Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ILMU NEGARA

TENTANG

TEORI ASAL MULA NEGARA

DISUSUN OLEH :

DINA RAHMADANI

NIM : 2112838

DOSEN PEMBIMBING : ANDREAS RONALDO, SH.,MH

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)

LUBUK SIKAPING

YAYASAN PENDIDIKAN PASAMAN


TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori Asal Mula
Negara ” dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andreas Ronaldo selaku dosen Mata kuliah
Ilmu Negara. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
saran dan kritik dari Dosen Pembimbing ataupun teman-teman untuk kesempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua yang
membacanya.

Lubuk Sikaping, 20 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Makalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................... 1

BAB 2

PEMBAHASAN

1.ASAL MULA NEGARA......................................................................................... 2

2.TEORI ASAL MULA NEGARA........................................................................... 4

A. Zaman Yunani Kuno


1. Socrates................................................................................................ 4
2. Plato...................................................................................................... 4
3. Aristoteles............................................................................................. 5
4. Epicurus................................................................................................ 6
5. Zeno...................................................................................................... 7
B. Zaman Romawi Kuno
1. Polybius................................................................................................ 7
2. Cicero................................................................................................... 7
3. Seneca.................................................................................................. 8
C. Zaman Abad Pertengahan
1. Augustinus........................................................................................... 9
2. Thomas Aquinas.................................................................................. 11
3. Marsilius.............................................................................................. 11

iii
D. Zaman Renaissance
1. Niccolo Machiavelli................................................................................... 13
2. Thomas Moris............................................................................................ 13
3. Jean Bodin.................................................................................................. 14
E. Zaman Berkembangnya Hukum Alam

1.Teori Hukum Alam Abad ke XVII

a. Grotius.................................................................................................... 15
b. Thomas Hobbes....................................................................................... 15
c. John Looke.............................................................................................. 16
2. Teori Hukum Alam Abad ke XVIII
a. Montequieu............................................................................................. 18
b. J.J. Rousseau........................................................................................... 19

F. Zaman Berkembangnya Teori Kekuatan

1. F. Oppenheimer............................................................................................. 20

2. H.J. Laski........................................................................................................ 20

3. Leon Duguit..................................................................................................... 20

G. Teori Positivisme

1.Hans Kelsen...................................................................................................... 21

H. Teori Modern

1. Kranenburg........................................................................................................ 21

2.Logemann........................................................................................................... 22

BAB 3

PENUTUPAN

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 23
B. Saran.......................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iv
v
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara sebagai bagian dari institusi yang terbesar memiliki fungsi Yang besar pula dalam
mewujudkan tatanan sistem yang dibangun-Nya agar berjalan maksimal. Dalam hal ini
kemudian, secara umum Adanya tujuan negara merupakan landasan dasar terbentuknya
negara. Baik maupun buruk, tentunya tujuan negara tersebut menjadikan Dasar negara itu ada
dan terbentuk. Teori tentang negara di antaranya dikembangkan oleh Wirjono, Yang
mendefinisikan negara dalam tiga cara yang saling mengikat Dan baginya juga menjadi
tujuan dan keberadaan negara. Ia menyatakan, “Negara adalah sebuah masyarakat besar
tertentu, negara Adalah sebuah wilayah tertentu dan negara adalah sebuah pemerintahan”.
Wirjono menandaskan tentang tiga tujuan keberadaan Suatu negara. Dalam hal ini, ia tidak
mengatakan bahwa negara itu Secara jelas memiliki seperangkat tujuan yang melandasi
keberadaan- Nya. Namun, bahwa dalam berdirinya suatu negara, selalu ada Tujuan tertentu
yang dikejar atau coba untuk dicapai oleh negara Tersebut (Mansyur Semma, 2008;15).

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana Asal Mula Negara ?

2. Apa Saja Teori-Teori Asal Mula Terbentuknya Negara ?

C. Tujuan dari Penulisan Makalah

1. Mengetahui Bagaimana Asal Mula Negara

2. Memahami Teori-teori tentang Asal Mula Terbentuknya Negara


BAB 2

PEMBAHASAN

A. ASAL MULA NEGARA

Tidak ada suatu kepastian tentang kapan terbentuknya negara. Akan tetapi secara
umum terbentuknya negara tidak bisa terlepas Dari masa-masa yang terjadi pada saat Yunani
Kuno memiliki era Kejayaanya dimana terbentuknya polis-polis yang menjadi cikal bakal
Mulainya sejarah pemikiran tentang negara dan hukum dari bangsa Yunani kuno. Disini
kemudian dapat dikatakan bahwa bangsa Yunani Kuno dianggap memiliki peradaban yang
modern di bandingkan Era sebelumnya. Setelah Raja Pericles wafat pada tahun 429 SM di
Athena, lalu Mulailah berkuasa radikalisme, demokrasi menjadi masalah bagi Banyak orang,
dan meminta pemecahan dengan segera. Dari itu, maka Timbullah jaman filsuf-filsuf Yunani
yang besar. Banyak pemuda-Pemuda minta ketegasan dan pimpinan, oleh karena mereka
sebentar Lagi akan mengambil bagian dalam pemerintahan negara, banyak Orang yang
hendak memenuhi keinginan itu semata-mata untuk Kepentingan ini sendiri saja. Kemudian
datanglah mereka –para sofis–Menawarkan jasa mereka, siap sedia menguraikan hal-hal yang
Didengar asal saja mereka diberi imbalan jasa yang layak. Negeri Asal mereka kebanyakan
adalah Asia-kecil, yaitu daerah perbatasan Dan peradaban Timur dan Yunani. Nama mereka,
ialah kaum Sofis, Tetapi sayang mereka kemudian akan mendapatkan nama yang buruk,
Karena cara berpikir mereka (Soehino, 1996; 13).

Ibarat kata mutiara dari Raden Ajeng Kartini yaitu habis gelap Terbitlah terang, hal
itulah yang juga terungkap pada masa-masa yunani Ketika muncul kelahiran negara.
Kehadiran negara pada masa yunani Kuno tidak bisa terlepas dari bagaimana pembentukan
negara sebagai Bagian dari era kegelapan yang sebelumnya terjadi. Keadaan itu, menurut
sejarah kenegaraan, terjadi mula-mula Pada bangsa Yunani kuno dalam abad ke V SM yaitu
di Athena. Jadi Bangsa Yunani kuno-lah yang pertama-tama memulai mengadakan Pemikiran
tentang negara dan hukum, adanya kebebasan berpikir Dan mengeluarkan pendapat secara
kritis dan jujur dimulai pada Bangsa Yunani kuno. Kalau demikian apakah kiranya yang
menyebabkan adanya keadaan demikian itu?. Banyak faktor-faktor yang Memengaruhinya,
yaitu:

2
1. Adanya sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang Ditetapkan sebagai
kaidah (kanon).
2. Keadaan geografi negara tersebut yang menjuruskan kepada Perdagangan dan
perantauan sehingga bangsa Yunani sempat Bertemu dan bertukar pikiran dengan
bangsa-bangsa lain.
3. Bentuk negaranya, yaitu Republik-Demokrasi, sehingga rakyat Memerintah sedikit
dengan tanggung-jawab sendiri.
4. Kesadaran bangsa Yunani sebagai suatu kesatuan.
5. Semuanya itu (nomor 1 sampai dengan 4) menjadikan orang- Orang bangsa Yunani
sebagai orang-orang ahli pemikir dan Bernegara (Soehino, 1996; 12-13).

Berangkat dari sinilah kemudian dapat dijelaskan dan dapat Pula disimpulkan bahwa
adanya negara dapat kita mulai pada masa Yunani Kuno dimana sistem negara sudah
terbentuk yang ditandai Adanya pola pikir yang ada dalam masyarakat. Pola pikir inilah yang
Kemudian pada masa-masa selanjutnya negara dapat dikatakan ter-Bentuk sedikit demi
sedikit disebut dengan era baru peradaban negara.

3
B. TEORI ASAL MULA NEGARA

1. Zaman Yunani kuno

a.Socrates (wafat pada tahun 399 SM)

Menurut Socrates, negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang


bersifat obyektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia.Sedangkan tugas
negara adalah menciptakan hukum, yang harus dilakukan oleh para pemimpin,atau para
penguasa yang dipilih secara saksama oleh rakyat. Disini lah tersimpul pikiran demokratis
daripada Socrates.Ia selalu menolak dan menentang keras apa yang dianggapnya
bertentangan dengan ajaran nya yaitu menaati undang-undang.

Socrates meninggal,karena dipaksa (dihukum) minum racun, sebab dianggap merusak alam
pikiran dengan kepandaiannya yang telah ada waktu itu,dengan tidak meninggalkan Apa-apa,
baik tulisan-tulisan yang telah dibukukan ataupun yang masih berupa tulisan tangan.

Bahwa Socrates hidup terus dalam alam pemikiran tentang negara dan hukum arah terutama
berkat muridnya yang termasyur yaitu plato.karena Plato didalam buku-buku karangannya
memberikan tempat utama bagi gurunya yaitu Socrates.Dalam banyak hal buku Plato bersifat
tanya-jawab ,sedang jawaban-jawaban itu diutarakan menurut ajaran gurunya ,Socrates.

Maka dengan demikian sampailah kita sekarang pada ahli pemikir besar tentang negara dan
hukum, yang dihasilkan oleh sejarah kenegaraan dari bangsa Yunani kuno.

b. Plato

Plato adalah murid terbesar dari Socrates.ia hidup pada tahun 429 sampai 347 SM.pada
tahun 389 ia membuka sebuah sekolah filsafat di Athena yang diberi nama Academia.Selama
40 tahun ia mengajar pada sekolah tersebut. Dan selama itu pula ia banyak menulis
buku,maka berlainan dengan gurunya,yaitu Socrates,Plato banyak meninggalkan buku-buku
karangannya.Buku-buku plato yang terpenting didalam sejarah pemikiran tentang negara dan
hukum adalah : politenia atau negara,buku ini memuat ajaran Plato tentang negara dan
hukum; buku ini kemudia dilanjutkan dalam bukunya yang lain yang diberi nama
politikus,atau ahli negara, dan dalam bukunya yang lain diberi nama nomoi atau undang –
undang

4
Sekarang bagaimanakah ajaran Plato mengenai asal mula atau terbentuknya negara?Ajaran
nya adalah sangasederhana.Menurut Plato negara itu timbul atau ada karena adanya
kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam , yang menyebabkan mereka harus
bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka.karena masing-masing orang itu secara
sendiri-sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan nya.karena itu sesuai dengan kecakapan
mereka masing-masing, tiap-tiap orang itu mempunyai tugas sendiri-sendiri dan bekerja smaa
untuk memenuhi kepentingan mereka bersama.keaatuan mereka ini lah yang kemudian
disebut masyarakat atau negara.

Tentang hakikat negara,mengenai ini Plato mengatakan bahwa luas negara itu harus diukur
atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya,mampu atau tidaknya Negara memelihara
kesatuan didalam negara itu,oleh karena negara itu sebetulnya pada hakikat merupakan suatu
keluarga yang besar. Oleh sebab itu negara tidak boleh mempunyai luas daerah yang tidak
tertentu.

Mengenai bentuk-bentuknya negara, Menurut plato puncak daripada bentuk negara itu adalah
Aristokrasi,bentuk negara dimana Pemerintahan nya dipegang oleh para cerdik pandai dan
yang dalam menjalankan pemerintahan nya itu berpedoman pada keadilan.Disinilah para
Budiman itu memerintah sesuai dengan pikiran keadilan.Segals sesuatu ditujukan oleh
kepentingan bersama agar keadilan dapat merata.

c. Aristoteles

Menurut Aristoteles, kemunculan negara tidak bisa dipisahkan dari watak politik manusia
yang dikatakannya sebagai zoon politicon, yaitu makhluk yang berpolitik. Aristoteles
menganalogikan negara sebagai organisme tubuh. Negara lahir dalam bentuknya yang
sederhana, kemudian berkembang menjadi kuat dan dewasa, setelah itu hancur, tenggelam
dalam sejarah. Komponen-komponen negara adalah desa-desa yang terdiri dari unit-unit
keluarga. Keluarga adalah unit persekutuan terendah, sedangkan yang tertinggi adalah
negara. Negara terbentuk karena adanya manusia yang saling membutuhkan. Ini sebabnya
dalam kehidupan kemasyarakatan dan negara akan selalu terjadi hubungan saling
ketergantungan antara individu dalam masyarakat.

Mengenai ukuran atau luas wilayah suatu negara hendaknya tidak terlalu luas, tetapi juga
tidak terlalu kecil. Sebab bila negara terlalu kecil, sulit mempertahankan diri dan mudah
dikuasai negara lain. Sedangkan bila terlampau besar dan luas, akan sulit menjaganya. Dari
segi ideal menurut Aristoteles, negara adalah seperti polis atau city state. Tentang kekuasaan

5
negara polis itu, Aristoteles berpendapat bahwa karena negara merupakan jenjang tertinggi,
maka ia memiliki kekuasaan yang absolut.

Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga politik yang paling berdaulat, meski bukan
berarti negara tidak memiliki batasan kekuasaan. Negara memiliki kekuasaan tertinggi karena
ia merupakan lembaga politik yang memiliki tujuan paling tinggi dan mulia. Tujuan
dibentuknya negara adalah untuk mensejahterakan seluruh warga negara, bukan individu-
individu tertentu. Dengan kesejahteraan seluruh masyarakat, maka kesejahteraan individu
akan tercapai dengan sendirinya.

Aristoteles mengemukakan beberapa bentuk negara. Bentuk negara itu terkait erat dengan
aspek moralitas. Itu terbukti dari klasifikasinya mengenai negara yang baik dan negara yang
buruk. Negara yang baik adalah negara yang sanggup mencapai tujuannya, sedangkan yang
buruk kebalikannya. Aristoteles juga menetapkan beberapa kriteria dalam melihat bentuk
negara. Pertama, berapa jumlah orang yang memegang kekuasaan, apakah dipegang oleh satu
orang, beberapa orang, ataukah banyak orang? Kedua, apakah tujuan dibentuknya negara?

Berdasarkan kriteria itu, Aristoteles mengklasifikasikan negara dalam beberapa kategori.


Monarki, apabila kekuasaan terletak di tangan satu orang, bertujuan untuk kebaikan dan
kesejahteraan semua, adalah bentuk pemerintahan terbaik. Monarki harus diperintah oleh
seorang penguasa yang filsuf, arif, dan bijaksana. Ada juga aristokrasi, dimana pemerintahan
dikuasai beberapa orang dan bertujuan baik demi kepentingan umum. Sedangkan untuk
demokrasi sendiri, Aristoteles tidak melihatnya sebagai sebuah pemerintahan yang baik. Ia
menganggap bila sebuah negara dipegang oleh banyak orang dan bertujuan hanya demi
kepentingan mereka, maka bentuk negara seperti adalah demokrasi dan bentuk negara seperti
itu dianggap Aristoteles tidak ideal dan malahan memiliki konotasi negatif.

d. Epicurus (341-271 SM)

Epicurus adalah pencipta daripada ajaran individualisme, yang menganggap bahwa elemen
atau bagian yang terpenting bukanlah negara atau masyarakat, tetapi adalah individu itu
sendiri sebagai anggota masyarakat. Bahkan adanya negara itu adalah untuk memenuhi
kepentingan individu-individu itu sendiri. Individu sebagi atoom dan merupakan bagian yang
terpenting, ajaran epicurus disebut ajaran atoomisme. Negara menurut epicurus adalah
merupakan hasil daripada perbuatan manusia, yang diciptakan untuk menyelenggarakan
kepentingan anggotaanggotanya.

6
e.Zeno

Zeno Ajaran zeno bersifat universalistis, dan universalismenya tidak hanya meliputi bangsa
yunani saja, tetapi meliputi seluruh manusia dan bersifat kejiwaan, seluruh kemanusiaan, oleh
karena itu lenyaplah perbedaan antara orang yunani dengan orang biadab,antara orang
merdeka dengan budak, dan kemudian timbullah moral yang memungkinkan terbentuknya
kerajaan dunia, dimana setiap orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai masyarakat
dunia.

2.Zaman Romawi Kuno

a. Polybius

Menurut Polybius bentuk negara atau pemerintahan yang satu sebenarnya adalah akibat dari
pada bentuk bentuk negara yang lain yang telah mendahuluinya. Dan bentuk negara yang
terakhir tadi merupakan sebab dari bentuk negara yang berikutnya, demikianlah seterusnya
sehingga nanti bentuk-bentuk dari negara tersebut dapat terulang kembali. Perubahan bentuk
negara tadi merupakan suatu lingkaran atau suatu cylus sehingga teorinya disebut cyclus
theori.

Menurut Polybius, dimana-mana bentuk Monarki adalah bentuk yang tertua yang didirikan
atas kekuasaan dari rakyat yang merupakan kesatuan yang berdasarkan alam. Lama-kelamaan
bentuk pemerintahannya berubah dari Monarki menjadi Tyranni, Tyranni menjadi
Aristokrasi, Aristokrasi menjadi Oligarki, Oligarki menjadi Demokrasi, Demokrasi menjadi
Okhlokrasi dan kembali lagi menuju Monarki.

Di dalam teori Polybius di atas, ternyata dapat dilihat bahwa dalam pemerintahan yang baik
di dalamnya telah mengandung ekses yang buruk, dan kemudian akan melahirkan bentuk
Negara yang buruk pula. Tetapi sebaliknya didalam pemerintahan yang buruk telah
terkandung benih-benih yang kemudian akan melahirkan bentuk negara yang baik pula.

b.Cicero

Menurut Cicero adanya Negara itu merupakan suatu keharusan yang didasarkan atas ratio
manusia. Cicero berpendapat bahwa bentuk pemerintahan yang baik itu adalah bentuk yang
merupakan campuran dari tiga bentuk pemerintahan yang baik-baik pula. Tiga bentuk
pemerintahan yang baik itu adalah Monarki, aristokrasi dan Republik. Sedangkan Demokrasi
merupakan lawan atau kebalikan dari pada gabungan ketiga bentuk pemerintahan tadi.

7
c. Seneca

Pada saat itu Romawi telah mengalami kebobrokannya. Kekuasaan negara hanya tinggal pada
kekuatan bala tetaranya dan raja-raja yang memegang pemerintahan telah rusak akhlaknya.
Mulai saat itu orang mulai melepaskan diri dari adapt leluhur yang turun temurun dari bangsa
Romawi untuk mengabdi pada negara.

Kelemahan dari bangsa Romawi yaitu pada system pemerintahannya devide et impera.
Karena disini orang menggunakan tipu muslihat dan sebagainya asal itu untuk kepentingan
negara. Hal ini menyebabkan bangsa-bangsa yang telah ditakhlukkan menjadi sadar kembali
dan mengadakan perlawanan terhadap Romawi.

C.Zaman Abad Pertengahan

Pada zaman abad pertengahan mulai dipengaruhi oleh agama yaitu agama Kristen.jadi segala
sesuatu di dunia ini sudah dikehendaki oleh Tuhan. Dengan demikian lenyaplah alas an yang
kuat bagi orang untuk mengadakan pemikiran tentang negara dan hukum.

Sejak semula yang menarik perhatian istimewa dari pemerintahan kerajaan Romawi terhadap
penganut-penganut agama Kristen tersebut ialah adanya sikap yang istimewa dari mereka
terhadap pemerintahan kerajaan, tidak mau mengenal dan menerima sikap yang lazim
terhadap aliran-aliran lain, dan berpendapat bahwa hanya mereka sajalah yang memiliki
pengetahuan sempurna dan lebih tinggi, dan pendirian mereka yang tidak mau mengakui
yang lain-lain itu sederajat. Dengan demikian agama Kristen sejak semula telah menimbulkan
persoalan-persoalan baru yaitu persoalan tentang gereja dan negara. Inilah yang antara lain
dianggap oleh raja sebagai alasan untuk mengejar, menangkap dan mengusut secara kejam
terhadap penganut-penganut agama tersebut. Bisa dikatakan juga bahwa agama Kristen
mengajarkan adanya kepercayaan pada satu Tuhan dan ini bertentangan dengan kepercayaan
yang dianut bangsa Romawi pada waktu itu yaitu Panteisme. Selain itu juga mengajarkan
agar orang tidak perlu mentaati peraturan-peraturan negara yang bertentangan dengan
keyakinannya, lebih-lebih kalau peraturan negara itu bertentangan dengan ajaran-ajaran
agama.

Agama Kristen lalu mendirikan suatu organisasi gereja dengan dikepalai oleh seorang Paus,
sebagai wakil dari Tuhan untuk memerintah di dunia. Tetapi sesungguhnya pada abad
pertengahan itu semua orang telah sepakat bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi itu

8
adalah Tuhan. Hanya saja pelaksanaannya di dunia ini siapakah yang mewakilinya?Raja
ataukah Paus?

Dengan terbentuknya susunan organisasi gereja yang organ-organnya sama dengan organ-
organ susunan organisasi negara, maka di dunia ini terdapat dua organisasai kekuasaan yaitu
organisasai negara yang dikepalai oleh seorang raja dan organisasi gereja yang dikepalai oleh
seorang Paus. Padahal jika dalam satu negara terdapat dua kekuasaan maka negara tersebut
tidak bias berjalan dengan lancar.

Zaman abad pertengahan yang berkembang selama lebih kurang sepuluh abad ( dari abad ke
V sampai dengan abad ke XV ) sesungguhnya terbagi dalam dua masa atau dua zaman.
Pembagian itu ditandai dengan adanya peristiwa besar atau perang salib. Kedua zaman
tersebut adalah :

Zaman abad pertengahan sebelum perang salib, abad ke V sampai abad ke XII.

Zaman abad pertengahan sesudah perang salib, abad ke XII sampai dengan ke XV.

Dalam kedua zaman ini terdapat ajaran-ajaran tentang negara dan hukum yang saling
berbeda. Ini menyebabkan berubahnya cara berpikir mereka yaitu dari cara berfikir yang
bersifat teokratis-mutlak ( pada abad pertengahan sebelum perang salb ) ke cara berpikir
teokratis-kritis ( pada abad pertengahan sesudah perang salib ).

Dari abad ke V sampai abad ke XII ( abad pertengahan sebelum perang salib ) adalah ajaran
Augustinus dan Thomas Aquinas. Sedangkan dari abad ke XII sampai dengan abad ke XV
( abad pertengahan sesudah perang salib ) adalah ajaran-ajaran dari Marsilius.

a.Augustinus

Menurut Augustinus yang ajarannya sangat bersifa Teokratis bahwa kedudukan gereja yang
dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi dari pada kedudukan negara yang diperintah Raja. Karena
adanya negara di dunia itu merupakan suatu kejelekan tetapi juga merupakan suatu
keharusan.. yang terpenting adalah terciptannya suatu negara seperti yang diangan-angankan
atau dicita-citakan oleh agama yaitu Negara Tuhan. Jadi disini nampak jelas bahwa negara
mempunyai kedudukan lebih rendah dari gereja.

Orang pada waktu itu juga membicarakan tentang hukum tetapi yang dimaksud bukanlah
hukum dari Tuhan melainkan hukum dari Justinianus. Kemudian ia membuktikan ( benarkah
bahwa Paus telah terpengaruh oleh soal-soal keduniawian ) dengan teori dua pedang tersebut.

9
Dengan maksud bahwa kekuasaan kerokhanian atau keagamaan jadi kekuasaan gereja atau
Paus dan kekuasaan keduniawian menjadi kekuasaan negara atau raja.

Maksud ajaran dari dua pedang itu bahwa Paus mengahadiahkan pedang duniawi berarti Paus
telah melepaskan kekuasaan keduniawian dari tangannya. Sehingga yang tersisa adalah
kekuasaan keagamaan atau kerokhanian saja. Karena kekuasaan keduniawian tidak sesuai
dengan martabat gereja yang selalu menganjurkan kehidupan yang alim dalam suasana
ketentraman.

Ada teori gambaran lain dari Genesis ( kejadian ) yaitu kaisar atau raja dapat dianggap
sebagai bulan, sedangkan Paus dianggap sebagai matahari. Bulan itu mendapatkan cahayanya
dari matahari. Dengan kata lain kaisar atau raja mendapatkan kekuasaannya itu dari Paus.
Bahkan dalam urusan keduniawian, Paus mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dari kaisar
atau raja.

Ajaran filsafat dari zaman abad pertengahan disebut Scholastik. Ajarannya bersifat
memahamkan dan menjelaskan secara rasionil dari ajaran-ajaran yang telah dikeluarkan oleh
gereja. Pencipta ajaran Scholastik adalah Anselmus Canterbury. Dasar pokok ajaran
filsafatnya adalah bahwasannya orang itu harus percaya dan mengerti. Tetapi ini kemudian
diubag oleh Abaelard bahwa pengertian itu harus didahului kepercayaan.

Menurut Jhon Salisbury, negara itu seharusnya tidak hanya menciptakan perdamaian untuk
kepentingan gereja seperti yang diajarkan oleh Augustinus melainkan seharusnya menjamin
pula keselamatan dan ketentraman kehidupan masyarakat. Akibat dari ajaran Jhon Salisbury
tersebut maka lenyaplah ajaran dua pedang dan ajaran matahari dan bulan yang
menggambarkan secara tajam pertentangan antara kekuasaan negara dan kekuasaan gereja.
Dan mulai saat itu timbul kerja sama yang erat antara kekuasaan negara dengan kekuasaan
gereja karena keduanya merupakan bagian suatu kesatuan organis. Gereja diumpamakan
sebagai jiwa dari organisme, sedangkan raja sebagai kepalanya. Maka jiwa itu memimpin
badan dan kepalanya, dengan maksud bahwa semangat gereja haruslah memimpin negara.
Tetapi demi martabatnya, gereja tidak boleh mencampuri urusan keduniawian karena urusan
tersebut harus dijalankan oleh negara.

10
b.Thomas Aquinas

Dalam ajaran-ajarannya, Thomas Aquinas banyak terpengaruh oleh ajaran Aristoteles.


Pengaruh ini terjadi akibat dari adanya perang salib. Pada waktu itu orang-orang dari Eropa
Barat banyak yang pergi ke Timur Tengah, untuk menyelamatkan makam-makam Kristen.

Tugas negara adalah membuka atau memberikan kesempatan bagi manusia agar tuntutan dari
gereja dapat dilaksanakan. Dengan kata lain negara itu harus menyelenggarakan keamanan
dan perdamaianagar masing-masing orang dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan bakat
dalam suasana tentram. Disinilah letak kerja sama antara negara dan gereja.

Hal ini sesuai dengan pendapat Thomas Aquinas tentang keseimbangan kedudukan antara
negara dengan gereja. Oraganisasi negara yang dipimpin oleh raja mempunyai kedudukan
sama dengan organisasi gereja yang dipimpin oleh Paus. Hanya saja tugas atau kekuasaan
Negara adalah dalam keduniawian sedangkan tugas gereja adalah dalam kerokhanian atau
keagamaan.

Meskipun Thomas Aquinas telah memberikan kedudukan yang pasti kepada manusia yaitu
sebagai makhluk social yang berhasrat untuk hidup bermasyarakat, tetapi manusia itu belum
merupakan unsure yang mutlak dalam pembentukan masyarakat. Karena didalam masyarakat
itu harus ada yang memerintah.

Menurut pendapatnya ada tiga kemungkinan bentuk pemerintahan dari suatu negara yaitu :

a) Pemerintahan oleh satu orang. Ini yang baik disebut Monarki dan yang jelek disebut
Tyranni.

b) Pemerintahan oleh beberapa orang. Ini yang baik disebut Aristokrasi dan yang jelek
disebut Oligarki.

c) Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Ini yang baik disebut Politeia, ini kalau menurut
Aristotelesdisebut Republik Konstitusionil dan yang jelek disebut Demokrasi.

c. Marsilius

Mengenai ajaran kenegaraannya, Marsilius sangat dipengaruhi oleh ajaran Aristoteles.


Negara adalah suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar hidup dan
mempunyai tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian.

11
Menurut Marsilius terbentuknya negara tidaklah semata-mata karena kehendak Tuhan atau
kodrat Tuhan melainkan negara itu terjadi karena perjanjian dari orang-orang yang hidup
bersama untuk menyelenggarakan perdamaian.

Sedangkan untuk kekuasaan negara, yang tertinggi itu ada pada rakyat. Jadi kedaulatan itu
ada pada rakyat sebab rakyatlah yang berhak membuat peraturan-peraturan hukum atau
undang-undang. Hal ini karena negara itu merupakan kesatuan dari orang-orang yang bebas,
merdeka jadi tidak mungkin seseorang itu menguasai orang lain.

Marsilius telahmengadakan pemisahan yang tegas antara negara dan gereja. Dikatakan bahwa
kedudukan negara itu lebih tinggi daripada gereja karena berdasarkan perjanjian antara
orang-orang untuk menyelenggarakan perdamaian. Jadi adanya negara itu lebih dahulu
daripada gereja. Lagi pula negara itu dapat membuat peraturan-peraturan hukum atau
undang-undang yang bersumberkan pada kekuatan rakyat yang bersifat mengikat dan dapat
dijatuhi sanksi kepada siapa saja yang melanggarnya. Sedangkan gereja tidak dapat berbuat
yang demikian tadi.

4.Zaman Renaissance

Pandangan hidup dan ajaran-ajaran tentang Negara dan hukum pada zaman renaissance ini
sangat dipengaruhi oleh berbagai paham. Sehingga dapat merubah dan membelokkan
pandangan hidup dan ajaran-ajaran tentang Negara dan hukum yang ada pada waktu itu.
Paham-paham yang mempengaruhi tersebut antara lain :

Berkembangnya kembali kebudayaan Yunani kuno. Pengaruh ini timbul karena terjadinya
perang salib.

Paham kedua yang mempengaruhi keadaan zaman renaissance adalah system feodalisme
yang berakar pada kebudayaan Jerman kuno. System ini mempengaruhi Romawi Barat
sebagai akibat ditaklukkannya Romawi Barat oleh bangsa Jerman. System feodalisme ini
menimbulkan kekacauan dan perpecahan.

Tokoh pada zaman renaissance yang dapat memecahkan masalah kekacauan dan perebutan
kekuasaan adalah Nicollo Machiavelli.

12
a.Nicollo Machiavelli

Tujuan Negara menurut Nicollo Machiavelli yaitu untuk mengusahakan terselenggaranya


ketertiban, keamanan dan ketentraman. Dan ini dapat dicapai oleh pemerintahan seorang raja
yang mempunyai kekuasaan absolute.

Menurut pendapat Nicollo Machiavelli, bentuk pemerintahan yang paling baik adalah
Monarki. Dari dikirannya ia mengatakan apabila orang-orang itu ekonomis sama kuatnya,
maka sebaiknya dilaksanakan system pemerintahan yang demokratis. Ia memberikan nilai
yang tinggi pada Demokrasi, akan tetapi untuk itu diperlukan partisipasi dari warga Negara
yang mempunyai selera untuk usaha bersama tersebut. Sedangkan bentuk Aristokrasi ditolak
olehnya.

b.Thomas Morus

Buku Utopia dari Thomas Morus dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
menggambarkan keadaan yang menyebabkan serta menhilhami Thomas Morus menciptakan
Negara modelnya. Yaitu keadaan dimana rakyat mengalami tekanan-tekanan baik dari tidak
raja maupun dari para bangsawan yang menyebabkan kesengsaraan rakyat terutama dalam
lapangan ekonomi.

Buku kedua menggambarkan Negara model yang dikhayalkan oleh Thomas Morus. Isi dari
buku tersebut antara lain adalah seorang penakluk, Utopis telah membuat penduduk asli yang
biadab menjadi suatu natie atau bangsa. Setiap orang wajib bekerja selama enam jam sehari
sedangkan orang-orang boleh tidur selama delapan jam sehari. Hanya yang mempelajari ilmu
pengetahuan yang dibebaskan dari kewajiban tersebut. Setiap kota berbeda-beda dalam hal
upacara keagamaannya. Ini menunjukkan adanya kebebasan memeluk agama. Untuk soal
kematian tidak dipikirkan malahan menjadi hal yang diharapkan karena mati itu berarti
beralih ke penghidupan yang lebih baik.

Demikian gambaran Negara model dalam Utopianya Thomas Morus. Yang tidak lain
merupakan kritikan tajam terhadap ketidak adilan di Ingris pada waktu itu terhadap kaum
feudal, bangsawan dan terutama gugatan tergadap keluarga raja Tudor yang pada waktu itu
memerintah di Inggris unruk mencapai kekuasaan absolute dalam lapangan ketatanegaraan.

13
c. Jean Bodin

Sama halnya dengan Nicollo Machiavelli, Jean Bodin juga menyatakan tujuan Negara yaitu
kekuasaan. Definisi tentang Negara yaitu keseluruhan dari keluarga-keluarga dengan segala
miliknya, yang dipimpin oleh akal dari seorang penguasa yang berdaulat. Kedaulatan adalah
kekuasaan tertinggi terhadap para warga Negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan
apapun dari undang-undang.

Menurut Jean Bodin tadi kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum di
dalam suatu Negara yang sifatnya :

 Tunggal. Berarti didalam Negara itu tidak ada kekuasaan lainnya untuk menentukan
atau membuat undang-undang.
 Asli: Berarti kekuasaan tidak berasal dari kekuasaan lain.
 Abadi: Berarti yang mempunyai kekuasaan tertinggi adalah Negara.
 Tidak dapat dibagi-bagi. Berarti kedaulatan itu tidak dapat diserahkan kepada orang
atau badan lain.

5.Zaman Berkembangnya Hukum Alam

Ajaran hukum alam memberikan suatu dasar baru bagi tinjauan mengenai pemikiran tentang
Negara dan hukum yang didalam sejarah pemikirannya mempunyai kedudukan tersendiri dan
penting. Selain itu juga mempunyai akibat-akibat bagi perkembangan ketatanegaraan
terutama di Eropa Barat khususnya abad ke XVII dan abad ke XVIII teori hukum alam sangat
berkuasa dan menimbulkan ajaran-ajaran baru.

Perbedaan hukum alam abad ke XVII dan abad ke XVIII yaitu hukum alam pada abad ke
XVII hanya menerima dan menerangkan keadaan saja. Sedangkan sifat ajaran hukum alam
pada abad ke XVIII berubah dari menerima dan menerangkan menjadi memberikan penilaian
atau dengan kata lain menilai. Selain itu juga propogandis dan politis.

Sifat dan sikap ajaran hukum alam abad ke XVII tidak mempunyai pengaruh politik apapun.
Karena semua itu dianggap sebagai mana mestinya dan sesuai dengan rasio. Sedangkan
akibat sifat dan sikap ajaran hukum alam pada abad ke XVIII yaitu mempunyai atau
memperoleh pengertian politik yang penting. Sebab semua keadaan dan kenyataan yang ada
akan dinilai dan diuji dengan apa yang dikehendaki akal pikiran atau rasio.

14
a.Teori Hukum Alam abad ke XVII

1) Grotius ( Hugo de Groot )

Dalam penjara, Grotius telah menulis buku karangannya yang terkenal De Jure Belli ac Pacis
( hukum perang dan damai ). Dengan bukunya itu Grotius menjadi seorang ahli pemikir besar
tentang Negara dan hukum, serta dianggap sebagai peletak dasar pertama atau pelopor
bahkan pencipta dari hukum alam modern.

Menurut Grotius hukum alam adalah segala ketentuan yang benar dan baik menurut rasio dan
tidak mungkin salah serta adil. Sebagai contoh misalnya :

 Orang harus menghormati milik orang lain.


 Orang harus menghormati orang lain.
 Orang harus mengganti kerugian yang ditimbulkan karena kesalahannya.
 Orang harus menepati janji.
 Orang harus mengembalikan milik orang lain yang ada padanya secara tidak sah.

Menurut Grotius Negara itu terjadi karena adanya suatu perjanjian. Penyebab orang
mengadakan perjanjian yaitu karena termasuk makhluk social yang selalu ada hasrat untuk
hidup bermasyarakat juga memiliki rasio.

2) Thomas Hobbes

Thomas Hobbes adalah ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum dari Inggris. Bellum
omnium contra omnes merupakan keadaan dimana setiap orang selalu memperlihatkan
keinginan-keinginan yang bersifat egoistis. Penyebab keadaan tersebut karena manusia
memiliki sifat-sifat tertentu yaitu :

 Competition, competition, persaingan. Ini berarti bahwa manusia itu selalu berlomba
untuk mengatasi manusia lain karena adanya rasa takut bahwa dia tidak akan
mendapat pujian dari orang lain.
 Defentio, defend, mempertahankan atau membela diri. Ini berarti bahwa manusia
tidak mau dikuasai orang lain.
 Gloria. Ini adalah sifat keinginan untuk dihormati, disegani dan dipuji.

Manusia masih memiliki sifat lain yang menyebabkan tidak terlaksananya tiga sifat tadi,
karena tiga sifat tadi hanya terlaksana dalam keadaan damai. Tiga sifat itu adalah :

15
 Takut mati.
 Ingin memiliki sesuatu.
 Ingin mempunyai kesempatan untuk bekerja agar memiliki sesuatu.

Didalam perjanjian masyarakatnya Thomas Hobbes, tersimpul penyerahan hak-hak dari


individu-individu kepada masyarakat kecuali dari raja karena raja tidak ikut perjanjian. Raja
dapat melaksanakan apa saja bahkan diperbolehkan membunuh sekalipun asal ini untuk
perdamaian yang menjadi tujuan dari perjanjian masyarakat yang juga menjadi tujuan
Negara.

Kekuasaan raja yang bersifat absolute ini meliputi segala segi kehidupan di dalam
masyarakat, baik yang bersifat keduniawian maupun yang bersifat kebhatinan atau
kepercayaan misalnya agama. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia itu tidak memiliki
kepribadian lagi sebab kebebasan individu amat terbatas.

3) John Locke

Jhon Locke adalah ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum dari Inggris. Ajaran Jhon
Locke tentang Negara dan hukum nantinya merupakan jembatan antara pemikiran tentang
Negara dan hukum pada abad ke XVII dengan pemikiran abad ke XVIII.

Mengenai pendapatnya tentang hukum alam ternyata masih sama dengan pendapat-pendapat
sebelumnya, yaitu hukum alam tetap mempunyai dasar rasional dan perjanjian masyarakat
yang timbul dari hak-hak manusia dari keadaan alamiah, tetapi cara berpikir bersifat logis-
deductief-matematis telah dilepaskan dan diganti dengan cara berpikir yang realistis dengan
memperlihatkan sungguh-sungguh praktek ketatanegaraan dan hukum.

Menurut Jhon Locke, dalam keadaan alamiah manusia telah mempunyai hak-hak alamiah,
yaitu hak-hak manusia yang dimilikinya secara pribadi. Hak-hak alamiah yang dimaksudkan
itu adalah :

 Hak akan hidup.


 Hak akan kebebasan atau kemerdekaan.
 Hak akan milik, hak akan memiliki sesuatu.

Tugas Negara menurut Jhon Locke adalah menetapkan dan melaksanakan hukum alam.
Hukum alam disini dalam pengertiannyayang luas, artinya Negara itu tidak hanya

16
menetapkan dan melaksanakan hukum alam saja tetapi dalam membuat peraturan-peraturan
atau undang-undang negarapun juga harus berpedoman pada hukum alam.

Jadi dengan demikian tugas negara adalah :

 Membuat atau menetapkan peraturan. Dalam hal ini Negara melaksanakan kekuasaan
perundang-undangan, legislative.
 Melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan itu selain itu juga
mengawasi pelaksanaannya, eksekutif dan yudikatif.
 Kekuasaan mengatur hubungan dengan Negara-negara lain, federatif.

Untuk bentuk-bentuk Negara, Jhon Locke mempergunakan criteria pada siapa kekuatan
perudang-undangan tadi diserahkan. Berdasarkan criteria tersebut maka bentuk Negara itu
dapat dibedakan menjadi :

 Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan kepada satu orang saja, maka
Negara ini disebut Monarki.
 Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan kepada beberapa orang atau
kepada suatu dewan maka Negara ini disebut Aristokrasi.
 Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan kepada masyarakat
seluruhnya atau rakyat, sedang pemerintah hanya melaksanakan saja, maka Negara ini
disebut Demokrasi.

Yang menyebabkan perbedaan pendapat antara Jhon Locke dan Tomas Hobbes adalah :

 Pandangan dari kedua sarjana itu sebenarnya tidak objektif. Thomas Hobbes menjadi
seorang pembela hak-hak pemerintahan absolutisme, khususnya hak-hak
pemerintahan raja Inggris karena ia menganggap bahwa kekuasaan absolute adalah
wajar. Sedangkan Jhon Locke menjadi pembela dari hak-hak pemerintahan monarki
terbatas.
 Hipotesa kedua sarjana itu berbeda. Thomas Hobbes berpendapat bahwa dalam
keadaan alam bebas itu, manusia menurut kodratnya hidup tanpa hak, yang dimiliki
pada waktu itu baru sifat-sifatnya saja. Sedangkan menurut Jhon Locke, manusia
dalam keadaan alam bebas itu menurut kodratnya memiliki hak-hak yang disebut hak
azasi.

17
 Perbedaan pendapat tentang tujuan dari perjanjian masyarakat yang juga tujuan
Negara. Thomas Hobbes tujuannya adalah untuk menyelenggarakan perdamaian.
Sedangkan Jhon Locke untuk menjamin atau memelihara terlaksananya hak-hak
azasi.
 Sifat dari perjanjian masyarakat. Menurut ajaran Thomas Hobbes perjanjian
masyarakat itu bersifat langsung. Artinya orang-orang menyelenggarakan perjanjian
itu langsung menyerahkan atau melepaskan haknya atau kemerdekaanya kepada raja,
jadi tidak melalui masyarakat. Sedangkan menurut Jhon Locke perjanjian masyarakat
itu bertingkat. Artinya orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian itu
menyerahkan hak-hak ( almiahnya ) kepada masyarakat, kemudian masyarakatlah
yang akan menyerahkannya kepada raja.
 Meskipun pendapat dari dua sarjan aitu sama yaitu keadaan alamiah mendahului
keadaan bernegara, tetapi kalu menurut Thomas Hobbes keadaan alamiah itu selalu
mengalami kekacauan. Sedangkan menurut Jhon Locke dalam keadaaan alamiah itu
ada perdamaian dan akal pikiran seperti halnya dalam keadaan bernegara.

6.Teori Hukum Alam abad ke XVIII

1) Montesquieu

Montesquieu adalah ahli pemikir besar yang pertama diantara ahli-ahli pemikir besar tentang
Negara dan hukum dari Perancis. Menurut pendapatnya, kekuasaan Negara dibagi atau
dipisahkan menjadi tiga yang masing-masing kekuasaan itu dilaksanakan oleh suatu badan
yang berdiri sendiri, yaitu :

a) Kekuasaan perundang-undangan ( legislative ).


b) Kekuasaan melaksanakan perintah ( eksekutif ), dan
c) kekuasaan kehakiman ( yudikatif ).

Pendapat Montesquieu tersebut kemudian terkenal sebagai ajaran trias-politika, dan yang
memberikan nama tersebut adalah Imanuel Kant. Dengan dipisahkannya kekuasaan Negara
tadi, akan menghilangkan kemungkinan timbulnya tindakan sewenang-wenang dari seorang
penguasa atau tidak memberikan kemungkinan dilaksanakannya system pemerintahan
absolutisme.

18
2) Jean Jacques Rousseau

Rousseau adalah seorang ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum dari Swiss. Ia
menganggap manusia yang asalnya baik itu telah dirusak oleh peradaban.

Dengan diselenggarakannya perjanjian masyarakat berarti tiap-tiap orang melepaskan dan


menyerahkan semua haknya kepada kesatuannya yaitu masyarakat. Sebagai akibat
diselenggarakannya perjanjian masyarakat ini adalah :

a) Terciptanya kemauan atau volonte` ge`ne`rale yaitu kesatuan dari kemauan orang-
orang yang telah menyelenggarakan perjanjian masyarakat tadi. Inilah yang
merupakan kekuasaan tertinggi atau kedaulatan.
b) Terbentuknya masyarakat, atau Gameinschaft yaitu kesatuan dari orang-orang yang
menyelenggarakan perjanjian masyarakat tadi. Masyarakat inilah yang memiliki
kemauan umum yaitu suatu kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak bias
dilepaskan. Oleh karena itulah kekuasaan tertinggi tadi disebut kedaulatan rakyat.

Menurut Rousseau masyarakat itu hanya menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa,


sedangkan kedaulatannya itu tidak dapat diserahkan kepada siapapun. Oleh karena itu apabila
penguasa itu mengadakan tindakan yang bertentangan atau menyimpang adari kemauan
rakyat, maka rakyat dapat mengganti penguasa itu dengan penguasa yang baru.

Konsekuensi dari ajaran Rousseau adalah :

a) Adanya hak dari rakyat untuk mengganti atau menggeser penguasa.


b) Adanya faham yang berkuasa itu rakyat atau faham kedaulatan rakyat.

Menurut Rousseau bentuk-bentuk Negara itu adalah :

a) Apabila kekuasaan Negara atau pemerintahan ada pada seorang raja sebagai wakil dari
rakyat maka disebut Monarki.

b) Apabila kekuasaan Negara atau pemerintahan itu pada tangan dua orang atau lebih maka
disebut Aristokrasi.

c) Apabila kekuasaan Negara atau pemerintahan ada pada rakyat yang baik sifatnya maka
disebut Demokrasi.

19
7.Zaman Berkembangnya Teori Kekuatan (kekuaaan)

Menurut teori kekuatan Negara itu merupakan alat dari golongan yang kuat untuk menghisap
gologan yang lemah, terutama, sekarang, dalam lapangan ekonomi. Memamng kadang
kadang Negara itu atau konkritnya penguasa, mengeluarkan peraturan yang nampaknya
menguntungkan golongan yang lemah, tapi akhirnya tokoh yang diperhatikan hanya
kepentingan si penguasa.

a.F. openheimer

Dalam buku nya die sache, mengatakan bahwa Negara itu adalah merupakan suatu alat dari
golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat, yang oleh golongan kuat
tadi dilaksanakan kepada golongan yang emah dengan maksd untuk menyusun dan membela
kekuasaan dari golongan yang kuat tadi.

b.Karl marx

Menurutnya Negara itu adalah merupakan penjelmaan daripada pertangan kekuatan ekonomi.
Negara dipergunakan sebagai alat dari mereka yang kuat untuk menindas golongan yang
lemah ekonominya. Yang dimaksud dengan orang yang kuat disini adalah mereka yang
memiliki alat alat produksi. Negara menurutnya akan lenyap dengan sendirinya karena
didalam masyarakat itu sudah tidak terdapat alagi perbedaan kelas dan pertantangan ekonomi.

c.H. j. laski

Menurut bukunya destate the state intheury and practice. Juga, pengantar ilmu politik. Bahwa
Negara itu adalah merupakan suatu alat pemaksa, atau dwang organizatie, untuk
melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis system produksi yang stabil, dan pelaksanaan
sisten produksi ini semata mata akan menguntungkan golongan yang kuat, yang berkuasa.
Artinya, kalau misalnya penguasa itu dari aliran kapitalisme, maka organisasi Negara itu tadi
selalu akan dipergunakan oelh penguasa untuk melangsungkan system ekonomi kapitalis.

d.Leon duguide

Dalam bukunya traite de droid jones contituionel memberikan keterangan tentang


pembelajaran hukum dan Negara yang semata mata bersipat realistis. Dia tidak mengakui
adanya hak subyektif atas kekuasaan juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa Negara
dan kekuasaan itu adanya atas kehendak tuhan, ditolaknya juga ajaran perjanjian masyarakat
tentang terjadinya Negara dan kekuasaan. Menurut pendapatnya yang benar, kebenaran itu

20
bersifat mutlak adalah bahwa les pluffures, orang orang yang paling kuat, memaksakan
kemauannya kepada orang lain yang dianggap lemah.

8.Zaman Positivisme

Menurut hans kelsen teori positifisme me nyatakan bahwa tak usah mempersoalkan asal mula
Negara, sifat serta hakekat Negara dan sebagainya, karena kita tidak mengalami sendiri. Jadi
tanpa menyinggung tentang asal mula Negara, sifat serta hakekat Negara. kalau sekarang
timbul atau ada Negara itu bukanlah merupakan suatu kelahiran yang asli, tetapi hanya
merupakan kelahiran kembali dari pada Negara yang ada pada jaman dahulu. Maka aliran
positivism lalu mengatakan, kalu kita akan membicarakan Negara katakanlah Negara itu
sebagaimana adanya.

Hans kelsen adalah seorang ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum dari Austria yang
kemudian menjadi warga Negara amerika. Bukunya antara lain allegemeine staatsle here,
terbit pada tahun 1925, dan deer soziologische und der juristische staatsbegriff terbit pada
tahun 1922.

9.Teori Modern

Teori atau aliran modern ini mengatakan bahwa Negara dan hukum kalau kita hendak
menyelidiki atau mempelajari Negara maka dari itu anggap saja Negara sebagai sebgai suatu
fakta atau kenyataan yang terikat pada keadaan, tempat, dan waktu.

Dari aliran modern ini antara lain kita dapat ajaran dari :

a.Prof. Mr.R. Kranenburg

Ia mengatakan bahwa Negara itu pada khakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang
diciptakan oleh sekellompok manusia yang disebut bangsa. Jadi menurut ia terlebih dahulu
harus ada sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu
organisasi, dengan tujuan untuk memelihara kepentingan dari kelompok tersebut.
Pendapatnya tersebut didasarkan atu dikuatkan dengan alsan asalan bahwa pada jaman
modern ini terdapat reformasi reformasi kerjasama internasional atau antara bangsa bangsa.

21
b.Logemann

Berbeda dengan pendapat kraneanburg, logemann mengatakan bahwa Negara itu suatu
organisasi ekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian
disebut bangsa. Jadi pertama tama Negara itu suatu organisasi, maka organisasi ini memiliki
suatu kewibawaaan, atau gezag, dalam mana terkandung pengertian dapat memaksakan
kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi itu.

22
BAB 3

PENUTUPAN

A.Kesimpulan

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa,teori asal asal mula negara terbagi atas :

1. Teori pada zaman yunani kuno


2. Teori pada zaman romawi kuno
3. Zaman abad Pertengahan
4. Zaman renaissanse (abad ke XVI)
5. Zaman perkembangan hukum alam
6. Zaman berkembangnya teori kekuasaan
7. Teori positivismme
8. Teori modern

B.Saran

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segisusunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat memperbaiki Makalah ini.

Terimakasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Soehino, Ilmu Negara , Yogyakarta : Liberty, 1984

http://alifia-imananda-Fisip13.web.unair.ac.id

http://holago.wordpress.com

http://bariqmi.wordpress.com

24

Anda mungkin juga menyukai