357-Article Text-1505-1-10-20171108
357-Article Text-1505-1-10-20171108
dr. Putu Nita Cahyawati, M.Sc1, Izal Zahran, S. Farm, M.Sc, M. Ikhsan Jufri, M.Sc,
Apt, Noviana S. Farm, Apt2
1Bagian Farmakologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa, Jl.
Terompong, no 24, Denpasar, Bali, Indonesia
Apotik Gentan, Yogyakarta, Indonesia
Secara tradisonal sianida dikenal sebagai racun. Selama ini sianida telah digunakan
sebagai alat untuk pembunuhan massal, upaya bunuh diri, dan sebagai senjata perang. Pada
tahun 1978, minuman rasa buah (Kool-Aid) yang mengandung potassium sianida menjadi agen
penyebab bunuh diri massal para anggota People’s Temple di Jonestown, Guyana. Selama
Perang Dunia II, para Nazi juga menggunakan sianida sebagai agen genosida dalam kamar gas.
Laporan tahunan National Poison Data System dari American Association of Poison Control
Centers, selama tahun 2007 terdapat 247 kasus paparan kimia sianida di Amerika Serikat.
Jumlah kasus yang dilaporkan tersebut relatif masih kecil karena masih banyak kematian yang
sering tidak dilaporkan. Meskipun demikian, jumlah kasus yang kecil ini tidak mengurangi
dampak buruk yang ditimbulkan, kebutuhan untuk mengenali, dan memberikan intervensi
secara cepat pada kasus keracunan sianida.
80
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
81
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
fosforilasi. Ikatan sianida dengan ion ferri menyebabkan jenis hemoglobin ini tidak
pada cytochrome oxidase a3 akan mampu mengangkut oksigen.
mengakibatkan terjadinya hambatan pada
enzim terminal dalam rantai respirasi,
rantai transport elektron dan proses
osksidasi forforilasi. Fosforilasi oksidatif
merupakan suatu proses dimana oksigen
digunakan untuk produksi adenosine
triphosphate (ATP).
Gangguan pada proses ini akan
berakibat fatal karenan proses tersebut
penting untuk mensintesis ATP dan
berlangsungnya respirasi seluler. Suplai
ATP yang rendah ini mengakibatkan Gambar1. Mekanisme keracunan sianida
mitokondria tidak mampu untuk (Jillian, 2011)
mengekstraksi dan menggunakan oksigen, Takaran atau dosis sianida:
sehingga walaupun kadar oksigen dalam a. Dosis letal dari sianida: asam
darah norml tidak mampu digunakan untuk hidrosianik sekitar 2,500–5,000
menghasilkan ATP. Akibatnya adalah
mg.min/m3, dan untuk sianogen
terjadi pergeseran dalam metabolisme
dalam sel yaitu dari aerob menjadi anaerob. klorida sekitar 11,000 mg.min/m3.
Penghentian respirasi aerobik juga b. Terpapar hidrogen sianida meskipun
dalam tingkat rendah (150-200 ppm)
menyebabkan akumulasi oksigen dalam
dapat berakibat fatal. Tingkat udara
vena. Pada kondisi ini, permasalahnya
yang diperkirakan dapat
bukan pada pengiriman oksigen tetapi pada
membahayakan hidup atau kesehatan
pengeluaran dan pemanfaatan oksigen di
adalah 50 ppm. Batasan HCN yang
tingkat sel. Hasil dari metabolisme aerob ini
direkomendasikan pada daerah kerja
berupa penumpukan asam laktat yang pada
adalah 4.7 ppm (5 mg/m3 untuk garam
akhirnya akan menimbulkan kondisi
sianida). HCN juga dapat diabsorpsi
metabolik asidosis.
melalui kulit.
Penghambatan pada sitokrom c. Ingesti 200 mg sodium atau potassium
oksidase a3 ini bukan merupakan satu- sianida pada orang dewasa dapat
satunya mekanisme yang berperan dalam berakibat fatal.
keracunan sianida. Terdapat beberapa
mekanisme lain yang terlibat, diantaranya: Sianida atau bahan kimia umumnya masuk ke
penghambatan pada enzim karbonik dalam tubuh melalui beberapa cara antara
anhidrase yang berperan penting untuk lain:
memperparah kondisi metabolik asidosis a. Melalui mulut karena tertelan (ingesti)
dan ikatan dengan methemoglobin yang Sebagian keracunan terjadi melalui jalur
terdapat konsentrasinya antara 1%-2% dari ini. Anak-anak sering menelan racun
kadar hemoglobin. Ikatan sianida ini secara tidak sengaja dan orang dewasa
terkadang bunuh diri dengan menelan
82
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
83
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
84
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
85
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
dua antidot yang telah disetujui oleh thiosulfate). Dalam tabel berikut bisa
FDA yaitu kit antidot sianida yang dilihat perbedaan mekanisme aksi dan
sudah digunakan selama puluhan tahun dosis penggunaan ke dua macam
serta hidroxokobalamin yang disetujui antidot tersebut.
pada tahun 2006. Kit antidot sianida
merupakan kombinasi dari 3 jenis
antidot yang bekerja sinergis (amyl
nitrite, sodium nitrite, dan sodium
Tabel 1. Perbedaan mekanisme aksi dan dosis penggunaan kit antidot sianida dan hidroxokobalamin
86
Vol. 1 No. 1 : 80-87 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
87