Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : IRAWAN PAMUNGKAS

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041083757

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4209/ ILMU NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 15/ PANGKAL PINANG

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Max Weber menciptakan model tipe ideal birokrasi yang menjelaskan bahwa suatu
birokrasi atau administrasi mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua fungsi
dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Tipe ideal itu menurutnya bisa dipergunakan
untukmembandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain.
Menurut Max Weber bahwa tipe ideal birokrasi yang rasional tersebut dilakukan dalam cara-
cara sebagai berikut: Pertama, individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi
oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam
jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan
kepentingan pribadinya termasuk keluarganya. Kedua, jabatan-jabatan itu disusun dalam
tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan
dan bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih
kecil. Ketiga, tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hiearki itu secara spesifik
berbeda satu sama lainnya. Sementara MacIver menyebut negara adalah asosiasi yang
menyelenggarakan ketertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh Suatu pemerintah. Sehingga pada
kasus diatas tanpa melihat latar belakang dari para penyebar hoax kepolisian akan tetap
memproses sebagaimana peraturan yang ada dan dengan adanya hal tersebut akan
membuat efek jera kepada pihak penyebar hoax sehingga ketertiban masyarakat terjaga.

2. Pada prinsipnya hukum mengatur hubungan antara orang satu dengan yang lainnya.
Semua hubungan dalam masyarakat tidak mungkin di lepaskan dari hukum. Oleh karena itu
Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan
hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban yang
lain. Pada kasus tersebut dapat diketahui bahwasanya ada nya hubungan hukum
kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara tersebut merupakan hal penting dalam
mengimplementasikan hubungan hukum antara penguasa dengan yang dikuasai termasuk
hubungan hukum ke luar dengan negara lainnya secara internasional.

3. Bagi Santo Antonius, Monarki merupakan bentuk negara yang menghormati Tuhan itu
sendiri dengan cara menghormati representatif Tuhan yakni Raja. Pernyataan ini berasal
dari gagasan utama hasil pemikiran Santo Agustinus yang kemudian berkembang menjadi
dogma yang dipercayai, yakni bahwa sejatinya negara yang berarti persekutuan sejumlah
manusia itu digolongkan menjadi 2 jenis, negara Allah atau negara Surga dan negara
duniawi. Menurut Santo Agustinus, negara Surga merupakan negara ideal dimana terdapat
segalanya yang baik dan tidak ada dosa dan kejahatan. Sebaliknya, negara duniawi adalah
tempat keegoisan dan keculasan merajalela. Negara Surga yang disebut oleh Santo
Agustinus ini kemudian sesungguhnya menunjukkan wujud ideal surga itu sendiri, yakni
tempat segala kebaikan tanpa sedikitpun kejahatan. Santo Agustinus yang juga pengagum
Plato mengatakan bahwa negara Surga inilah yang oleh Plato dijelaskan sebagai suatu
tempat bersekutu atau berkumpul atau bermasyarakat yang ideal. Sementara negara
duniawi, oleh Santo Agustinus digambarkan dengan keadaan dunia saat itu, yang penuh
kejahatan dan cenderung nampak kelam. Menurut Santo Agustinus juga, kedua negara ini
ia percaya ada dan eksis, bahkan hidup berdampingan dan susah dipisahkan. Namun
meskipun Santo Agustinus pemikiran sangat dipengaruhi oleh Filsafat Kristen, bukan berarti
yang dimaksud negara surgawi oleh Agustinus adalah bentuk kepemerintahan agama
Kristen atau Keuskupan, namun lebih tepat jika pengertian dari negara surgawi merupakan
bentuk normatif abstrak atau ways of life dimana dalam menjalankan kepemerintahan harus
melakukan suatu Prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut adalah; kejujuran,
keadilan, keluhuran budi, kesetiaan, moralitas yang terpuji, keindahan dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan negara sekuler merupakan suatu kondisi dimana setiap
manusia yang terefleksi pada pemerintahan diwarnai dengan dosa, keangkuhan, dan cinta
yang egois. Hal tersebut berarti mencerminkan bahwa pada bentuk pemerintahan yang
seharusnya menjunjung nilai-nilai keTuhanan pada masing-masing agama, dapat dilihat dari
kutipan buku The City of God dalam Filsafat Politik Agustinus yang ditulis Rapar yaitu :
“Negara Allah, penuh dengan kebaikan karena ia diciptakan diatas landasan kasih Allah.
Kasih Allah itulah pula yang menghadirkan ketertiban dan keadilan abadi oleh si
Penciptanya sendiri. Allah adalah Raja dalam kerajaanNya yang meliputi segala sesuatu
itu”. Eksistensi negara menurut Thomas Aquinas pada dasarnya berasal dari sifat alamiah
manusia dimana menurut kodratnya manusia merupakan makhluk sosial, makhluk
kemasyarakatan, oleh karena itu harus hidup bersama-sama dengan orang lain dalam
suatu masyarakat untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Dalam hal ini manusia dapat
menggunakan akal dan pikirannya yang telah diberikan oleh kodrat alam untuk
mempertimbangkan mengenai hal yang baik dilakukan dan hal yang tidak baik dilakukan.
Pada dasarnya dalam hidup bermasyarakat tiap individu memiliki pola pikir yang berbeda
satu sama lain. Oleh karena itu, perlu adanya keberadaan seorang penguasa. Seperti yang
dikatakan oleh Salomo (dalam Soehino, 58:1998) penguasa memiliki tugas yang sama
seperti jiwa yang ada di dalam tubuh manusia. Penguasa yang baik harus mampu
mewujudkan tercapainya kepentingan umum, jika tidak maka itu merupakan penguasa yang
lalim. Menurut Thomas Aquinas (dalam Soehino, 58:1998) jika seseorang ingin mengetahui
tujuan negara maka ia perlu untuk mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan dari
manusia tersebut, hal ini dikarenakan tujuan manusia identik dengan tujuan negara. Di
mana hal yang menjadi tujuan manusia adalah untuk mencapai kemuliaan abadi yang
hanya dapat dicapai dengan tuntutan gereja. Sedangkan dalam hal ini negara memiliki
tugas untuk memberi kesempatan bagi manusia agar tuntutan dari gereja tersebut dapat
dilaksanakan. Dengan demikian, negara harus mampu menyelenggarakan keamanan dan
perdamaian agar tiap individu dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan bakat dan
kemampuan dalam suasana ketentraman. Dari hal tersebut dapat dilihat adanya hubungan
keterkaitan yang erat antara gereja dengan negara. Thomas Aquinas (dalam Soehino, 58-
59:1998) mengusung konsep perimbangan kedudukan atau kekuasaan antara negara
dengan gereja, di mana organisasi negara yang dipimpin oleh raja memiliki kedudukan yang
sama dengan organisasi gereja yang dipimpin oleh Paus. Namun hanya saja keduanya
memiliki tugas yang berbeda. Kekuasaan gereja berada di dalam lapangan kerohanian atau
keagamaan, sedangkan kekuasaan negara meliputi lapangan keduniawian. Negara
didukung dan dilindungi oleh gereja untuk mencapai tujuannya (Aquinas dalam Soehino
59:1998).
Thomas Aquinas dalam tulisannya De Regimine Principum memiliki pandangan mengenai
negara,yaitu : Negara bersifat hierarki, dimana ada yang memerintah, menata pemerintahan
dan ada yang mentaatinya. Dalam hubungannya dengan kekuasaan Tuhan, tujuan akhir
hidup manusia adalah kesenangan dan kebaikan terhadap Tuhan, maka contoh dari
kekuasaan Tuhan di dunia ini adalah pemuka agama, paus, petrus,dan lain lainya.
Thomas Aquinas juga terpengaruh oleh pemikiran Plato-Aristoteles, yaitu dalam mencapai
semua kebaikan untuk mencapai kebahagiaan bersama, maka di lakukan tukar menukar
terhadap sesama untuk memperoleh keuntungan. Manusia adalah kebahagiaan abadi,
maksudnya adalah tuntutan agar setiap manusia mendahulukan kesejahteraan umum
daripada memntingkan kepentingan individu dan harus taat terhadap negara. Negara
memiliki fungsi spiritual keagamaan yang sacral.

Anda mungkin juga menyukai