Anda di halaman 1dari 6

1.

SOAL NO 1
Apakah “pembaharuan hk. pidana” identik dengan “pembaharuan KUHP”?
Pembaharuan hukum pidana tidak identik dengan pembaharuan KUHP, karena
pembaharuan hukum pidana lebih bersifat komprehensif/menyeluruh, bukan
sekedar mengganti KUHP atau mengganti pasal-pasal yang ada dalam KUHP.
Pembaharuan hukum pidana mencakup pembaharuan dalam bidang struktur,
kultur dan materi hukum. Sedangkan pembaharuan KUHP hanya berorientasi
pada pokok pembaharuan materi hukum pidana saja. Jika ditinjau dari segi ilmu
hukum pidana, pembaharuan KUHP dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
pembaharuan dengan cara parsial, yakni dengan cara mengganti bagian demi
bagian dari kodifikasi hukum pidana. Kedua, pembaharuan dengan cara universal
yaitu total atau menyeluruh, yaitu pembaharuan dengan mengganti total kodifikasi
hukum pidana.

2. SOAL NO 4
Upaya melakukan pembaharuan KUHP secara total pada hakikatnya
termasuk bagian dari suatu kebijakan (“policy”). Bagian dari kebijakan apa
saja?
Makna pembaharuan KUHP secara hakikatnya berkaitan erat dengan latar
belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana itu sendiri. Latar
belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana dapat dilihat dari
aspek sosiopolitik, sosiofilosofis, sosiokultural dan menjadi bagian dari aspek
kebijakan sosial, kebijakan kriminal dan kebijakan penegakan hukum.

3. SOAL NO 10
Jelaskan beberapa sistem/pendekatan dalam perumusan lamanya sanksi
pidana atau penentuan “bobot delik”?
a. Sistem atau pendekatan absolut atau indefinite
b. Sistem atau pendekatan Relati. Dalam sistem ini, bahwa setiap tinda pidana
tidak ditetapkan bobot atau kualitasnya (maksimum pidana) secara sendiri-
sendiri. Akaan tetapi kualitasnya direlatifkan, yaitu dengan menggunakan
penggolongan tindak pidana dalam beberapa tingkatan dan sekaigus
menetapkan maksimum pidana untuk tiap kelompok tindak pidana itu.
Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan Imaginatif. Sistem ini menurut
Howard terlihat dalam Model Penal Code yang dirancang oleh The America
Law Institute dan disarankan pula oleh The Canada Law Reform Commission.
Walaupun dengan idenya yang berbeda, sistem dapat mengatasi, kesulitan,
sebagaimana yang telah diketahui diatas, sistem ini juga memiliki beberapa
kelemahan
1) Dengan dianutnya sistem maksimum, akan membawa konsekuensi
yang cukup sulit dalam menetapkan maksimum khusus untuk tiap-
tiap tindak pidana.
2) Dalam setiap proses kriminalisasi setiap pembentuk Undang-undang
selalu dihadapkan pada masalah pemberian bobot dengan menetapkan
kualifikasi ancaman pidana maksimumnya.
3) Dalam menetapkan maksimum pidana untuk menunjukan tingkat
keseriusan atau kualitas dari tindak pidana, bukanlah pekerjaan yang
mudah dan sederhana
4) Maka, untuk mengatasi semua itu, diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai urutan tingkat atau gradasi nilai dari norma-norma sentral
masyarakat dan kepentingan hukum yang akan dilindungi.

4. SOAL N0 18
Kapankah dikatakan ada “penal reform” menurut S. Rupert Cross?
Bagaimana implementasi pendapat S. Rupert Cross itu dalam kebijakan
legislatif?
Sirr Rupert Cross menyatakan;
“A change in the penal systemm can properly be described as an endevour to
achieve penal reform if it is aimed direcly or indirecly at the rehabilitation of
the offender, or if its subject is to avoid suspend or reduce punisment on
humanitarian grounds”, maksudnya adalah “ Perubahan dalam sistem hukum
pidana sebagaimana digambarkan sebagai usaha untuk mencapai pembaharuan
hukum pidana, jika bertujuan secara langsung atau tidak langsung memulihkan
terpidana atau jika bertujuan menghindarkan hukuman atau mengurangi hukuman
atas dasar kemanusiaan”. Jadi, menurut Sirr Rupert Cross, dikatakan ada penal
reform jika hukum pidana bertujuan untuk memulihkan terpidana, atau jika
bertujuan menghindarkan hukuman atau mengurangi hukuman, maka disitulah
dikatakan ada penal reform.
Dalam hal ini kebijakan legislatif dalam implementasi pendapat S.R Cross adalah
dengan adanya lembaga pemasyarakatan, yakni yang bertujuan memulikan
terpidana secara langsung ataupun secara tidak langsun. Dengan kata lain,
masyarakat kembali terpidana sebelum keluar dari lembaga pemasyarakatan agar
dapat diterima lagi dalam lingkungan masyarakat yang kompleks.

5. SOAL NO 22
Apa beda “pedoman pemidanaan” dengan “pola pemidanaan”?
Pedoman pemidanaan merupakan pedoman bagi hakim untuk menjatuhkan atau
menerapkan pemidanaan atau merupakan pedoman yudikatif/aplikatif, sehingga
dapat dikatakan pedoman pemidanaan merupakan pedoman penjatuhan/penerapan
pidana. Sedangkan Pola pemidanaan adalah acuan atau pedoman bagi pembuat
undang-undang dalam membuat atau menyusun perundang-undangan yang
mengandung sanksi pidana sehingga dapat dikatakan bahwa pola pemidanaan
merupakan pedoman pembuatan atau penyusunan.

6. SOAL NO 23
Jelaskan beberapa perbedaan “pola pemidanaan” menurut Wvs dan
menurut Konsep?
a. Dalam konsep pola pemidanaan, mempertimbangkan beberapa faktor antara
lain motif, sikap batin, dan kesalahan si pelaku tindak pidana melakukan
kejahatan, riwayat hidup sipelaku tindak pidana dan status sosial, ekonomi
serta bagaimana pengaruh pemidanaan terhadap masa depan si pelaku tindak
pidan tersebut.
b. Dalam konsep adapidana kerja sosial, dan pidana denda sebagai pidana pokok.
Menurutkonsep dengan Wvs masih mempertahankan pidana mati dan pidana
penjara.
c. Pidana dalam Wvs terdiri dari Pidana mati, Pidan penjara, pidana kurungan,
PidanaDenda, Pidana Tutupan, terus ditambah lagi dengan pencabutan hak-
hak tertentu dan perampasan barang-barang tertentu.
d. Konsep pidana terdiri dari : Pidana pokok yang terdiri dari Pidana penjara,
pidana Tutupan, Pidana pengawasan, Pidana Denda, Pidana kerja sosial.
Pidana tambahan Pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu
dan tagihan, Pengumuman putusan hakim, Pembayaran Ganti kerugian,
Pemenuhan kewjiban pidana khusus, Tindakan untuk orang yang tidak atau
kurang mampu ertanggung jawab(tindakan dijatuhkan tanpa pidana/perbuatan
tetap dikatakan atau dikategorikan kejahatan tetapi si pelaku kejahatan tidak
dijatuhi sanksi) :Perawatan di rumah sakit jiwa, penyerahan kepada pemerintah,
Penyerahan kepada seseorang, tetapi untuk orang yang mampu untuk bertanggung
jawab perbuatan dinyatakan tindak pidana serta dijatuhi sanksi pidana serta
dijatuhi sanksi sesuai tindak pidana yang dilakukannya : Pencabutan surat ijin
mengemudi, Perampasan keuntungan yang diperolehdari tindak pidan, perbaikan
akibat-akibat pidana.

7. SOAL NO 25
Jelaskan pedoman penerapan sistem tunggal dan alternatif menurut konsep?
a) Pasal 49 konsep merumuskan suatu pedoman yang dapat dilihat
sebagai klep atau katup pengaman bagi sistem pidana tunggal,yaitu dengan :
1) kewenangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana penjara yang
dirumuskan secara tunggal ;
2) keadaan atau syarat-syarat untuk dapat tidak menjatuhkan pidana
penjara;
3) jenis alternatif sanksi yang dapat dijatuhkan hakim sebagai
pengganti dari pidana penjara yang dijatuhkan itu.
b) Pedoman dalam merumuskan sistem alternatif adalah
1) Menjatuhkan pidana penjara saja (yang dapat diganti dengan
pidana pengawasan)
2) menjatuhkan pidana denda saja; Oleh undang-undang
diperberat ancaman pidananya, hanya dikenakan kepada terdakwa
apabila ia sepatutnya sudah dapat menduga kemungkinan terjadinya
akibat itu atau apabila sekuang-kurangnya ada kealpaan. Jadi, konsep
tidak menganut doktrin Erfolgshaftung ( doktrin menanggung akibat )
secara murni, akan tetapi diorientasikan pada asas kesalahan.

8. SOAL NO 27
Apakah kebaikan “sistem indefinite”menurut Collin Howard ?
Menurut Collin Howard segi kebaikan /positif dari sistem indefinite atau sistem
maksimum, yakni adanya tiga keuntungan yang menyolok yaitu:
1. dapat menunjukan tingkat keseriusan masing-masing tindak pidana
2. memberikan flueksibilitas dan diskresi kyepada kekuasaan pemidanaan
3. melindungi epentingan si pelanggar itu sendiri dengan menetapkan batas-batas
dari kekuasaan pemidanaan.
Yang secara teoritis mengandung aspek perlindungan terhadap masyarakat dan
aspek perlindungan terhadap individu. Aspek perlindungan masyarakat ditetapkan
ukuran obyektif berupa maksimum pidana sebagai simbol kualitas norma-norma
sentral masyarakat yang ingin dilindungi dalam perumusan delik yang
bersangkutan dan aspek perlindungan individu terlihat dengan ditentukannya
batas-batas kewenangan dari aparat kekuasaan dalam menjatuhkan pidana.

9. SOAL NO 36
Bagaimana Konsep mengatur masalah “percobaan”?
Konsekuensi dari sistemika yang tidak membagi tindak pidana dalam kejahatan
maupun pelanggaran, maka dalam konsep tidak dicantumkan mengenai percobaan
terhadap masalah perrcobaan, pada intinya antara W.v.S dengan konsep KUHP
tidak ada perbedaan, tetapi dalam konsep ada penambahan bahwa percobaan
untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana denda kategori I, Sebagai
pelanggaran.
10. SOAL NO 37
Jelaskan perbedaan WvS dengan konsep mengenai kedudukdn dan
pengaturan pidanaa mati dan pidan penjara seumur hidup?
Dalam konsep KUHP pidana mati tidak dimasukan dalam kelompok pidana pokok
sebagaimana WvS mengelompokan dalam pasal 10. Pidana mati dalam konsep
KUHP diterapkan sendiri sebagai jenis pidana yang bersifat khusus atau
eksepsional.

Anda mungkin juga menyukai