Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu bisnis internasional saat ini telah memegang peranan penting. Dengan
demikian perencanaan pajak secara internasional juga menjadi semakin penting.
Transakasi internasional – termasuk di dalamnya transaksi pajak internasional –
akan menjadi bagian bisnis yang tidak efisien apabila tidak direncanakan dengan
baik.Di satu sisi perencanaan pajak internasional memiliki cakupan yang lebih
luas dari pada perencanaan pajak domestik. Di sisi lain, karena sangat terlibat
dengan undang-undang dan peraturan dari dua negara atau lebih, maka
perencanaan pajak internasional menjadi salah satu area yang kompleks.
Sasaran utama dari perusahaan domestik dalam kaitannya dengan pajak
adalah mengurangi pajak nasional/domestik dan pajak asing atas pendapatan
yang berasal dari luar negeri. Pajak asing akan meningkatkan biaya pajak
perusahaan domestik secara total dan pajak tersebut tidak seluruhnya dapat
dikreditkan dari pajak domestik. Pembayar pajak dapat meningkatkan efisiensi
biaya pajak asing ini melalui rencana pengurangan pajak asing atau melalui
rencana peningkatan porsi pajak asing yang dapat dikreditkan.
Perpajakan Internasional merupakan alat untuk mengetahui perbedaan pajak
dalam negeri dan memajukan perdagangan antar negara, mendorong laju
investasi di masing-masing negara, pemerintah berusaha untuk meminimalkan
pajak yang menghambat perdagangan dan investasi tersebut. Ada beberapa
prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam Perpajakan Internasional menurut
Doernberg (1989) menyebut 3 unsur netralitas yang harus dipenuhi dalam
kebijakan perpajakan internasional yaitu Capital Export Neutrality (Netralitas
Pasar Domestik), Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional) dan
National Neutrality.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa sja rencana pengurangan Pajak?
b. Apa saja prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam perpajakan
internasional?
c. Apa sja masalah dalam perpajakan internasional?
d. Apa saja alasan sehingga terjadinya perpajakan berganda internasional?
e. Apa saja persyaratan untuk perwakilan luar negeri?
f. Bagaimana formasi perusahaan penjualan luar negeri?
g. Bagaimana pendirian pabrik manufaktur luar negeri?
h. Bagaimana mengakuisisi kelompok luar negeri yang sudah ada?
i. Apa saja formasi perusahaan pendanaan luar negeri?

1.3 Manfaat penulisan


a. Apa sja rencana pengurangan Pajak?
b. Apa saja prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam perpajakan
internasional?
c. Apa sja masalah dalam perpajakan internasional?
d. Apa saja alasan sehingga terjadinya perpajakan berganda internasional?
e. Mengetahui persyaratan untuk perwakilan luar negeri?
f. Mengetahui formasi perusahaan penjualan luar negeri?
g. Mengetahui pendirian pabrik manufaktur luar negeri?
h. Mengetahui bagaimana mengakuisisi kelompok luar negeri yang sudah ada?
i. Mengetahui formasi perusahaan pendanaan luar negeri?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 RENCANA PENGURANGAN PAJAK ASING


Ada banyak teknik pengurangan pajak asing yang dapat dipakai oleh pembayar
pajak. Secara umum teknik-teknik ini sama dengan yang digunakan untuk
pengurangan pajak domestik. Beberapa di antaranya termasuk merealisir
pendapatan dalam bentuk yang memungkinkan pengenaan tarif pajak rendah,
penundaan pengakuan pendapatan kotor, dan mempercepat pengakuan biaya.
Teknik lain dapat bersifat unik seperti memanfaatkan keuntungan dari insenif
pajak lokal, pembiayaan hutang, transfer pricing, dan pemanfaatan tax treaty.

 Insentif Pajak Lokal


Salah satu metode pengurangan beban pajak asing adalah dengan
memanfaatkan pengecualian pajak dan tax holiday dari berbagai negara.
Sebagai contoh, Irlandia memberikan pengurangan tarif dalam memajakai
keuntungan perusahaan manufaktur yang didirikan di sana, Singapura
menawarkan tax holiday bagi perusahaan manufaktur yang bergerak dalam
bidang teknologi maju, Puerto Rico memberikan pengecualian pajak untuk
perusahaan tertentu yang mendirikan pabrik di sana, Belgia menawarkan
potongan pajak bagi pusat distribusi yang didirikan di sana, dan Swiss
menawarkan tarif pajak rendah untuk kantor pusat perusahaan yang didirikan
di sana.

 Pembiayaan Hutang
Pembiayaan cabang perusahaan yang pendapatannya menjadi obyek pajak
bertarif tinggi dapat usahakan agar mendorong terciptanya pengurangan biaya
bunga dan pembayaran dividen semaksimal mungkin.

3
2.2 PRNSIP-PRINSIP YANG HARUS DIPAHAMI DALAM PERPAJAKAN
INTERNAISONAL
Doernberg (1989) menyebut 3 unsur netralitas yang harus dipenuhi dalam
kebijakan perpajakan internasional:

1. Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik): Kemanapun kita


berinvestasi, beban pajak yang dibayar haruslah sama. Sehingga tidak ada
bedanya bila kita berinvestasi di dalam atau luar negeri. Maka jangan sampai
bila berinvestasi di luar negeri, beban pajaknya lebih besar karena
menanggung pajak dari dua negara. Hal ini akan melandasi UU PPh Psl 24
yang mengatur kredit pajak luar negeri.
2. Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional): Darimanapun
investasi berasal, dikenakan pajak yang sama. Sehingga baik investor dari
dalam negeri atau luar negeri akan dikenakan tarif pajak yang sama bila
berinvestasi di suatu negara. Hal ini melandasi hak pemajakan yang sama
denagn Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) terhadap permanent
establishment (PE) atau Badan Uasah Tetap (BUT) yang dapat berupa
cabang perusahaan ataupun kegiatan jasa yang melewati time-test dari
peraturan yang berlaku.
3. National Neutrality: Setiap negara, mempunyai bagian pajak atas
penghasilan yang sama. Sehingga bila ada pajak luar negeri yang tidak bisa
dikreditkan boleh dikurangkan sebagai biaya pengurang laba.

2.3 MASALAH-MASALAH DALAM PERPAJAKAN INTERNASIONAL


1. Transfer Pricing: Kegiatan ini adalah mentransfer laba dari dalam negeri ke
perusahaan dengan hubungan istimewa di negara lain yang tarif pajaknya
lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membayar harga penjualan
yang lebih rendah dari harga pasar, membiayakan biaya-biaya lebih besar
daripada harga yang wajar, thin capitalization (memperbesar utang dengan
beban bunga untuk mengurangi laba). Misalnya: tarif pajak di Indonesia 28%,
di Singapura 25%. PT A punya anak perusahaan B Ltd di Singapura, maka
laba di PT A dapat digeser ke B Ltd yang tarifnya lbh kecil dengan cara B
LTd meminjamkan uang dengan bunga yang besar, sehingga laba PT A

4
berkurang, memang pendapatan B Ltd bertambah namun tarif pajaknya lebih
kecil. Hal bisa juga dilakukan dengan PT A menjual rugi (mark down) barang
dan jasa (harga jual di bawah ongkos produksinya) ke B Ltd. Di Indonesia,
transfer pricing dicegah dalam UU PPh pasal 18 dimana pihak fiskus berhak
mengkoreksi harga transaksi, penghitungan utang sebagai modal dan DER
(Debt Equity Ratio).
2. Treaty Shopping: Fasilitas di tax treaty justru bukannya menghindarkan pajak
berganda namun malah memberi kesempatan bagi subjek pajak untuk tidak
dikenakan pajak dimana-mana. Misalnya: Investasi SBI di bursa singapura
dibebaskan pajak. Treaty Shopping diredam dengan ketentuan beneficial
owner (penerima manfaat) dalam tax treaty (P3B) baik yang memakai model
OECD maupun PBB sehingga tax treaty hanya berlaku bila penerima
manfaat yang sebenarnya adalah residen di negara yang menandatangani
tax treaty. Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang
dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha
penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua negara
untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi di
antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan
klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai
jenis transaksi yang sedang dihadapi.
3. Tax Heaven Countries: Negara-negara yang memberikan keringanan pajak
secara agresif seperti tarif pajak rendah, pengawasan pajak longgar telah
membuat penerimaan pajak dari negara-negara berkembang merosot tajam.
Negara tax heaven yang termasuk dalam KMK No.650/KMK04/1994 antara
lain Argentina, Bahrain, Saudi Arabia, Mauritius, Hongkong, Caymand Island,
dll. Saat ini negara tax heaven sedang dimusuhi dunia internasional,
pengawasan tax avoidance (penghindaran pajak) di negara-negara tersebut
sedang gencar-gencarnya. Berinvestasi di negara tax heaven beresiko besar
terkena koreksi UU PPh Pasal 18. Lebih baik berinvestasi pada negara
dengan tax treaty.

Setiap tax treaty mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang lebih


sama, sebagai bagian dari konvensi internasional di mana setiap negara

5
yang terlibat dalam suatu tax treaty menyusun treaty-nya masing-masing
berdasarkan model-model perjanjian yang diakui secara internasional. Di
dunia ini, ada dua model treaty yang sering dijadikan acuan dalam menyusun
suatu treaty yaitu model OECD dan model PBB.

Memahami treaty yang berlaku antara suatu negara dengan negara lainnya,
bisa dimulai dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut. Dalam
kenyataannya, memahami suatu tax treaty tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Bahasa yang digunakan, jumlah klausul yang cukup banyak,
pemahaman seseorang tentang dasar-dasar perpajakan dan berbagai sebab
lainnya merupakan hal yang dapat mempengaruhi kesulitan tersebut. Dengan
memahami prinsip-prinsip dasar dan prinsip umum yang berlaku dalam suatu
treaty, seseorang akan menjadi lebih mudah memahami suatu treaty yang
secara spesifik berlaku untuk negara tertentu.
Sebagai suatu perjanjian, sebuah treaty adalah kontrak yang mengikat suatu
negara dengan negara lain dalam hal perlakuan perpajakan. Oleh sebab itu, di
dalamnya selalu berisi klausul-klausul, pasal-pasal dan ayat-ayat yang berkaitan
dengan suatu aspek transaksi dan pihak tertentu tertentu. Pasal-pasal atau
ayat-ayat (article atau artikel) yang terdapat dalam sebuah tax treaty pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu bagian yang
mengungkapkan cakupan tax treaty, bagian yang mengatur minimalisasi
pengenaan pajak berganda, bagian tentang pencegahan penghindaran pajak
dan bagian yang mencakup hal-hal lainnya.
Semua bagian itu cenderung lebih mudah dipahami dari pada berbagai
definisi, istilah dan pengertian yang sering disebutkan dalam suatu tax treaty.
Berbagai definisi, istilah dan pengertian inilah yang menjadi lebih penting untuk
dipahami setiap pihak khususnya berkaitan dengan kepentingan dalam praktek
bisnis sehari-hari

2.4 CAKUPAN TAX TREATY


 Personal Scope
Pasal dan ayat ini mengatur tentang kepada siapa sajakah ketentuan dalam
treaty yang bersangkutan bisa diterapkan. Di sini diatur ketentuan tentang

6
siapa saja yang merupakan orang pribadi, badan usaha dan entitas lainnya
yang berdasarkan treaty tersebut dianggap sebagai penduduk dari salah satu
negara yang terikat perjanjian termasuk di dalamnya orang pribadi, badan
atau entitas lainnya yang dianggap sebagai penduduk dengan status
kependudukan ganda (double residence).
Biasanya, di sini tidak diartikan lebih lanjut definisi mengenai penduduk
maupun perihal kependudukan ganda. Kedua hal tersebut diatur dalam
klausul lain yaitu dalam klausul tentang general definitions dan tentang
residence. Oleh karena itu, pengertian personal scope berkaitan erat dengan
pengertian-pengertian dalam dua klausul tersebut.

 Taxes Covered
Di sini diatur tentang jenis-jenis pajak yang perlakuannya menggunakan
ketentuan dalam tax treaty yang bersangkutan. Jenis pajak yang diatur di sini
akan mengikuti ketentuan sesuai tax treaty dan mengabaikan ketentuan
internal yang berlaku di masing-masing negara. Dalam beberapa hal,
ketentuan suatu tax treaty memiliki kekuatan yang berada di atas sistem
perundang-undangan yang berlaku secara internal di dalam suatu negara.
Aturan dalam tax treaty hanya diberlakukan untuk jenis pajak langsung
seperti Pajak Penghasilan (PPh). Atas pajak tidak langsung seperti Pajak
Pertambahan Nilai atau pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tidak
diatur dalam tax treaty. Dalam ketentuan umumnya (general definitions),
diatur tentang definisi istilah-istilah umum yang berkaitan dengan definisi
persons (orang atau badan), national (negara atau kearganegaraan),
international traffic (lalu lintas internasional), enterprise (badan usaha) dan
lain-lain.

 Residence
Di sini diatur tentang dua hal yaitu definisi penduduk (berkaitan dengan
personal scope) serta tie breaker rule yaitu ketentuan yang menentukan tidak
berlakunya status residence atas suatu pihak dengan karakteristik tertentu.
Definisi penduduk sebagaimana diatur dalam paragraf pertama klausul ini
adalah setiap orang pribadi atau badan yang berdasarkan ketentuan internal

7
suatu negara – seperti keberadaan, domisili, tempat kedudukan manajemen
atau sebab-sebab lain yang mempunyai karakteristik yang sama – dapat
dikenai pajak di negara tersebut. Dengan kata lain, penduduk adalah Subjek
Pajak dalam negeri suatu negara yang dikenai pajak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan lokal yang berlaku di negara tersebut.
Klausul ini juga menegaskan bahwa orang pribadi atau badan tidak
dapat langsung dianggap sebagai penduduk suatu negara hanya karena
mendapatkan penghasilan yang bersumber dari negara tersebut. Dalam
prakteknya, orang pribadi atau badan dapat dianggap sebagai penduduk dari
dua negara berdasarkan azas world wide income yang dianut. Hal ini bisa
terjadi karena setiap negara pada dasarnya berhak mengatur definisi
penduduk sesuai dengan versinya masing-masing.
Diperlakukan sebagai penduduk dari dua negara sekaligus – dalam
konteks pemajakan berganda – sama sekali bukan hal yang menyenangkan.
Pasalnya, orang pribadi atau perseroan yang bersangkutan dapat dikenai
pajak sesuai ketentuan pajak yang masing-masing berlaku di kedua negara
tersebut. Jika kedua negara sama-sama menganut prinsip world wide
income, dapat dibayangkan betapa berat beban pajak yang harus ditanggung
oleh pihak yang bersangkutan. Apabila kondisi seperti ini tetap dibiarkan,
tentunya akan membawa dampak negatif terhadap kelancaran investasi
salah satu negara karena pihak tersebut cenderung tidak berinvestasi guna
menghindari beban pajak yang terlalu besar.
Menyadari efek-efek negatif tersebut, artikel residence selanjutnya
mengatur langkah yang dapat digunakan untuk menghilangkan status
kependudukan ganda yang sering disebut dengan tie breaker rule.
Tie breaker rule dibedakan menjadi dua yaitu yang diterapkan untuk
orang pribadi dan yang diterapkan untuk selain orang pribadi. Tie breaker
rule untuk orang pribadi terdiri dari penentuan permanent home (tempat
tinggal tetap), center of economic and social interests (pusat kepentingan
ekonomi dan sosial), habitual abode (tempat kebiasaan untuk tinggal),
national (kewarganegaraan) serta mutual agreement (perjanjian antar
otoritas perpajakan).

8
Langkah-langkah tersebut di atas secara berurutan bersifat prioritas.
Artinya, apabila dengan menggunakan ketentuan pertama masalah
kependudukan ganda telah bisa dipecahkan, maka langkah kedua dan
seterusnya tidak perlu digunakan lagi.

 Permanent Establishment
Klausul ini mengatur tentang seberapa jauh jangkauan suatu negara dalam
mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari negara tersebut.
Pada zaman sekarang, suatu usaha tidak hanya dilakukan di negara
sendiri. Di negara lain pun suatu pihak melakukan usaha. Apabila usaha di
negara lain itu – sebut saja negara X – ternyata berhasil, adalah hal yang
logis jika otoritas pajak di negara X ingin mengenakan pajak atas
penghasilan yang diterima. Namun berkaitan dengan keinginan tersebut,
tentu harus ada batas-batas atau aturan yang jelas hingga bisnis yang
dilakukan – yang sekaligus merupakan investasi di negara X – tetap dapat
berjalan dengan baik.
Cerminan dari batas atau aturan tersebut adalah ketentuan tentan
permanent establishment atau bentuk usaha tetap (BUT).
Contoh-contoh dari BUT dapat dikategorikan menjadi empat macam yaitu:
1. BUT Fasilitas Fisik
BUT tipe ini merupakan tipe yang paling mudah diketahui
keberadaannya. BUT timbul karena adanya fasilitas fisik seperti gedung,
kantor perwakilan, pabrik, bengkel dan lain-lain;
2. BUT Aktivitas
Timbulnya BUT tipe ini ditandai dengan adanya aktivitas yang melebihi
batas waktu tertentu (time test) yang dilakukan di negara lain. Aktivitas
tersebut bisa berupa pelaksanaan berbagai macam jasa (seperti jasa
konstruksi atau jasa-jasa lainnya). Lamanya time test yang digunakan
dapat berbeda-beda antara satu tax treaty dan tax treaty yang lain. Time
test ini disesuaikan dengan kesepakatan dari kedua negara;

9
3. BUT Asuransi
Timbulnya BUT asuransi ditandai dengan keadaan di mana suatu
perusahaan asuransi menerima premi atau menanggung risiko di negara
lain;.
4. BUT Keagenan
BUT tipe keagenan timbul jika terdapat agen di negara lain yang memiliki
wewenang untuk menentukan kontrak atau mengurus barang-barang
dagang di negara lain.
Di dalam klausul ini juga ditentukan kondisi-kondisi di mana BUT
dianggap tidak muncul seperti dalam hal suatu tempat yang hanya berfungsi
untuk memajang barang-barang dagangan, tempat yang hanya digunakan
untuk pembelian barang dagangan atau mengumpulkan informasi dan
sebagainya.

 Entry Into Force


Klausul ini menjelaskan tentang saat berlakunya sebuah tax treaty. Saat
berlakunya tax treaty sangat tergantung dari selesainya tahap-tahap
pembentukannya. Pembentukan sebuah tax treaty yang dimulai dari
penandatanganan oleh kedua otoritas yang berwenang dan dilanjutkan
dengan ratifikasi di kedua negara. Setelah kedua negara selesai meratifikasi,
selanjutnya dilakukan pertukaran dokumen-dokumen ratifikasi. Setelah
pertukaran dokumen ratifikasi ini selesai dilakukan maka tax treaty pun dapat
diberlakukan.

 Termination
Klausul ini menjelaskan tentang saat berakhirnya sebuah tax treaty. Tax
treaty dapat berakhir setelah periode tertentu yang telah disepakati oleh
kedua negara. Salah satu negara dapat mengakhiri sebuah tax treaty dengan
cara mengadakan pemberitahuan terlebih dahulu yang harus dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah disepakati.

2.5 ALASAN TERJADI PERPAJAKAN BERGANDA INTERNASIONAL

10
Perpajakan berganda terjadi karena benturan antar klaim perpajakan. Hal ini
karena adanya prinsip perpajakan global untuk wajib pajak dalam negeri (global
principle) dimana penghasilan dari dalam luar negeri dan dalam negeri
dikenakan pajak oleh negara residen (negara domisili wajib pajak). Selain itu,
terdapat pemajakan teritorial (source principle) bagi wajib pajak luar negeri
(WPLN) oleh negara sumber penghasilan dimana penghasilan yang bersumber
dari negara tersebut dikenakan pajak oleh negara sumber.

2.6 PERUSAHAAN MANUFAKTUR DOMESTIK-PERTIMBANGAN AWAL


Perundang-undangan perpajakan perusahaan di sebagian besar negara berisi
ketentuan laba yang dikenai pajak dapat dikurangkan sesuai dengan keadaan
tertentu, dan konsultasi perencanaan pajak yang baik diperlukan untuk
memaksimumkan keuntungan serta kelonggaran yang diizinkan hukum pajak
perusahaan domestik.

2.7 PERSYARATAN UNTUK PERWAKILAN LUAR NEGERI


Pendaftaran tempat tetap (BUT) itu oleh perusahaan sebagai cabang atau anak
perusahaan lokal, bergantung pada pertimbangan non pajak, sejak kewajiban
pajak diharapkan dibatasi. Jika negara B menganut yurisdiksi pajak rendah,
maka Polycon dapat mempertimbangkan untuk meresmikan anak perusahaan
daripada cabang yang labanya merupakan subjek pajak domestik. Mungkin ada
pemikiran jika perusahaan dapat membayar jasa anak perusahaan akan
mengurangi laba yang dikenai pajak di negara A yang dapat menjadi subjek
atas tarif pajak yang tinggi dan membayar pajak lebih rendah di negara B.
bagaimanapun, sebagian negara memiliki peraturan antipenghindaran yang
cukup untuk mengatur masalah penghematan pajak.
Mungkin akan dapat membantu jika menyusun persetujuan antara tempat
tetap (BUT) di negara B dan Polycon Lens Company, yang mendefinisikan
tugas secara jelas di wilayah B dan membatasi lingkup aktivitasnya. Tempat
tetap B tidak memiliki otoritas untuk mengatur Polycon atau untuk bernegosiasi
dan memutuskan kontrak atas nama Polycon. Bagaimanapun, kontrak yang ada
tidak dapat membuktikan bahwa aktivitas di tempat tetap B memiliki kegiatan

11
yang sama untuk bertindak atas kepentingan Polycon. Dokumen harus diarsip
dengan baik untu mendukung aspek layanan di tempat tetap B.

2.8 FORMASI ANAK PERUSAHAAN PENJUALAN LUAR NEGERI


Polycon mencapai kesuksesan melalui penjualan ekspor setelah beberapa
tahun sehingga diambil kesimpulan bahwa perusahaan tidak akan dapat
mencapai potensi penuh tanpa memiliki perwakilan penjualan luar negeri.
Polycon dapat mencoba untuk  melindungi pengurangan ganda atas
kerugian awal yang ditimbulkan dari operasi penjualan di Luna Technic
Company seperti mengalami kerugian. Tuan Holmes harus menyadari bahwa
transper dari cabang ke anak perusahaan mungkin akan melibatkan Polycon
dalam kewajiban pajak.

2.9 PENDIRIAN PABRIK MANUFAKTUR LUAR NEGERI


Penjualan lensa optik berkualitas tinggi  mendekati batas kapasitas produktif
dan meningkatnyabiaya peralatan berat yang terlibat dalam peningkatan
kapasitas dan pasar penjualan terbatas ,Tuan Holmes memutuskan lebih
berkonsentrasi untuk membangun kaca pembesar berkualitas rendah dan
bervolume tinggi untuk pasar konsumen massal.
Dengan kas yang dihasilkan dari penjualan lensa optik berkualitas tinggi,
Tuan Holmes memutuskan untuk mendirikan pabrik manufaktur luar negeri.
Pertama, untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam membeli bahan
plastik khusus dengan harga lebih rendah dari pada pasar dalam negeri. Kedua,
untuk menghemat biaya transportasi bahan mentah . ketiga, untuk
mendapatkan biaya tenaga kerja produksi lebih rendah . keempat, untuk
mendapatkan keuntungan atas  kelonggaran pajak yang memungkinkan.

2.10 MENDIRIKAN ANAK PERUSAHAAN PENJUALAN


Ada beberapa faktor pertimbangan dalam menentukan lokasi yang tepat untuk
anak perusahaan;
1. Pertimbangan pajak

12
2. Kelonggaran pajak yang memungkinkan perusahaan untuk mengambil
keuntungan atas pelabuhan bebas sehingga beberapa kewajiban pajak atas
barang –barang yang di import untuk tujuan ekspor dapat dihindari.
Walaupun kebijakan penentuan harga antar perusahaan dibawah
pengawasan yang cermat, tambahan laba mungkin saja diperoleh dengan
mengenakan bunga atas kontrak penjualan yang terbayar dari anak perusahaan

2.11 AKUISISI KELOMPOK LUAR NEGERI YANG SUDAH ADA


Akuisisi visitec coeporations membutuhkan beberapa  pertimbangan
perencanaan pajak , khususnya atas pengurangan biaya bunga pinjaman yang
muncul untuk melakukan akiuisisi. Ada beberapa langkah khusus yang harus
dilakukan untuk mengurangi biaya bunga , salah satunya mungkin dengan
mengurangi biaya bunga dengan laba dikenai pajak visitec corporation, karena
perusahaan yang diakui akuisisi bearti memiliki laba /keuntungan konsolidasi.
      Selama beberapa tahun yang lalu, ketika membangun kualitas yang tinggi
untuk lensa optik dan kaca pembesar untuk pasar dunia, Polycon Lens
Company telah mengembangkan penjualan ekspor untuk lensa kamera ke
produsen kamera asing Visitec Corporation yang membeli lensa untuk kamera
instamatic berharga murah. Kondisi ini berkembang dalam porsi yang signifikan
utnuk tingkat perputaran Polycon Lens Company, namun Tuan Holmes
menyadari bahwa ada kemungkinan produsen asing akan mengalami likuidasi,
karena tidak cukupnya tingkat pengembalian dan biaya pendanaan yang tinggi.
Oleh karena itu, Tuan Holmes mempertimbangkan untuk mengakuisisi Visitec
Corporation pada waktu yang menguntungkan anak perusahaan penjualannya
untuk mencapai tingkat pengembalian maksimum dan menghasilkan laba
potensial yang tinggi untuk menjualan kamera dan pada saat yang sama dapat
mempertahankan Polycon Lens Company untuk mengekspor lensa kamera.

2.12 REKONSTRUKTURISASI KELOMPOK DENGAN HOLDING COMPANY


LUAR NEGERI
POLYCON (holding) Mungkin saja menjadi pusat informasi dari polycon group
dan beralokasi dalam yurisdiksi yang menawarkan kelonggaran pada holding
company. Ini mungkin akan membutuhkan biaya manajemen untuk anak

13
perusahaan yang berbeda dan meningkatkan laba setelah pajak ditetapkan,
dimana biaya manjemen merupakan pengurangan yang diperbolehkan
terhadap laba kena pajak anak perusahaan .untuk mencapai bermacam-
macam kelonggaran yang ditawarkan pada holding company,penting bagi
polycon (holding) untuk menunjukkan pelayanan manajemen sesungguhnya
dalam kelompok, jika tidak, ada kemungkinan diperdebatkan bahwa polycon
(holding) sudah diatur sedemikian rupa.
Tujuan pembentukan Polycon (Holding) antara lain:
 Untuk memaksimumkan arus deviden dari anak perusahaan ke Polycon
Lens Company
 Mengurangi jumlah kerugian kredit pajak ganda hasil dari pemilikan yang
terpisah anak perusahaan Polycon Lens Company
 Untuk mengkoordinasikan fungsi manajemen dalam unit terpusat

2.13 FORMASI PERUSAHAAN PENDANAAN LUAR NEGERI


Pertimbangan yang cermat harus diberikan untuk peraturan pajak dan sistem
pengendalian nilai tukat (exchange control). Penentuan biaya berpengaruh pada
besar pajak. Jika R dan D dikapitalisasi maka pajak penghasilan akan
berlangsung selama masa pengakuan nilai sampai habis dalam
penghapusannya. Jika diperlakukan sebagai biaya hanya berpengaruh pada
periode tertentu sehingga berdampak pada pajak lansung .perbedaan
penentuan umur aset akan menentukan besarnya biaya.

2.14 MEMBANGUN DASAR ASET DENGAN INVESTASI REAL ESTAT


Jika polycon investment meminjam dana untuk membuat investasi real
esta,maka adalah penting bahwa hutang bunga dapat ditutup terhadap piutang
sewa di negara dimana real estat berdiri, sehingga pajak penghasilan di potong
luar negeri di pungut dengan dasar sewa bersih (net basis) daripada atas
pendapatan sewa kotor. Kebanyakan negara akan menjadikan keuntungan
sfekulatif sebagai subjek pajak penghasilan daripada pajak keuntungan modal.
Keuntungan sfekulatif seperti itu dapat diperoleh jika real estat dijual dalam
waktu tertentu setelah akuisisi, atau jika perhatian investor jelas terorientasi

14
hanya pada membuat keuntungan daripada holding real  estat untuk tujuan
investasi, dan dokumentasi yang cukup harus ada untuk memberikan  bukti atas
tujuan investor semula
2.15 PERLINDUNGAN LINI PRODUK BARU DAN PENYUSUNAN IZIN OPERASI
Karena  visimatic (holding) berada dalam yurisdiksi pajak rendah , maka tidak
mungkin negara  M  akan membentuk perjanjian pajak ganda dengan negara-
negara berpajak tinggi, karena penghindaran pajak ganda tidak lagi relevan
dimana salah satu rekan perjanjian memungut pajak  penghasilan dan laba
yang kecil  atau tidak memungut. Dengan cara ini pajak dipotong atas
pembayaran piutang royalti oleh visimatic franchise Company akan dikurangkan
dengan jumlah nol atau nominal dan jika tidak ada pajak penghasilan dipotong
yang dipungut atas royalti yang dibayarkan Visimatic Franchise kepada
Visimatic (holding), maka piutang setelah pajak Visimatik (holding) dapat
meningkat.

2.16 FORMASI ENTITAS TAX HAVEN


Pada tingkat pengembangan yang bervariasi dari Polycon Group, operasi tax
haven dipertimbangkan dan mungkin dapat dibebaskan. Bagaimanapun,
karena Tuan Holmes tidak mempertimbangkan ia memperoleh saran pajak
yang baik jika tidak memiliki paling tidak satu tax haven perusahaan dalam
kelompoknya.
Perusahaan tax haven harus diatur secara efektif dengan tax haven, jika
perusahaan setempat dapat ditentukan dalam yurisdiksi pajak negara A atau
rezim pajak tinggi lainnya.
Yurisdiksi pajak tinggi memiliki perundang-undangan yang membagi secara
adil pajak akumulasi pendapatan perusahaan tax haven kepada pemegang
saham domestik. Beberapa negara mempublikasikan daftar negara-negara
yang mempertimbangkan tax haven dengan administrasi pajak, dang
pengetahuan atas daftar ini berguna sebagai peringatan kepada kelompok
yang menggunakan perusahaan tax haven dalam struktur mereka.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada banyak teknik pengurangan pajak asing yang dapat dipakai oleh pembayar
pajak yaitu : memanfaatkan keuntungan dari insenif pajak lokal, pembiayaan
hutang, transfer pricing, dan pemanfaatan tax treaty. Doernberg (1989)
menyebut 3 unsur netralitas yang harus dipenuhi dalam kebijakan perpajakan
internasional yaitu Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik), Capital
Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional), dan National Neutrality.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam perpajakan internasional antara
lain transfer pricing, treaty shopping, dan Tax Heaven Countries:
Pendaftaran tempat tetap (BUT) itu oleh perusahaan sebagai cabang atau
anak perusahaan lokal, bergantung pada pertimbangan non pajak, sejak
kewajiban pajak diharapkan dibatasi. POLYCON (holding) Mungkin saja menjadi
pusat ,informasi dari polycon group dan beralokasi dalam yurisdiksi yang
menawarkan kelonggaran pada holding company. Ini mungkin akan
membutuhkan biaya manajemen untuk anak perusahaan yang berbeda dan
meningkatkan laba setelah pajak ditetapkan, dimana biaya manjemen
merupakan pengurangan yang diperbolehkan terhadap laba kena pajak anak
perusahaan.

16

Anda mungkin juga menyukai