Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2001; 717-740)
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah keseluruh tubuh dengan kebutuhan metabolisme.
(Priyanto, 2001; 420)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal menampkakkan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. (Noer, 2001)

B. Etiologi
Penyebab gagal jantung
1. Kelainan mekanis :
a. Peningkatan beban kanan
b. Sentral (stenosisi aorta, dsb)
c. Perifer (hipertensis sistemik, dsb)
d. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub,
peningaktan beban awal, dsb)
e. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mezralis
atau trikuspidalis)
f. Tekponade pericardium
g. Restriksi enddeardium atau miokordium
h. Aneurisma ventrikel
i. Disenergi ventrikel
2. Kelainan miokardium
a. Primer : kardiomiopati, miokardititis kelainan metabolic,
toksisitas (alkohol, kobalt, dsb)
Presbikardio

1
b. Kelainan dis dinamik sekunder (sekunder terhadap
kelainan mekanis)
- Kekurangan O2 (penyakit jantung koroner)
- Kelainan metabolik
- Penyakit sistemik
- Penyakit paru obstruksi menahun
3. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
- Henti jantung
- Fibrilasi
- Takikardia atau kardiokardia yang berat
- Asikroni listrik, gangguan konduksi (Price, 1994)
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontralitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Frekuensi jantung merupakan fungsi sistem
syaraf otonom, bila curah jantung berkurangh sistem saraf simpatus akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
memepertahankan curah jantung
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dana
kekuatan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung
normal masih dipertahankan, volume sekuncup merupakan sejumlah darah
yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor : preload,
kontraktifilitas dan afterload
- Pre load adalah sinonim letak starling pada jantung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya tegangan serabut jantung.
- Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium

2
- Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriola.
Pada gagal jantung jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut
terganggu hasilnya curah jantung berkurang kemudian dalam menentukan
pengukuran hemodinamika melalui prosedur pemantauan invase telah
mempermudah diagnosa gagal jantung kongestif dan mempermudah
penerapan terapi farmakologis yang efektif. (Smeltzer, 2001)

D. Manifestasi klinis
- Edema ektremitas bawah (edema dependen)
- Pertambahan BB
- Cardiomegali (pembesaran jantung)
- Dypsnoe
- Asites (penimbunan cairan dalam rongga peritoneum)
- Oliguria
- Lemah
- Lelah
- Pucat (Smeltzer, 2001)

E. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi
- Aspirin
- Anti koogulan
- Antagonis dan adren reseptor.
- Glikosida jantung, dioretik dan vasodilator
- Agonis receptor dopamine.
- Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung
Terapi non farmakologi
- Diet rendah garam
- Batasi cairan

3
- Menghindari alkohol
- Manajemen stress
- Aktivitas fisik (Priyanto, 2001)
F. Fokus intervention
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan aliran darah
keginjal sekunder akibat gagal jantung (Carpenito, 2001)
Tujuan : Volume cairan adekuat
Intervensi
- Pantau saluran urine (warna dan jumlah)
- Pantau keseimbangan intake dan out put.
- Pertahankan dudk atau tirah jantung
- Catat adanya edema tubuh umum (anasarkar)
- Rubah posisi dengan sering
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia sekunder akibat gagal jantung (Carpenito, 2001)
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
- Auskultasi bunyi usus
- Awasi masukan sesuai indikasi
- Ajarkan pasien makan sendiri
- Beri minum tambahan (susu, teh)
- Bantu pasien dalam pemberian makan
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah. (Doenges, 2000)
Tujuan : mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual.
Intervensi :
- Lihat pucat, sianosis .
- Pantau pernafasan,catat kerja pernafasan
- Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia
- Pantau intake dan catat perubahan saluran urine.
- Selidiki perubahan tiba-tiba/gangguan mental kontinu.

4
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler (Doenges, 2000)
Tujuan : mendemostrasikan ventilasi dan desigenasi adekuat

Intervensi :
- Auskulatsi bunyi nafas
- Dorong perubahan posisi sering
- Pertahankan duduk di kursi/tirah baring
- Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas.

5
BAB II
RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal5 juni 2006 jam 08.00 WIB
di ruang G RSU Tidar Magelang dengan auto anamnesa, pasien bernama Ny.
S umur 40 th, alamat kajoran rejosari bandungan, tanggal masuk 3 juni 2006
jam 12.00 WIB dengan no register 0484. diagnosa medis decompensasi
cordis. Penanggung jawab Tn.D, umur 40 th hubungan dengan pasien suami.
Keluhan utama yang diarasakan adalah pasien mengatakan sesak nafas
RR : 28x/mnt. Riwayat kesehatan sekarang 1 minggu sebelum pasien masuk
RSU Tidar Magelang, pasien mengeluhkan sesak nafas yang sangat berat,
kedua kaki bengkak, kemudian pada tanggal 3 juni 2006 jam 12.00 WIB,
keluarga pasien membawa pasien ke RSU Tidar Magelang oleh dokter
dianjurkan opname.
Riwayat kesehatan dahulu pasien dan keluarga mengatakan bahwa
pasien pernah opname dengan sakit yang sama tidak menderita penyakit
menular seperti TBC, dan tidak menderita penyakit keturunan seperti DM,
begitu juga didalam keluarga, tidak ada anggota keluarga yang menderita
decompensasi cordis maupun riwayat penyakit menular dan penyakit
keturunan.
Pada pengkajian pola fungsional menurut Virginia Handerson yang
mengalami gangguan diantaranya pada pola bernafas sebelum sakit pasien
tidakmempunyai gangguan pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x /mnt, tidak
menggunakan alat bantu dan selama sakit pasien mengalami sesak nafas,
frekuensipernafasan 28 x/menit, terpasang O21,5 lt/mnt. Pada pola nutrisi dan
metabolisme sebelum sakit pasien makan 3 x /hari dengan komposisi naasi,
lauk pauk dan sayur habis 1 porsi, minum ± 7-8 gelas 1 hari. Pola eliminasi :
pasien BAB 1 x/hari dengan konsistensi lunak, bau kha, warna kuning BAK,
4-5 x/hr tanoa ada gangguan, bau khas amoniak.
Pada pola agerak dan keseimbangan sebelum sakit pasien melakukan
aktivitas tanpa bantuan dan tidak ada keterbatasan dan selama sakit aktivitas

6
(personal hygiene) pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Pada pola
kebutuhan rasa aman dan nyaman sebelum sakit pasien merasa aman dengan
kondisi kesehatan yang tidak mengalami gangguan dan selama sakit kurang
nyaman karena pasien masih sesak nafas. Pada pola kebutuhana belajar pasien
dengan latar belakang pendidikan SD, pasien kurang thau penyebab
penyakitnya, pasien sesekali bertanya kepada perawat dan dokter tentang
perkembangan penyakitnya.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien composmentis,
penampilan lemah, tekanan darah 120/70 mmHg, respirasi 28 x/mnt, nadi 84
x/mnt, suhu 360 C. Kepala bentuk mecochepal, rambut hitam tidak beruban,
panjang lurus, persebaran merata, tidak ada ketombe dan tidak aa pembesaran
polip, terpasang selang O2, telinga bersih, tidak ada penumpukan serumen,
mulut bersih tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering, leher tidak ada nyeri
telan, tidak ada pemebesaran kelenjar tyroid, maka edema dada : paru-paru
simetris, ada tarikan intercosta, tidak ada nyeri tekanan terdengar suara
wheezing dan ronchi, ictus cordis teraba pada intercosta 4 dan 5m bunyi
gallop. Abdomen tidak ada luka bekas operasi, peristaltik usus 10 x/mnt.
Tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani, genetalia bersih, terpasang kateter,
anus bersih, tidak ada hemoroid. Ekstremitas superior terpasang infus D5 %
20 tts/mnt pada ekstremitas kiri tidak ada oedem dan lesi. Inferior tidak ada
luka, tidak ada lesi, terdapat oedema pada kedua ekstremitas.
Hasil pemeriksaan labolatorium tanggal 5 juni 2006 : Rho : ± 30 mg/dl,
URO ± 2,0 mg/dl, PH S1 0,56>1,030, BCP +++ over mg/dl. lEV 500 LBU/ml,
leukosit 20-30, eritrosit 30-50, epitel 2-6, protein total 5,73, normal 6,6 -8,8,
albumin 2,52, normal 3,8-5, globin 3,12 normal 2,3-3, therapy infus D5 %,
fossix 1 x 2 amp, laternal 1 x 1 tab, ciprolax 2 x1 tablet.

B. Analisa Data
1. Pada tanggal 5 juni 2006 didapatkan analisa data sebagai berikut ;
Data obyektif : pasien mengatakan sesaka nafas, badan lemas, dan data
obyektif : pasien tampak sesak, terapsang oksigen 3 lt/menit, respiratory
28 x/menit. Berdasarkan data diatas dapat dirumuskan, diagnosa

7
keperawatan tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas.
2. Pada tanggal 5 juni 2006 diperoleh data : pasien mengatakan tidak
nafsu makan dengan data objektif pasien makan ¼ porsi, lidah kotor dan
berat badan turun. Dari data diatas dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia mual, muntah.
3. Pada tanggal 5 juni 2006 diperoleh analisa data : pasien
mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya ditandai dengan pasien lemas,
bertanya kepada perawat. Dari data tersebut dapat dirumuskan bahwa
diagnosa keperawatan : kurabng pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan kurang informasi.
Diagnosa keperawatan diataas dapat diprioritaskan sebagai berikut :
a. Tidak efektifnya jalan nafas bnerhubungan dengan
penyempitan jalan nafas
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit nerhubungan
dengan kurang informasi.

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Menurut smeltzer, 2002 pada pasien dengan gagal jantung ditemukan
adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan tanda-tanda serta
gejala sistemis. Pada pernafasan ditemukan adanya krekels dan bunyi
wheezhing, krekel terjadi oleh gerakan udara melalui cairan dan menunjukkan
adanya oedem pada ekstremitas dan wajah.
Menurut Doenges , 2000 tanda dari gagal jantung adalah tekanan darah :
mungkin rendah (gagal penampaan0 normal (gagal jantung ringan atau kroni)
atau tinggi (kelebihan beban cairan). Frekuensi jantung : tachicardi 9gagal
jantung kiri), irama jantung : disritmia, bunyi nafas krekels, ronchi sedangkan
pada pengkajian ditemukan adanya tekanan darah normal (120/70 mmHg),
nadi : 84 x/menit, dan terdengar suara ronchi dan wheezhing.
Menurut Doenges, 2000 gejala dari gagal jantung adalah : kehilangan
nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan.
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, sedangkan pada pengkajian
ditemukan data penurunan nafsu makan, tidak mual/muntah, penurunan berat
badan dan terjadi pembesaran pada ekstremitas bawah.
Pada pola pengkajian pola fungsional menurut Virginia Handerson
kebutuhan belajar terganggu karena minimnya informasi yang didapatkan
mengenai penyakit yang diderita yang ditandai dengan adanya rasa cemas.
Pasien bertanya tentang penyakitnya kepada perawat. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka implementasi yang dilakukan adalah memberi posisi
yang nyaman yaitu posisi semi flower. Ini dilakukan karena dengan
peninggian posisi kepala tempat tidur dapat memaksimalkanpengembangan
paru sehingga mempermudah pernafasan (Doenges, 2000; 519), memberikan
therapi okseganasi 11/2 liter/menit. Ini dilakukan untuk menambah kebutuhan
oksigen serta kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan bronkodilator
untuk membuka jalan nafas (Doenges, 2000). Mengkaji pola nafas yaitu
frekuensi pernafasan , kedalaman dan auskultasi bunyi nafas.

9
Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatanb tersebut adalah data
subyektif : pasien mengakatakan masih sesak tapi sedikit lebih nyaman. Data
obyektif ; posisi semi flower, terpasang O2 1 1/5 liter/menit dan frekeunsi
pernafasan 24 x/menit. Analisa maslah belum teratasi maka diperlukan
intervensi lanjutan berupa : beri posisi semi flower, beri oksiegenasi 3
liter/menit dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemeberian bronkodilator.
Selama dilakukan tindakan keperawatan faktor pendukung yang
ditemukan adalah pasien kooperatif. Tidak ada faktor penghambat selama
melakukan tindakan keperawatan.

B. Diagnosa, Intervensi Dan Evaluasi


1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas. (Doenges, 2002)
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana
individu mengalami suatu ancaman yang nyata dan potensi potensial pada
status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara
efektif (Carpenito,2000, 324). Sedangkan menurut NANDA (2002 :16).
Bersihan jalan nafas tidak sekret atau sumbatan dari saluran pernafasan
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Patofisiologi gagal jantung :
Tidak efektifnya jalan nafas.
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume
intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena
yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada gagal jantung.
Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir
dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi oedem paru yang
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan
vena sistemik dapat mengakibatkan oedem perifer secara umum dan
penambahan cairan dalam alveoli yang menggangu pertukaran gas. Disneu
bahkan terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal
atau sedang. Dapat terjadi ortopneu (kesulitan bernafas saat berbaring).
Psien yang mengalami ortopneu tidak akan mau berbaring, tetapi akan

10
menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau duduk dikursi,
bahkan saat tidur.
Batasan karakteristik mayor (baru terdapat satu atau lebih) yaitu
batuk tidak efektif atau tidak ada batuk, ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi jalan nafas. Batasan karakteristik minor adalah :
bunyi nafas abdomen, frekuensi, irama, kedalamam pernafasan abnormal
(Carpenito, 2000 ;324).
Penulis kurang tepat dalam menegakkan diagnosa bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas. Diagnosa
yang seharusnya adalah ganngua pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler.
Penulis mengambil diagnosa ini karena menemukan beberapa data
yaitu data subyektif : pasien mengatakan sesak untuk bernafas. Data
obyektif : pasien tampak sesak nafas, pasirn menggunakan alat bantu
pernafasan berupa oksigenasi 3 lt/mnt, frekuensi pernafasan 28 x/minute
dan pasien lemah.
Penulis mengambil diagnosa ini menjadi diagnosa pertama karena
kebutuhan dasar menurut hirearki Maslow dibagi menjadi 5 tahapan.
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang harus segera
ditangani. Kebutuhan O2 merupakan salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup O2 setiap kali bernafas. Penyampaian O2 kejanringan
tubuh di tentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan
hematologi. (Tarwoto & Warttonah, 2002; 9)
Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi ; auskultasi
bunyi nafas, catat krekels mengi dengan rasionalisasi menyatakan adanya
kongesti paru. Dorong perubahan posisi minus dengan rasionalisasi
membantu mencagah aktivitas, anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam
untuk membersihkan jalan nafas. Kolaborasi ; berikan oksigen tambahan
sesuai untuk meningkatkan aliran oksigen (Doenges, 2000).

11
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia mual/muntah.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana individu tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami
penurunan BB yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat
atau metabolisme nutrium yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik
(Carpenito, 2000).
Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang digunakan tubuh untuk menyediakan energi
untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu
tubuh dan menyediakan material untuk fungsi enzim. Pertumbuhan dan
penempatan kembali dan perbaikan sel.
Nutrisi merupakan element penting untuk proses dan fungsi tubuh.
Kategori zat makanan adalah :
Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama dalam diit. Tiap gram karbohidrat
menghasilkan 4 kkal. Sumber karbohidrat : beras, tepung, jagung, sagu dll.
Protein
Meskipun protein memberikan sumber energi (4 kkal/g) juga penting
untuk mensitetis (membangun) jaringan tubuh dalam pertumbuhan,
pemeliharaan dan perbaikan.
Sumber protein : daging, hewan ternak, susu, telur : sereal , kacang-
kacangan dan sayur-sayuran.
Lemak
Lemak merupakan nutrisi padat yang paling berkalori (9kkal/gram).
Lipid merupakan lemak yang padat pada suhu ruangan dan minyak yang
cair pada suhu ruangan.
Sumber : daging, kelapa.
Air
Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 %-70% dari seluruh
berat badan.

12
Vitamin
Merupakan substansi organik dalam jumlah kecil padamakanan yang
essensial untuk metabolisme normal.
Sumber : sayur-sayuran dan buah-buahan segar.
Mineral
Merupakan elemen penting non organik pada tubuh sebagai katalis
dalam reaksi bio kimia. (Perry & Potter, 2002).

Anoreksia dapat menyebabkan gangguan perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh karena kadang-kadanag dalam hidup penatalaksanaan
konsep sakit dapat dikarenakan dari individu secara tidak langsung berupa
tingkah laku yang destruktif. Terjadi paling utama pada wanita dannlebih
sering memiliki hal tersebut pada saat dewasa yang akan menyebabkan
sindrom klinis pada dirinya (Donna, 1995).
Anoreksia
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat
distress pernafasan dan batuk.
Anoreksia (hilangnya nafsu makan) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan statis vena didalam rongga abdomen (Smeltzer,
2002).
- Kerusakan menelan adalah keadaan dimana individu mengalami
penurunan volunter memasukkan cairan dan atau makanan padat
melalui mulut ke dalam lambung (Carpenito, 1998).
- Mual adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami
perasaan tidak enak/tidak nyaman dalam perut dengan/tanpa dimasuki
makanan (carpenito, 1998)
- Muntah adalah suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan
penceranaan berupa reflek makanan dari lambung ke luar tanpa/dengan

13
melalui makanan karena rasa tidak nyaman pada perut atau suatu
penyakit. (Carpenito, 1998).
Batasan karakteristik (harus terdapat) yaitu individu yang tidak puasa
melaporkan atau mengalami masukan makanan yang tidak adekuat kurang
dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan BB atau kebutuhan-
kebutuhan metabolic. Karakteristik minor (mungkin terdapat) yaitu : BB
10%-20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh,
lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot tengah
pertengahan dengan kurang dari 60%. Standar pengukuran kelemahan otot
dan nyeri tekan peka rangsang mental dan kekacauan mental, penurunan
albumin serum, penurunan transfertin serum atau penurunan kapsitas
ikatan besi (Carpenito, 2000 ; 519)
Penulis mengambil diagnosa ini karena menemukan beberapa data
yaitu data subyektif : pasien mengatakan setiap makan selalu tidak habis.
Obyektif : pasien makan habis ¼ porsi, lidah kotor dan BB turun dari 47
kg – 46 kg.
Diagnosa ini diangkat menjadi diagnosa kedua karena nutrisi sangat
penting bagi tubuh, karena tubuh memerlukan energi untuk berfungsinya
organ. Pergerakan tubuh untuk mempertahankan sel tubuh. Fungsi enzim
pertumbuhan dan mengganti sel yang rusak. Selain itu nutrisi merupakan
zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam
tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto & Wartonah, 2003 ; 29)
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan intervensi: kaji
masukan makanan saat ini, catat derajat kesalahan makan, evaluasi berat
badan dengan rasionalisasi untuk mengkaji anoreksia. Berikan makan
sedikit tapi sering. Untuk mengurangi reflek muntah, auskultasi bunyi usus
untuk mengidentifikasi adanya gangguan pencernaan. Berikan perawatan
oral dan ajarkan kepada keluarga untuk memotivasi klien (Doengrs, 2000).
Analisa data : maslah belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi
dengan anjurkan kepada klien dan keluarga untuk memberi makan sedikit

14
tapi sering, sajikan makan dalam keadaan hangat dan kolaborasi dengan
tim gizi dalam pemenuhan nutrisi pasien.
Faktor pendukung : keluarga mau memberi motivasi agar pasien mau
makan. Faktor penghambat : pasien tidak nafsu makan.

C. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan
psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan (carpenito,
2000 :223). Karakteristik mayor : mengungkapkan kurang pengetahuan atau
ketrampilan-ketrampilan atau permintaan informasi. Karakteristik minot ;
memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis (misalnya:
ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.
Penulis mengambil diagnosa ini karena ditemukan data subyektif :
pasien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya, data obyektif :
pasien bertanya tentang penyakitnya dan penyebabnya.
Penulis menjadikan diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga karena
pengetahuan merupakan hal yang mendukung dalam proses penyembuhan dan
perawatan pasien selanjutnya.
Untuk mengatasi maslah tersebut dilakukan intervensi : bantu pasien
mengerti tentang penyakitnya agar pasien tahu tentang penyakitnya, beri
kesempatan pasien untuk bertanya, masalahnya dengan bertanya pasien akan
bertanya, masalahnya dengan bertanya pasiendian pada tanggal 5 juni 2006
jam 10.15 WIB dilakukan implementasi : memberi pendidikan kesehatan
kepada pasien tentang penyakitnya dan motivasi pasien dengan memberi
reinforcement (Doenges, 2000)
Evaluasi yang dilakukan, setelah melakukan tindakan keperawatan diatas
yaitu : datya subyektif : pasien mengatakan setelah diberi pendidikan
kesehatan cukup paham dengan infromasi yang diberikan dan penegtahuannya
bertambah.

15
Obyektif : pasien paham dan mengerti, pasien tidak cemas dan pasien
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat. Analisa data : masalah
teratasi sehingga intervensi dipertahankan.
Selama melakukan tindakan keperawatan, faktor pendukung : pasien
kooperatif, keluarga pasien juga kooperatif. Faktor penghambat : tidak ada.
Adapun diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada kasus sesuai
dengan perbandingan antara teori dan kasus dilapangan adalah :
1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
ginjal sekunder akibat gagal jantung.
2. gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
3. kerusakan petukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler.
Diagnosa tersebut tidak muncul pada kasus karena tidak ditemukan data-
data yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bare and Smeltzer, 2001. Keperawatan medikal bedah volume 2. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2001. Buku saku diagnosa keperawatan edisi 8. EGC.
Jakarta.

Priyanto, Ade. 2001. Buku ajar keperawatan cardiovaskuler edisi 1. Pusat


Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional. Jakarta.

Price, Sylvia A. 1994. Patofisiologi, edisi 4. EGC. Jakarta.

Doenges , Marly I. 2000. Rencana asuhan keperawatan, edisi 3. EGC. Jakarta

Nanda, 2002. Nursing diagnosis, definitions and classification. Philadelphia,


United State of America.

17

Anda mungkin juga menyukai