Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

JUDUL PROPOSAL:

Sistem Irigasi Sprinkler dan Smart-Hidroponik Tenaga Surya Berbasis Internet of


Things untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan dan Pemberdayaan Masyarakat Sektor
Agraris

Mentor:

Belladona Troxylon Maulianda


(Specialist II Production Research, PT. Pertamina Persero)

AMAZING TEAM:

1. Hardian Dwi Saputra (Ketua)


2. Amalia Rizki Fadhila (Anggota)
3. Muhammad Abid Fadlullah (Anggota)
4. Akhmad Miftakhul Amri (Anggota)
5. Joko Subianto (Anggota)

2021
ABSTRAK

Kondisi topografi Desa Sumberarum yang berupa dataran tinggi dan sebagian besar
merupakan area persawahan menunjukkan bahwa warga desa memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Permasalahan muncul ketika musim kemarau membuat sungai kering
sehingga para petani tidak bisa mengairi lahan persawahannya. Penggunaan pompa diesel
dengan bahan bakar bensin/solar adalah alternatif yang selama ini dipakai oleh para petani.
Sementara itu biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 50.000 per-hari. Selain itu, masih
banyak lahan kering dan tidak produktif yang belum dimanfaatkan oleh warga setempat.
Sehingga dari dua permasalahan utama di atas diusulkan inovasi pemanfaatan tenaga
surya sebagai sumber listrik pompa irigasi yang terintegrasi dengan Smart-Hidroponik.
Dengan desain instalasi irigasi menggunakan sprinkler, dapat mencukupi kebutuhan air
pada tanaman secara merata. Sistem tenaga surya juga akan menjadi suplai listrik pompa
sirkulasi air pada tanam hidroponik. Langkah tersebut merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat untuk berwirausaha tanam hidroponik secara mandiri. Kedua sistem ini akan
terintegrasi pada sistem kontrol berbasis Internet of Things (IoT). Pengoperasian pompa
irigasi dan pompa hidroponik bisa dilakukan melalui kontroler pada panel kontrol maupun
melalui gadget. Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan yaitu perancangan software,
perancangan hardware dan tahap implementasi dan analisa. Sistem kendali berbasis IoT ini
menggunakan mikrokontroler ESP 32 yang akan menghubungkan gadget ke relai kontrol
untuk mengoperasikan pompa irigasi dan pompa hidroponik. Pompa irigasi yang digunakan
memiliki spesifikasi daya 250 W/220 V dan direncanakan dapat beroperasi selama 12 jam
dalam satu hari sehingga panel surya yang digunakan sebesar 900 Wp. Baterai dirancang
dapat menyimpan energi surya jadi digunakan aki jenis VRLA kapasitas 1000 Ah.
Sedangkan pada pompa hidroponik dirancang dapat bekerja selama 24 jam, dengan daya
pompa 80 W sehingga dari perhitungan dibutuhkan panel surya berkapasitas 600 Wp.
Baterai yang digunakan memiliki kapasitas 700 Ah. Implementasi alat ini dilakukan pada
lahan persawahan milik masyarakat Desa Sumberarum. Hasil data yang akan diambil
adalah kinerja otomatisasi sistem kontrol, lama waktu penyalaan pompa, efisiensi biaya dan
kinerja setiap komponen utama. Data yang telah dianalisa akan menjadi pertimbangan untuk
dilakukan pengembangan alat baik dari sisi kuantitas maupun dari tingkat kecerdasan
sistem seiring pemahaman masyarakat setempat terhadap teknologi yang juga semakin
maju.

Kata kunci: Irigasi sprinkler, Smart-Hidroponik, Internet of Things, Tenaga Surya, Kontrol
DAFTAR ISI

JUDUL PROPOSAL................................................................................................................1
ABSTRAK...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
1.4 Manfaat............................................................................................................................5
1.5 Ruang Lingkup................................................................................................................5
BAB II METODOLOGI............................................................................................................6
2.1. Alat dan Bahan................................................................................................................6
2.2. Desain Perancangan.......................................................................................................6
2.2.1 Perancangan Software...................................................................................................6
2.2.2 Perancangan Hardware..................................................................................................8
2.2.3 Desain Tata Letak Penelitian..........................................................................................9
2.3. Penentuan Spesifikasi Komponen................................................................................10
2.4. Implementasi dan Analisa.............................................................................................11
BAB III RENCANA PELAKSANAAN...................................................................................12
3.1 Rincian Kegiatan...........................................................................................................12
3.1.1 Identifikasi Masalah.......................................................................................................12
3.1.2 Studi Literatur................................................................................................................12
3.1.3 Survei lapangan............................................................................................................12
3.1.4 Pengolahan Data..........................................................................................................13
3.1.5 Analisa Solusi................................................................................................................13
3.1.6 Pengumpulan Alat dan Bahan......................................................................................13
3.1.7 Perancangan Sistem.....................................................................................................13
3.1.8 Pengujian Alat dan Sistem............................................................................................14
3.1.9 Sosialisasi dan implementasi penggunaan kepada Masyarakat.................................14
3.1.10Evaluasi.......................................................................................................................14
3.2 Jadwal Pelaksanaan.....................................................................................................14
3.3 Lokasi Pelaksanaan (Lokasi untuk Implementasi Prototipe).......................................15
3.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB)..................................................................................16
LAMPIRAN – LAMPIRAN.....................................................................................................18
Lampiran 1. Lembar Pernyataan Orisinalitas Ide................................................................18
Lampiran 2. Surat Perjanjian Kerjasama.............................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara geografis Desa Sunberarum  terletak pada posisi 7°21′-7°31′ Lintang Selatan
dan 110°10′-111°40′ Bujur Timur. Topografi desa ini adalah berupa dataran
tinggi dengan ketinggian yaitu sekitar 300 m di atas permukaan air laut desa tersebut
memilki luas wilayah 280,96 Ha, dimana seluas 80 Ha adalah pemukiman penduduk dan
sisanya adalah lahan kering & areal persawahan. Berdasarkan data Pemerintah Desa,
78,31% warga desa memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Sedangkan Iklim Desa Sumberarum  berdasarkan data BPS kabupaten Blitar tahun
2013, selama tahun 2013 curah hujan di Desa Sumberarum  rata-rata mencapai 2.400
mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm
yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2014-2019. Pada musim
kemarau ketersediaaan air terbatas, sungai-sungai dalam keadaan kering, selain itu letak
sumber air cukup jauh. Sehingga warga setempat harus mengeluarkan biaya tambahan
untuk membeli solar dan bahkan menyewa diesel untuk dapat bercocok tanam.
Beberapa dari warga yang tidak mampu mengeluarkan biaya tambahan terpaksa
menganggurkan lahannya pada saat musim kemarau tiba. Secara tidak langsung
pendapatan mereka akan berkurang, ditengah tuntutan hidup yang semakin meningkat.
Sehingga diperlukan sebuah metode yang secara efektif dan efisien untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan topografi dataran tinggi, potensi energi terbarukan dapat menggantikan solar
sebagai bahan bakar diesel. Berkembangnya teknologi sudah seharusnya dapat
mengatasi masalah dengan cepat dan tepat sehingga meminimalisir dampak yang akan
terjadi. Pemanfaatan tepat guna energi terbarukan dengan efektifitas penggunaan energi
dapat mewujudkan solusi nyata bagi warga desa. Selanjutnya pemanfaatan lahan kering
dan tidak produktif dapat dimanfaatkan sebagai lahan media tanam dengan metode lain
sebagai optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan. Sistem installasi akan saling
terintegrasi satu sama lain dengan pemanfaatan teknologi yang ada.
Terwujudnya pengembangan ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan pada
sektor pertanian di Desa Sumberarum. Sehingga dapat menunjang produktivitas
masyarakat dalam bercocok tanam pada lahan persawahan maupun lahan kering.
Dampak yang diharapkan adalah pemerataan ekonomi di Desa Sumberarum, dan
pemberdayaan masyarakat terhadap perkembangan teknologi di sektor pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan proposal ini antara lain:
1. Bagaimana merancang sistem irigasi persawahan menggunakan energi
terbarukan?

2
2. Bagaimana merancang media tanam hidroponik menggunakan energi
terbarukan?
3. Bagaimana mengimplementasikan rancangan sistem irigasi dan tanam
hidroponik menggunakan energi terbarukan dengan integrasi sistem kontrol
berbasis Internet of Things (IoT) dalam satu device?
4. Bagaimana meningkatkan efisiensi penggunaan energi terbarukan dari prototipe
irigasi persawahan dan tanam hidroponik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang sistem irigasi persawahan menggunakan energi terbarukan
2. Merancang media tanam hidroponik menggunakan energi terbarukan
3. Mengimplementasikan rancangan sistem irigasi dan tanam hidroponik
menggunakan energi terbarukan dengan integrasi sistem kontrol berbasis
Internet of Things (IoT) dalam satu device
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan energi terbarukan dari prototipe irigasi
persawahan dan tanam hidroponik

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan proposal ini antara lain:
1. Sebagai referensi bagi semua pihak untuk memanfaatkan energi terbarukan
sebagai penyedia energi dan meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil.
2. Sebagai bahan edukasi pencerdasan masyarakat desa untuk memanfaatkan
teknologi, serta memaksimalkan penggunaan lahan sebagai tempat usaha
agraris guna mencapai pemerataan ekonomi masyarakat desa
3. Pengabdian mahasiswa kepada masyarakat sebagai agent of change untuk
membangun desa menjadi lebih baik lagi

1.5 Ruang Lingkup


Berikut ini adalah ruang lingkup dari pengujian prototipe:
1. Lokasi pengujian terletak di area persawahan desa Sumberarum, Kecamatan
Wates, Kabupaten Blitar.
2. Target pengujian masyarakat desa Sumberarum, dengan mata pencaharian
petani.
3. Pembangkit energi yang digunakan adalah panas matahari.
4. Sistem Irigasi yang digunakan adalah sprinkler irrigation dengan pembangkit
energi panas matahari.
5. Metode tanam pada lahan kering adalah menggunakan metode tanam
hidroponik.
6. Pemberdayaan perekonomian masyarakat desa Sumberarum pada sektor
pertanian.

3
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


Dalam penelitian ini ada beberapa komponen utama yang digunakan yaitu:
1. Panel Surya
2. MPPT/SCC (Solar Charge Controller)
3. Aki VRLA
4. Inverter DC to AC
5. Mikrokontroler ESP 32
6. Relai
7. Motor Pompa Submersible 220 V/250 W
8. Motor Pompa Hidroponik 220 V/80 W
9. Pipa Dim. 2.5 Inchi
10. Pipa Dim. 1 Inchi
11. Fitting dan Netpot
Dari komponen utama di atas nantinya akan dirakit sesuai rangkaian yang telah
dirancang menggunakan perlengkapan yang ada di toolbox set seperti obeng, palu,
gergaji, gerinda, dan yang lainnya.

2.2. Desain Perancangan


Penggunaan tenaga surya sebagai sumber energi pada pompa irigasi dan
pompa sirkulasi air pada sistem hidroponik mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan sistem konvensional (PLN) atau bahan bakar fosil. Dari segi
ekonomi jelas akan lebih menghemat karena matahari tersedia secara gratis dan
juga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Pada tahap perancangan
sistem irigasi sprinkler dan sirkulasi air pada hidroponik tenaga surya, hal yang perlu
diperhatikan yaitu model rancangan jaringan instalasi dan rangkaian hardware sistem
kontrol. Karena sistem kontrol yang digunakan berbasis Internet of Things (IoT)
sehingga dilakukan perancangan software pada mikrokontroler.

2.2.1 Perancangan Software


Pada tahap perancangan software, dilakukan pembuatan dan penyesuaian
program untuk melakukan pengujian sistem otomatisasi. Bagian terpenting yang
akan menjadi variabel kontrol sistem adalah timing atau waktu penyalaan pompa
irigasi dan pompa sirkulasi air hidroponik. Dengan menggunakan kontrol IoT, maka
variabel kontrol dapat diatur melalui device atau smartphone sehingga pengontrolan
4
tidak harus dilakukan melalui panel kontrol tetapi bisa dari tempat lain dengan
memanfaatkan jaringan internet. Program kendali dimasukkan pada mikrokontroler
ESP 32, kemudian akan terintegrasi dengan web dan dapat diakses melalui
smartphone.
Model rancangan software pada pompa sistem irigasi sprinkler dan pompa
sirkulasi air hidroponik secara keseluruhan hampir sama, hanya objek yang
dikendalikan dan pengaturan waktu kerjanya yang berbeda menyesuaikan
kebutuhan dan kondisi terbaik pada masing-masing sistem. Sebagai contoh pada
pompa irigasi sprinkler waktu penyalaan dan lama pompa operasi akan sangat
bervariasi setiap hari tergantung jenis tanaman, usia tanaman, cuaca dan faktor lain.
Berdasarkan pernyataan salah satu petani Desa Sumberarum, rata-rata nyala
pompa dalam sehari yang digunakan untuk irigasi antara 8-12 jam dan
menghabiskan biaya minimal Rp. 50.000 untuk membeli bensin/solar sebagai bahan
bakarnya. Sehingga pada alat ini variabel yang akan diotomatisasi hanya waktu
penyalaan pompa berdasarkan setting pada device kontrol oleh operator atau petani,
belum memasukan variabel lain seperti kondisi tanah, usia tanaman dan lainnya
sebagai indikator waktu hidup pompa. Alasan utamanya karena fokusan
pengembangan alat ini adalah mengganti sumber energi listrik pompa irigasi yang
selama ini masih menggunakan bahan bakar solar dan bensin (fosil) dengan energi
surya sebagai langkah awal untuk edukasi dan solusi dari keluhan para petani
khususnya di Desa Sumberarum. Selanjutnya setelah sistem kontrol basic ini sudah
dipahami oleh para petani desa dan menghasilkan dampak positif maka tidak
menutup kemungkinan dilakukan pengembangan alat seperti menambah sensor
kelembapan tanah, sensor suhu, dan yang lain sebagai variabel input beroperasinya
pompa irigasi.
Begitu juga pada pompa sirkulasi air hidroponik, variabel yang akan dikontrol
adalah waktu penyalaan dan lama pompa bekerja. Pompa akan dirancang dapat
menyala selama 24 jam setiap hari dan tetap dapat dikontrol melalui smartphone.
Gambar 2.1 menunjukkan bagan alir sistem kontrol pompa irigasi sprinkler dan
pompa sirkulasi air hidroponik.

5
Gambar 2.1 Diagram alir sistem kontrol pompa irigasi sprinkler dan hidroponik

Pada rancangan sistem kontrol pompa irigasi sprinkler dan hidroponik nantinya
akan terintegrasi pada satu web di device/smartphone sehingga akan lebih
memudahkan dalam pengendalian kerja masing-masing pompa menggunakan satu
device. Selain itu setting waktu juga dapat dilakukan pada kontroler MPPT / SCC
yang berada di panel kontrol yang terpasang pada lokasi implementasi alat. Dengan
adanya dua metode kontrol ini juga akan memudahkan masyarakat awam untuk
mempelajari dan menguasai cara kerja alat dan cara pengoperasian kedua sistem
tersebut.

2.2.2 Perancangan Hardware


Pada tahap perancangan hardware, disusun komponen sesuai skema rangkaian
yang telah didesain. Gambar 2.2 menunjukkan skema rangakaian alat yang terdiri
dari panel surya, MPPT/SCC, aki, inverter, relai, mikrokontroler ESP 32 dan pompa.
Panel surya yang akan digunakan adalah tipe polycrystalline dengan daya 100 Wp
yang akan dihubung paralel sesuai jumlah kebutuhan daya beban. Penempatan
panel surya memanfaatkan atap sebuah bangunan gubuk di lahan persawahan yang
juga satu lokasi dengan sumur pompa irigasi dan lahan untuk tanam hidroponik.
Komponen lain seperti MPPT/SCC, inverter, aki dan mikrokontroler akan dirangkai
dan ditempatkan pada sebuah panel kontrol. Lokasi panel kontrol berada di depan
bangunan gubuk untuk mempermudah operator atau petani desa untuk mengontrol
kinerja sistem karena berdekatan langsung dengan pompa yang dikontrol dan
instalasi sprinkler yang telah terpasang.
Perancangan hardware untuk sistem kontrol pompa irigasi dan hidroponik tidak
berbeda, hanya saja pada pompa irigasi menggunakan kontroler MPPT sebagai

6
pengatur waktu charge/discharge baterai berdasarkan energi listrik yang dihasilkan
panel surya sehingga baterai akan terlindungi dari overcharge atau kondisi tidak ada
tegangan sama sekali (empty condition). Faktor lainnya adalah karena MPPT
memang dirancang untuk beban yang memiliki daya besar di atas 200 watt dan
daya pompa irigasi yang akan digunakan adalah tipe submersible 250 Watt.
Sedangkan pada pompa hidroponik mengunakan kontroler SCC yang memiliki fungsi
sama dengan MPPT hanya saja lebih cocok untuk beban daya rendah di bawah 200
W. Jadi nanti akan ada dua buah panel kontrol untuk masing-masing sistem yang
mana metode pengontrolan waktu kerja setiap pompa terintegrasi pada sebuah
device/smartphone.

Gambar 2.2 Skema Rangkaian Alat

2.2.3 Desain Tata Letak Penelitian

Pemanfaatan pompa irigasi tenaga surya berada di lahan pertanian milik


masyarakat Desa Sumberarum yang sudah terpasang jaringan irigasi
sprinkler.Ukuran lahan yang akan digunakan untuk pengujian sekitar 25 m x 25 m
dengan menggunakan sistem perpipaan. Pipa utama berdiameter ¾ inchi
mengalirkan air ke pipa diameter ½ inchi dan pada ujungnya terdapat sprinkler
sebagai metode penyiraman untuk tanaman-tanaman. Air irigasi bersumber dari
tanah (sumur gali) yang memiliki kedalaman sekitar 7-10 m, yang berada di salah
satu bagian sudut lahan persawahan (tempat penelitian) sebelah bangunan gubuk.
Pada penelitian ini pompa irigasi yang digunakan adalah tipe submersible yang
penempatannya dicelupkan ke dalam sumber air sehingga tidak terlihat dari luar.
Spesifikasi pompa ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Sementara untuk sistem hidroponik juga akan ditempatkan pada lahan yang
sama di samping bangunan gubuk. Karena panel surya yang akan menjadi suplai
pompa hidroponik juga berada di atap bangunan gubuk tersebut. Sirkulasi air pada
sistem hidroponik akan terus berputar selama 24 jam sesuai settingan waktu kerja
pompa. Spesifikasi pompa hidroponik yang digunakan adalah pompa celup tipe

7
Sunsun JTP-10000 dengan daya 80 W/220 V. Desain tata letak penelitian sistem
pompa irigasi sprinkler dan pompa sirkulasi hidroponik tenaga surya ditunjukkan
pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4
Tabel 2. 1 Spesifikasi Pompa Irigasi
Uraian Spesifikasi
Tipe 2.5DMDB.1.5/17
Daya Dorong Max 50 M
Kapasitas 35 Liter/Menit
Daya 250 W
Voltage/Hz 220 V/50 Hz
Kecepatan 2900 Rpm
Diameter Pompa 2.5 Inchi
Pipa Outlet 1 Inch

Gambar 2.3 Desain Tata Letak Irigasi Sprinkler dan Media Tanam Hidroponik

Gambar 2.4 Desain Tata Letak Penelitian

2.3. Penentuan Spesifikasi Komponen


Perhitungan untuk menentukan jenis dan spesifikasi pada komponen utama perlu
dilakukan supaya sistem dapat beroperasi sesuai yang direncanakan. Di sisi lain juga
sebagai alternatif pemilihan komponen yang masih bisa digunakan dengan
pertimbangan jumlah budget yang tersedia.

8
Pada sistem kerja pompa irigasi tenaga surya, pompa (spesifikasi pada Tabel
2.1) dirancang dapat beroperasi sampai 12 jam dalam satu hari. Maka perhitungan
spesifikasi komponen utama sebagai berikut:

- Kapasitas panel surya => P pompa x T operasi=250 W x 12 Jam=3000 Wh


(rata-rata lama penyinaran 4 jam berdasarkan data referensi yang digunakan)
3000Wh
= =750℘ ~ 900 WP atau 9 buah panel surya kapasitas 100 WP
4 jam
diparalel.
- Baterai yang digunakan 12 V
Kebutuhan baterai mempertimbangkan hari otonomi, atau hari-hari dimana matahari
tidak bisa bersinar maksimal karena cuaca. Sehingga sistem tetap aktif walaupun
cuaca mendung. Pada sistem ini diasumsikan panel surya tidak bisa mengkonversi
daya matahari selama 2 hari, karenanya kebutuhan daya harus dikalikan dengan 2.
Selain itu faktor efisiensi baterai juga diperhitungkan supaya saat pemakaiannya
tidak semua daya terpakai sampai habis.
2 x 3000 Wh
= 980 Ah ~ 1000 Ah
0.85 x 0.6 x 12 V
Kapasitas baterai yang digunakan adalah 200 Ah sehingga dibutuhkan 5 buah
baterai.
- Inverter yang digunakan spesifikasi 12 VDC to 220 VAC dengan daya 500 Watt.
- MPPT yang digunakan harus mampu dialiri jumlah total arus maksimum dari setiap
panel surya yang digunakan. Sesuai spesifikasi yang digunakan = 8 x 6.5 A= 60 A .

Sementara untuk sistem pompa sirkulasi hidroponik, pompa yang digunakan


memiliki daya 80 W dan dirancang dapat bekerja selama 24 jam. Aki direncanakan
kapasitasnya harus mampu mensuplai pompa selama 24 jam ketika dengan sumsi
tenaga surya tidak menghasilkan energi atau sangat kecil. Pemilihan rancangan ini
karena sirkulasi air yang mengandung nutrisi sangat berpengaruh terhadap hasil
bagus tidaknya tumbuhan berkembang dan kualitas hasil panen sehingga untuk
tahap awal atau edukasi kepada masyarakat desa, sistem perlu dirancang sebaik
mungkin. Seiring berjalannya waktu masyarakat akan tahu berbagai permasalahan
tanam hidroponik dan cara mengatasinya.
- Kapasitas panel surya => P pompa x T operasi=80 W x 24 Jam=1920 Wh
(rata-rata penyinaran 4 jam)
1920Wh
= 600 ℘ atau 6 buah panel surya kapasitas 100 WP diparalel
4 jam
- Baterai yang digunakan 12 V
2 x 1920 Wh
= 627 Ah ~ 700 Ah
0.85 x 0.6 x 12 V

9
- Kapasitas baterai yang digunakan adalah 100 Ah sehingga dibutuhkan 7 buah
baterai.
- Inverter yang digunakan spesifikasi 12 VDC to 220 VAC dengan daya 200 Watt.
- SCC yang digunakan harus mampu dialiri jumlah total arus maksimum dari setiap
panel surya yang digunakan. Sesuai spesifikasi yang digunakan = 6 x 6.5 A= 60 A

2.4. Implementasi dan Analisa


Pada tahap ini alat dilakukan pengujian terhadap sistem kontrol IoT dan
implementasi pada instalasi irigasi sprinkler dan sirkulasi air hidroponik. Data yang
akan diambil adalah lama waktu operasional pompa, kinerja otomatisasi kontrol IoT,
efisiensi biaya dan kinerja setiap komponen utama seperti MPPT/SCC, aki dan
inverter. Setelah itu data yang didapat akan menjadi analisa dan perbandingan
terhadap sistem yang digunakan sebelumnya (diesel bahan bakar solar) dan juga
terhadap desain perhitungan teoritis. Kemudian dari hasil analisa alat selama kurang
lebih 1-4 bulan ke depan, nantinya akan mengarah kepada perlunya pengembangan
alat baik dari sisi kuantitasnya maupun penambahan variabel input berupa sensor
pada sistem kontrol.

10
BAB III
ANALISA PRODUK & PASAR

3.1 Market Opportunity


Dalam manajemen sebuah projek yang baik, diperlukan analisa terhadap model
dari alat yang dikerjakan dan juga impact yang dihasilkan. Dengan adanya analisa
sisi internal dan eksternal, maka kesimpulan seberapa besar peluang sebuah projek
ini akan diterima, berdampak positif, dan berkelanjutan bisa diketahui. Pada projek ini
metode analisis yang digunakan adalah SWOT. Tabel 3.1 menunjukkan hasil analisa
dengan metode SWOT.
Tabel 3.1 Analisis SWOT
INTERNAL FACTOR
STRENGTHS (+) WEAKNESSES (-)
Membutuhkan Pengecekan Komponen
Teknologi Ramah Lingkungan
Secara Berkala
Biaya Operasional Kecil (Perawatan
Biaya Investasi Awal Besar
Berkala)
User Friendly; Kontrol & Monitor dari Membutuhkan Tambahan Tempat untuk
Smartphone / Real Time (IoT) Panel Kontrol dan Komponen
Variabel Kontrol Hanya Berdasarkan
Kecerdasan Sistem Dibuat Sederhana Waktu (Belum yang lain, misal
kelembaban tanah, PH air, dll)
Menjamin Ketersediaan Air di Musim
Kemarau
Hasil Sayuran Berkualitas Paling Baik  
(Organik)
Efisiensi Lahan untuk Tanaman Organik
EKSTERNAL FACTOR
OPPORTUNITIES (+) THREATS (-)
Menjamin Hasil Panen Pertanian Setiap Petani Desa Tidak Semua Pengguna
Musim Smartphone
Masyarakat yang Masih Belum Open
Lebih Ekonomis dari Pompa Diesel BBM
Mind Terhadap Teknologi
Petani Mudah Mempelajari Operasional Perubahan Sosial di Masyarakat
Sistem yang Dirancang Sederhana Terhadap Digitalisasi
Belum Ada yang Menggunakan di Sekitar
Wilayah Implementasi ( Min. Satu
Kecamatan)
Meningkatkan Perekonomian dan
Pemberdayaan Masyarakat (Kelompok
Tani & Ibu PKK)
 
Pemasaran Hasil Sayuran Organik Sesuai
Pasarnya Melalui Gapoktan (Pemda
Blitar)
Go Comercial (Membuka Lapangan Kerja
Seiring Semakin Bertambah Titik
Implementasi)
11
Berdasarkan analisa SWOT, sistem irigasi dan smart hidroponik tenaga surya
memiliki dampak besar terhadap peningkatan hasil pertanian masyarakat Desa
Sumberarum baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sementara untuk hasil
tanaman hidroponik, pemasarannya langsung melalui Gapoktan (Gabungan
Kelompok Tani) milik Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. Sebagian besar kendala
yang ada adalah bahwa tidak semua masyarakat khususnya para petani dan ibu-ibu
PKK sudah menggunakan smartphone; mindset masyarakat yang masih ekslusif
terhadap teknologi di sektor pertanian. Sehingga harus ada upaya untuk mengatasi
hal ini, salah satunya dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
Pendekatan secara persuasif merupakan pilihan terbaik untuk membuka cara
pandang sempit terhadap perkembangan teknologi.

3.2 Kompetitor Benchmarking


Berdasarkan hasil survei di Desa Sumberarum serta wawancara dengan kepala
desa dan petani setempat, sampai saat ini sistem irigasi di lahan pertanian hanya
menggunakan pompa diesel bahan bakar minyak (BBM). Terutama pada musim
kemarau, hampir setiap petani pasti menggunakan pompa diesel BBM. Sementara
metode pertanian yang ada di wilayah tersebut masih secara konvensional. Untuk
memudahkan dalam pemetaan kompetitor, maka akan diurai menjadi beberapa
indikator dari kinerja sistem.
a) Sistem Pompa Irigasi
Sampai saat ini kompetitor yang ada di wilayah Desa Sumberarum terkait
sistem pompa irigasi untuk pengairan lahan pertanian ada dua jenis, yaitu
pompa BBM dan pompa listrik. Kedua jenis ini termasuk teknologi
konvensional yang sering digunakan para petani di wilayah Kabupaten Blitar.
Jika diandingkan dengan sistem pompa irigasi tenaga surya, maka sistem
akan jauh lebih ekonomis, karena secara prinsip sistem mendapat sumber
energi dari panel surya sehingga tidak membutuhkan biaya operasional untuk
menghidupkan pompa.
b) Sistem Tanam Hidroponik
Di Desa Sumberarum belum ada sistem pertanian selain metode
konvensional. Jika implementasi projek alat ini bisa terealisasi, maka sistem
tanam hidroponik tenaga surya ini akan menjadi yang pertama dan berbasis
pemberdayaan masyarakat oleh kelompok ibu PKK. Akan tetapi dalam
jangkauan yang lebih luas (se-kabupaten Blitar) tanam hidroponik sudah ada
dengan skala kepemilikan individu meskipun jumlahnya belum banyak. Pada
akhirnya mereka termasuk kompetitor dari usaha hidroponik yang akan
dikelola kelompok masyarakat. Strategi pemasaran yang tepat menjadi
langkah untuk tetap mendapatkan income secara stabil dalam sebuah
persaingan.

12
c) Media Kontrol IoT
Teknologi IoT (Internet of Things) di era saat ini sudah sangat banyak dan
bermacam-macam model penerapannya. Di sektor pertanian dan tanam
hidroponik, teknologi IoT bisa digunakan untuk kontrol dan monitor kerja
pompa melalui device smartphone. Berdasarkan hasil survei yang telah
dilakukan, para petani dan masyarakat Desa Sumberarum sudah mempunyai
smartphone untuk media komunikasi berbasis data internet. Dengan adanya
implementasi dan realisasi projek ini, bisa menjadi daya tarik masyarakat
untuk belajar dan semakin bertambah titik-titik lokasi sistem irigasi dan smart
hidroponik tenaga surya berbasis kontrol IoT.

Berdasarkan uraian di atas, kompetitor yang ada hanya menawarkan satu sistem:
pertanian konvensional saja atau hidroponik saja. Sedangkan pada projek ini ada dua
sistem metode pertanian sebagai cara untuk optimalisasi lahan, pemerataan ekonomi
dan pemberdayaan masyarakat sektor agraris yaitu konvensional dan tanam
hidroponik. Keunggulan lainnya adalah pemanfaatan teknologi IoT sebagai media
kontrol dan monitor kineja pompa; pompa irigasi pada sistem konvensional; dan
pompa sirkulasi pada sistem tanam hidroponik. Selain itu strategi pemasaran yang
digunakan adalah bekerja sama dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) milik
Pemerintah Kabupaten Blitar sehingga market produk bisa langsung dijangkau oleh
konsumen dan mengurangi permainan harga oleh para mafia. Tabel 3.2 menunjukkan
analisa kompetitor secara rinci.
Tabel 3.2 Analisa Kompetitor

Subjek Kompetitor 1 Kompetitor 2 Amazing Team

Pertanian Tanam Konvensional &


Media Pertanian
Konvensinal Hidroponik Hidroponik
Tenaga Surya dengan
Tenaga Pompa BBM & Listrik PLN Listrik PLN
Battery Storage
Sesuai Tarif
Biaya Operasional ± Rp 50.000 Tidak Ada
Dasar Listrik
Manual & Otomatis (IoT
Media Kontrol Manual Manual
via Smartphone )

13
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN

4.1 Rincian Kegiatan


Berikut ini adalah rincian kegiatan dalam pengembangan prototipe. Dimulai dari
Identifikasi masalah hingga implementasi prototipe dan melakukan evaluasi terhadap
implementasi yang dilakukan.

4.1.1 Identifikasi Masalah


Tahap identifikasi masalah, dilakukan sebagai upaya untuk mendefinisikan
masalah yang ada dan membuat permasalahan tersebut dapat diukur dan diuji.
Sehingga, dari tahap ini dapat menentukan apa saja yang menjadi bagian inti dari
sebuah penelitian. Di desa Sumberarum, Kabupaten Blitar terdapat berbagai
permasalahan khususnya pada sektor pertanian. Dari permasalhan tersebut
diidentifikasi mulai dari Sumber Daya Manusia yakni petani, Sumber Daya alam
yaitu: area persawahan, kondisi dengan sumber air, dan faktor lain seperti kebijakan
pemerintah desa, dan lain-lain yang mempengaruhi permasalahan di sektor
pertanian.

4.1.2 Studi Literatur


Langkah selanjutnya adalah studi literatur terhadap permasalahan yang sudah
teridentifikasi. Pendekatan penelitian dilakukan dengan cara mencari referensi atas
landasan teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan di
sektor pertanian desa Sumberarum, Wates, Kabupaten Blitar. Selain referensi dari
jurnal maupun penelitian terkait, dilakukan pencarian referensi kepada para praktisi
untuk dapat menyelaraskan dengan penyelesaian tepat sasaran.

4.1.3 Survei lapangan


Selanjutnya dilakukan survei lapangan di area persawahan desa Sumberarum,
Wates, Kabupaten Blitar. Dari survei lapangan diperoleh dokumentasi fisik terkait
keadaan tempat pengujian, dan beberapa hasil wawancara dengan pihak terkait,
yakni petani, dan perangkat desa. Selain itu, kami melakukan pengukuran terkait
data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang telah dipaparkan melalui
wawancara secara langsung.

4.1.4 Pengolahan Data


Dari survei lapangan didapat beberapa data terkait sektor pertanian yang sudah
dikaji pada studi literatur. Didapatkan beberapa data terkait sektor pertanian di desa
Sumberarum:

14
Tabel 4.1 Survei Lapangan
No Indikator Kondisi
.
Letak sumber air dengan ± 200-800 meter, topografi dataran tinggi
1.
persawahan
2. Ketersediaan diesel ± 10
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk
3. Kondisi Ekonomi
Desa Sumberarum Rp.30,000 per hari
Ketersediaan lahan ±200,96 Ha
4.
persawahan dan lahan kering
Mata pencaharian 78,31% petani
5.
masyarakat
Panas matahari (tinggi), angin (sedikit
6. Potensi SDA lain
kencang)

4.1.5 Analisa Solusi


Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menghubungkan
permasalahan dengan data real yang ada di lapangan. Beberapa solusi dipaparkan
pada tahap ini. Sehingga dilakukan analisis dengan dampak solusi yang paling
signifikan. Selain itu juga dihubungkan dengan ketersediaan SDM, dan SDA dalam
menjalankan solusi yang diambil.

4.1.6 Pengumpulan Alat dan Bahan


Kemudian setelah solusi ditentukan langkah selanjutnya mengumpulkan alat dan
bahan yang akan menunjang penyelesaian permasalahan. Dalam tahap ini
diperlukan prototipe dengan kualitas yang baik. Sehingga perlu dilakukan survei alat
dan bahan untuk menentukan pilihan terbaik yang akan diimplementasikan pada
pengembangan prototipe yang diusulkan.

4.1.7 Perancangan Sistem


Didukung potensi Sumber Daya Alam yang ada disertai dengan perkembangan
teknologi maka langkah yang diambil dalam menyelesaikan permasalahan agar
efektif dan efisien adalah menghubungkan keduanya. Pemanfaatan SDA sebagai
pembangkit energi akan optimal ketika dimaksimalkan pemanfaatannya namun tanpa
mengurangi kualitas yang dihasilkan. Dengan potensi lahan kering yang luas
merupakan peluang untuk memperluas media tanam pertanian. Namun dalam hal ini
digunakan metode lain dengan tetap memanfaatkan ketersediaan SDA sebagai
pembangkit energi.

4.1.8 Pengujian Alat dan Sistem


Setelah perancangan dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menguji hasil
rancangan di area persawahan desa Sumberarum. Dilakukan pengujian alat dengan
beberapa case, sehingga ketika ditemui beberapa kondisi yang mungkin terjadi saat
penggunaan alat dapat diatasi secara cepat dan tepat.
15
4.1.9 Sosialisasi dan implementasi penggunaan kepada Masyarakat
Setelah perangkat prototipe berfungsi maka akan dilakukan sosialisasi terkait
penggunaan prototipe tersebut. Sosialisasi dilakukan dengan bimbingan terkait
simulasi prototipe, kemudian dilanjut secara langsung di area persawahan. Untuk
masyarakat yang masih kesulitan dalam mengoperasikan prototipe kan dilakukan
bimbingan secara individu. Selain itu akan dicetak buku petunjuk manual
penggunaan prototipe sehingga memudahkan masyarakat.

4.1.10 Evaluasi
Langkah terakris dalam kegiatan ini adalah evaluasi terhadap prototipe. Akan
dilakukan survei ulang kepada masyarakat terkait kelayakan prototipe yang telah
digunakan. Evaluasi yang berdampak pada pengembangan terus menerus untuk
mencapai kepuasan masyarakat dalam menggunakan prototipe ini. Sehingga
permasalahan yang selama ini mengganggu dapat segera teratasi. Metode evaluasi
dapat secara wawancara langsung maupun penyebaran angket kuisioner.

3.3 Jadwal Pelaksanaan


Pada pelaksanaan kegiatan dari penelitian dan pengembangan prototipe
ditentukan jadwal kegiatan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan


Tahun 2021 Tahun 2022
September Oktober November Desember Januari Februari
No Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan Komponen
1 (Pemesanan, Pengiriman,
Pengecekan)
Pemasangan Panel Surya &
2 Komponen Utama Panel Kontrol
Sistem Irigasi
Perakitan Kontrol IoT Pompa
3
Irigasi dan Pengujian Sistem
Perancangan Instalasi
4
Hidroponik
Pemasangan Panel Surya &
5 Komponen Utama Panel Kontrol
Smart-Hidroponik
Perakitan Kontrol IoT Smart-
6
Hidroponik & Pengujian Sistem
Pengujian Kinerja Sistem Pompa
7 Irigasi dan Smart-Hidroponik
Secara Keseluruhan
Sosialisasi Implementasi Projek
8 Kepada Masyarakat (Kelompok
Tani dan Ibu PKK)

16
3.4 Lokasi Pelaksanaan (Lokasi untuk Implementasi Prototipe)
Pengujian alat akan dilakukan di lahan persawahan Desa Sumberarum, Wates,
Kabupaten Blitar. Berikut ini adalah dokumentasi terkait kondisi lokasi:

Gambar 4.1 Geografis desa Sumberarum


Sumber : Google Earth

Gambar 4.2 Kondisi Persawahan desa Sumberarum


Sumber : Dokumentasi Pribadi

17
3.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Adapun rincian dari Rencana Anggaran Biaya adalah sebagai berikut ini :

Tabel 4.3 Rencana Anggaran Biaya

LAMPIRAN – LAMPIRAN

18
Lampran 1. Lembar Pernyataan Orisinalitas Ide

19
Lampran 2. Surat Perjanjian Kerjasama

20

Anda mungkin juga menyukai