksi Simbolik – Konsep – Asumsi – Kritik

Teori interaksi simbolik adalah teori yang dibangun sebagai respon terhadap teori-teori psikologi aliran
behaviorisme, behaviorisme, etnologi, serta struktural-fungsionalis. Teori ini sejatinya dikembangkan
dalam bidang psikologi sosial dan sosiologi dan memiliki seperangkat premis tentang bagaimana seorang
diri individu (self) dan masyarakat (society) didefinisikan melalui interaksi dengan orang lain dimana
komunikasi dan partisipasi memegang peranan yang sangat penting.

Dalam tradisi pendekatan dalam penelitian ilmu komunikasi, teori interaksi simbolik berakar pada
semiotika (Baca : Semiotika Komunikasi) dan fenomenologi (Baca : Teori Fenomenologi). Sehingga dapat
dikatakan bahwa interaksionisme simbolik merupakan sebuah teori yang paling berpengaruh dalam
sejarah bidang studi komunikasi.

Sebagaimana yang telah kita pahami bersama bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna
melalui pesan, baik pesan verbal maupun pesan nonverbal yang berupa simbol-simbol, tanda-tanda, dan
perilaku. Makna sebagai pemahaman pesan yang diberikan oleh orang lain tidak dapat terjadi kecuali
kedua belah pihak atau para partisipan komunikasi dapat memperoleh makna yang sama bagi setiap
kata, frasa, atau kode verbal yang ada.

Dari ulasan singkat di atas, terlihat bahwa sebagai suatu proses pembentukan makna, komunikasi
memiliki beberapa prinsip-prinsip komunikasi diantaranya adalah bahwa komunikasi diawali dengan diri
(the self) dan komunikasi selalu melibatkan orang lain misalnya masyarakat (society) dalam konteks luas.
Hal inilah yang coba dijelaskan oleh George Herbert Mead yang dikenal sebagai penggagas utama teori
interaksi simbolik. Dengan demikian, teori interaksi simbolik merupakan teori yang menekankan pada
peran komunikasi dalam membentuk dan mengelola hubungan interpersonal dan kelompok sosial.
Untuk memahami teori interaksi simbolik lebih lanjut, kita simak ulasan singkatnya berikut ini.

Sejarah

Teori interaksi simbolik bermula dari interaksionisme simbolik yang digagas oleh George Herbert Mead
yakni sebuah perspektif sosiologi yang dikembangkan pada kisaran pertengahan abad 20 dan berlanjut
menjadi beberapa pendekatan teoritis yaitu aliran Chicago yang diprakarsai oleh Herbert Blumer, aliran
Iowa yang diprakarsai oleh Manford Kuhn, dan aliran Indiana yang diprakarsai oleh Sheldon Stryker.

Ketiga pendekatan teoritis tersebut mempengaruhi berbagai bidang disiplin ilmu salah satunya ilmu
komunikasi. Teori interaksi simbolik dapat diterima dalam bidang ilmu komunikasi karena menempatkan
komunikasi pada baris terdepan dalam studi eksistensi manusia sebagai makhluk sosial.

Interaksionisme simbolik sebagai perspektif sosiologi dapat kita runut asal muasalnya saat idealisme
Jerman atau pre-Sokratik, dan mulai berkembang pada akhir abad 19 dan awal abad 20 yang ditandai
dengan berbagai tulisan dari beberapa tokoh seperti Charles S. Peirce, William James, dan John Dewey.
Interaksionisme simbolik lahir ketika diaplikasikan ke dalam studi kehidupan sosial oleh para ahli
sosiologi seperti Charles H. Cooley, W.I. Thomas, dan George Herbert Mead. Dari sekian banyak ahli
sosiologi yang menerapkan interaksionisme simbolik, Mead-lah yang secara khusus melakukan
sistematisasi terhadap perspektif interaksionime simbolik.

George Herbert Mead menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk bertindak berdasarkan
pemaknaan yang mereka berikan kepada orang lain, benda, dan kejadian. Pemaknaan ini diciptakan
melalui bahasa yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi dengan pihak lain yakni dalam
konteks komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal atau self-
talk atau dalam ranah pemikiran pribadi mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan
manusia mengembangkan sense of self dan untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam suatu
masyarakat.

Dikarenakan pemikiran Mead tidak pernah dapat dipublikasikan, Herbert Blumer kemudian
mengumpulkan, menyunting, dan mempublikasikan pemikiran Mead ke dalam sebuah buku bertajuk
Mind, Self, and Society (1937) sekaligus memberikan nama dan mengenalkan istilah teori interaksi
simbolik.

Pengertian Interaksionisme Simbolik

Terdapat dua pengertian mengenai interaksionisme simbolik atau teori interaksi yang diutarakan oleh
para ahli, yaitu :

Herbert Blumer mendefinisikan interaksionisme simbolik atau teori interaksi simbolik sebagai sebuah
proses interaksi dalam rangka membentuk arti atau makna bagi setiap individu.

Scott Plunkett mendefinisikan interaksionisme simbolik sebagai cara kita belajar menginterpretasi serta
memberikan arti atau makna terhadap dunia melalui interaksi kita dengan orang lain.

Baca : Analisa Framing

Tema Utama dalam Teori Interaksi Simbolik

Teori interaksi simbolik memiliki tiga konsep utama, yaitu :

Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa makna diciptakan melalui interaksi dan dimodifikasi
melalui interpretasi. Teori ini juga mengasumsikan bahwa bagaimana manusia berinteraksi dengan
manusia lainnya tergantung pada makna yang diberikan oleh oleh manusia lainnya. Komunikasi yang
efektif tidak akan terjadi tanpa adanya makna yang dibagikan. Kita akan mudah berkomunikasi dengan
mereka yang memiliki kesamaan bahasa dengan kita dibandingkan dengan jika kita berkomunikasi
dengan mereka yang tidak memiliki kesamaan bahasa dengan kita.

Misalnya dalam konteks komunikasi antar budaya. Orang jawa menggunakan kata “jangan” untuk
merujuk kata “sayur”. Namun jika orang Betawi ketika sedang makan ditawari sayur oleh orang jawa
dengan menyebut “jangan” maka orang Betawi tersebut justru merasa tidak boleh mengambil sayur
tersebut. Akibatnya komunikasi menjadi tidak efektif.

Pentingnya konsep diri

Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa konsep diri dikembangkan melalui interaksi dengan
orang lain dan memberikan motif dalam berperilaku. Menurut William D. Brooks, konsep diri merupakan
persepsi tentang diri kita yang bersifat psikologi, sosial, dan fisik yang diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi dengan orang lain.

Memiliki konsep diri memaksa orang untuk membangun tindakan dan pikiran mereka secara positif
dibandingkan hanya sekedar mengekspresikannya kepada orang lain. Tema ini mempertimbangkan pula
validitas self-fulfilling prophecy atau kepercayaan bahwa orang akan berperilaku dengan cara tertentu
untuk memenuhi harapan mereka sendiri.

Hubungan antara individu dan masyarakat

Teori ini juga mengasumsikan bahwa budaya dan proses sosial mempengaruhi manusia dan kelompok
dan karenanya struktur sosial ditentukan melalui jenis-jenis interaksi sosial. Teori ini
mempertimbangkan bagaimana norma masyarakat dan budaya menjadi perilaku individu.

Asumsi Dasar

Sebagaimana teori konstruksi sosial atau konstruksi realitas sosial, teori interaksi simbolik atau
interaksionisme simbolik dibangun berdasarkan asumsi ontologi yang menyatakan bahwa realitas
dibentuk secara sosial. Apa yang kita yakini benar didasarkan atas bagaimana kita dan orang lain
berbicara tentang apa yang kita percaya untuk menjadi benar. Realitas selanjutnya didasarkan pada
pengamatan, interpretasi, persepsi, dan konklusi yang dapat kita sepakati melalui pembicaraan.

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa teori interaksi simbolik tidak seperti teori komunikasi
lainnya yang mengasumsikan komunikasi secara sederhana sebagai sebuah pertukaran pesan atau
transmisi pesan yang terjadi diantara dua individu sebagaimana digambarkan dalam berbagai model
komunikasi yang telah kita kenal sebelumnya. Teori interaksi simbolik berpendapat bahwa diri (self) dan
masyarakat (society) dibentuk, dikonsep ulang, dan diciptakan ulang dengan dan melalui proses
komunikatif.
Adapun intisari dari asumsi dasar teori interaksi simbolik adalah sebagai berikut :

Manusia adalah hasil ciptaan yang unik karena memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai
macam simbol.

Manusia memiliki karakterstik sebagai manusia melalui interaksi yang dilakukan dengan manusia
lainnya.

Manusia adalah makhluk sadar yang memiliki self-reflective dan secara aktif membentuk perilaku
mereka sendiri.

Manusia adalah makhluk tujuan yang bertindak di dalam dan terhadap suatu situasi tertentu.

Masyarakat manusia terdiri dari individu-individu yang terikat dalam interaksi simbolik.

Tindakan sosial hendaknya menjadi unit dasar bagi analisis psikologi sosial.

Untuk memahami tindakan sosial setiap individu, kita perlu menggunakan berbagai metode yang
memungkinkan kita untuk melihat makna yang diberikan oleh mereka terhadap tindakan yang
dilakukan.

Prinsip Utama dalam Teori Interaksi Simbolik

Menurut Herbert Blumer, teori interaksi simbolis menitikberatkan pada tiga prinsip utama komunikasi
yaitu meaning, language, dan thought.

Meaning

Berdasarkan teori interaksi simbolis, meaning atau makna tidak inheren ke dalam obyek namun
berkembang melalui proses interaksi sosial antar manusia karena itu makna berada dalam konteks
hubungan baik keluarga maupun masyarakat. Makna dibentuk dan dimodifikasi melalui proses
interpretatif yang dilakukan oleh manusia.

Language

Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk menamakan sesuatu. Bahasa merupakan sumber
makna yang berkembang secara luas melalui interaksi sosial antara satu dengan yang lainnya dan
bahasa disebut juga sebagai alat atau instrumen. Terkait dengan bahasa, Mead menyatakan bahwa
dalam kehidupan sosial dan komunikasi antar manusia hanya mungkin dapat terjadi jika kita memahami
dan menggunakan sebuah bahasa yang sama.
Thought

Thought atau pemikiran berimplikasi pada interpretasi yang kita berikan terhadap simbol. Dasar dari
pemikiran adalah bahasa yaitu suatu proses mental mengkonversi makna, nama, dan simbol. Pemikiran
termasuk imaginasi yang memiliki kekuatan untuk menyediakan gagasan walaupun tentang sesuatu
yang tidak diketahui berdasarkan pengetahuan yang diketahui. Misalnya adalah berpikir.

Premis Utama dalam Teori Interaksi Simbolik

Menurut Herbert Blumer, teori interaksi simbolik didasarkan atas tiga proposisi atau tiga premis utama,
yaitu :

A. Tindakan manusia terhadap suatu obyek didasarkan atas makna yang mereka gambarkan
terhadapnya

Termasuk didalamnya adalah segala sesuatu yang manusia perhatikan dalam dunianya, yaitu berbagai
obyek fisik, tindakan, serta konsep. Pada dasarnya setiap individu memberikan sikap terhadap benda
atau hal lainnya berdasarkan makna pribadi yang individu telah berikan kepadanya.

B. Makna tentang sesuatu terbentuk dari interaksi dengan individu lainnya dan masyarakat

Premis ini menjelaskan makna sebagai sesuatu yang berkembang dari interaksi sosial yang dilakukan
oleh individu dengan individu lainnya. Menurut Blumer, manusia berinteraksi melalui interpretasi atau
mendefinisikan tindakan masing-masing individu. Respon yang diberikan tidaklah dibuat secara langsung
melalui tindakan melainkan berdasarkan atas makna yang dilekatkan terhadap tindakan. Karenanya
interaksi manusia dimediasi dengan menggunakan simbol dan signifikasi, interpretasi makna dari
tindakan manusia lainnya.

C. Makna secara berkesinambungan diciptakan dan diciptakan ulang melalui proses interpretasi selama
interaksi dengan yang lain

Para ahli interaksi simbolik menggambarkan berpikir sebagai sebuah percakapan dengan diri sendiri.
Mead menyebutnya dengan dialog dengan diri sendiri. Secara alamiah kita berbicara kepada diri sendiri
dalam rangka menyusun makna dari situasi yang sulit. Pertama kita membutuhkan bahasa. Sebelum kita
dapat berpikir kita harus dapat berinteraksi secara simbolis.

Konsep Kunci Interaksi Simbolik

Dalam bukunya Mind, Self, and Society (1934), George Herbert Mead menggambarkan bagaimana
pikiran individu dan diri individu berkembang melalui proses sosial. Mead menganalisa pengalaman dari
sudut pandang komunikasi sebagai esensi dari tatanan sosial. Bagi Mead, proses sosial adalah yang
utama dalam struktur dan proses pengalaman individu. Berdasarkan judul bukunya, maka dalam
interaksionisme simbolik terdapat tiga konsep kunci utama yaitu mind, self, dan society.

1. Mind

Menurut Mead, mind berkembang dalam proses sosial komunikasi dan tidak dapat dipahami sebagai
proses yang terpisah. Proses ini melibatkan dua fase yaitu conversation of gestures (percakapan
gerakan) dan language (bahasa). Keduanya mengandaikan sebuah konteks sosial dalam dua atau lebih
individu yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

Mind hanya tampil manakala simbol-simbol yang signifikan digunakan dalam komunikasi. Mind adalah
proses yang dimanifestasikan ketika individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan menggunakan
simbol-simbol signifikan yaitu simbol atau gestur dengan interpretasi atau makna. Mind juga merupakan
komponen individu yang menginteruspsi tanggapan terhadap stimuli atau rangsangan. Adalah mind
yang meramal masa depan dengan cara mengeksplorasi kemungkinan tindakan keluaran sebelum
dilanjutkan dengan tindakan.

2. Self

Self diartikan melalui interaksi dengan orang lain. Self merujuk pada kepribadian reflektif dari individu.
Self adalah sebuah entitas manusia ketika ia berpikir mengenai siapa dirinya. Untuk memahami konsep
tentang diri, adalah penting untuk memahami perkembangan diri yang hanya mungkin terjadi melalui
pengambilan peran. Agar kita bisa melihat diri kita maka kita harus dapat mengambil peran sebagai
orang lain untuk dapat merefleksikan diri kita. Pengambilan peran ini merupakan bagian yang sangat
penting dalam pengembangan diri. Gambaran mental inilah yang oleh Charles H. Cooley dinamakan
dengan looking glass-self dan dibentuk secara sosial.
Menurut Mead, self dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu :

Tahap persiapan – imitasi yang tidak berarti

Tahap bermain – terjadi bermain peran namun bukan merupakan konsep yang menyatu dalam
perkembangan diri

Tahap permainan – merupakan tahap perkembangan diri

Self adalah fungsi dari bahasa. Seorang individu harus menjadi anggota suatu komunitas sebelum
kesadaran diri membentuknya. Self merupakan proses yang berlangsung terus menerus yang
mengkombinasikan “I” dan “Me”. Oleh karena itu, dalam self terdiri dari dua bagian, yaitu “I” dan “Me”.

I – diri yang aktif, merupakan kecenderungan impulsif dari diri individu, bersifat spontan, dan juga
merupakan aspek dari eksistensi manusia yang tidak terorganisasi.

Me – merupakan diri yang menjadi objek renungan kita atau merupaka gambaran diri yang dilihat
melalui cermin diri dari reaksi yang diberikan oleh orang lain.

Menurut Mead, suatu tindakan diawali dalam bentuk “I” dan diakhiri dalam bentuk “Me”. “I”
memberikan tenaga penggerak sementara “Me” memberikan arahan. “I” bersifat kreatif dan spontan
yang tersedia bagi perubahan dalam masyarakat. Karenanya dalam konsep self adalah sesuatu yang kuat
dan komprehensif memahami bagaimana fungsi manusia dalam masyarakat dan fungsi masyarakat itu
sendiri. Konsep tersebut juga sekaligus menunjukkan hubungan antara individu dan masyarakat.

Menurut Bernard M. Meltzer terdapat 3 (tiga) implikasi dari kepribadian (selfhood), yaitu :

Kepemilikan diri membuat individu dari sebuah masyarakat dalam bentuk miniatur, manusia dapat
melibatkan diri dalam interaksi, mereka dapat memandang diri mereka sendiri dalam cara pandang yang
baru.

Kemampuan untuk bertindak terhadap diri sendiri membuat kemungkinan sebuah pengalaman batin
yang tidak perlu mencapai ekspresi secara terang-terangan, manusia dapat memiliki kehidupan mental.

Seorang individu dengan dirinya dapat mengarahkan dan mengendalikan perilakunya.

3. Society

Society atau masyarakat dibentuk melalui interaksi antar individu yang terkoordinasi. Menurut Mead,
interaksi yang tejadi pada manusia menempati tingkatan tertinggi bila dibandingkan makhluk lainnya.
Hal ini dikarenakan digunakannya berbagai macam simbol signifikan yaitu bahasa. Meskipun terkadang
manusia memberikan respon atau tanggapan secara otomatis dan tanpa berpikir panjang terhadap
gestur manusia lainnya, interaksi manusia ditransformasikan dengan kemampuannya untuk membentuk
dan menginterpretasikan secara langsung dengan menggunakan sistem simbol konvensional.

Komunikasi manusia memiliki makna dalam gerakan simbolik dan tidak meminta tanggapan langsung.
Manusia harus menafsirkan setiap gerakan dan menentukan makna mereka. Dikarenakan komunikasi
manusia melibatkan interpretasi dan penugasan makna maka hal tersebut dapat terjadi ketika ada
consensus dalam makna. Makna simbol hendaknya dibagikan dengan manusia lainnya.

Makna bersama selalu terjadi melalui pengambilan peran. Untuk menyelesaikan suatu tindakan, pelaku
harus menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Perilaku dipandang sebagai sosial tidak hanya ketika
memberikan respon terhadap orang lain melainkan juga ketika telah tergabung di dalam perilaku orang
lain. Manusia menanggapi diri mereka sebagaimana orang lain menanggapi mereka dan dengan
demikian mereka berbagi perilaku orang lain secara imaginer.

Terdapat beberapa kritik yang ditujukan langsung terhadap ahli paradigma interaksionisme simbolik,
yaitu :

Teori interaksi simbolik dipandang terlalu bercita rasa Amerika karena menekankan pada kebebasan
peran individu dan terbatasnya peran masyarakat.

Teori interaksi simbolik dipandang terlalu sempit dalam penelitiannya.

Teori interaksi simbolik memiliki pendekatan yang terlalu luas.

Teori interaksi simbolik terlalui umum dalam kesimpulannya karenanya tidak memenuhi kriteria sebagai
teori yang baik.

Teori interaksi simbolik tidak mengkaji emosi manusia dalam artian teori interaksi simbolik tidaklah
benar-benar psikologis.

Teori interaksi simbolik hanya tertarik pada lingkup struktur sosial secara terbatas dalam artian teori
interaksi simbolik tidaklah benar-benar sosiologis.

Teori interaksi simbolik menggambarkan makna sebagai sesuatu yang menyatu dengan sendirinya
selama interaksi dibawah kondisi tertentu.

Teori interaksi simbolik dinilai terlalu subyektif karena kedekatannya dengan subyek penelitian.

Itulah intisari beberapa kritik yang disampaikan oleh para ahli lainnya terkait dengan teori interaksi
simbolik atau interaksionisme simbolik.
Manfaat Mempelajari Teori Interaksi Simbolik

Mempelajari teori interaksi simbolik dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

Memahami premis dasar teori interaksi simbolik.

Memahami asumsi dasar teori interaksi simbolik.

Memahami berbagai prinsip utama dalam teori interaksi simbolik.

Memahami bagaimana persepsi interpersonal mempengaruhi komunikasi interpersonal.

Memahami konsep diri dan proses identitas.

Memahami konstruksi gender dan seksualitas. (Baca : Komunikasi Gender)

Memahami proses pembentukan kesan.

Memahami implementasinya dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli.

Implementasi dalam Penelitian

Pemikiran Mead telah memberikan dasar-dasar teori bagi para peneliti lainnya diantaranya adalah
sebagai berikut :

Erving Goffman mengembangkan metafora interaksi sosial sebagai sebuah penampilan dramaturgis dan
dirumuskan dalam teori dramaturgi.

Kenneth Burke melalui konsep dramatisme.

George Herbert Mead mengembangkan studi melalui pengamatan partisipatif yang dikenal sebagai
bentuk etnografi (Baca : Etnografi Komunikasi)

Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss meneliti konteks kepedulian yang mempengaruhi interaksi sosial
dan mencatat bagaimana interaksi sosial berbeda berdasarkan struktur, kepedulian anggota, dan taktik
mengelola kepedulian atau ketidakpedulian. Misalnya komunikasi terapeutik dalam keperawatan yang
dilakukan oleh perawat rumah sakit terhadap pasien.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_interaksi_simbolik

SENDJADJA, S. DJUARSA.2004. TEORI KOMUNIKASI. JAKARTA : UNIVERSITAS TERBUKA.

STEWART L. TUBBS & SYLVIA MOSS (1996): HUMAN COMMNICATION: PRINSIP-PRINSIP DASAR, PT
REMAJA ROSDAKARYA, BANDUNG.

SUGIYO. 2005. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI. SEMARANG: UNNES PRESS.

WEST, RICHARD DAN LYNN H. TURNER.2008. PENGANTAR TEORI KOMUNIKASI. JAKARTA : SALEMBA
HUMANIKA.

WIRYANTO. 2004. PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. JAKARTA: PT. GRASINDO.

F. MEMBERIKAN PEMAHAMAN TENTANG KOMUNIKASI DIADIK , KOMUNIKASI FORMAL, DAN NON


FORMAL

Depoedu.com – Komunikasi diadik disebut juga two way communication adalah proses komunikasi yang
terjadi secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang saling berhadapan
langsung (face to face). Dengan kata lain komunikasi diadik merupakan bentuk khusus komunikasi
antarpribadi atau interpersonal.

Komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua individu, misalnya suami-istri,
dua sejawat, guru-murid. Perlu diingat, komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang yang saling
bergantian menjadi komunikator (penyampai pesan) ataupun komunikan (penerima pesan). Kita sering
melakukan komunikasi ini, baik sebagai pendidik, sebagai orang tua, pasangan, teman, dan aneka peran
kita dalam keluarga, komunitas, atau masyarakat.

Ciri-ciri komunikasi diadik antara lain sebagai berikut:

Komunikasi dilakukan antara dua orang

Komunikasi dilakukan langsung (face to face) atau kadang menggunakan media seperti telepon dan
video-telepon.

Pembicara (komunikator) dapat berubah statusnya menjadi pendengar, begitu juga sebaliknya
pendengar (penerima pesan) dapat berubah menjadi pembicara, dan seterusnya berputar berganti-ganti
selama proses komunikasi interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si pembawa
pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab dialah yang memulai komunikasi
dan mempunyai tujuan.

Efek komunikasi dapat terlihat langsung , baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/menjawab)
maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat).
Menariknya selain verbal (kata-kata) juga sangat dominan dengan nonverbal, bahasa tubuh (body
language) yang justru lebih jujur maknanya daripada yang diungkapkan secara verbal.

Mari kita lihat beberapa contoh bahasa tubuh di bawah ini :

Gestures (gerak-gerik), misal gerak sering membetulkan posisi duduk tanda dari gelisah; postures (sikap
tubuh), misal di Indonesia dikenal : membusungkan dada tanda sombong, menundukkan kepala tanda
merendah, berdiri tegak tanda berani, bertopang dagu tanda berduka atau sedih, menadahkan tangan
tanda bermohon, dan sebagainya. Selain itu ada facial expressions (ekspresi muka), misalnya : muka
kaku disertai mata terbelalak pertanda takut, muka ditekan disertai mata dikerutkan ke depan pertanda
muak, muka rileks disertai senyum pertanda sedang bahagia, muka kencang disertai mata melotot tanda
seseorang marah. Contoh lain adalah symbolic clothing (pakaian simbolik), misalnya warna pakaian
serba hitam tanda duka atau berkabung.

Ada tiga bentuk dalam komunikasi diadik ini, yaitu percakapan, dialog, dan wawancara. Ketiganya
memiliki karakteristik masing-masing.

Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.

Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal.

Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan
yang lainnya pada posisi menjawab.

Sebagai seorang pendidik, guru sering memerlukan dan melakukan komunikasi diadik ini. Ada beberapa
hal yang kita tidak bisa sampaikan secara umum (klasikal) di dalam kelas karena menyangkut hal yang
sifatnya pribadi. Seorang guru dengan sengaja akan melakukan komunikasi dua arah agar cara lebih
mengena sehingga tujuan pun tercapai.

Komunikasi diadik yang merupakan komunikasi antarpribadi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Antara lain untuk menyampaikan informasi, menggali informasi, berbagi pengalaman,
mengembangkan simpati, melakukan kerja sama, mengembangkan motivasi, dan mengungkapkan isi
hati, atau ide.

Karena komunikasi diadik ini merupakan komunikasi interpersonal, maka keberhasilannya tergantung
pada beberapa faktor saat komunikasi itu berlangsung. Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Persepsi interpersonal adalah memberikan makna pada stimulus (rangsangan) inderawi, atau
menafsirkan informasi secara inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap
stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.
Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
Seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan
komunikasi.

Sedangkan konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. konsep diri merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Konsep diri yang positif, ditandai
dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain,
menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar
pribadi.

Hal yang ketiga adalah atraksi interpersonal. Menurut buku yang penulis baca, kata atraksi interpersonal
itu terdiri dari atraksi dari bahasa Latin attrahere— ad yang berarti menuju; trahere; menarik, dan
interpersonal yang artinya hubungan antarindividu. Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal, yang
menuliskan “mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu
meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-bagaimana
pesan itu akan diterima” (Barlund, 1968:71).

Maksudnya secara sederhana seperti ini : mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa
menghindari siapa. Dengan begitu kita dapat mengetahui arus komunikasi antardua orang tersebut.
Contohnya seorang remaja laki-laki yang lagi melakukan pendekatan (pedekate) dengan salah satu
remaja putri akan cenderung lebih sering komunikasi dengan remaja putri ini, entah itu hanya menyapa
atau malah menggodanya. Namun, bisa sebaliknya kalau dia lewat depannya malah malu-malu atau
seolah-olah menghindar.

Apabila dibandingkan dengan komunikasi lain, maka komunikasi diadik lebih efektif mengenai sasaran
karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat
menguasai frame of reference (kerangka acuan) komunikan sepenuhnya. Selain itu, umpan balik yang
berlangsung anatara komunikator dan komunikan sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses
komunikasi. Efektifitas komunikasi diadik lebih daripada kumunikasi yang lain.

Sebagai pendidik yang melayani peserta didik yang dipercayakan kepada kita, tentunya patutlah kita
meningkatkan komunikasi agar tujuan pendidikan tercapai.
KOMUNIKASI FORMAL

PENGERTIAN KOMUNIKASI

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal
katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis
Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations
and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam
Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan
oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

Komunikator (siapa yang mengatakan?)

Pesan (mengatakan apa?)

Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

Komunikan (kepada siapa?)

Efek (dengan dampak/efek apa?).


Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada
pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

KOMUNIKASI INFORMAL

Pengertian Komunikasi Formal , Informal , dan Non Formal

Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam
lembaga formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif , berdasarkan struktur organisasi oleh
pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing – masing yang tujuannya
menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan dinas . Suatu komunikasi juga dapat dikatakan
formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan
berdasarkan prinsip – prinsip dan struktur organisasi .

Pengertian komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan
tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal
adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi
yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gossip , atau rumor . Tentang komunikasi informal sebaiknya
tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih belum jelas dan tidak akurat , carilah sumber
informasi yang dapat dipercaya , selalu gunakan akal sehat dan bertindak berdasarkan pikiran yang
positif .

Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana seseorang
menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi
tersebut tersebar ke berbagai kalangan . Implikasinya adalah kebenaran informasi tersebut menjadi
tidak jelas atau kabur . Meski demikian komunikasi informal akan untuk memenuhi kebutuhan sosial ,
mempengaruhi orang lain , dan mengatasi kelambatan komunikasi formal yang biasanya cenderung
kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu .

Komunikasi non formal adalah proses komunikasi yang berada di antara yang formal atau resmi dengan
yang tidak resmi atau informal . Komunikasi jenis ini biasanya berupa komunikasi yang berhubungan
dengan hubungan pribadi .

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/varianandre.wordpress.com/2012/11/07/komunikasi/amp/

https://www.depoedu.com/2019/02/12/edu-talk/komunikasi-diadik-dalam-pendidikan/

G. LOBBY,NEGOSIASI,SHARING DAN WAWANCARA


LOBBY

Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya informal dan persuasif yang dilakukan
oleh satu pihak (perorangan, kelompok, Swasta, pemerintah) yang memiliki kepentingan tertentu untuk
menarik dukungan dari pihak pihak yang dianggap memiliki pengaruh atau wewenang, sehingga target
yang diinginkan tercapai. Pendekatan secara persuasif menurut pendapat ini lebih dikemukakan pada
pihak pelobi, dengan demikian dibutuhkan keaktifan untuk pelobi untuk menunjang kegiatan tersebut.
Dengan demikian ada upaya dari pihak yang berkepentingan untuk aktif melakukan pendekatan kepada
pihak lain agar bisa memahami pandangan atau keinginannya dan kemudian menerima dan mendukung
apa yang diharapkan oleh pelaku lobbying. Meskipun bentuknya berbeda, pada esensinya lobbying dan
negosiasi mempunyai tujuan yang sama yaitu menggunakan teknik komunikasi untuk mencapat target
tertentu.Dibandingkan dengan negosiasi yang merupakan suatu proses resmi atau formal, lobbying
merupakan suatu pendekatan secara informalMenurut Panuju (2010), pelaksanaan lobi menggunakan
pendekatan komunikasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Aktivitas komunikasi dapat dilakukan oleh
individu, kelompok, organisasi profit/non profit, maupun pemerintahan. Media komunikasi yang dapat
digunakan adalah dalam bentuk cetak, elektronik, media luar ruang, budaya, dll.

NEGOSIASI

Menurut Roy J. Lewicki, Bruce Barry, dan David M. Saunders didalam bukunya Negotiation International
Sixth Edition 2010 yang menggambarkan bahwa manusia pada umumnya melakukan kegiatan negosiasi
disetiap saat. Negosiasi itu sendiri merupakan usaha pendekatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
atau lebih untuk saling menyamakan ketertarikannya terhadap pihak lainnya. Negosiasi terjadi karena
berbagai alasan yaitu, pertama untuk menyepakati

Lobi dan negosiasi dilakukan bukan tanpa tujuan. Berbagai hal yang dapat melatarbelakang lobi dan
negosiasi adalah adanya permasalahan antara kedua belah pihak sehingga secara terbuka saling
mendekat dan secara sukarela mendiskusikan perbedaan dan mencoba mencapai keputusan bersama
yang menjadi topik permasalahan.Jadi negosiasi dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau upaya
kedua belah pihak yang memiliki masalah untuk sukarela mendiskusikan dan mencari solusi bersama.
Lobi merupakan upaya meyakinkan kepada pihak lain agar mau mengakomodir kepentingan kita
sehingga muncul solusi dan terbinanya hubungan baik antara kedua belah pihak.

Prinsip Negosiasi

Negosiasi memiliki prinsip yaitu win win solution. Kata win win solution ini mengandung makna
kemenangan bersama, dimana tercapai sebuah kondisi dimana kedua belah pihak sepakat dan
terakomodir kepentingannya dalam keputusan yang dihasilkan. Win win solution juga bermakna tidak
berat sebelah, sama sama bisa menerima keputusan tanpa keterpaksaan.
Win win solution tidak harus sama rata, misalnya 50% : 50%. Atau bukan berarti harus sama persis
dibagi dua. Win win solution adalah kondisi dimana para pihak terakomodir dan menerima keputusan
dan merasa puas berdasarkan kontribusi masing- masing. Namun memang tidak menutup kemungkinan
bagi dua atau sama rata misal memang kontribusi yang diberikan sama

Win win solution dapat dicapai dalam proses negosiasi selama kedua belah pihak menyepakati dan
berkomitmen untuk mendapatkan solusi terbaik bagi permasalahan yang dihadapi. Nah berikut adalah
poin poin yang dapat mendukung tercapainya win win solution:

Memahami masalah secara komprehensif

Mempersiapkan materi negosiasi dengan baik dan menyiapkan berbagai alternatif penawaran

Fokus berfikir bukan pada masalah namun pada solusi

Berifat terbuka dengan pihak lawan

Fokus pada kepentingan bersama, bukan pada satu pihak saja apalagi individu

Kolaboratif dan siap bekerjasama

Mengedepankan mutual relationship atau hubungan bersama yang saling mendukung

Akomodatif, mau menerima masukan

Nah, lalu apa fungsi dari lobi dan negosiasi ? paling tidak negosiasi memiliki 5 fungsi utama yaitu
mencapai kesepakatan ( win win solution), menyelesaikan permasalahan, membuka peluang,
mendapatkan keuntungan dan merawat hubungan baik hubungan jangka pendek maupun jangka
panjang.

Fungsi Lobi

Sedangkan lobi memiliki fungsi untuk melindungi berbagai kepentingan kita ( perusahaan atau individu) ,
membuka komunikasi, memperlancar upaya negosiasi serta meningkatkan sinergi dengan pihak lain.
Pendekatan yang dilakukan dalam upaya lobi juga bermacam macam, bisa dilakukan dengan melakukan
pendekatan dengan pengambil keputusan, melalui orang dekat atau lingkaran sang pengambil
keputusan, melakukan pendekatan kemasyarakat maupun secara organisasional.
Lobi dan negosiasi kerap terjadi dalam berbagai kegiatan, baik itu politik, sosial sampai pada berbagai
kegiatan bisnis. Lobi dan negosiasi adalah proses yang berbeda namun berkaitan. Ada kalanya lobi
dilakukan terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan negosiasi.

Namun dalam negosiasi juga sering dilakukan lobi jika terdapat hal hal yang tidak dapat dipecahkan
dalam proses negosiasi. Lobi dalam negosiasi berfungsi untuk melakukan pendekatan sehingga
keputusan dapat diperoleh lebih awal dan tidak berbelit belit.

Lobi merupakan upaya persuasi, mengajak atau upaya untuk merubah persepsi sehingga pihak lawan
mau mendengarkan dan mengakomodir kita. Faktor yang menentukan keberhasilan lobi diantaranya
adalah seberapa dekat hubungan kita, seberapa luas networking yang kita miliki, seberapa besar
pengaruh kita dan bagaimana upaya kita dalam meyakinkan lawan. Siapapun dapat melakukan lobi, dan
keberhasilan dapat ditentukan dengan berbagai kesiapan dan upaya.

Perbedaan Lobi dan Negosiasi

Lobi berbeda dengan negosiasi. Lobi bersifat tidak formal atau tidak resmi dan dapat dilakukan diluar
forum. Sedangnkan negosiasi bersifat resmi dan melibatkan pihak lawan dalam menentukan waktu dan
proses negosiasi. Lobi bentuknya dapat berupa pembicaraan tidak resmi atau dapat berupa surat. Baik
lobi dan negosiasi dapat melibatkan pihak ketiga sebagai perantara atau pihak yang membantu.

Melakukan lobi membutuhkan langkah- langkah sebagai upaya memperbesar peluang yang ingin
dicapai. Pertama kita harus mengetahui motif dalam melakukan lobi, kedua kita harus waspada
terhadap berbagai kemungkinan termasuk jebakan, ketiga menetralisir sikap lawan serta keempat kita
harus menyusun rancangan atau pendekatan yang ingin dilakukan dalam upaya lobi

Lobi sebagai sebuah kegiatan terstruktur memiliki tujuan dan target yang spesifik. Lobi dapat dilakukan
untuk memberikan pengaruh, menarik dukungan yang sudah diberikan, mengubah kebijakan,
memenangkan pengajuan kontrak, memperoleh akses atau kesempatan, memudahkan urusan,
memperjelas posisi dan menyampaikan perkembangan informasi terkini.

3 Analisis Lobi dan Negosiasi

Lobi dan negosiasi membutuhkan perencanaan. Paling tidak ada tiga jenis analisis yang harus dilakukan
sebagai upaya perencanaan lobi dan negosiasi.
1. Analisis Masalah

Masalah ada jika terjadi perbedaan antara harapan dan kenyataan sehingga ada ketidak sesuaian.
Analisis masalah dapat dilakukan dengan melalukan riset awal, membaca laporan perkembangan,
melakukan wawancara, membaca hasil audit, melakukan pemetaan terjadinya konflik. Dalam melakukan
analisis masalah wajib mengetahui sumber masalah, pihak – pihak yang terlibat masalah dan seberapa
besar potensi masalah yang ada

2. Analisis Situasi

Analisis situasi secara holistik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan diantaranya adalah analisi
matrik, analisis H atau analisis SWOT. Paling popular adalah analisis SWOT dimana ada pemetaan terkait
kekuatan, kelemahan , peluang dan tantangan.

3. Analisis Lawan

Analisis lawan negosiasi dimaksudkan untuk mengetahui siapa lawan kita dan seberapa kuat lawan
negosiasi kita. Posisi dari lawan negosasi juga penting untuk diketahui, misalnya apakah lawan kita ini
penentu kebijakan atau bukan. Jika bukan maka harus ada proses lebih lanjut hingga adanya keputusan
yang dicapai.

Baca juga:

* Apa Itu Public Relation?

Perencanaan Lobi dan Negosiasi

Perencanaan memegang urgensi sebagai gambaran awal dalam mencapai keberhasilan. Perencanaan
dapat berfungsi sebagai guide line atau mapping utama dalam rencana menjalankan kegiatan.
Perencanaan juga merupakan step of goal, melalui perencanaan maping potensi dapat dilakukan lebih
dini sehingga potensi keberhasilan maupun kegagalan dapat ditanggulangi. Melalui perencanaan
efektifitas dan efisiensi sumber daya dapat dioptimalkan.

Negosiasi dan lobi juga membutuhkan materi. Bentuk materi lobi dan negosiasi ini bermacam macam,
dari outline, surat penawaran dan bahan presentasi.
WAWANCARA

Menurut Budi Purwoko dan Titin Indah Pratiwi (2007: 36), wawancara adalah suatu teknik pengumpulan
data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab responden secara langsung, secara lisan
pula.

Langkah-langkah penyelenggaraan wawancara adalah :

Tahap persiapan, meliputi langkah menetapkan variabel yang akan diukur, memerinci variabel,
indicator, predictor, dan menyusun item-item pertanyaan, membuat pedoman wawancara

Tahap pelaksanaan, meliputi mempersiapkan pedoman wawancara, menetapkan kapan dan dimana
wawancara akan dilaksanakan, menentukan taktik wawancara, kode etik wawancara dan sikap
pewawancara?

Tahap ktiga, analisis hasil, meliputi : pengelompokan variabel yang akan ditabulasi, penyekoran jawaban,
kesimpulan dan penginterpretasian.

DAFTAR PUSTAKA

1.https://www.google.com/amp/s/realcounseling.wordpress.com/2016/06/12/pedoman-wawancara-
komunikasi-antar-pribadi/amp/

2.https://kelaskomunikasi.com/teknik-lobi-dan-negosiasi/

H. MEMAHAMI DEFINISI KOMUNIKASI HORIZONTAL DAN VERTIKAL

KOMUNIKASI HORIZONTAL MERUPAKAN BENTUK KOMUNIKASI SECARA MENDATAR DIMANA TERJADI PERTUKARAN PESAN
SECARA MENYAMPING DAN DILAKUKAN OLEH DUA PIHAK YANG MEMPUNYAI KEDUDUKAN SAMA, POSISI SAMA, JABATAN SE-
LEVEL, MAUPUN ESELON YANG SAMA DALAM SUATU ORGANISASI. MENURUT DAFT (2003), KOMUNIKASI BENTUK INI SELAIN
BERGUNA UNTUK MENGINFORMASIKAN JUGA UNTUK MEMINTA DUKUNGAN DAN MENGKOORDINASIKAN AKTIVITAS.
KOMUNIKASI HORIZONTAL DIPERLUKAN UNTUK MENGHEMAT WAKTU DAN MEMUDAHKAN KOORDINASI SEHINGGA
MEMPERCEPAT TINDAKAN (ROBBINS, 2001). KEMUDAHAN KOORDINASI INI MENURUT LIAW (2006) DISEBABKAN ADANYA
TINGKAT, LATAR BELAKANG PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG RELATIF SAMA ANTARA PIHAK-PIHAK YANG
BERKOMUNIKASI, SERTA ADANYA STRUKTUR FORMAL YANG TIDAK KETAT.
FUNGSI ARUS KOMUNIKASI HORISONTAL INI ADALAH :

A) MEMPERBAIKI KOORDINASI TUGAS

B) UPAYA PEMECAHAN MASALAH

C) SALING BERBAGI INFORMASI

D) UPAYA PEMECAHAN KONFLIK

E) MEMBINA HUBUNGAN MELALUI KEGIATAN BERSAMA

KEUNTUNGAN DARI KOMUNIKASI HORIZONTAL :

- ADANYA DIALOG ANTARA KOMUNIKATOR DENGAN KOMUNIKAN, SEHINGGA MENIMBULKAN KEPUASAN DIANTARA KEDUA
BELAH PIHAK

- INFORMASI YANG DITERIMA MENJADI LEBIH JELAS, LEBIH AKURAT DAN LEBIH TEPAT, KARENA DIPEROLEH LANGSUNG
PENJELASANNYA

- MEMUNCULKAN RASA KEKELUARGAAN, DAN KEKERABATAN

- MENGHINDARI KESALAH PAHAMAN

KELEMAHAN DARI KOMUNIKASI HORIZONTAL :

- INFORMASI YANG DISAMPAIKAN LEBIH LAMBAT, SEHINGGA KURANG EFISIEN

- KEPUTUSAN TIDAK DAPAT DIAMBIL DENGAN CEPAT

- MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA KOMUNIKAN UNTUK BERSIKAP MENYERANG, SEHINGGA SUASANA BISA MENJADI
KURANG KONDUSIF

- MEMBERI KEMUNGKINAN TIMBULNYA MASALAH YANG TIDAK ADA RELEVANSINYA DENGAN MASALAH YANG SEBENARNYA.

KOMUNIKASI VERTIKAL ADALAH KOMUNIKASI YANG TERJADI ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN DALAM ORGANISASI. ROBBINS
(2001) MENJELASKAN BAHWA KOMUNIKASI VERTIKAL ADALAH KOMUNIKASI YANG MENGALIR DARI SATU TINGKAT DALAM
SUATU ORGANISASI/KELOMPOK KE SUATU TINGKAT YANG LEBIH TINGGI ATAU TINGKAT YANG LEBIH RENDAH SECARA TIMBAL
BALIK. DALAM LINGKUNGAN ORGANISASI ATAU KELOMPOK KERJA, KOMUNIKASI ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN MENJADI
KUNCI PENTING KELANGSUNGAN HIDUP SUATU ORGANISASI. BAHKAN MENURUT STONER DAN FREEMAN (1994), DUA PER
TIGA DARI KOMUNIKASI YANG DILAKUKAN DALAM ORGANISASI ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN BERLANGSUNG SECARA
VERTIKAL, SEHINGGA PERAN KOMUNIKASI VERTIKAL SANGAT URGEN DALAM ORGANISASI.

KOMUNIKASI VERTIKAL JUGA TERBAGI LAGI MENJADI DUA, YAITU :

- KOMUNIKASI KE BAWAH

KOMUNIKSI KE BAWAH MENGALIR DARI PUCUK PIMPINAN ORAGANISASI MEMBAWA PESAN


PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENGARAHKAN BAWAHAN.

- KOMUNIAKSI KE ATAS

KOMUNIKASI KE ATAS MENGALIR TEGAK LURUS KE ATAS DARI SATU TINGKATAN KE TINGKATAN YANG

LEBIH TINGGI DALAM ORGANISASI. ARUS KOMUNIKASI YANG EFEKTIF MEMBANTU MEMOTIVASI

PARA KARYAWAN UNTUK MELAKSANAKAN PEKERJAAN MEREKA SECARA EFESIEN. (R)

I. KOMUNIKASI PRIMER, SEKUNDER, SHARING, DISKUSI DAN WAWANCARA

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian atau perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam
proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasalah yang
mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Kial (gesture) memang dapat
“menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaiakan
tangan atau memainkan jari-jemari, mengedipkan mata atau menggerakkan anggota tubuh lainnya
hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas). Gambar sebagai lambing yang
banyak digunakan dalam komunikasi, tetapi tidak melebihi bahasa.

Pikiran atau perasaan seseorang baru akan diketahui dan akan ada dampaknya kepada orang lain
apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut yakni lambang-lambang. Dengan
perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi
dan lambing (simbol).

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan
tetapi, tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan
pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna
yang sama bagi semua orang.

Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotative dan pengertian konotatif.
Sebuah perkataan dalam pengertian denotatif adalah yang mengandung arti dan diterima secara umum
oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan dalam
pengertian denotatif adalah yang mengandung emosional atau mengandung penilaian tertentu.

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan ,
kemudian menjadi giliran komunikan untuk men-decode pesan dari komunikator itu, dalam proses itu
komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder).
Dalam proses komunikasi antar personal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi,
komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada komunikan , dan komunikan
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator tadi dalam konteks
pengertiannya. Komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi karena
komunkasi antar personal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini
menjadi encoder dan komunikator menadi decoder.

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan
berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi, oleh karena itu umpan balik bias bersifat positif,
dapat pula bersifat negatif. Jika ia merasakan umpan baliknya negatif, itu berarti uraiannya tidak
komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya.

Seperti halnya dengan penyampaian pesan secara verbal, yakni denagn menggunakan bahasa, dan
secara non-verbal, yaitu demgam menggunakan kial, isyarat, gambar, atau warna, umpan balik pun
dapat disampaikan oleh komunikan secara verbal maupun non-verbal.

Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata, baik secara
singkat maupun secara panjang lebar. Sedangkan umpan balik secara non-verbal adalah tanggapan
komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera
mengubah gaya komunikasinya ketika ia mengetahui bahwa umpan balikdari komunikan bersifat
negatif.

Situasi yang sama dengan komunikasi antar persona ialah komunikasi kelompok (group communication),
baik komunikasi kelompok kecil, maupun komunikasi kelompok besar. Karena kedua jenis komunikasi itu
sifatnya tatap muka, maka umpan balik berlangsung secara seketika (immediate feedback), berbeda
dengan komunikasi bermedia yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback). Dalam komunikasi
kelompok kecil seperti seminar, kuliah, ceramah, briefing, lokakarya, forum, umpan balik yang
diperlukan oleh komunikator ialah yang bersifat verbal, karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi
komunikan, jadi permasalahannya mengerti atau tidak, menyetujui atau tidak, dan lain-lain yang
kesemuanya harus dinyatakan dengan kata-kata.

Berbeda dengan komunikasi kelompok besar, semisal rapat raksasa di sebuah lapangan yang dihadiri
oleh puluhan ribu orang, komunikasi seperti itu ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada
perasaannya, bukan kepada otaknya. Itulah proses komunikasi secara primer yang berlangsung secara
tatap muka.

B. Proses Komunikasi secara Sekunder.


Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada oaring
lain dengan menggunakan alat atausarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama.

Media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi. Pada akhirnya,
sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi
bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi
berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televisi dan video
pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna melanda masyarakat di Negara
manapun.

Pentingnya peranan media, surat kabar, radio, atau televisi, merupakan media yang efisien dalam
mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Akan tetapi, menurut para ahli komunikasi diakui
bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang
bersifat informative. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaiakan pesan persuasive
adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui
oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya , umpan balik berlangsung secara seketika,
dalam artian komunikator mengetahui tanggapan reaksi komunikan pada saat itu juga.

Proses komunikasi secara sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus
dimensi ruang dan waktu. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat
diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media non-massa (non-
mass-media)

WAWANCARA

Menurut Budi Purwoko dan Titin Indah Pratiwi (2007: 36), wawancara adalah suatu teknik pengumpulan
data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab responden secara langsung, secara lisan
pula.

Langkah-langkah penyelenggaraan wawancara adalah :

Tahap persiapan, meliputi langkah menetapkan variabel yang akan diukur, memerinci variabel,
indicator, predictor, dan menyusun item-item pertanyaan, membuat pedoman wawancara

Tahap pelaksanaan, meliputi mempersiapkan pedoman wawancara, menetapkan kapan dan dimana
wawancara akan dilaksanakan, menentukan taktik wawancara, kode etik wawancara dan sikap
pewawancara?

Tahap ktiga, analisis hasil, meliputi : pengelompokan variabel yang akan ditabulasi, penyekoran jawaban,
kesimpulan dan penginterpretasian.
DAFTAR PUSTAKA

1.HTTP://AGUSTOCOM.BLOGSPOT.COM/2018/09/KOMUNIKASI-PRIMER-DAN-SEKUNDER.HTML?M=1

2.HTTP://AGUSTOCOM.BLOGSPOT.COM/2018/09/KOMUNIKASI-PRIMER-DAN-SEKUNDER.HTML?M=2

J. MENAFSIRKAN MAKNA VERBAL DAN NONVERBAL

Komunikasi adalah proses pertukaran suatu informasi antar individu atau kelompok dengan adanya
makna atau tujuan yang ingin disampaikan. Pesan atau informasi yang disampaikan dapat berupa
komunikasi verbal atau komunikasi non-verbal. Anak komunikasi pasti sudah tidak asing lagi dengan apa
itu komunikasi verbal dan non-verbal.Secara umum, komunikasi verbal adalah komunikasi yang
berbentuk lisan ataupun tulisan, contohnya adalah penggunaan kata-kata. Sedangkan komunikasi non-
verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, contohnya menggunakan bahasa tubuh
seperti mimik wajah dan gerakan tangan, bahkan intonasi suara dan kecepatan berbicara.

Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung (berbicara) bisa dilakukan secara langsung
(face to face) atau dengan perantara media, contohnya berinteraksi menggunakan sosial media atau
telepon genggam. Sedangkan komunikasi verbal yang melalui tulisan bisa dilakukan menggunakan
media seperti surat, postcard, chating di media sosial, dan sebagainya.

Komunikasi non-verbal lebih sering terjadi dalam komunikasi secara langsung atau face to face.
Sebabnya, dalam komunikasi menggunakan media digital, komunikasi non-verbal seringkali tidak
mungking dilakukan. Contohnya ketika kita sedang chatting, tidak mungkin kita bisa melihat ekspresi
wajah lawan bicara kita atau mendengar intonasi suaranya. Karena keterbatasan ini pula komunikasi
non-verbal sering menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya, terkadang ada orang yang menggunakan
emoji secara tidak tepat. Misal seseorang salah mengirim emoji marah padahal sebenarnya dia ingin
mengirim emoji tersenyum yang terletak di sebelahnya. Hal ini bisa menyebabkan orang yang dikirimi
pesan menjadi salah paham dan ikut marah.

Komunikasi verbal dan non-verbal pada hakikatnya saling terkait dan saling melengkapi. Dalam
komunikasi langsung, kita terus-menerus mengirimkan pesan pada lawan bicara kita. Komunikasi non-
verbal sering terjadi seacar otomatis dan tanpa kita kontrol. Contoh ketika kita marah atau senang, kita
cenderung berbicara dengan lebih keras dan cepat. Hal ini terjadi karena kita mengalami perubahan
emosi. Komunikasi nonverbal juga melengkapi komunikasi verbal kita. Ketika kita mengatakan satu hal,
jika gerak-gerik tubuh kita tidak mendukung, orang tentu tidak akan percaya. Semisal kita berkata sudah
mengerjakan PR namun dengan nada ragu-ragu, teman kita pasti tidak akan ada yang percaya.
√ Komunikasi Verbal dan Non Verbal : Pengertian, Perbedaan & Contohnya

Komunikasi Verbal dan non Verbal – Secara sederhana komununikasi adalah proses pertukaran pikiran
atau penyampaian pesan dari penyebar pesan (komunikator) ke penerima pesan (komunikan) dengan
tujuan tertentutertentu.

Pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima pesan tersebut dikemas dengan kata-kata (verbal)
ataupun tanpa kata-kata (non-verbal). Komunikasi verbal adalah komunikasi dalam bentuk lisan ataupun
tulisan.

Sedangkan, Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang umumnyu menggunakan bahasa tubuh
seperti gerakan tangan, raut wajah, gelengan kepala, tanda, tindankan dan sebagainya.

Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang menggunakan tulisan ataupun lisan. Bentuk
komunikasi ini membutuhkan alat berupa bahasa yang outputnya berupa ucapan atau tulisan kata-kata.
Komunikasi verbal efektif selama orang yang berinteraksi mengerti bahasa yang digunakan.

Pengertian lain yang lebih spesifik disampaikan oleh Deddy Mulyana (2005) dalam bukunya. Ia
menyatakan bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan perangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol – simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. Dalam definisi tersebut ia juga menekankan bahwa simbol dengan aturan ini merupakan
bentuk paling sederhana dari bahasa.

Fungsi Komunikasi Verbal

Secara umum berikut ini adalah fungsi-fungsi komunikasi verbal:

1. Penamaan

Penamaan ini bisa dibilang untuk memudahkan mengidentifikasi sebuah benda, object, tindakan
ataupun orang. Tanpa komunikasi yang menggunakan bahasa seperti verbal, Anda akan mudah bingung
saat mereferensi sesuatu.

2. Jalur Interaksi dan Transmisi Informasi


Sebagai alat untuk bertukar ide, komunikasi verbal lebih mudah digunakan. Anda bisa menyampaikan
emosi, informasi, empati, maksud dan berbagai hal lain hanya dengan menggunakan kata – kata
ataupun kalimat.

3. Menonjolkan Artikulasi dan Intonasi

Komunikasi verbal cukup unik karena dalam ungkapan – ungkapan menggunakan bahasa, perbedaan
artikulasi dapat menghasilkan arti yang berbeda. Karena hal unik ini tidak ada alat komunikasi selain
verbal yang bisa memanfaatkan artikulasi dengan lebih efektif.

4. Alat Sosialisasi yang Efektif

Karena komunikasi verbal mudah digunakan, efektif menyampaikan maksud, banyak digunakan dan
fleksibel, komunikasi ini sangat bermanfaat untuk bersosialisasi. Hal seperti diskusi, menyapa, sekedar
mengobrol dan hal sosial lain tidak akan semudah sekarang jika tanpa komunikasi verbal.

5. Sebagai Sarana Pengembang Bahasa

Karena dunia selalu berkembang, banyak hal baru yang muncul dan perlu diidentifikasi. Perkembangan
budaya juga menyebabkan gaya bahasa juga berkembang bersamanya. Komunikasi verbal menggunakan
bahasa dan karena itu dapat mempengaruhi dalam perkembangan hal tersebut. Kata gaul ataupun
istilah internet adalah dua contoh yang bisa dijadikan referensi.

Jenis Komunikasi Verbal

Karena komunikasi dilakukan dua arah jenis komunikasi dapat dibagi dua, yaitu sisi yang memberi dan
menerima

1. Sisi Pemberi
Jenis komunikasi ini biasanya terdiri dari berbicara dan menulis. Sebagai sisi yang menyampaikan ide,
maksud dan informasi, hal ini juga bisa disebut sebagai komunikasi aktif.

2. Sisi Penerima

Jenis komunikasi ini biasanya terdiri dari mendengar dan membaca. Sebagai sisi yang menyerap ide
maksud dan informasi dari pihak lain, hal ini bisa disebut sebagai komunikasi pasif.

Contoh Komunikasi Verbal

Untuk contoh dari komunikasi verbal, Anda tinggal bayangkan semua bentuk komunikasi yang
menggunakan bahasa didalamnya, baik itu tulisan maupun lisan. Hal ini ada banyak jadi berikut adalah
sebagian contohnya

Chat dengan menggunakan smartphone

Pidato

Rapat dan diskusi

Berinteraksi tertulis lewat sosial media

Guru mengajar di kelas

Membaca novel

Menulis surat

Contoh masih banyak lagi, tapi kuncinya Anda cukup membayangkan seseorang menggunakan bahasa
sebagai sarana komunikasinya.

Pengertian Komunikasi Non Verbal

pixabay.com

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bahasa secara langsung. Hal seperti
lambaian tangan untuk menyatakan selamat tinggal adalah contoh yang paling sederhana. Komunikasi
tidak memiliki struktur yang standar seperti bahasa, tapi dengan interpretasi dan logika, orang dapat
mengerti maksud orang lain tanpanya.
Dalam dunia modern, komunikasi non verbal biasanya digunakan sebagai penguat komunikasi verbal.
Anda pasti pernah melakukan hal ini, misalnya saat berbicara badan Anda juga bergerak untuk
memperjelas apa yang Anda sampaikan dengan kata – kata.

Fungsi Komunikasi Non Verbal

Karena jarang digunakan, banyak orang menganggap komunikasi non verbal tidak memiliki fungsi yang
menonjol. Hal ini tentu saja tidak benar! Walau Anda tidak menggunakannya secara sengaja, Anda bisa
secara tidak sadar menggunakan komunikasi non verbal sebagai pelengkap komunikasi verbal.

Sebagai pelengkap, fungsi komunikasi non verbal adalah memperjelas komunikasi menggunakan kata –
kata. Seseorang kadang dapat mengerti informasi lebih jika mendapatkannya dari kombinasi komunikasi
verbal dan non verbal. Contoh saja saat menyuruh seseorang untuk diam, Anda mengatakan “Jangan
berisik!" sambil menyentuhkan jari telunjuk yang tegak ke bibir.

Jenis Komunikasi Non Verbal

Walaupun tidak umum, jenis komunikasi non verbal lebih banyak dibandingkan komunikasi verbal.
Berikut adalah jenis – jenisnya

1. Komunikasi Objek

Komunikasi objek adalah jenis komunikasi non verbal yang memanfaatkan benda sebagai medium.
Contoh saja saat ada kecelakaan di jalan raya, polisi menggunakan cone atau corong untuk menandai
area untuk memberi peringatan.

2. Komunikasi dengan Sentuhan

Sentuhan ini biasanya merupakan jenis komunikasi non verbal yang menunjukan relasi antara orang
yang melakukannya. Contoh saja seperti berjabat tangan, berpelukan, pukulan dan sebagainya.

3. Komunikasi yang Memanfaatkan Waktu

Komunikasi ini biasanya sulit digunakan untuk mengungkapkan maksud. Tapi di kegiatan tertentu
biasanya komunikasi ini berhubungan dengan durasi yang harusnya normal tapi dibuat lebih lama atau
lebih sebentar.
Contoh saja saat seorang datang pagi ke pekerjaannya, ia mengkomunikasikan dia antusias untuk
bekerja. Di sisi lain saat janjian dan seorang datang terlambat, ia menunjukan rasa tidak menghormati
partner janjiannya.

4. Komunikasi dengan Gerakan Tubuh

Komunikasi ini adalah yang paling sering dilakukan orang untuk melengkapi komunikasi verbal. Contoh
sederhananya adalah gaya tuhu, lirikan mata, ekspresi wajah atau gerakan tangan.

5. Komunikasi dengan Memanfaatkan Tempat dan Jarak

Untuk komunikasi seberapa dekat hubungan Anda dengan seseorang berdasarkan jarak dan posisi Anda
secara fisik terhadap orang lain. Dari info ini, komunikasi non verbal jenis ini masih dibagi menjadi

Jarak intim, biasanya menunjukkan jarak sangat dekat. Biasanya menunjukkan hubungan keluarga atau
bahkan pasangan.

Jarak personal, hal ini menunjukan Anda mengenal dekat dengan orang itu dan tidak masalah berada di
area yang dekat walau tidak terlalu intim. Biasa hal ini menandakan teman. Jarak yang bisa jadi ukuran
adalah sekitar 1 meter.

Jarak sosial, biasanya terjadi pada seseorang yang mengenal netral seseorang. Bukan teman tapi saling
mengenal. Biasanya sekitar 1 sampai 4 meter dalam jarak

Jarak public, biasanya untuk menunjukkan Anda tidak memiliki hubungan apapun. Biasanya berada di
atas 4 meter untuk menunjukan hal ini.

Untuk ukuran yang ada di atas tentu tidak sebetulnya benar, tapi rata – rata orang menjaga jarak
tersebut untuk menunjukkan hubungannya.

6. Komunikasi dengan Suara

Komunikasi suara ini bukan ucapan tapi suara yang ditimbulkan tanpa bahasa tertentu. Biasanya untuk
mengisyaratkan sesuatu saat dikombinasikan dengan komunikasi verbal. Contoh suara hmm, saat
bingung ataupun berfikir.
Contoh Komunikasi Non Verbal

Seperti yang disinggung dalam jenis komunikasi non verbal di atas, Anda sudah melihat beberapa
contohnya, tapi berikut adalah contoh – contoh tambahannya

Tos atau high five dengan teman sebagai tanda menyampaikan sukses

Memeluk seseorang tanda sayang

Menggunakan “boo" sebagai olokan tanda tidak setuju

DAFTAR PUSTAKA

1.HTTPS://SALAMADIAN.COM/PENGERTIAN-KOMUNIKASI-VERBAL-NON-VERBAL/

2.

K. MEMAHAMI TENTANG KOMUNIKASI FORMAL DAN NON FORMAL

PENGERTIAN KOMUNIKASI

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal
katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis
Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations
and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam
Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan
oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

Komunikator (siapa yang mengatakan?)

Pesan (mengatakan apa?)

Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

Komunikan (kepada siapa?)

Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada
pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

KOMUNIKASI INFORMAL

Pengertian Komunikasi Formal , Informal , dan Non Formal

Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam
lembaga formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif , berdasarkan struktur organisasi oleh
pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing – masing yang tujuannya
menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan dinas . Suatu komunikasi juga dapat dikatakan
formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan
berdasarkan prinsip – prinsip dan struktur organisasi .

Pengertian komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan
tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal
adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi
yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gossip , atau rumor . Tentang komunikasi informal sebaiknya
tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih belum jelas dan tidak akurat , carilah sumber
informasi yang dapat dipercaya , selalu gunakan akal sehat dan bertindak berdasarkan pikiran yang
positif .

Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana seseorang
menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi
tersebut tersebar ke berbagai kalangan . Implikasinya adalah kebenaran informasi tersebut menjadi
tidak jelas atau kabur . Meski demikian komunikasi informal akan untuk memenuhi kebutuhan sosial ,
mempengaruhi orang lain , dan mengatasi kelambatan komunikasi formal yang biasanya cenderung
kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu .
Komunikasi non formal adalah proses komunikasi yang berada di antara yang formal atau resmi dengan
yang tidak resmi atau informal . Komunikasi jenis ini biasanya berupa komunikasi yang berhubungan
dengan hubungan pribadi .

DAFTAR PUSTAKA

1.HTTPS://WWW.GOOGLE.COM/AMP/S/VARIANANDRE.WORDPRESS.COM/2012/11/07/KOMUNIKAS
I/AMP/

2.HTTPS://WWW.DEPOEDU.COM/2019/02/12/EDU-TALK/KOMUNIKASI-DIADIK-DALAM-
PENDIDIKAN/

L. SOPAN SANTUN ETIKA KETERBUKAAN KESETARAAN DAN TANGGUNG JAWAB

Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antarindividu. Untuk


menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai tanpa
menimbulkan kereng gangan hubungan antarindividu, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling
mudah menerapkan etika komunikasi interpersonal ialah, pihak-pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi, bahkan kita semuanya sebagai anggota masyarakat, perlu memperhatikan beberapa hal
berikut ini:

Nilai-nilai dan norma norma sosial budaya setempat

Segala aturan, ketentuan tata tertib yang sudah disepakati

Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya

Tata krama pergaulan yang baik

Norma kesusilaan dan budi pekerti

Norma sopan-santun dalam segala tindakan

Dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Di manapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan pertimbangan etis, agar
lawan bicara dapat menerima dengan baik. Berkomunikasi tidak selamanya mudah apalagi kalau kita
tidak mengetahui jati diri (latar belakang sosial budaya) mereka yang kita hadapi, tentu kita akan
menebak-nebak dan merancang persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah
pihak. Ketika kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah berusaha
menampilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.

Tujuannya adalah menguji sejauh mana perhatian Anda terhadap teman karib Anda itu. Apabila Anda
memiliki perhatian yang baik, maka Anda akan memahami karakteristik latar belakang sosial budayanya,
dan dengan demikian Anda dapat mengusahakan proses komunikasi yang menyenangkan kedua belah
pihak, tanpa melanggar etika dan tata krama.
Etika yang tergambarkan dalam tata krama berkomunikasi adalah kebiasaan dan mungkin merupakan
kesepakatan dalam hubungan antarwarga di masyarakat. Ukuran etika itu berlaku secara selingkung,
dan kadang-kadang sulit dimengerti akal sehat. Misalnya ada bangsa lain yang makan sambil
mengeluarkan bunyi ciplak, hal ini tidak dianggap tidak sopan, malah sangat karena menunjukkan
kesungguhan menikmati hidangan. Sebaliknya bagi kebanyakan orang Indonesia hal itu dipandang
sebagai tidak sopan.

Etika Komunikasi Interpersonal Tatap Muka

Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi.
Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita melakukan kesalahan meskipun tidak disengaja,
sangat mung menyebabkan orang lain sakit hati kita mengatakan, “peliharalah lidah." Hati-hatilah dalam
berbicara dengan siapapun, terutama dengan orang yang lebih senior, agar tidak mendatangkan akibat
kurang menyenangkan dalam membina hubungan yang baik di kemudian hari. Memang lidah tidak
bertulang. Baiklah di sini disampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi
secara tatap muka:

Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan adalah cara yang efektif untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dalam melakukan pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika
sehingga pembicaraan berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Ketika kita
berkomunikasi secara tatap muka, maka kita dapat melihat bagaimana raut wajah orang-orang yang ada
di sekitar kita.

Dalam suatu pembicaraan, pemahaman terhadap ekspresi wajah sangat penting karena melalui ekspresi
wajah dapat melihat atau membaca makna suatu pesan sehingga kita dapat memperkirakan apakah ada
kesesuaian dengan pesan verbal yang disampaikannya. Biasanya apa yang diungkap seseorang melalui
ekspresi wajahnya adalah suatu ungkapan yang jujur dan dapat dipercaya, artinya ekspresi wajah
memperlihatkan reaksi terhadap sesuatu atau pesan dengan objektif.

Tetapi adakalanya ekspresi wajah seseorang tidak sesuai dengan yang ia ungkapkan pada pesan
verbalnya, misalnya seseorang mengatakan bahwa dia tidak marah tetapi wajahnya terlihat tegang. Hal
ini terjadi jika seseorang berusaha menyembunyikan perasaaan yang sebenarnya. Pada awalnya
mungkin orang tersebut berhasil menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dengan cara berpura-
pura, tetapi lama kelamaan wajahnya akan mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya.

Senyuman, merupakan salah satu cara mengekspresikan perasaan. Ada berbagai makna dari senyuman
seseorang. Misalnya, sebuah senyuman dapat bermakna keramahan, sapaan, simpati, dan juga dapat
bermakna mengejek. bibir mencibir sebagai ungkapan perasaan tidak mempercayai yang dikatakan
lawan bicara, dan sebagainya.

Beberapa norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka yang perlu diperhatikan:
· Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan dengan
gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah tidak terlalu banyak, dan jangan
menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara

· Jangan kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema pembicaraan
yang berguna baik bagi kita maupun teman. Kalau teman kita sudah tidak tertarik dengan satu tema
pembicaraan tertentu, hendaknya kita memaklumi dan menyesuaikannya.

· Janganlah mempergunjingkan orang lain. Apalagi yang digunjingkan itu tentang kejelekan dan sisi
negatif orang lain. Memang menggunjing atau ngrumpi itu mengasyikkan, tetapi hal itu menunjukkan
sifat jelek karena hanya membicarakan kesalahan orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita
mungkin saja juga banyak kekurangan dan kesalahan.

· Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang lain, dan jangan
memotong pembicaraan orang lain. Ini adalah pelajaran budi pekerti yang nyata agar kita lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara. Misalnya, hendaklah kita berdiam dan memperhatikan ketika orang
tua sedang berbicara.

· Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang kita ajak bicara.
Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya untuk mengatur jarak sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi. Bila kita memasuki restoran yang di dalamnya hanya ada
seorang konsumen, orang tersebut tidak kita kenal, lagi pula kita tidak ingin berinteraksi dengannya,
maka akan terasa nyaman apabila mengambil tempat duduk yang berjauhan dengan dia. Tetapi ketika
kita bertemu teman lama di sebuah taman, dan tempat duduk di sebelah teman kita itu rmasih kosong,
maka lebih baik apabila kita duduk berdampingan dengannya.

· Ketika kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan, jangan terlalu keras.
Kalau hendak batuk, bersin, atau menguap hendaklah mulut ditutup dengan tangan. Kalau pembicaraan
selesai hendaklah mengucapkan terima kasih.

Etika Berkomunikasi dengan media Telepon

Telepon baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang sangat diperlukan
untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara menelepon maupun menerima
telepon tidak mengikuti tata krama maka nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah
prinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dan dilaksanakan. Beberapa prinsip
di bawah ini perlu diperhatikan:

· Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang tepat. Jangan menelepon
pada saat orang sedang istirahat (malam hari) tau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita
sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa ditunda

· Berbicaralah dengan tenang, jelas, dan langsung ke sasaran (to the point)

· Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara


· Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita, berilah isyarat secara halus kalau
ada orang lain sedang mengajak bicara

· Siapkanlah kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya

· Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih

· Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon. Kalau telepon di rumah
atau kantor kita berdering, segera kita angkat gagang pesawat karena dering telepon akan mengganggu
ketenangan dan menandakan kurangnya perhatian

· Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah dengan
membayangkan seolah-olah lawan bicara bertatap muka dengan kita.

Etika Menggunakan Short Message Service (SMS)

Komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan layanan pesan pendek SMS. Di samping harganya
murah juga lebih praktis, Kita dapat menjangkau alamat tujuan dengan segera. Ada norma etika yang
lazim digunakan agar isi SMS kita terhindar dari apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh partner
komunikasi:

· Isi SMS yang hendak dikirimkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai muncul kata-kata atau
kalimat yang dapat menyinggung perasaan si penerima

· Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan SMS.

· Kurang pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi menunda-nunda sampai terlupa
membalasnya. Kita dapat dianggap kurang memperhatikan dan menghargai si pengirim SMS.

· Jangan menggunakan istilah dan singkatan yang tidak populer, karena dapat menimbulkan salah
penafsiran.

· Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa nengganggu orang lain

· Menuliskan SMS dengan huruf kapital, sering dianggap sebagai ungkapan kemarahan.

Etika Menggunakan Email dan Facebook

Teknologi internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. E-mail dan facebook merupakan kunci
utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya mempunyai satu alamat email atau facebook, kita
dapat mengikuti berbagai model komunikasi yang ditawarkan sebagai fasilitas internet. Beberapa model
komunikasi itu, diantaranya Forum, Milis/Group, Situs jejaring sosial, Blog, Situs sharing file, E-earning
menggunakan eleconference.

Salah satu teknologi komunikasi yang berkembang sangat cepat adalah handphone. Dibandingkan
dengan media lain, handphone benar-benar dapat memperoleh simpati masyarakat, terutama para
remaja. Permasalahannya adalah bagaimana kita dapat menggunakan teknologi itu. Karena ia seperi
pisau bermata dua, dapat membawa kebaikan dan keburukan. Di tangan orang yang memahami norma
etika, e-mail dan facebook membawa banyak manfaat positif. Tetapi apabila tidak dikawal dengan
norma tata krama, sangat mungkin membawa dampak negatif. Ada beberapa contoh norma etika yang
perlu diperhatikan:

· Pilahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi

· Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi

· Gunakan teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang

· Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain waktu dan belanjakan uang
untuk teknologi bijaksana

· Teknologi hanyalah merupakan alat bantu

Menyapa

Tindakan sederhana yang perlu dilakukan kepada individu, seperti teman, tetangga, famili adalah
menyapa. Dalam menyapa, awali dengan menyebut namanya. Usahakan tidak menyapa dengan nama
parapan. Nama parapan itu julukan kepada seseorang bukan dengan nama aslinya, tetapi nama lain
yang diberikan oleh orang atau kelompok orang tertentu.

Untuk menunjukkan apresiasi kedekatan terhadap teman, kalau memang nama parapan itu dianggap
perlu karena dimaknai sebagai pertanda keakraban pertemanan, sebaiknya dicari nama yang baik,
memberi semangat, dan dapat diterima oleh yang diberi nama. Misalnya nama aslinya Joko, panggil dia
dengan Jack, Manto dipanggil Antok. Sudadi dipanggil Deddy. Latif dipanggil Stieven.

Tidak Mengolok-olok

Dalil interaksi timbal balik dalam berkomunikasi interpersonal, apabila kita memperlakukan seseorang
dengan baik, maka orang itupun juga akan berlaku baik kepada kita. Begitu pula sebaliknya, apabila kita
memperlakukan teman tidak sopan, maka kita akan mendapat perlakuan yang sama. Karena itu jangan
memperlakukan teman kita dengan ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Janganlah mengolok-olok
teman, apalagi sampai melewati batas sampai menyinggung hati dan harga dirinya, jangan berprasangka
buruk terhadapnya, apalagi memfitnahnya tanpa fakta dan bukti.

Tidak mempergunjingkan teman

Tidak ada manusia yang sempurna. Kalau ada kekurangan pada diri teman kita, baik dak sepatutnya kita
mempergunjingkannya. Sebagai teman yang baik, usahakan tetap menjaga nama baiknya seperti kita
pun tidak senang dijelek-jelekkan dan dipergunji crang lain. Kalau kita memang memiliki itikad baik
untuk mengingatkan teman kita yang telah melakukan kesalahan, maka dapat kita lakukan dengan cara
yang santun. Kita mengajaknya berbicara dari hati ke hati, empat mata, dan bukannya dilakukan di
depan orang lain.
Tidak membeda-bedakan teman

Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila kita dapat menjalin kerjasama dengan teman,
maka terbuka peluang untuk saling memberi dan menerima, kerjasama, saling tolong-menolong. Untuk
dapat menjalin komunikasi dan kerasama yang baik, kita dapat mengawali dengan bersikap terbuka
untuk bergaul dengan semua teman, tidak membeda- bedakan, apalagi membentuk kelompok yang
mengarah kepada klik yang bersifat ekskusif, seperti kelompok “the best” yang terdiri dan orang-orang
yang merasa dirinya paling hebat dan paling pintar. Kembangkan sifat saling percaya (trust), supcrtif
atau saling mendukung komunikasi dua arah (timbal balik), memiliki empati, menyenangkan, nyaman
kedua belah pihak.

Etika Menyambut Tamu

Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukkan tindakan menghormati
tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian
si tamu terhadap diri dan keluarga kita. Ada pepatah mengatakan, "tamu adalah raja” hal ini
mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merapakan kewajiban tuan rumah. Ada berbagai
cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tamu, antara lain:

· Menjemput tamunya di bandara, atau di tempat kedatangan lainnya

· Menyediakan akomodasi dan transportasi

· Berjabat tangan atau saling memeluk

· Mengalungkan bunga kepada tamu

· Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas mengkomunikasikan dan
mengkompromikan jadwal acara.

Demikianlah cukup banyak alternatif untuk menyambut dan menghormati tamu. Kita mesti
berkeyakinan bahwa ketika kita menghormati tamu maka para tamu pun akan menghormati kita.

Etika di Ruang Tunggu Umum

Kenyamanan dan ketertiban di ruang tunggu umum, seperti misalnya di bank, rumah sakit, kantor
kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan memperhatikan tata tertib dan etika. Berikut ini
dikemukakan beberapa contoh:

· Harus antri untuk memberi atau menerima sesuatu di depan loket. Jangan menyerobot atau
berdesakan. Berdiri di belakang orang yang datang terlebih dahulu

· Jangan menerima telepon dengan suara keras, karena mengganggu orang Jangan duduk
berselanjar kaki di bangku panjang untuk umum atau menaikkan sepatu ke atas bangku yang disediakan
untuk pengunjung lainnya
· Jangan membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan di sembarang tempat.
Jangan pula meludah di sembarang tempat.

· Setiap orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu pemandangan pendengaran,


penciuman, dan lain-lain.

· Setiap orang diharap untuk bersikap menjaga kenyamanan

· Diharapkan setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan dari sampah, puntung rokok,
sirkulasi udara yang bersih, aman.

· Jika sedang menderita flu, batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak meludah dan
membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu di tempat sampah terbuka di tempat umum

· Jika di tempat umum Anda bertemu dengan orang penting tapi tidak terlalu kenal, cukup ucapkan
salam tanpa harus selalu berjabat tangan.

· Jika naik tangga, pria berjalan dalam jarak dekat di belakang wanita. Jika turun tangga, pria
melangkah terlebih dahulu dan berada di posisi lebih bawah dari wanita

· Jika naik Lift, hindari gaya saling serobot. Mereka yang keluar supaya didahulukan

· Kacamata gelap dan topi tidak dipakai ketika memasuki ruangan tertutup.

Etika Berkenalan

Ada pepatah yang bagus, memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan memiliki teman seribu orang
terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin baik bagi kita. Salah satu cara untuk menambah
teman adalah dengan berkenalan. Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai
norma etika:

1) Sebut nama dengan Jelas

2) Bersikap penuh percaya diri, jangan over acting atau malu-malu

3) Jangan abaikan personal contact:

· Genggam tangannya secara mantap selama 3-4 detik saja

· Pandang mata selaraskan dengan tujuan komunikasi

· Tubuh sedikit ke depan

· Senyum simpatik

4) Orang yang lebih muda diperkenalkan pada yang lebih tua


5) Umumnya pria diperkenalkan kepada wanita (kecuali orang penting yang perlu dihormati atau
lebih tua)

6) Memberi sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan

7) Hindari perkenalan di tempat ramai seperti jalan raya, pasar, dan lain-lain.

Etika dalam Percakapan

Topik (jangan menyinggung SARA), sebaiknya membicarakan berbagai hal atau issue yang menarik
kedua belah pihak, seperti:

· Kebudayaan

· Adat istiadat

· Hobi

· Olah Raga

· Sejarah

· Hal-hal yang aktual

1) Cara membuat percakapan menarik:

· Ingin menyenangkan lawan bicara

· Mempunyai rasa humor

· Mampu berbicara tentang banyak hal (berwawasan luas)

· Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara

· Memberi penjelasan secara singkat dan mudah dimengerti

· Memperhatikan/melihat lawan bicara (90% pandangan mata tertuju pada lawan bicara)

· Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan Gunakan bahwa yang
mudah dimengerti oleh lawan bicara

· Menatap mata lawan bicara dengan lembut

· Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum

· Gunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar


· Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara

· Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon

· Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara

· Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi

· Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

2) Yang perlu dihindari dalam percakapan:

· Memotong pembicaraan orang lain

· Memborong semua penbicaraan

· Membual tentang diri sendiri

· Membicarakan hal-hal yang meninibulkan pertentangan

· Membicarakan soal penyakit dan kematian secara benele-tele

· Menanyakan harga barang yang dipakai seseorang

· Menanyakan hal-hal yang bersifat sangat pribadi

· Mempermalukan orang lain

· Memberi nasihat tanpa diminta (nenggurui)

· Menanyakan usia seorang wanita

· Memaksa seorang pendiam atau pemalu berbicara di depan umum

· Melarang orang lain ikut dalam pembicaraan

· Berbisik-bisik Gosip (berita yang belum tentu benar)

Etika Merokok

· Tidak merokok di sekitar tempat yang dilarang merokok

· Jika seorang perokok berat berada di satu ruang bersama banyak orang, hendaknya bertenggang
rasa

· Jika berada di dalam kelompok orang, sebaiknya minta izin untuk diperbolehkan merokok.

· Di seputar meja makan dan khususnya selama acara makan sedang berlangsung, dilarang merokok
· Sebagai perokok berat, Anda jangan tersinggung bila seseorang menyatakan keberatan dan
terganggu dengan asap rokok.

· Prinsipnya, kita jangan merokok di dekat banyak orang, apalagi kalau sedang berdesakan karena
selain mengganggu juga berbahaya.

· Janganlah merokok di ruangan tertutup seperti lift, bagian tertentu pesawat terbang, bus, ruang
tunggu praktik dokter dan tempat-tempat berarti Anda dilarang merokok.

Etika Pertukaran Kartu Nama

Biasanya dilakukan pada awal pertemuan.

Serahkan kartu nama dengan satu tangan (biasanya tangan kanan) atau dua tangan.

Apabila kartu nama dicetak dalam dua bahasa, letakkan sisi dengan bahasa yang dimengerti oleh
penerima dan menghadap penerima. Saat menerima kartu nama, baca sesaat dan ucapkan terima kasih,
kemudian simpan dalam saku jas atau tas dengan cara yang simpatik

Memperlakukan kartu nama dengan sembarangan dapat diartikan sebagai suatu penghinaan.

DAFTAR PUSTAKA

SURANTO AW. (2011). KOMUNIKASI INTERPERSONAL. YOGYAKARTA: GRAHA ILMU.

Anda mungkin juga menyukai