Anda di halaman 1dari 3

Tugas Bahasa Indonesia

Menulis Teks Naskah Sejarah

Disusun oleh:
Firda Andharina Delayla
XII MIPA E

Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta


Jalan Bhakti IV/1 Komplek Pajak Kemanggisan
Jakarta
2021
MENULIS TEKS NASKAH SEJARAH

Salma si Pantang Menyerah

Dahulu kala, hiduplah seorang anak kecil bernama Salma Hana. Salma hidup bahagia
tinggal di pesisir pantai, bersama kedua orang tuanya, membentuk sebuah keluarga kecil
yang sederhana. Tiada hari dilewati tanpa belajar membaca dan menulis setiap pagi di
rumah nenek, belajar mengaji di rumah Mpok Nur dengan sebayanya, dan mencari
kerang-kerang indah di pantai bersama Aqila dan Kheisa. Semua berjalan baik, hingga
pada suatu pagi di Hari Sabtu.

Deburan ombak tidak terlalu keras pagi itu. Entah kenapa, suasana terasa sunyi. Hanya
terdengar hembusan angin menerpa pohon-pohon kelapa di pesisir pantai. Tapi rutinitas
harus berjalan seperti biasa, meski hari itu terasa aneh. Sampai pukul 10 pagi, masih
hening. Tapi tiba-tiba, dari kejauhan, terlihat gulungan ombak yang besar, tak terkira
besarnya, perlahan tapi pasti, menghampiri penduduk pantai. Orang-orang berlarian,
berteriak kencang, “Tsunami! Awas, tsunami!”. Ibu-ibu menggendong anak kecil mereka
di pinggang sambil berlari, para bapak berteriak memberi memberi peringatan kepada
seluruh penduduk, yang lainnya memanjat pohon, berlindung di masjid, dan sisanya
berlarian menjauhi gulungan ombak itu. Salma mengikuti kerumunan, berlari
menghindari ombak. Tak ingat lagi di mana kedua orang tuanya.

Gulungan ombak itu melahap seluruh rumah, perabotan, pepohonan, bersama orang-
orang yang tertidur lelap di atas kasurnya, tidak mengetahui tsunami akan datang pagi ini.
Resmi sudah, Salma kehilangan rumahnya, yang lain tak pasti.

Satu hal lagi yang pasti, Salma akan pindah ke rumah tantenya di sebuah kota kecil yang
menyempil dekat Ibu Kota. Habis sudah kehidupan di pesisir pantai, tak ada yang tersisa.
Kedua orang tua Salma dikonfirmasi meninggal oleh rumah sakit setempat, dua hari
setelah bencana itu terjadi. Salma menangis sejadi-jadinya.

Hari-hari berlalu, sudah seminggu sejak Salma pindah ke rumah tantenya. Banyak sekali
perbedaan yang membuatnya terkejut. Tetangga tak saling menyapa, anak-anak kecil
sebayanya tak bermain bersama, juga rumah-rumah yang saling berhimpitan, tak
bercelah. Gedung-gedung tinggi, udaha berpolusi, toko-toko bertebaran di sisi kanan kiri
jalan. Semuanya terasa baru bagi Salma. Ia terus mencoba berbagai hal baru untuk
mengalihkan fokusnya dari hal-hal baru ini. Ada sebuah brosur les bahasa Inggris
tersangkut di pagar rumah. Salma cukup tertarik dengan brosur itu, foto guru yang
tertampil terlihat baik, apalagi ada banyak anak seumurannya diajari oleh guru itu,
setidaknya itu yang terlihat pada brosur. Segeralah Salma berlari menghampiri tantenya.
“Tante, aku ingin ikut ini!” Salma bersemangat, matanya berbinar-binar. “Karena kamu
tidak ada kegiatan di rumah, boleh juga.” Tantenya tersenyum ramah. Salma senang
sekali.

Tantenya segera mendaftarkan Salma ke les bahasa Inggris yang dipromosikan brosur
tersebut. Minggu depan sudah dimulai lesnya.

Pertama kali bertemu orang-orang yang tidak dikenalnya, Salma merasa malu. Tetapi
guru di sana membantunya, ia membujuk Salma untuk berbicara lebih banyak. Dua tiga
minggu terlewati, Salma mulai merasa nyaman dan senang dengan les bahasa Inggrisnya.
Ia lebih semangat belajar dan masuk speech club, atau klub pidato bahasa Inggris di
tempat lesnya tersebut. Salma mulai mengikuti lomba-lomba pidato di sekitarnya,
dimulai dari tingkat kecamatan, kota, provinsi, hingga nasional. Banyak sekali kegagalan
yang dilaluinya, tidak semua lomba dapat dimenangkan. Tetapi Salma adalah seorang
yang pantang menyerah. Walaupun banyak gagalnya, ia tahu, semua ini akan berujung
pada kesuksesan.

Tiga tahun kemudian, setelah mengikuti puluhan lomba, Salma akhirnya berkesempatan
untuk mengikuti lomba pidato bahasa Inggris tingkat nasional. Beruntungnya lagi, ia
memenangkan lomba itu dan berhasil mendapatkan beasiswa SMA di luar negeri.
Tantenya sangat bangga kepadanya, begitu juga kedua orang tuanya yang tersenyum dari
atas sana.

Anda mungkin juga menyukai