Anda di halaman 1dari 1

ALKITAB DAN ILMU PENGETAHUAN

Sebelum masa pencerahan (renaissance), Alkitab merupakan perangsang utama bagi penelitian di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ahli ilmu pengetahuan mengetahui bahwa mereka tidak
akan dapat menemukan fakta yang benar jika dilakukan tanpa kontrol dari Alkitab. Namun setelah masa
pencerahan (renaissance,) Alkitab mulai disingkirkan dan manusia menjadikan akal pikirannya sebagai
“Tuhan.” Manusia mulai mempertentangkan kebenaran Alkitab dengan penemuan-penemuan ilmu
pengetahuan yang menurut mereka memiliki kebenaran mutlak dibandingkan dengan fakta yang
dituliskan oleh Alkitab. Manusia menyimpulkan bahwa antara Alkitab dan ilmu pengetahuan serta
teknologi adalah dua dunia yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa Alkitab adalah alat yang
digunakan untuk mengukur dunia rohani, sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan untuk
mengukur dunia nyata atau dunia alam. Mereka berpendapat pula bahwa dua hal tersebut tidak dapat
di satukan.

Oleh sebab itu sejak masa pencerahan (renaissance), manusia cenderung memisahkan antara Alkitab
dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Dalam filosofi hal ini dinamakan NOMA yang merupakan
kependekan dari non-overlapping magisterial (magisterial yang tidak saling tumpang tindih).
Argumentasi yang dikemukakan adalah bahwa jaringan sains meliputi seluruh alam semesta yang
empiris, sedangkan jaringan agama mencakup pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan makna
moral dan nilai (Strobel, 2006: 92). Dengan pandangan dikotomi tentu keduanya tidak dapat
menemukan titik temu, melainkan bertolak belakang.

Para ahli sains yang tidak lagi menerima ajaran Alkitab dalam bidang sainsnya terpaksa merasakan
ketegangan dan kontradiksi antara kepercayaannya (agamanya) dan kenyataan alam. Ketegangan itu
berbuah dengan keraguan dan kegelisahan. Ketika para ahli sains mencoba meredakan ketegangan yang
ada dengan menutup mata terhadap kontradiksi-kontradiksi yang nyata dengan mengatakan bahwa
kontradiksi-kontradiksi tersebut sepele atau bahkan tidak nyata (Heath, 1997: 41). Jika ketegangan ini
terus berlanjut maka ada dua kemungkinan yang dapat terjadi kepada para ahli sains tersebut. Kondisi
pertama adalah mereka akan meninggalkan iman atau kepercayaan mereka karena kenyataan alam
yang ada, dilihat sebagai kebenaran yang lebih mutlak daripada yang dikatakan oleh firman Tuhan.
Kondisi kedua adalah para ahli sains tersebut akan dikucilkan oleh rekan-rekan sekerja mereka karena
tetap memegang teguh kebenaran yang dikatakan oleh firman Allah.

Anda mungkin juga menyukai