Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MANAGEMENT TRAINEE

DEPARTEMEN PRODUKSI
PERAN RADIO KOMUNIKASI TERHADAP TERJADINYA
INSIDEN

NAMA : DANDUNG YUNIANTO


DEPARTEMEN : HSE
PT. WAHANA BANDHAWA KENCANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecelakaan menurut (AS/NZS 4801:2001 dalam buku Triyono, M.B. 2014)
merupakan kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan kerusakan, cidera,
kesakitan, dan kerugian lainnya. Kecelakaan umumnya tidak hanya terjadi akibat satu
faktor penyebab, namun dipengaruhi banyak faktor penyebab lain, salah satunya adalah
kegagalan penyampaian informasi melalui radio. Dari data register insiden PT. Wahana
Bandhawa Kencana tahun 2021, tercatat 5 dari 42 kasus diantaranya karena informasi
yang tidak tersampaikan melalui radio. Kegagalan penyampaian informasi dari/dan pada
operator/driver menjadi penyebab terjadinya insiden.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya penyampaian komunikasi yang kurang
efektif.
1.3 Tujuan
1. Untuk menentukan cara penyampaian informasi yang efektif dan efisien
menggunakan radio komunikasi.
1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan rekomendasi pengendalian yang sesuai dengan hirarki
pengendalian perusahan dalam mengurangi terjadinya kegagalan penyampaian
informasi melalui radio komunikasi.
1.5 Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan pada operasi PT. Wahana Bandhawa Kencana departemen
produksi.
2. Penelitian hanya mengambil 5 kasus insiden tahun 2021 yang berkaitan dengan
kegagalan penyampaian informasi.
3. Hanya mengambil dari 5 kasus insiden yang tejadi pada Dayshift.

1
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan, dan
menimbulkan kerusakan. Kerusakan dapat berupa produksi berkurang, cidera, dan
kematian (Wienen et al., 2017). Menurut OHSAS 18001:2007, kecelakaan adalah
kejadian berhubungan dengan pekerjaannya yang menyebabkan cidera, penyakit
kesehatan, dan kematian. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Worksafe Australia
National Standards tahun 1990 adalah sebagai berikut:
1. Jatuh dari atas ketinggian.
2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
7. Terpajan suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9. Pergerakan berlubang dengan pengangkatan oto yang rendah
10. Otot tegang lainnya.
11. Kontak dengan listrik
12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13. Terpajan radiasi
14. Kontak tunggal dengan bahan kimia
15. Kontak jangka panjang
16. Kontak lainnya dengan bahan kimia
17. Terpajan faktor biologi
18. Terpajan faktor stress mental
19. Longsor atau runtuh
20. Kecelakaan kendaraan
2.2 Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja
Menurut (Heinrich, 1931 dalam buku Triyono, M. B, 2014), kecelakaan kerja
dikategorikan menjadi dua penyebab, yaitu:
1. Tindakan tidak aman (unsafe action), yaitu penyebab kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh kesalahan manusianya sendiri yang melakukan tindakan tidak aman.
2. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu penyebab kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia.
3. Takdir Tuhan.
Sedangkan menurut ILO (International Labour Organization) dalam jurnal
(Syafiq, 2018), terdapat tiga faktor kecelakaan kerja, antara lain:
1. Faktor peralatan teknis, yaitu faktor yang menyangkut masalah peralatan yang
digunakan ketika bekerja, seperti mesin-mesin yang sudah tidak layak digunakan.
2. Faktor lingkungan kerja, yang menyangkut lingkungan fisik di tempat kerja maupun
lingkungan sosial psikologis yang lebih luas.
3. Faktor manusia, yang menyangkut tenaga kerja yang tidak mengetahui cara bekerja
yang aman, tidak mematuhi seluruh peraturan dan persyaratan kerja, melakukan
pekerjaan dengan semaunya.

2
2.3 Radio Komunikasi
Dalam area pertambangan, dibutuhkan alat yang bisa membantu pekerja untuk
berkomunikasi dengan pekerja dengan efektif dan efisien, radio merupakan alat yang
dipilih untuk membantu pekerja berkomunikasi dengan pekerja lain. Radio HT (Handy
Talky) dan radio RIG merupakan alat komunikasi yang biasa digunakan dalam industri
pertambangan. Radio RIG dan radio HT memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai alat
berkomunikasi, namun yang membedakan adalah model radio dan daya pancar sinyal.
Ukuran radio HT sebesar genggaman tangan manusia, sedangkan ukuran radio RIG lebih
besar dari radio HT. Kelebihan dari radio RIG adalah daya pancar sinyal yang lebih kuat
ketimbang daya pancara radio HT, sehingga terkadang ketika penyampaian informasi
melalui radio HT terpotong karena daya pancar sinyal radio RIG ketika menyampaikan
informasi.

3
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini dibutuhkan proses yang terstruktur sehingga didapatkan langkah-
langkah yang sistematik dalam pelaksanaanya. Adapun langkah-langkah penelitian ini sebagai
berikut:
3.1 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini merupakan langkah awal penelitian yaitu mengidentifikasi
masalah yang akan diteliti serta merumuskan rumusan masalah, tujuan, dan batasan
masalah.
3.2 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat dua macam data yang diambil, yaitu data primer
dan data sekunder.
3.2.1 Data Primer
Data primer merupakan data pengamatan monitoring radio komunikasi yang
dilakukan selama dayshift untuk mengamati konteks pembicaraan operator.
Pengamatan dilakukan di radio rig pos checker.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia yang berupa data insiden
dan laporan investigasi tahun 2021, data jumlah radio dan jenis radio di departemen
produksi.
3.3 Pengolahan Data
Pengolahan data dimulai dengan mengumpulkan data insiden dan laporan
investigasi tahun 2021 yang terkait kegagalan penyampaian informasi melalui radio
komunikasi. Kemudian melakukan monitoring radio komunikasi selama satu hari
dayshift untuk mengetahui frekuensi komunikasi mengenai pekerjaan, frekuensi
komunikasi yang tidak terkait pekerjaan, dan frekuensi gangguan radio. Setelah
melakukan monitoring, kemudian membuat grafik monitoring radio komunikasi
dengan pembagian per 1 jam yang dimulai dari 06.00-18.00. Kemudian membuat
diagram lingkaran untuk mengetahui persentase hasil monitoring radio komunikasi
2.4 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap terakhir, peneliti akan menyimpulkan hasil analisis dan menjawab
tujuan penelitian yang dilakukan serta memberikan rekomendasi pengendalian sebagai
langkah corrective actions.
2.5 Diagram Alir Penelitian
Berikut adalah diagram alir yang menjelaskan tahapan-tahapan penelitian mulai
dari identifikasi masalah, penentuan rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,
pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan dalam menyelesaikan penelitian ini.

4
Mulai

Identifikasi masalah

Penentuan rumusan masalah,


tujuan, batasan masalah

Pengumpulan data

Data primer Data sekunder


1. Data monitoring radio 1. Data insiden 2021
komunikasi Dayshift 2. Data laporan insiden 2021
3. Data jumlah radio dan jenis
radio di departemen produksi

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

5
4 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan adalah laporan investigasi insiden yang berkaitan dengan
kegagalan penyampaian informasi radio.
4.1.1 Kasus insiden WHT-005 dengan WDZ-008 (20 Mei 2021)

Hasil investigasi:
1. Sdri. Isti Kumalasari mengoperasikan WHT-005.
2. Sdri. Isti melakukan loading OB dengan posisi terlalu dekat dengan WDZ-008.
3. Sdr. Apriyanto mengingatkan kepada Sdri. Isti (operator WHT) dan Sdr. Dedi
(operator WDZ) untuk stop.
4. Senggolan antara WHT dengan WDZ sudah tidak dapat dihindari karena radio
crowded.
Kerugian yang didapat:
1. Box emergency on/off WDZ-008 mengalami rusak.
2. Lampu rotary WHT-005 pecah.
3. Kaca spion WHT-005 pecah.

4.1.2 Kasus insiden WDZ-001 (22 Juni 2021)

6
Hasil investigasi:
1. Sdr. Andrika mengoperasikan WDZ – 001 untuk melakukan support dorong
material di disposal atas.
2. Pada saat melakukan pendorongan dapat kontak radio dari Sdr. Candra Operator
WHT – 006 untuk ijin dumping di disposal atas.
3. Sdr. Andrika menyampaikan bahwa tidak diijinkan untuk dumping diatas.
4. Sdr. Candra tidak mendengar adanya komunikasi dari Sdr. Andrika.
5. WHT-006 menabrak WDZ-001 ketika akan melakukan dumping.
Kerugian yang didapat:
1. Kaca kabin sebelah kiri WDZ-001 mengalami pecah (biaya perkiraan Rp.
3.000.000.
2. Adanya goresan pada sisi kanan vessel WHT-006.
3. Adanya penyok pada bagian kabin sebelah kiri atas.

4.1.3 Kasus insiden WHT-023 (4 Agustus 2021)

Hasil investigasi:
1. Sdr. Ridwan mengoperasikan WHT-023 untuk melakukan proses dumping.
2. Sdr. Andrika (group leader) menginstruksikan ke Sdr. Ridwan untuk dumping di
bawah.
3. Dari instruksi tersebut, Sdr. Ridwan berinisiatif turun ke disposal bawah dengan
memotong jalur dumpingan yang bukan merupakan akses jalan, dengan anggapan
jalur tersebut aman untuk dilewati.
4. Unit WHT yang dioperasikan oleh Sdr. Ridwan mengalami amblas.
Kerugian yang didapat:
1. Nihil.

7
4.1.4 Kasus insiden WHT-012 (11 Agustus 2021)

Hasil investigasi:
1. Sdr. Fandora mengoperasikan WEX-001 untuk melakukan proses loading pada
WHT-011.
2. Sdr. Pilipus memposisikan WHT-011 parkir mundur untuk siap dilakukan
loading.
3. Pada saat yang bersamaan, WEX-001 bergerak maju untuk proses loading.
4. Sdr. Fandora memberikan isyarat klakson dan komunikasi radio ke Sdr. Pilipus,
namun tidak ada respon.
5. WEX-011 mengenai vessel bagian kiri WHT-011 sehingga terdapat goresan.
Kerugian yang didapat:
1. Bagian vessel WHT-011 tergores.
Dari empat kasus insiden yang telah disebutkan, diketahui waktu kejadian sebagai
berikut:
1. Kasus insiden 20 Mei 2021 terjadi pada pukul 13.30
2. Kasus insiden 22 Juni 2021 terjadi pada pukul 16.15
3. Kasus insiden 4 Agustus 2021 terjadi pada pukul 10.40
4. Kasus insiden 11 Agustus 2021 terjadi pada pukul 17.45
4.2 Jenis dan Jumlah Radio
Departemen produksi memiliki merek dan jumlah radio sebagai berikut:
1. Radio HT ICOM IC V80 sebanyak 9 unit.
2. Radio HT Motorola XiRP 6620i sebanyak 7 unit.
3. Motorola XiR M3668 sebanyak 87 unit

8
4.3 Monitoring Komunikasi Radio
Monitoring radio dilakukan menggunakan radio rig post checker selama 06.00-18.00. Diagram hasil monitoring komunikasi radio
dapat dilihat sebagai berikut.

Hasil Monitoring Komunikasi Radio Day Shift


160
137
140
121
120 109
99
100
75 78
80

60 52 53 52
44 45
40 35
21 21 25 25 21 19
14 14 11 18 18 16 17
20 11 13 9
6 8 5 4
2
0
06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-11.20 13.30-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00

Komunikasi Terkait Pekerjaan Komunikasi Tidak Terkait Pekerjaan Gangguan Komunikasi

9
Dari diagram hasil monitoring komunikasi radio, kemudian membuat diagram
lingkaran untuk mengetahui persentase hasil monitoring komunikasi radio sebagai berikut.

PERSENTASE HASIL
MONITORING KOMUNIKASI
RADIO
Komunikasi terkait pekerjaan
Komunikasi tidak terkait pekerjaan
Gangguan Komunikasi

11%

21%

68%

Dari diagram lingkaran tersebut, dapat diketahui persentase masing-masing komunikasi yaitu:
1. Komunikasi terkait pekerjaan sebesar 68% yang meliputi:
a. Komunikasi antara pengawas dengan operator.
b. Komunikasi antara checker dengan pengawas.
c. Komunikasi antara checker dengan operator.
d. Komunikasi antara operator dengan operator.
e. Komunikasi antara checker dengan checker.
f. Komunikasi antara pengawas dengan pengawas.
g. Komunikasi antara pengawas dengan departemen lain.
h. Komunikasi antara checker dengan departemen lain.
2. Komunikasi tidak terkait pekerjaan sebesar 21% yang meliputi:
a. Operator bercanda dengan operator lain.
b. Operator membicarakan hal yang di luar pekerjaan.
3. Gangguan komunikasi
a. Dabling radio.

10
4.4 Hasil Monitoring Radio Komunikasi Berdasarkan Waktu Terjadinya Insiden
4.4.1 Kasus insiden 20 Mei 2021
Kasus insiden pada WHT-005 dan WDZ-008 terjadi pada pukul 13.30, berikut hasil
monitoring radio komunikasi pada pukul 13.30-14.00.

JAM 13.30-14.00
Komunikasi terkait pekerjaan Komunikasi tidak terkait pekerjaan
Gangguan komunikasi

5%

37%
58%

Komunikasi tidak terkait pekerjaan (operator bercanda dengan operator lain, operator
membicarakan hal yang di luar pekerjaan) sebanyak 37% dan gangguan komunikasi
(dabling radio) sebanyak 5% menjadi peran penyebab kegagalan penyampaian
informasi melalui radio.

4.4.2 Kasus insiden 22 Juni 2021


Kasus insiden pada WDZ-001 terjadi pada pukul 16.15, berikut hasil monitoring
radio komunikasi pada pukul 16.00-17.00.
JAM 16.00-17.00
Komunikasi terkait pekerjaan Komunikasi tidak terkait pekerjaan
Gangguan komunikasi

11%

28%
61%

Komunikasi tidak terkait pekerjaan (operator bercanda dengan operator lain, operator
membicarakan hal yang di luar pekerjaan) sebanyak 10% dan gangguan komunikasi
(dabling radio) sebanyak 4% menjadi peran penyebab kegagalan penyampaian
informasi melalui radio.

11
4.4.3 Kasus insiden 4 Agustus 2021
Kasus insiden pada WHT-023 terjadi pada pukul 10.40, berikut hasil monitoring
radio komunikasi pada pukul 10.00-11.00.
JAM 10.00-11.00
Komunikasi terkait pekerjaan Komunikasi tidak terkait pekerjaan Gangguan komunikasi

11%

35% 54%

Komunikasi tidak terkait pekerjaan (operator bercanda dengan operator lain, operator
membicarakan hal yang di luar pekerjaan) sebanyak 35% dan gangguan komunikasi
(dabling radio) sebanyak 11% menjadi peran penyebab kegagalan penyampaian
informasi melalui radio.
4.4.4 Kasus insiden 11 Agustus 2021
Kasus insiden pada WHT-012 terjadi pada pukul 17.45, berikut hasil monitoring
radio komunikasi pada pukul 17.00-18.00.
JAM 17.00-18.00
Komunikasi terkait pekerjaan Komunikasi tidak terkait pekerjaan
Gangguan komunikasi

4%
10%

86%

Komunikasi tidak terkait pekerjaan (operator bercanda dengan operator lain, operator
membicarakan hal yang di luar pekerjaan) sebanyak 10% dan gangguan komunikasi
(dabling radio) sebanyak 4% menjadi peran penyebab kegagalan penyampaian
informasi melalui radio.

12
5 BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas, maka diperlukan pengendalian agar dapat
menyampaikan informasi secara efektif melalui radio komunikasi, dengan cara:
1. Pengendalian administratif
a. Pembuatan SOP tentang Penggunaan Radio Komunikasi.
b. Sosialisasi terkait SOP tentang penggunaan Radio Komunikasi.
21. Praktik kerja
a. Melakukan peneguran pada operator yang menggunakan radio komunikasi
namun tidak ada kepentingan komunikasi terkait pekerjaan.
b. Mengganti seluruh radio ICOM dengan radio Motorolla.
3. Pengendalian administratif
a. Mengganti seluruh radio ICOM dengan radio Motorolla.

13
6 DAFTAR PUSTAKA

OHSAS 18001:2007. (2007). Occupational Health and Safety Management System. British
Standards Institution, England.
Syafiq, U., & Perdhana, M. S. (2018). Kecelakaan Kerja Pada Perusahaan Konstruksi : Sebuah
Telaah Literatur. Diponegoro Journal of Management, 1-9.
Triyono, M. B. (2014). Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Teknik
Universtias Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wienen, H. C. A., Bukhsh, F. A., Vriezekolk, E., & Wieringa, R. J. (2017). Accident Analysis
Methods and Models. A Systematic Literature Review.
Worksafe Australia National Standard. 1990. Workplace Injury and Disease Recording
Standard. The Council of Standards Australia, Australia.

14
7 LONG TERM PLAN

Rencana setelah SOP Penggunaan Radio Komunikasi di sah kan, kemudian dilakukan:
1. Sosialisasi kepada operator melalui:
a. Kegiatan P5M.
b. Melalui induksi karyawan baru/cuti.
c. Safety talk dengan tema penggunaan radio komunikasi terhadap terjadinya insiden.
2. Implementasi SOP
a. Memberikan sanksi berupa teguran pada operator yang menggunakan radio komunikasi
namun tidak ada kepentingan komunikasi terkait pekerjaan.

15
No : WBK-SOP-OPS-043

Tgl terbit : 30 Oktober 2021

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Revisi : 00


PENGGUNAAN RADIO KOMUNIKASI Halaman : 1 dari 3

ISI

1. TUJUAN
2. RUANG LINGKUP
3. DEFINISI
4. URAIAN STANDAR
5. DIAGRAM ALIR
6. DOKUMEN TERKAIT
7. REFERENSI

Kolom Pengesahan

Dibuat Oleh, Diperiksa Oleh, Disetujui Oleh,

Marthen Mandagi Erwin Tandi Langi Mario Palondongan


Supervisor Produksi Sr. Supervisor Produksi PJO

Riwayat Revisi

No Revisi Tanggal Penjelasan Perubahan Diajukan Oleh Disetujui Oleh

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGOPERASIAN RADIO KOMUNIKASI


No : WBK-SOP-OPS-043

Tgl terbit : 30 Oktober 2021

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Revisi : 00


PENGGUNAAN RADIO KOMUNIKASI Halaman : 2 dari 3

1. TUJUAN : - Memberikan penjelasan tentang tata cara menggunakan radio


komunikasi dan langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan
etika komunikasi untuk mengurangi crowded pada radio.
2. RUANG LINGKUP : 2.1 SOP ini berlaku untuk seluruh proyek PT. Wahana Bandhawa
Kencana.
2.2 SOP ini berlaku hanya untuk kegiatan di area tambang.

3. DEFINISI
3.1 Radio adalah alat komunikasi yang digunakan oleh pengawas/operator untuk penyampaian
informasi. Radio yang digunakan adalah radio HT dan radio rig.
3.2 Crowded adalah kondisi dimana terdapat banyak pengguna radio yang sedang berkomunikasi
dalam satu saluran/channel radio.
3.3 Dabling adalah kondisi dimana terpotongnya komunikasi pengguna radio akibat dari pengguna
radio yang lain.
4. URAIAN STANDAR
Uraian Standar Tanggung Jawab
4.1 Melakukan komunikasi radio dengan menggunakan Bahasa Pengguna radio
Indonesia dan memperhatikan etika berkomunikasi.
4.2 Memastikan radio komunikasi dalam kondisi layak dan siap Pengguna radio
digunakan.
4.3 Mengatur saluran radio sesuai dengan kebutuhan dan fungsi saluran Pengguna radio
radio.
4.4 Melakukan komunikasi secara singkat, jelas, dan seperlunya. Pengguna radio
4.5 Tidak melakukan pembicaraan yang tidak terkait pekerjaan sehingga Pengguna radio
mengakibatkan radio crowded.
4.6 Tidak memotong pembicaraan orang lain yang sedang berlangsung Pengguna radio
agar tidak terjadi dabling.
4.7 Merawat dan memelihara radio dan perlengkapannya secara baik Pengguna radio
dan benar.
4.8 Hindari komunikasi radio pada saat kondisi hujan petir. Pengguna radio
4.9 Memprioritaskan radio komunikasi apabila adanya kondisi Pengguna radio
emergency
4.10 Sebelum meninggalkan unit, pastikan radio unit/rig dalam kondisi Pengguna radio
nonaktif.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGOPERASIAN RADIO KOMUNIKASI


No : WBK-SOP-OPS-043

Tgl terbit : 30 Oktober 2021

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Revisi : 00


PENGGUNAAN RADIO KOMUNIKASI Halaman : 3 dari 3

5. DIAGRAM ALIR
Tanggung Jawab Diagram Alir

Mulai

Pengguna radio Pastikan kondisi radio


Pengecekan berfungsi dan siap
digunakan

Pengguna radio Pengaturan 1. Mengatur volume radio


radio 2. Mengatur saluran radio

1. Tekan tombol samping


radio untuk bicara
2. Melakukan komunikasi
Pengguna radio Komunikasi menggunakan Bahasa
radio Indonesia
3. Menyampaikan
komunikasi dengan jelas
Selesai dan seperlunya.

6. DOKUMEN TERKAIT
7. REFERENSI

8. DOKUMENTASI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGOPERASIAN RADIO KOMUNIKASI

Anda mungkin juga menyukai