Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

MODEL PENGEMBANGAN BISNIS WARALABA BERBASIS SYARIAH


DI 212 MART LUMAJANG

Oleh:

CINDY PUJI RAHAYU


NIM E20182099

Dosen Pembimbing:

M. DAUD RHOSYIDY. SE.. M.E


NIP. 20070913

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2021

i
PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Cindy Puji Rahayu


NIM : E20182099
Program Studi/Prodi : Ekonomi Syariah
Semester/Angkatan : 7 / 2018
Alamat Asal : Jl. Serma dhohir Gang Bumi Sumber
Rt 02 Rw 06 Senduro Lumajang Jawa Timur
Domisili : Jember
No. Telp Rumah/Hp : 085691843165
Judul Skripsi : Model Pengembangan Bisnis Waralaba Berbasis
Syariah di 212 Mart Lumajang
Pokok Masalah : 1. Bagaimana Model Pengembangan Bisnis
Waralaba Berbasis Syariah di 212 Mart Lumajang?
2. Bagaimama peluang dan tantangan bisnis
dalam konsep waralaba di 212 mart Lumajang
Disahkan pada Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Juli 2021

Jember, 29 Juli 2021


an. Dekan
Ketua Program Studi Ekonomi Syariah

Nikmatul Masruroh, M.E.I


NIP. 198209222009012005

Keterangan : Cetak Rangkap 3 warna putih


● untuk mahasiswa,
● untuk Dosen Pembimbing
● untuk Ketua Program Studi

ii
SURAT KETERANGAN
Nomor : B- /In.2tl/7.a/PP.HO.9/11/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa

Nama Mahasiswa : Cindy Puji Rahayu


NIM : E20182099
Program Studi/Prodi : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Model Pengembangan Bisnis Waralaba Berbasis
Syariah di 212 Mart Lumajang

Proses bimbingan Proposal Penelitian Skripsi yang bersangkutan benar-benar


telah selesaidan mohon diperkenankan Ujian Seminar Proposal.
Demikian atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Jember, 6 September 2021

Kaprodi Ekonomi Syariah Pembimbing

Dr. NIKMATUL MASRUROH, M.E.I M. DAUD RHOSYIDY. SE.. M.E


NIP. 198209222009012005 NIP. 20070913

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
A. Judul Penelitian .................................................................................... 1
B. Latar Belakang ..................................................................................... 1
C. Fokus Penelitian ................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
F. Definisi Istilah ...................................................................................... 8
1. Pengembangan bisnis .................................................................... 9
2. Waralaba ....................................................................................... 9
3. Berbasis syariah ............................................................................. 9
4. 212 mart ......................................................................................... 9
G. Kajian Kepustakaan ............................................................................. 10
a. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10
b. Kajian Teori ................................................................................... 26
1. Model pengembangan bisnis ................................................... 26
2. Waralaba ................................................................................. 31
3. 212 Mart .................................................................................. 38
H. Metode Penelitian................................................................................. 40
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 40
b. Lokasi Penelitian ............................................................................ 41
c. Subyek Penelitian ........................................................................... 42
d. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 43
e. Analisis Data .................................................................................. 46
f. Keabsahan data............................................................................... 47
g. Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 48
iv
h. Sistematika pembahasan ................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52

v
A. Judul
MODEL PENGEMBANGAN BISNIS WARALABA BERBASIS
SYARIAH DI 212 MART DI LUMAJANG
B. Latar Belakang
Masyarakat dalam berbisnis dapat mengambil keuntungan dengan cara
menjual barang tersebut dengan melebihi harga pada waktu diterima, Dengan
berbisnis masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya, selain dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya berbisnis juga dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia. Dengan berbisnis juga salah satu cara mengurangi
pengangguran yang ada di Indonesia. Tujuan utama dalam berbisnis adalah
untuk mencari keuntungan.1
Frenchise atau waralaba adalah sebagai bentuk usaha yang banyak
mendapatkan perhatian dari para pelaku bisnis, karena dapat menjadi salah
satu cara meningkatkan kegiatan perekonomian dan juga memberikan
kesempatan kepada setiap golongan ekonomi lemah untuk berusaha dalam
berbisnis, hal ini berarti waralaba dapat memberikan kerja, pemerataan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja masyarakat.
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850 oleh Isac Singer,
pembuat mesin jahit, ketika ingin meningkatkan penjualan distribusi mesin
jahitnya. Walaupun usahanya gagal, dialah yang pertama kali
memperkenalkan sistem bisnis waralaba di Amerika Serikat. Dari kegagalan
tersebut Isac Singer mengispirasi para pengusaha lain untuk mencoba metode
waralaba yang sama dan pada akhirnya sukses.2
Di dalam sistem waralaba tidaklah bertentangan dengan ekonomi islam,
dimana sistem waralaba ini terdapat kemitraan atau perjanjian antar dua belah
pihak, dalam agama islam mengajarkan untuk menjalankan bisnis dan
bermitra agar tidak hanya mendapatkan keuntungan secara material.
Rosulullah juga menganjurkan dalam berbisnis untuk mencari pendapatan
maksimum. sistem waralaba ini sudah ada sejak zaman nabi seperti yang
1
Inas Fahmiyah, Moh. Idil Ghufron . “Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah”. Vol. 3. No. 1
januari 2018. hal. 130-147
2
Sonny Sumarsono, Manajemen Bisnis Waralaba, Yogyakarta, Graha Ilmu, hal. 2-3

1
dilakukan Nabi Muhammad dengan Sayyidah Khodijah, Nabi Muhammad
menjualkan barang dagangan Sayyidah Khodijah lalu Nabi Muhammad
mendapatkan upah dari Penjualan tersebut, dalam islam hal ini di sebut
dengan syirkah yaitu perjanjian yang antar keduanya lalu keuntungan di bagi
sesuai kesepakatan di awal, jadi bisnis frenchisee ini bukanlah sistem baru
bagi islam.3 Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan mengenai bisnis waralaba yaitu

ُ‫ش ِد ْيد‬ ‫ّٰللاَ ۗا َِّن ه‬


َ َ‫ّٰللا‬ ِ ‫اَلثْ ِم َو ْانعُد َْو‬
‫ان َۖواتَّقُىا ه‬ َ ‫عهًَ ْانبِ ِ ّس َوانت َّ ْق ٰى ۖي َو ََل تَعَ َاووُ ْىا‬
ِ ْ ً‫ع َه‬ َ ‫َوتَعَ َاووُ ْىا‬
ِ ‫ْان ِعقَا‬
‫ب‬
Artinya: Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong kamu dalam berbuat dosa
dan pelanggarandan bertakwa kamu kepada Allah sesungguhnya
siksa Allah lebih berat” (QS. Al Maidah (5) 2).4

Dalam Islam tolong menolong sudah di ajarkan sejak dahulu pada


zaman Rosulullah, tolong menolong dalam hal kebaikan, Dan dalam bisnis
waralaba sudah jelas Pengusaha besar menolong pengusaha kecil yang mana
nantinya pengusaha kecil juga akan membantu mengurangi tingkat
pengangguran yang ada di Indonesia.
Masyarakat akan memberikan perhatian lebih terhadap produk yang
ditawarkan para pembisnis retail apabila menggunakan strategi pemasaran
bisnis yang mengusung konsep syariat islam, dengan mayoritas penduduk
Indonesia beragama muslim tentunya masyarakat akan lebih memilih Bisnis
ritel yang menjual produk-produk yang halal dan belabelkan MUI.5
Hampir setiap daerah di Indonesia sudah terdapat minimarket modern
yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat baik di kalangan bawah maupun
kalangan atas diantaranya yang sudah memiliki nama– nama besar seperti
Indomart, Alfamart dan lainya yang keberadaanya minimarket modern itu
dapat menekan pasar-pasar rakyat. Minimarket modern ini biasanya dimiliki

3
Inas Fahmiyah, Moh. Idil Ghufron . “Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah”. Vol. 3. No. 1
januari 2018 hal. 130-147
4
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit Jumanatul Ali: Bandung,
2005. hal
5
Iswy Hariyani. Sukses bisnis ritel modern, Elex Media Komputindo: Jakarta, 2013, ha166.

2
oleh mayoritas pihak asing atau konglomerat tapi hal inilah berbanding
terbalik dengan pasar tradisonal yang mayoritasnya dimiliki oleh rakyat kecil
kalangan bawah. Akibat nya semakin berkembangnya minimarket modern
membuat pasar tradisonal semakin tersingkir.
Tentunya pemerintah juga harus peduli dan harus berpihak kepada
rakyat kecil karena pada hakikatnya semua kedaulatan Negara berada di
tangan rakyat. Demokrasi ekonomi harus mengutamakan kemakmuran bagi
masyarakat, bukan kemakmuran masing-masing individu saja. Kesenjangan
sosial antara si kaya dan si miskin masih sangat terlihat di masyarakat sebagai
konsumen yang selalu mengkonsumsi produk yang selama ini disediakan oleh
minimarket modern yang di kelola dengan prinsip konvensional, jika di
bandingkan dengan sumber daya manusia yang mayoritasnya beragama
muslim tentunya berpeluang besar memegang kendali perekonomian
Indonesia.6
Dengan semakin kompleksnya masalah ekonomi yang dihadapi saat ini
para Ulama semakin menyadari perlu adanya perubahan sehingga melahirkan
jawaban yang membangun perekonomian.
Berawal dari demo besar-besaran pada tanggal 2 Desember 2016
kemudian di kenal dengan sebutan peristiwa 212 pembela islam, hal inilah
yang melekat pada ingatan kalangan umat islam. Aksi 212 tersebut
Melahirkan ide yang mengarah pada pembangunan ekonomi umat yaitu
Koperasi syariah 212. Koperasi 212 syariah ini berbentuk ritel berupa
minimarket tujuannya untuk kemaslahatan umat yang dapat dipercaya,
profesional dan kuat sebagai penopang pilar ekonomi syariah.
Pengembangan usaha menjadi investasi yang besar. Dan di zaman
modern saat ini jaringan waralaba menjadi sektor yang sangat strategis bagi
ekonomi umat. 212 mart merupakan brand minimarket syariah 212,
kepemilikannya bersama sama dengan0pengelolaan0secara professional dan
bertujuan0untuk menjaga daya saing baik dari sisi jaringan0distribusi, harga,
promo, maupun0produk Salah satu0bisnis.

6
Cornelis Rintuh dan Miar, Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat, (Yogyakarta: BPFE, 2005), 77.

3
Gerai 212 mart ini berdiri pada bulan mei tahun 2017 dan berdiri akibat
kondisi sebuah bisnis retailing yang berbasis syariah saat ini tentunya hal itu
yang menjadikan tantangan tersendiri bagi konsep kinerja 212 mart , terlebih
212 yang memprediksi keuntunganya bisa diraih dengan adanya investor
pertahunnya. 212 mart salah satu pendatang baru di Indonesia yang berbentuk
ritel, namun tak butuh lama kini telah memiliki ratusan gerai di seluruh
Indonesia. 212 mart juga membuka kesempatan kepada masyarakat yang
ingin bergabung dan berinvestasi dengan bentuk kerjasama ekonomi yang
berprinsip syariah. Konsep usaha yang di lakukan 212 mart adalah modal
usahanya di lakukan dengan iuran pokok, iuran wajib , iuran sukarela para
anggotanya yang berjumah minimal 100 orang anggota dimana 80 persen
anggota berasal dari lingkungan komunitas. Namum saat ini banyak
masyarakat yang tergiur dalam berbagai macam bisnis salah satunya adalah
binis waralaba.
Bisnis waralaba adalah Bisnis jalan pintas yang tidak membutuhkan
perencanaan bisnis dari awal di bandingkan dengan membangun bisnis
sendiri. Menjalankan bisnis Secara waralaba memiliki peluang keuntungan
yang sangat besar karena bisnis ini memiliki keunggulan yang sangat besar.
Seperti di 212 mart lumajang yang berdiri pada tahun 2018 jika ingin
memulai usaha waralaba 212 mart Lumajang memiliki berbagai keunggulan
yang pertama Menejemen bisnis di 212 lumajang sudah terbentuk dan hal ini
sudah berjalan baik, nantinya sebagai pelaku bisnis kita tidak perlu repot lagi
memikirkan ide bisnis, brand dan sistem kerja. Kedua Modal kecil meski
begitu di 212 mart Lumajang juga dapat memperoleh sarana yang lengkap
seperti bahan baku, peralatan hingga banner untuk promosi tugas kita sebagai
mitra bisnis waralaba hanya promosi dan berjualan. Ketiga 212 mart
lumajang sendiri memiliki banyak brand terkenal hal ini dapat memudahkan
untuk menemukan konsumen baru. Keempat 212 mart Lumajang sudah di
atur Menejemen keuangan yang baik tentunya hal itu dapat memudahkan
pelaku bisnis waralaba ini mengatur keuangannya dengan sangat mudah. Ke
lima dukungan franchisor dan kerja sama partner Terjalin dengan baik. Oleh

4
karena itu dalam menjalankan bisnis waralaba di 212 Lumajang akan
memperoleh kemudahan Untuk membuat serta menjual produk. Sebab pihak
partner 212 Lumajang akan memberikan suplay bahan baku, pembuatan
produk hingga strategi marketing.
Tentunya dalam menjalankan bisnis waralaba dalam berlandasan
Syariah yakni 212 mart lumajang memiliki tantangan dan peluangnya.
Tantangan yang dihadapi oleh 212 mart Luamjang dalam pengembangan
operasional bisnisnya adalah belum meluasnya cabang gerai 212 mart seperti
mini market seperti indomart,alfamart dll sehingga belum banyaknya
konsumen mengetahui bahwa di Indonesia sendiri memiliki minimarket
Syariah. dan hal ini menjadi tantangan sendiri bagi 212 mart lumajang untuk
memperkenalkan diri kepada masyarakat umum dan sebagai umat muslim
juga ikut serta dalam mensosialisasikan dengan adanya mini market yang
berbasis Syariah dan memberikan suatu informasi pemahaman baru pada
masyarakat akan adanya mini market Syariah dikalangan masyarakat 7.
Dan suatu peluang yang dimiliki oleh bisnis waralaba 212 mart
Lumajang sendiri adalah adanya keunikan 212 mart dalam memasarkan atau
menjual produknya yang sudah berbasis Syariah sehingga produk tersebut
halal pada semua kalangan sehingga dapat menarik pembeli muslim secara
khusus, kesyariahan yang dimiliki oleh 212 mart Luamjang berpengaruh
kepada keputusan pembelian konsumen sendiri dan sudah menerapkan aksi
indikator kejujuran dalam bertransaksi sehingga dapat meningkatkan loyalitas
konsumen. Salah satu peluang tambahan yang dapat dilakukan oleh waralaba
212 mart Lumajang yakni dapat kita ketahui bahwa Indonesia merupakan
penduduk muslim terbanyak di dunia dan banyaknya keragaman agama dan
suku sehingga masyarakat harus lebih teliti membeli suatu produk apakah
produk tersebut sudah halal bagi kaum muslim atau tidak. Para mini market
pada umumnya yang sudah terkenal dikalangan masyarakat sendiri belum
menjamin akan adanya pemasaran produk halal maka dari itu 212 mart

7
Sri Wahyuni, Strategi Pemasaran Pada Gerai 212 Mart Cabang Bengkulu dalam perspektif
islam (Bengkulu,2019), hal 6

5
Lumajang merupakan salah satu solusi untuk bertransaksi secara halal bagi
kaum muslim sendiri.
Dalam bisnis ini telah diketahui peluang dan tantangan yang dihadapi
oleh bisnis waralaba 212 mart Lumajang sendiri. Dan bisnis ini memiliki 4
model pengembangan bisnis, model pertama adalah pengembangan bisnis
ritel dengan menjualkan suatu produk yang dipasarkan mini market pada
umumnya namun 212 mart Lumajng menjualkan produk yang berbasis
Syariah sehingga umat muslim aman dalam mengkonsumsi produk ini. bisnis
ritel ini sendiri berbasis kemitraan komunitas dalam kemitraan usaha dengan
modal yang ikut berkontribusi dalam suatu komunitas dan mendapatkan
keuntungan atau omset yang didapat dalam menjalankan bisnis ritel ini. mode
kedua yaitu jika tokonya sudah ada maka sudah bekerja sama dengan KS 212
sebagai mitra usaha dan adanya kontribusi yang diberikan seperti zakat 2,5%.
Dan model ketiga adanya konversi adanya penggantian salah satu mini
market non Syariah dan diubah Kerjasama mitra dan mengkonversikan
bisnisnya menjadi 212 mart. Model keempat adanya rebranding antara mitra
yang sudah bekerja sama atau distribution center jadi adanya keinginan nama
yang kuat maka melaukan rebranding menjadi 212 mart berlandasan
kesepakatan sendiri.
Beranjak dari paparan yang telah disajikan sebelumnya, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul Model Pengembangan
Bisnis waralaba berbasis Syariah Di 212 Mart Lumajang.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana model pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212
Mart Lumajang?
2. Bagaimana peluang dan tantangan bisnis waralaba di 212 Mart
Lumajang?
D. Tujuan penelitian
Berdasarakan fokus penelitian diatas tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

6
1. Untuk menguraikan model pengembangan bisnis waralaba berbasis
syariah di 212 Mart Lumajang.
2. Untuk menguraikan peluang dan tantangan bisnis waralaba berbasis
syariah di 212 Mart Lumajang.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diinginkan dengan dilakukan penelitin ini antara lain:
1. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan ole peneliti bertujuan untuk
menambah wawasan dan sebagai penambahan didalam bidang keilmuan
terkait model pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212
mart Luamjang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Dari hasil penelitian yang di lakukan bertujuan untuk meluaskan
pengalaman yang diperoleh dilapangan serta dapat mmbedakan
sejumlah teori yang peneliti dapat dari banku perkuliahan dengan
realita yang peneliti temukan di lapangan
b. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memperluas
pengetahuan bagi masyarakat sekitar agar mampu manguasai
bagaimana model pengembangan bisnis waralaba berbasis Syariah di
212 mart Lumajang.
c. Bagi Institusi
Dari hasil penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memberikan
kontribusi bagi yang berguna serta dapat dijadikan sebagai tambahan
rujukan bagi mahasiswa UIN KHAS JEMBER khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Syariah dalam meningkatkan pengetahuan
karya tulis ilmiah.
d. Bagi peneliti lain

7
Dari hasil penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menambah
rujukan tentang model pengembangan bisnis waralaba berbasis
syariah di 212 mart Lumajang
F. Definisi Istilah
Defnisi istilah berisi beberapa istilah yang sangat penting untuk
dijadikan fokus perhatian didalam judul penelitian. Manfaatnya agar tidak
terjadi salah artian terhadap istilah makna yang diartikan oleh peneliti.
1. Pengembangan Bisnis
Pengembnagan bisnis menurut Haris Fadilah adalah Steade, glos,
dan Lawry dalam pengembangan usaha merupakan jumlah semua acara
yang diorganisasikan oleh beberapa orang yang bergerak dalam bidang
perdagangan dan industry yang menyediakan barang0dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.8
2. Waralaba
Waralaba merupakan dimana aktifitas usaha pada pengusaha kecil
denagn menggunakan resep, teknologi, kemasan, merek dagang, proses
pelayanan, dengan membayar sejumlah uang yang telah di tetapkan di
awal kepada franchisor.9
3. Berbasis syariah
Berbasis Syariah, syariah yang artinya syara’ah merupakan
ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan diwajibkan
oleh kaum muslim agar dapat dipatuhi sebagai penghubung antar Allah
dan Manusia.10
4. 212 Mart
212 Mart biasa disebut dengan koperasi syariah 212 yang
merupakan koperasi dan usaha kecil dan menengah yang menggerakkan

8
Helen Malinda,” Analisis Strategi Pengembangan Bisnis UKm Guna meningkatkan pendapatan
karyawan menurut Prespektif Ekonomi Islam”. ( Skripsi fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Raden Intan Lampung, 2017) hal.1-3
9
Inas Fahmiyah, Moh. Idil Ghufron . “Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah”. Vol. 3. No. 1
januari 2018 hal. 130-147
10
M. Rizqon Al Musafiri,” Analisis Persepsi dan Sikap Terhadap Konsumen dalam Pemelihan
Tabungan Berbasis Syariah di IAID Blokagung egalsari Banyuwangi”, Jurnal Agama Islam (IAI)
Darussalam banyuwangi, Vol. 5/ no. 2. 2017.

8
salah satu bisnisnya dengan membuka ritel dalam lingkup minimarket
dengan mnerapkan syariat islam sebagai pedoman.11
G. Kajian Kepustakaan
1. Penelitian terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak di lakukan
kemudian membuat ringkasan baik penelitian yang sudah terpubliskan
maupun yang belom dan ini beberapa penelitian terdahulu diantaranya
sebagai berikut:
a. Muhammad Yusuf, NIM E0005030, Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan judul skripsi “Tinjauan Konsep Waralaba
(Franchise) Berdasarkan Ketentuan – ketentuan Hukum Islam”.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah Perjanjian waralaba tidak Serupa
dengan permasalahan yang di angkat penulis dalam peneletian ini,
yakni sama – sama berupaya untuk mengetahui bagaimana hukum
Islam serta sistem yang di gunakan dalam waralaba. Namun dengan
konteks yang berbeda dimana peneliti meninjau hukum Islam
terhadap sistem waralaba syariah khususnya dalam masalah bebas
royalty fee di Kebab Coner cabang Serang, sedangkan penelitian
terdahulu menganalisis hukum Islam tentan bisnis Waralaba secara
umum dengan hukum Islam.12
b. Penelitian karya Hagai Prima Nugraha yang berjudul “Perlindungan
Hukum Bagi Penerima Waralaba Dalam Hal Pemutusan Perjanjian
Waralaba”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
perjanjian waralaba masih tunduk buku III KUH khususnya yang
mengatur mengenai kebebasan berkontrak serta syarat – syarat
sahnya sahnya perjanjian. Penyelenggaraan waralaba masih kurang

11
Rizki Antoro Tito Wibisono, “Analisis Strategi Marketing Syariah dalam Meningkatkan
penjualan pada 212 Mart Mayang kota Jambi”. ( Skripsi Program Studi Ekonomi Syariah
fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020) hal 1-9.
12
M. Azwar Nur Akbar ”Bisnis Waralaba ( Franchise) Pendekatan Sistem Ekonomi
Islam”(Skripsi –Universitas Islam Negri (UIN) Alauddin Makasar).

9
dan belum sepenuhnya dapat memberikan perlindungan bagi
penerima waralaba karena perlindungan yang di berikan bersifat
preventif atau pencegahan.13
c. Latifatus Sya’adah, NIM. 15220178 Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang (2019) dengan judul Skripsi
“Pemberlakuan Pasal 50 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang
Pengecualian Dalam Bisnis Waralaba Perspektif Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah Dan Peraturan Pemerintah NO. 42 Tahun 2007”
Berdasarkan hasil penelitian inidalam pembahasan mengenai
waralaba dalam hukum islam dan Undang – undang persaingan
usaha No. 5 tahun 1999 huruf b disimpulkan bahwa Praktek
waralaba berdasarkan Undang- undang persaingan usaha dalam pasal
50 huruf b di tinjau dari PP No. 42 Tahun 2007 bahwa pengecualian
tidak dapat di terapkan mutlak karena tidak tertutup dengan
kemungkinan terjadi pembuatan perjanjian yang berkaitan erat
dengan waralaba tetapi isi dalam perjanjian tersebut memuat suatu
hal yang sangat berpontensi terjadi monopoli atau persaingan usaha
secara tidak sehat. Oleh karena itu para pelaku usaha waralaba yang
dapat mengakibatkan terjadinya monopoli dang persaingan secara
tidak sehat tidak di kecualikan dari ketentuan – ketentuan dalam
Pasal 50 huruf b pengecualian tersebut dapat di terapkan apabila
ketentuan tersebut memenuhi kriteria dalam bisnis waralaba
sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007
tentang waralaba kriteria yang tercantum berisi memiliki ciri khas
dalam usaha, dengan bukti sudah memberikan keuntungan standart.14
d. Umamah Alisha, Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo (2019)
dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis Waralaba Berbasis Agama”

13
Hagai Prima Nugraha ” Perlindungan Hukum Bagi Penerima Waralaba Dalam Hal Pemutusan
Perjanjian Waralaba”
14
Latifatus Sya’adah “Pemberlakuan Pasal 50 Undang – undang No 5 Tahun 1999 Tentang
Pengecualian Dalam Bisnis Waralaba Prespektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah Dan
Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2007” (Skripsi – Universitas Islam Negri Maulana Malik
Ibrahim Malang,2019)

10
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Bisnis
Waralaba Berbasis Agama dilakukan penerapan melalui 3 komponen
dasar strategi yaitu (1) Strategi Diferensiasi , penerapannya
memperoleh hasil bahwa produk, nama produk dan penyampaian
produk dengan promosi. Sudah mempenuhi hukum syariah seperti
produk yang sudah memeliki lebel tersendiri halal dan MUI, tidak
kadaluwarsa atau ada kecacatan tersendiri selanjutnya bisnis
waralaba dengan berbasis agama harus memenuhi syarat yang
ditentukan dalam penyampaian produk yang di kenal dengan
promosi menggunakan sistem Murabahah.(2) Strategi Fokus ini
menggunakan 2 penerapan yaitu focus biaya dan focus diferensiasi.
Dalam focus biaya di gunakan seperti persoalan harga yang terbilang
lebih mahal namun alasannya dari harga itu. Bisnis waralaba
berbasis agama menerapkan berbelanja sekaligus Shodaqah,
selanjutnya dalam focus diferensiasi dalam penerapannya pelayan
yang berbeda ketika memberi salam pada konsumen menunjukan ciri
khasnya seorang yang beragama muslim maka disitulah letak
perbedaan yang sangat mencolok. (3) Strategi Pemasaran Berbasis
Narasi Identitas Religius. Penerapannya Nampak di bisnis waralaba
berbasis agama itu seperti halnya 212 mart memiliki logo nama
perusahaan dan melambangkan suatu peristiwa awal berdirinya suatu
perusahan tersebut. Dan memiliki tiga pendirian yaitu amanah,
berjama’ah dan izah yang membuat konsumen yang berbelanja
tertari karena pelayan vmelakukan transaksi maka secara tidak
langsung membantu ekonomi islam.15
e. Zakaria Arista, Progam Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul “Analisis
Perjanjian Waralaba Non License (Studi Kasus Nolandfood
Surakarta)” Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti disini

15
Umamah Alisha “ Strategi Persaingan Bisnis Waralaba Berbasis Agama “(Skripsi –
Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo, 2019)

11
menyimpulkan setelah menganalisa perjanjian waralaba secara de
jure dengan mengkaji perundang – undangan yang sudah berlaku dan
menganalisa perjanjian waralaba secara de facto dengan meninjau
keadaan secara langsung di lapangan yaitu perjanjian yang sudah di
buat olah perusahaan Nolandfood Surakarta bahwa perjanjian yang
sudah di setujui oleh perusahaan Nolandfood Surakarta adalah sah –
sah saja dengan melihat secara hukum perjanjian, di karenakan
sudah memenuhi syarat – syarat sahnya suatu perjanjian antara lain
kecakapan, kesepakatan, adanya klausa yang halal, namun belum
memiliki suatu hukum yang sempurna, hal ini disebabkan perjanjian
di buat dan di tandatangani sendiri tidak di buat dengan melibatkan
pejabat yang berwenang. Perjanjian tersebut sah-sah saja dan sudah
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat antara kedua belah ihak
walaupun belom sempurna, akan tetapi masih belum bisa disebut
dengan perjanjian Waralaba karena masih ada unsur – unsur formil
yang masih belum terpenuhi seperti, Ha katas kekayaan intelektual
yang terkandung diantara sebuah objek yang di perjanjikan, belom
terdapat Surat Tanda Pendaftaran Waralaba atas pendaftaran
prospectus perjanjian yang dilakukan oleh franchisor, juga belom
adanya Surat Tanda Pendaftaran Waralaba atas perjanjian Waralaba
yang dilakukan oleh franchisee. Dapat disimpulkan bahwa perjanjian
Waralaba atau kemitraan tersebut hanya berbentuk sebuah perjanjian
formil seperti perjanjian pada umumnya. Yang berisi perjanjian
untuk melakukan sesuatudan tidak melakukan sebuah perjanjian
secara khusus mengatur tentang tata cara dan ciri khas milik
perusahaan Nolandfood Surakarta dan perlu di tegaskan kembali
perjanjian ini bukan termasuk perjanjian Waralaba.16
f. Zaferi Febi Saputri, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Fakultas
Sariah dan Hukum Perdata Islam Progam Studi Hukum Ekonomi
16
Zakaria Arista “Analisis Perjajian Waralaba Non License ( Studi Kasus NolandFood
Surakarta)”(Skripsi – Progam Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiya
Surakarta,2020)

12
Syariah ( 2021) Dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap
Perjanjian Waralaba Pada Usaha Raja Pisang Keju Arjuna Di
Surabaya” Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
praktik perjanjian waralaba pada usaha Pisang Raja Arjuna di
Surabaya dilakukan dengan cara menandatangani surat perjanjian
kerja yang telah dibuat atau disepakati antara kedua belah pihak serta
sudah memiliki kekuatan hukum yang sama. Pihak franchisee
seharusnya melakukan pembayaran royalty kepada franchisor untuk
mendapatkan sebuah lisensi. Lisensi yang dapat digunakan untuk
menjalankan usahanya adalah menggunakan sebuah merk atau nama
dagang usaha Raja Pisang Keju Arjuna. Keuntungan dan kerugianya
di tanggung antara kedua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati17.
g. Salsabila Batubara, Universitas Sumantra Utara, (2020) Dengan
judul “Analisis Hukum Mengenai Penerapan Perjanjian
Waralaba/Franchise Alfamart di Kota Medan” Berdasarkan
penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa format bisnis Waralaba
merupakan format bisnis yang mampu meningkatkan pengembangan
perekonomian dan merupakan sebuah sistem yang tepat bagi
terciptanya sebuah pemerataan kesempatan berusaha. Saat ini
perkembangan usaha melalui sistem Waralaba sudah mulai banyak
di terapkan oleh perusahaan – perusahaan terutama di Indonesia
seebagai suatu cara pemasaran dan distribusi, Waralaba merupakan
suatu alternative disamping saluran konvensional yang sudah dimilik
perusahaan tersendiri. Cara ini untuk mengembangkan saluran
distribusi tanpa harus membutuhkan investasi secara besar dari pihak
induknya. Waralaba format usaha baru yang saat ini sudah menjamur
di Indonesia karena dapat menghasilkan sebuah devisa Negara.
Adapun permasalahan yang di bahas daam skripsi ini adalah
17
Zaferi Febi Saputri “Analisis Hukum Islam Terhadap Perjanjian Waralaba Pada Usaha Raja
Pisang Keju Arjuna Di Surabaya” ( Skripsi – Universitas Negri Sunan Ampel Fakultas
Syari’ah dan Hukum Perdata Islam Progam Studi Hukum Ekonomi Syari’ah,2021)

13
bagaimana perkembangan asas hukum perjanjian dalam sistem di
Indonesia, bagaimana pengaturan hukum perjanjian Waralaba di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan hukum normative dan
empiris,. Metode yang di gunakan pndekatan hukum normatif yaitu
dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi
buku – buku sera norma hukum yang terdapat pada peraturan
perundang – undangan. Penelitian empiris adalah menelaah hukum
sebagai pola prilaku yang ditunjukan pada penerapaan peraturan
hukum. Pendekatan yuridis empiris ini di gunakan sebagai
pendukung data normatif Penerapan Perjanjian Waralaba Alfarmat
dari sisi perlindungan dilakukan oleh franchisor yakni pihak alfamart
terhadap franchise terkait pengelolaan bisnis Waralaba yang
dilakukan yaitu dalam bentuk dukungan dan bantuan pmbenahan
dari awal untuk memulai bisnis18.
h. Binti Maidatus Shalihah, IAIN Tulungagung (2020) Skripsi dengan
judul “Analisis Bagi Hasil Waralaba Dalam Prespektif Islam (Studi
Kasus Alfamart Mulya: CV. Ahsanah Mulya Blitar)”. Berdasarkan
penelitian diatas peneliti menyimpulkan bahwa skripsi ini dilator
belakangi oleh pada era modrn perkembangan dunia industry
semakin pesat, beraneka ragam usaha yang dilakukan semakin
leluasa seperti melakukan usaha di bidang Waralaba (franchise).
Waralaba merupakan sebuah bisnis yang sudah terbuki banyak yang
berhasil dan banyak kalangan pengusaha yang menggunakan model
pengembangan bisnis Waralaba. Salah satu keuntungan dalam
menjalankan bisnis Waralaba adalah adanya royalty, yaitu suatu
pembagian usaha antara franchise dan franchisor dalm konteks
ketentuan yang telah disepakati antara kedua belah pihak khususnya.
Adapun tujuan penelitian ini adalaha mengetahui kerjasama
waralaba dalam prespektif yang sudah diterapkan antara CV. Ahsana

18
Salsabila Batubara “Analisis Hukum Mengenai Penerapan Perjanjian Waralaba/Franchise
Alfamart di Kota Medan” ( Skripsi – Universitas Sumantra Utara,2020)

14
Mulya dengan PT. Sumber Trijaya. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Data primer yang diperoleh dari CV. Ahsanah
Mulya dan PT. Sumber Alfari Trijaya. Metode yang digunakan
penulis disini dengan metode wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan tehnik
analisis data kualitatif hasilnya adalah CV. Ahsanah Mulya dan PT.
Sumber Alfari Trijaya melakukan kerjasama terkait logo, merk
dagang dan sistem yang sudah ada dengan sebuah jenis kerjasama
atau syirkah atau jenis syirkah mudharabah.19
i. Delviana Yamaicha, Universitas Islam Kalimantan MAB (2020)
Dengan judul skripsi’ “Potensi Binsis Waralaba Berjamaah Roti
Kapiten Yang Berkorporatisasi (Studi Kasus Pada PT. Kapiten
Kuliner Nusantara” adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah
roti kapiten adalah bisnis usaha yang menjual produk roti kopi dan
donar dimana usaha yang did dirikan ini masih satu – satunya yang
ada di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan dan rencana kedepannya
akan di kembangkan ke berbagai kota. Adapun tujuan dalam
penelitian ini adalah mengetahui potensi bisnis waralaba berjamaah
yang di kelola PT. Kapiten Kuliner Nusantara serta bagaimana
menejemen bisnis waralaba tersebut. Peneleitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan jenis penelitian lapangan yaitu dengan
menggunakan tehnik analisa dengan menggunakan data primer yang
langsung diperoleh dari pemilik bisnis yang diteliti dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi dengan metode di atas dapat
memaparkan informasi terkait bisnis yang diteliti yaitu roti kpiten
secara langsung yang berhubungan dengan sistem menejemen bisnis
dan potensinya yang akan dilihat dari aspek – aspek studi kelayakan
bisnis. Bedasarkan hasil penelitian diatas bahwa roti kapiten saat ini

19
Binti Maidatus Salamah “Analisis Bagi Hasil Waralaba Dalam Prespektif Islam (Studi Kasus
Alfamart Mulya CV. Ahsanah Mulya Blitar)” ( Skripsi – IAIN Tulungagung,2020

15
masih belum banyak orang mengetahui dan belum berpotensi karena
masih kurangnya peminat roti di Banjarbaru20.
Secara ringkas perbedaan antara penelitian saat ini dengan
penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Judul
No. Persamaan Perbedaan
penelitian
Muhammad  Perjanjian  Perbedaan dari
yusuf/ Tinjauan waralaba tidak skripsi ini adalah
Konsep bertentangan peneliti meninjau
Waralaba dengan syari’at konsep waralaba
(Franchise) islam dengan (franchise)
Berdasarkan catatan obyek bedasarkan
ketentuan- perjanjian ketentuan hukum
1. ketentuan waralaba tidak islam sedangkan
Hukum Islam merupakan suatu yang di teliti disini
yang di yaitu tentang
haramkan dalam pengembangan
syari’at islam bisnis waralaba di
212 mart
lumajang

M. Azwar Nur  Sama- sama  Perbedaan dengan


Akbar/ Bisnis ingin skripsi yang akan
Waralaba ( menciptakan di bahas oleh
Franchise) lapangan penulis adalah
Dalam pekerjaan yang terletak pada bisnis
Pendekatan besar bagi waralaba melalui
Ekonomi Islam masyrakat. pendekatan
2.  Sudah memiliki ekonomi islam
kinerja yang sedangkan penulis
unggul karena di membahas melalui
dukung dengan pengembangan
sumber daya bisnis waralaba di
yang berbasis 212 mart dimana
pengetahuan penulis menyajikan
yang tinggi. pengembangan
suatu bisnis yang

20
Delviana Yamaicha “Potensi Binsis Waralaba Berjamaah Roti Kapiten Yang Berkorporatisasi
(Studi Kasus Pada PT. Kapiten Kuliner Nusantara’’ (Skripsi- Universitas Islam Kalimantan
MAB, 2020).

16
Judul
No. Persamaan Perbedaan
penelitian
di jalankan oleh
perorangan melalui
bisnis waralaba

Hagai Prima  Menggunakan  Tujuan pada


Nugraha/ pendekatan peneletian
Perlindungan kualitatif terdahulu
Hukum Bagi membahas tentang
Penerima perlindungan
Waralaba hukum bagi
Dalam Hal penerima waralaba
Pemutusan dalam hal
3. Perjanjian pemutusan
Waralaba perjanjian waralaba
sedangkan di
penelitian sekarang
lebih fokus ke
pengembangan
model usaha bisnis
waralaba

Latifatus  Menggunakan  Pada penelitian


Sya’adah/ penelitian terdahulu fokus
Pembaerlakuan deskriptif- pada masalah
Pasal 50 kualitatif pemberlakuan
Undang- pasal 50 undang –
Undang N0. 5 undang
Tahun 1999 pengecualian
Tentang dalam bisnis
pengecualian waralaba
4. dalam Bisnis sedangkan yang di
Waralaba teliti sekarang
Perspektif mengarah ke model
Kompilasi pengembangan
Hukum bisnis waralaba
Ekonomi
Syariah dan
Peraturan
Pemerintah no.
42 tahun 2007
Umamah  Menggunakan
Alisha/ Strategi metode kualitatif
5.
Persaingan
Bisnis

17
Judul
No. Persamaan Perbedaan
penelitian
Waralaba
Berbasis Agama

Zakaria Arista/  Penelitian  Pada penelitian


Analisis menggunakan terdahulu obyek
Perjanjian penelitian penelitian di
Waralaba Non kualitatif NolandFood
License ( Studi Surakarta
Kasus sedangkan pada
Nolanfood penelitian sekarang
Surakarta) di 212 mart
Lumajang
 Dalam penelitian
terdahulu lebih
membahas
mengenai sebuah
6.
perjanjian waralaba
sedangkan pada
penelitian sekarang
membahas model
pengembangan
waralaba
 Lokasi penelitian
terdahulu di
Surakarta
sedangkan pada
peneliti di
Lumajang

Zaferi Febi  Penelitian  Pada penelitian


Saputri/ menggunakan terdahulu objek
Analisis Hukum deskriptif penelitianya di
islam kualitatif Raja Pisang Keju
Terhadapa di Surabaya
Perjanjian sedangkan pada
Waralaba Pada penelitian saat ini
7. Usaha Raja objek penelitianya
Pisang Keju di 212 Mart
Arjuna di Lumajang
Surabaya  Pada penelitian
terdahulu
membahas
mengenai hukum
waralaba

18
Judul
No. Persamaan Perbedaan
penelitian
sedangkan pada
penelitian sekarang
tentang model
pengembangan
waralaba berbasis
syari’ah
 Lokasi penelitian
terdahulu yaitu di
Surabaya
sedangkan pada
peneliti di
Lumajang

Salsabila  Lokasi penelitian


Batubara/ pada penelitian
Analisis Hukum terdahulu di Kota
Mengenai Medan sedangkan
Penerapan pada peneliti di
Perjanjian Kota Lumajang
Waralaba/  Penelitian
Franchise terdahulu bertujuan
8. Alfamat di untuk mengetahui
Medan penerapan
perjanjian waralaba
sedangkan pada
peneliti saat ini
mengenai model
pengembangan
waralaba

Binti Maidatus  Menggunakan  Pada penelitian


Shalihah/ analisis data terdahulu
Analisis Bagi kualitatif membahas tentang
Hasil Waralaba  Menggunakan bagi hasil waralaba
dalam system bagi hasil dalam prespektif
Perspektif Islam islam sedangkan
(Studi Kasus pada penelitian
9. Alfamart sekarang peneliti
Mulya; CV. membahas
Ahsana Mulya mengenai model
Blitar) pengembangan
waralaba berbasis
syari’ah
 Pada penelitian

19
Judul
No. Persamaan Perbedaan
penelitian
terdahulu obyek
penelitian di
Alfamart Mulya
sedang pada
peneliti di 212
Mart Lumajang
 Lokasi penelitian
pada penelitian
terdahulu di Kota
Blitar sedangkan
pada penelitian ini
di Kota Lumajang

Delviana  Menggunakan  Lokasi peneliian


Yamaicha/ mhetode pada penelitian
Potensi Bisnis kualitatif terdahulu di Kota
Waralaba Banjarbaru
Berjamaah Roti sedangkan
Kapiten Yang penelitian saat ini
Berkorporatisasi di Kota Lumajang
(Studi Kasus  Obyek penelitian
10. Pada PT. pada penelitian
Kapiten Kuliner terdahulu yaitu
Nusantara pada PT. Kapiten
Kuliner Nusantara
sedangkan pada
penelitian saat ini
di 212 Mart
Lumajang

2. Kajian Teori
a. Model Pengembangan Bisnis
Dalam Bukunya yang berjudul Global Marketing
Management, Werren J. Keegen mengatakan dalam pembentukan
usaha Internasional sekurangnya terdapat lima macam cara: Melalui
ekspor impor, pemberian izin atau lisensi, fanchishing atau waralaba,

20
bentuk kerja sama berupa perusahaan patungan atau disebut dengan
joint venture, dan yang terakhir kepemilikan bersama.21
1) Ekspor Impor
Ekspor merupakan suatu bentuk perdagangan yang
mengeluarkan barang dari dalam negeri keluar wilayah
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.22
Sedangkan impor merupakan asuatu bentuk perdagangan
dengan memasukkan barang dari luar negeri kedalam wilayah
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.23
Ekspor –impor adalah bentuk perdagangan internasional
produk tanpa melibatkan diri secara langsung dan termasuk
kedalam faktor sosial, ekonomi, politik dari Negara ekspor
impor tersebut.24
Dalam ekspor impor disertai oleh adanya kondisi bahwa
dalam suatu Negara tidak ada Negara yang benar benar mandiri
karena antar Negara pastinya membutuhkan satu dengan yang
lainnya. Disetiap Negara memiliki ciri khas struktur sosial dan
ekonomi, dengan adanya perbedaan tersubut maka adanya
penyebab perbedaan produk yang diperoleh, jumlah biaya yang
diperlukan, kualitas dan kuantitas produk.
Produk yang diperlukan harus memiliki keistimewaan jika
dibandingkan dengan produk lain. Ada beberapa macam
keistimewaan yang harus dimilikimoleh suatu produk:
a) Keistimewaan mutlak
Suatu Negara bisa dikatakan memiliki keistimewaan mutlak
(absolute advantange) yang mana didukung oleh faktor
alam yang unik dan tidak dimiliki oleh Negara manapun.

21
Gunawan Widjaja, Lisnsi atau Waralaba, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 1
22
May Rudy, Bisnis Internasional Teori dan Aplikasi Operasionalisasi, Bandung: PT. Refika
Aditama, 2002. Hal. 57
23
Ibid, hal. 64
24
Gunawan Widjaja, Lisnsi atau Waralaba, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 1

21
b) Keistimewaan komparatif
Keistimewaan komporatif (comparative advantanges)
merupakan keistimewaan yang dimiliki suatu negara
apabila bisa memproduksi suatu produk denagn harga lebih
murah dengan kualitas yang baik yang disebabkan
perpaduan faktor produksi yang ideal sehingga
produktivitasnya lebih tinggi.
c) Keistimewaan kompetitif
Teori keistimewaan kompetitf di perluas oleh Michael E.
Poerter dalam bukunya yang berjudul Competitive
Advantange dan Competitive Strategy. Persaingan yang ada
didalam tiap jenis industri ada lima:
(1) Persaingan perusahaan antar perusahaan yang sejenis,
ialah persaingan dengan sesama perusahaan
memproduksikan produk yang sama dengan merek
berbeda.
(2) Peserta Potensial, merupakan persaingan dengan
perusahaan baru dan secara potensial dapat mengancam
eksistensi peusahaan yang sudah ada
(3) Baran substitusi, merupakan persaingan dengan produk
substitusi.
(4) Pemasok, merupakan energi tawar menawar para
pemasok dalam memasok bahan baku , teknologi,
tenaga kerja, energy, dan lain sebagainya
(5) Pembeli, merupakan kekuatan tawar menawar para
pembeli.
Lima hal tersebut harus dimiliki dan dikuasi oleh
perusahaan yang mampu menyusun suatu strategi yang
terpadu dan lengkap akan menguasai pasar global.
d) Keistimewaan inovatif

22
Keistimewaan dalam mewujudkan penemuan baru yang
sesuai dengan selera konsumen.25 Perdagangan ekspor
impor biasa disebut dengan perdagangan dokumen karena
hampir seluruh bukti kegiatannya dalam bentuk dokumen.
Dokumen induk merupakan dokumen yang paling penting,
dokumen induk adalah kontrak bisnis ekspor yang menjadi
rumusan akhir dari suatu transaksi ekspor impor.
2) Lisensi atau Izin
Lisensi merupakan suatu rangkaian tindakan yang
diberikan oleh orang yang berwenang dalam bentuk izin.26
Lisensi ini pasti bersangkutan dengan kewenangan dalam bentuk
hak istimewa atau bisa disebut privilege guna melakukan
sesuatu oleh pihak tertentu.27
Disini dapat kita tarik kesimpulan bahwa arti lisensi secara
tidak langsung mengarah kepada “penjualan” izin (privilege)
untuk menerapkan secara paten, hak atas merek atau pada
teknologi kepada pihak lain.28
Ada dua macam lisensi dari berbagai macam kepustakaan
yang dikenal dalam praktek pemberian lisensi:
a) Lisensi Umum adalah lisensi yang dikenal secara umum
dalam praktek dan melibatkan antara pemberi lisensi
dengan penerima lisensi untuk melakukan negosiasi.29
b) Lisensi paksa (lisensi wajib) adalah lisensi non sukarela,
penggunaan lain tanpa izin dari pemegang hak.
3) Waralaba (Franchise)
Waralaba merupakan ikatan yang terus-menurus di mana
pemilik waralaba memberkan hak bisnis kepada seorang

25
Gunawan Widjaja & Ahmad yani, Seri Hukum Transaksi Bisnis Internasional ( Ekspor- Impor
& Imbal Beli), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada , 2003, hal. 1-3
26
Amir, Kontrak Bisnis, Jakarta: PPM,2002, hal.70
27
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Lisensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003, hal. 7
28
Gunawan Widjaja, Lisensi….., hal 10
29
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Lisensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003, hal. 17

23
penyewa dan nantinya hak tersebut dipergunkan untuk
mengoperasikan ataupun menjual suatu produk. Metode operasi,
merek dagang, produk dan lainnya merupakan ide dari pemilik
waralaba kemudian penyewa waralaba ini yang akan membayar
kepada pemilik waralaba atas haknya karena telah menggunakan
metodenya, produknya, dan juga namanya. Dimasa sekarang ini
waralaba mempunyai dua bentuk:
a) Waralaba merek dagang (trade name franchising)
Waralaba merek dagang ini yang mana seorang pengusaha
sepakat untuk menjual produk-produk tertentu yang
disiapkan oleh pabrik atau grosir.
b) Waralaba format bisnis (business format franchising)
Merupakan ikaan bisnis yang terus-menerus antara pemeilik
waralaba dan penyewa. Pemilik waralaba menjual ide
idenya untuk melakukan pendeketan dalam bisnis.30
4) Perusahaan patungan
Joint Venturing ata biasa disebut usaha patungan bermitra
dengan perusahaan asing yang memasarkan atau menghasilkan
produk atau jasa. Kegiatan usaha patungan ini berbeda dengan
kegiatan ekspor karena perusahaan patungan ini bergabung guna
menjual ataupun memasarkan produk keluar negeri. Usaha
patunga memiliki empat tipe yaitu: memberi lisensi, kontrak
manufaktur, kontrak menajeman, dan kepemiikan bersama.
5) Kepemilikan Bersama
Usaha milik bersama ini terdiri dari satu peusahaan yang
menyatukan kekuatan dengan investor asing guna mendirikan
bisnis lokal milik mereka dan mengendalikan bersama.
Kelemahan dari kepemilikan bersama ini biasanya tentang

30
Lamb, Hair, Mc Daniel, Pemasara Markting, diteremahkan oleh David oktaveria , Jakarta:
Salemba Empat,2001, hal. 93-94

24
ketidak setujuan mitra mengenai investasi, cara pemasaran, atau
kebijakan- kebijakan yang lain.
b. Waralaba (Franchise)
Waralaba adalah hak atau lisensi yang diberikan oleh
perusahaan (pemberi waralaba) kepada individu (penerima waralaba)
untuk memasarkan dan/atau memperdagangkan produk dan jasa di
wilayah atau wilayah tertentu. Ini adalah saat pemilik waralaba
memberikan izin kepada penerima waralaba untuk menjual produk
menggunakan logo, merek dagang, dan nama merek mereka.31
Waralaba adalah menjalankan bisnis menggunakan beberapa
atau semua aspek bisnis lain yang sukses dalam kemitraan. Di masa
lalu, bisnis akan memberikan hak untuk menjual produk di pasar
tertentu yang dikenal sebagai kesepakatan distribusi atau
32
distributor. Waralaba adalah hubungan bisnis antara dua entitas di
mana satu pihak mengizinkan pihak lain untuk menjual produk dan
kekayaan intelektualnya. Misalnya, beberapa rantai makanan cepat
saji seperti Domino dan McDonalds beroperasi di Indonesia melalui
waralaba. Dalam waralaba, pemilik waralaba bermitra dengan merek
perusahaan untuk membuka bisnis di bawah payung merek.
Penerima waralaba memiliki dan mengoperasikan lokasi tersebut
menggunakan nama merek pemilik waralaba, logo, produk, layanan,
dan aset lainnya.33
1) Keuntungan dan Kerugian Waralaba
Keuntungan dari waralaba antara lain adalah sebagai
berikut:34

31
Lestario, F. (2018). Dampak pertumbuhan bisnis franchise waralaba minimarket terhadap
perkembangan kedai tradisional di kota binjai. Jumant, 7(1), 29-36.
32
Riva’i, M. (2012). Pengaturan Waralaba Di Indonesia: Perspektif Hukum Bisnis. Liquidity,
1(2), 159-166.
33
Mathewson, G. F., & Winter, R. A. (1985). The economics of franchise contracts. The Journal
of Law and Economics, 28(3), 503-526.
34
Riva’i, M. (2012). Pengaturan Waralaba Di Indonesia: Perspektif Hukum Bisnis. Liquidity,
1(2), 159-166.

25
a) Salah satu manfaat waralaba bagi penerima waralaba adalah
bantuan bisnis yang mereka terima dari pemilik waralaba.
Bergantung pada ketentuan perjanjian waralaba dan struktur
bisnis, penerima waralaba pada dasarnya mungkin
menerima operasi bisnis turnkey. Mereka mungkin
diberikan merek, peralatan, persediaan, dan rencana
periklanan, pada dasarnya semua yang mereka butuhkan
untuk menjalankan bisnis.
b) Manfaat besar yang diterima pewaralaba saat membuka
waralaba adalah pengenalan merek. Jika seseoang memulai
bisnis dari awal, seseorang harus membangun merek dan
basis pelanggan nya dari awal, yang akan memakan waktu.
c) Secara umum, waralaba memiliki tingkat kegagalan yang
lebih rendah daripada bisnis tunggal. Ketika pewaralaba
membeli waralaba, mereka bergabung dengan merek yang
sukses, serta jaringan yang akan menawarkan dukungan dan
saran kepada mereka, sehingga kecil kemungkinan mereka
akan gulung tikar.
d) Manfaat lain dari waralaba adalah ukuran jaringan yang
tipis. Jika menjalankan bisnis mandiri dan perlu memesan
produk atau persediaan untuk membuat produk, pebisnis
membayar lebih banyak uang per item karena pesanan
relatif kecil.
e) Secara umum, waralaba melihat keuntungan yang lebih
tinggi daripada bisnis yang didirikan secara independen.
Sebagian besar waralaba memiliki merek terkenal yang
membawa pelanggan berbondong-bondong. Popularitas ini
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Bahkan
waralaba yang membutuhkan investasi awal yang tinggi
untuk biaya waralaba melihat pengembalian investasi yang
tinggi.

26
f) Memulai bisnis memang berisiko. Ini benar apakah pemilik
bisnis membuka bisnis mandiri atau membeli waralaba.
Karena itu, risikonya lebih rendah saat membuka waralaba.
g) Salah satu perjuangan terbesar dari setiap bisnis baru adalah
menemukan pelanggan. Waralaba, di sisi lain, datang
dengan pengenalan merek instan dan basis pelanggan yang
setia.
h) Salah satu manfaat terbesar dari memiliki bisnis adalah
menjadi bos bagi diri sendiri. Saat memulai bisnis waralaba,
seseorang bisa menjadi bos bagi diri sendiri dengan manfaat
tambahan menerima dukungan dari basis pengetahuan
waralaba.
Sedangkan, kerugian dari waralaba antara lain:
a) Ketika waralaba memungkinkan penerima waralaba untuk
menjadi bos mereka sendiri, mereka tidak sepenuhnya
mengendalikan bisnis mereka, mereka juga tidak dapat
membuat keputusan tanpa mempertimbangkan pendapat
pemilik waralaba.
b) Ketika investasi awal biaya waralaba membeli banyak
manfaat bagi penerima waralaba, itu juga bisa mahal,
terutama jika bergabung dengan waralaba yang sangat
terkenal dan menguntungkan. Meskipun ini sering berarti
keuntungan yang lebih besar, menghasilkan uang awal ini
dapat membebani bisnis kecil mana pun.
c) Selain investasi awal yang harus di sediakan untuk memulai
waralaba, ada biaya tambahan berkelanjutan yang unik
untuk waralaba. Dalam perjanjian waralaba, biaya waralaba
yang berkelanjutan harus disebutkan. Biaya ini mungkin
termasuk biaya royalti, biaya iklan, dan biaya untuk layanan
pelatihan

27
d) Meskipun salah satu keuntungan memiliki waralaba adalah
jaringan dukungan yang di terima, hal itu juga berpotensi
menimbulkan konflik. Setiap hubungan bisnis yang dekat,
terutama ketika ada ketidakseimbangan kekuatan, memiliki
risiko bahwa para pihak tidak akan akur
e) Kerugian lain dari waralaba adalah kurangnya privasi.
Perjanjian waralaba kemungkinan akan menetapkan bahwa
pemilik waralaba dapat mengawasi seluruh ekosistem
keuangan waralaba.
2) Karakteristik Bisnis Waralaba
Karakteristik dasar bisnis waralaba antara lain sebagai berikut:
a) Harus ada unsur perjanjian (kontrak tertulis) yang mewakili
kepentingan yang seimbang antara pemberi dan penerima.
b) Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala hal
yang akan dimasukinya.
c) Franchisee diperbolehkan dalam kendali franchisor
beroperasi dengan menggunakan nama/merk dagang,
format atau prosedur serta segala nama baik yang dimiliki
franchisor.
d) Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dari
sumber dananya sendiri atau sumber dana lainnya.
e) Franchisee berhak mengelola seara penuh bisnisnya sendiri.
f) Franchisee membayar fee dan royalty kepada franchisor
atas hak yang didapatnya dan atas bantuan yang terus
menerus di berikan oleh franchisor.
g) Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu.
h) Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee
bukan merupakan transaksi yang terjadi antara cabang dari

28
perusahaan induk yang sama, atau individu dengan
perusahaan yang dikontrolnya.35
Sedangkan karakteristik dari segi yuridis adalah:
a) Unsur dasar
a. Ada pihak franchisor.
b. Ada pihak franchise.
c. Bisnis waralaba itu sendiri.
b) Keunikan produk
c) Konsep bisnis total
d) Franchisee memakai atau menjual produk
e) Franchisor menerima fee dan royalty
f) Adanya pelatihan manajemen dan keterampilan khusus
g) Pendaftaran merek dagang, paten atau hak cipta
h) Bantuan pendanaan dari franchisor atau lembaga keuangan
i) Pembelian produk langsung dari franchisor
j) Bantuan promosi dan periklanan dari franchisor
k) Pelayanan pemilihan lokasi
l) Daerah pemasaran yang eksklusif
m) Pengendalian dan penyeragaman mutu
n) Mengandung unsur merek dan system bisnis tertentu.36
3) Waralaba Berbasis Syariah
a) Kebebasan Waralaba dalam Prinsip Hukum Ekonomi Islam
Landasan prinsip kebebasan dalam agama islam yang
pertama adalah prisip aqidah atau prinsip tauhid merupakan
fondasi dalam agama islam yang mengutamakan harta yang
kita miliki hanyalah titipan dari Allah sebagai sang pemilik
atas segalanya, maka dari itu ita harus menggunakan dengan
(At-thayyibat) sebaik mungkin guna mendapatka ridho
Allah.

35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 58-59.
36
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, (Bogor: Ghalia Indinesia, 2008), 39.

29
Yang kedua murupakan prinsip keadailan dan
meliputi semua aspek kehidupan, Allah telah
memerintahkan kepada seluruh umatnya untuk berbuat adil
seperti yang di jelaskan di salah satu ayat dalam Al- Qur’an
yang berbunyi:

ً ٰ‫ئ ذِي ْانقُ ْس ٰبً َو َي ْىه‬ ِ ‫ان َواِ ْيت َ ۤا‬ِ ‫س‬ َ ‫اَل ْح‬ ِ ْ ‫ّٰللاَ َيأ ْ ُم ُس ِب ْان َع ْد ِل َو‬
‫ا َِّن ه‬
‫ظ ُك ْم نَ َعهَّ ُك ْم تَرَ َّك ُس ْون‬ ُ ‫ع ِه ْانفَ ْحش َۤا ِء َو ْان ُم ْى َك ِس َو ْان َب ْغي ِ يَ ِع‬
َ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh0(kamu) berlaku
adil dan buat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan0keji,0kemungkaran dan0permusuhan,
dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl:
90).37
Ketiga prinsip Ihsan atau perbuatan baik adalah hal
kebaikan atau manfaat kepada orang lain lebih dari hak
yang mereka dapatkan, keempat adaah al- Mas’uliyah atau
bertanggung jawab meliputi berbagai aspek yaitu:
bertaggung jawab antar individu dan bertanggung jawab
dalam bermasyarakat. Demi menciptakan lingkungan yang
sejahtera maka manusia harus mnjalankan kewajibannya.
Yang kelima prinsip keseimbangan adalah al- Washatiyah,
syariat dalam islam mengakui bahwa adanya bat hak pribadi
stiap manusia dengan batasan batasan tertntu. Syariat
menentukan keseimbangan kepentingan individu dan
masyarakat.
Keenam adaah prinsip kejujuran dan keberanian prisip
ini merupukan tumpuan dari akhlakul karimah yaitu: prinsip
transaksi, transaksi haru tegas, dilarangnya transaksi yang
meragukan, jelas dan pasti benda yang menjadi objk akad
ataupun harga barang yang akan diakadkan, dilarangnya

37
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit Jumanatul Ali: Bandung,
2005. hal 251

30
transaksi yang merugikan bagi diri sendiri, orang lain atau
antar dua belah pihak. Prinsip ini mengutamkna
kepentingan sosial yang mendahulukan kepentingan
bersama tanpa merugikan kepentngan individu. Prinsip
manfaat, prinsipini harus menghasilkan manfaaat jika dalam
transaksi tidak ada adana manfaat menurut syariat maka
akan dilarang, yang mengandung riba dilarag. Prisip suka
sama suka sesai dengan firman Allah telah dijelaskan
didalam Al Qur’an:

‫ا َ ْن‬ ٰٓ َّ ‫ا‬
‫َِل‬ ‫اط ِم‬ ِ َ‫َب ْي َى ُك ْم ِب ْانب‬ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها انَّ ِريْهَ ٰا َمىُ ْىا ََل تَأ ْ ُكهُ ْٰٓىا ا َ ْم َىانَ ُك ْم‬
َ‫ّٰللا‬
‫ه‬ ‫ا َِّن‬ َ ُ‫ت َ ْقتُهُ ْٰٓىا ا َ ْوف‬
ۗ ‫س ُك ْم‬ ‫اض ِ ّم ْى ُك ْم ۗ َو ََل‬ ٍ ‫ع ْه تَ َس‬ َ ً ‫ازة‬ َ ‫ت َ ُك ْىنَ ِت َج‬
‫َكانَ ِب ُك ْم َز ِح ْي ًما‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman janganlah
kamu memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka diantara
kamu. Dan jaganlah kamu membunuh diriumu,
sngguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”
(QS. An-Nisa’ 29).38

Prinsip milkiah merupakan prinsip kepemilikan


dengan jelas dan tidak ada paksaan antar keduanya, setiap
manusia memiliki kebebasan dalam dalam berakad, tanpa
takut kepada paksaan siapapun kecuali hal yang diwajibkan
oleh tata cara keadilan dan kemaslahatan masyarakat.39
b) Kebebasan Waralaba dalam asas-asas Hukum Ekonomi
islam
(1) Kebebasan berusaha
(2) Mengharamkan riba
(3) Mengaharamkan jual beli yang mengandung penipuan

38
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit Jumanatul Ali: Bandung,
2005.hal 76
39
Agus arwani, Jurnal Epistimologi Hukum ekonomi Islam RELIGIA Vol. 15 No. 1, April 2012,
hal 125-146.

31
(4) Mengharamkan penyalahgunaan kekuasaan untuk
40
mencari harta.
Didalam Fiqih Muamalah dibolehkan sesuau sebagai
objek perjanjian selama objek tersebut tiak mengandung
unsur keharaman, baik dari zatnya (haram li dzatihi)
maupun selain dari zat nya ( haram li ghairihi) dan juga
selama tidak langgar akad-akad syariah itu sendiri.
c. 212 Mart
Gerai 212 mart ini berdiri pada bulan mei tahun 2017 dan
berdiri akibat kondisi sebuah bisnis retailing yang berbasis syariah
saat ini tentunya hal itu yang menjadikan tantangan tersendiri bagi
konsep kinerja 212 mart , terlebih 212 yang memprediksi
keuntunganya bisa diraih dengan adanya investor pertahunnya. 212
mart salah satu pendatang baru di Indonesia yang berbentuk ritel,
namun tak butuh lama kini telah memiliki ratusan gerai di seluruh
Indonesia. 212 mart juga membuka kesempatan kepada masyarakat
yang ingin bergabung dan berinvestasi dengan bentuk kerjasama
ekonomi yang berprinsip syariah. Konsep usaha yang di lakukan 212
mart adalah modal usahanya di lakukan dengan iuran pokok, iuran
wajib , iuran sukarela para anggotanya yang berjumah minimal 100
orang anggota dimana 80 persen anggota berasal dari lingkungan
komunitas. Namum saat ini banyak masyarakat yang tergiur dalam
berbagai macam bisnis salah satunya adalah binis waralaba.
Sama seperti usaha ritel lainnya visi misi dari 212 mart yang
merupakan produk dari koperasi syariah 212 adalah mampu menjadi
lima besar koperasi di Indonesia dari sisi jumah anggota,
penghimpunan dana tabungan, jaringan, dan kekuatan investasi pada
sector-sektor produktif pilihan pada ahun 2015.41

40
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islam economic Ekonomi Syariah Bukan Opsi tetapi Solusi!.
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, t.t), 2009. hal. 341
41
http://koperasisyariah212.co.id/

32
Adapun misi dari 212 mart adalah mengoptimalkan segenap
potensi ekonomi umat baik secara daya beli, produksi, distribusi,
pemupukan modal serta investasi dalam sector produktif pilihan
yang dijalankan secara berjamaah, professional dan amanah yang
mampu mendatangkan kesejahteraan pada tataran individu atau
keluarga serta mewujudkan izzah (kemuliaan) pada tataran
keumatan.42 Berikut merupakan peluang dari 212 Mart:
1) Menyediakan barang-barang jamaah yang tidak disediakan oleh
supermarket lain.
2) Lokasi-lokasi yang dapat menarik pembeli
3) Semangat euphoria dari 212 yang membuat konsumen menjadi
setia.
Sedangkan, tantangan yang dihadapi oleh 212 Mart antara lain:
1) Masih banyak orang yang belum mengetahui mengenai 212
mart.
2) Rendahnya tingkat ketersedian Stock barang Jualan akan
membuat Jamaah beralih ke Minimarket Nasional (switching).
3) Harga Jual Produk berpotensi index nya lebih tingga dibanding
pesaing
H. Metode Penelitian
Motode penellitian secara menyeluruh diartikan sebagai teknik yang
dilakukan guna memperoleh sejumlah data sesuai dengan keperluan
tertentu.43 Dalam melakukan penelitian mengenai Model Pengembangan
Bisnis Waralaba Berbasis Syariah di 212 mart Lumajang, penelitian ini
menggunakan teknik dan metode sebagai berikut:
1. Pendekatan dan jenis Penelitian
Pendekatan penelitian secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pendekatan penelitian kuantitatif dan pendekaan penelitian kualitatif. Di
penelitian kali ini peneliti menerapkan pendekatan kulitatif. Dengan
42
Rizki Saputra “ Skirpisi Persaingan antara Indomaret dengan minimarkae 212 Mart dalam
Perspektif Hukum Ekonomi Islam”, 2019, hal 58
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2018). hal 2

33
menggunakan pendekatan kulitatif ini di maksud dapat mengurai secara
menyeluruh mengenai kejadian yang dialami melalui data yang didapat
dari beberapa sumber yang ada. Peneliti mengininkan mendapatkan data
yang lebih dalam sehingga dapat menelaah model pengembangan bisnis
waralaba berbasis syariah di 212 mart melalui penedekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif ini memeiliki arti mengenai sebuah penelitian yang
memaparkan aktivitas seseorang, prilaku, fungsi organisasi, dan gerakan
sosial.44 Pada penelitian kualitatif mendapatkan sejumlah penemuan yang
tidak bisa di peroleh dengan prosuder kuantitatif.45 Menurut Sugiyono,
metode penelitian kualitatif adalah pendekatan yang mengasaskan dasar
postpositifsme, guna peneliti itu sendiri yang akan meneliti pada objek
yang alamiah serta instrument yang kan digunakan, dalam penelitian ini
terdapat tiga macam teknik antara lain: observasi, wawancara,
dokumentasi, tiga alur kegiatan dalam analisis data yang bersifat induktif
antara lain: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan hasil
yang lebih mementingkan makna dari gagasan.46 Dari beberapa pendapat
diatas, maka peneliti menggunakan pedekatan kualitatif, dapat ditarik
kesimpulan berupa penelitian yang mengatakan sejumlah penemuan yang
terjadi dari mendapatkan data yang deskriptif.
Kualitatif deskriptif adalah bentuk penelitian yang diterapkan daam
penelitian oleh peneliti, karena mendiskripsikan model pengembangan
bisnis waralaba berbasis syariah di 212 mart.
2. Lokasi Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gerai 212 Mart Lumajang di Jalan Kapten
Suwandak No. 122 Lumajang. Alasan peneliti memilih Gerai 212
Mart dikarenakan:

44
Salim dan Syahrum, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Ciptapustakan Media, 2012,
h. 41
45
Farida Nugrahani, “ Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”,
(Surakarta,2014) hal, 4
46
Sugiyono,” Motode Peelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2016) hal, 9

34
1) 212 Mart membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin
bergabung bisnis ritel dengan sistem waralaba.
2) 212 Mart mempunyai data yang dibutuhkan untuk keperluan
peneliti.
b. Waktu penelitian
Waktu peneitian dilakukan pada semester ganjil 2021/2022,
dengantahapan sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Tahap ini dilakukan pada bulan juli 2021.
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan pada bulan Agustus 2021.
3) Tahap Penyelesaian
Tahap ini dilakukan pada bulan Oktober 2021.
3. Subjek Penelitian
Pada tahap ini peneliti akan menentukan beberapa informan, yaitu
orang-orang yang nantinya memberikan informasi terkait masalah
penelitian. Subjek yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive yang merupakan teknik pengambilan data
dengan perimbangan tertentu. Misal dari pertimbangan tertentu ini orang
tersebut lebih memahami tentang apa yang diharapkan atau orang
tersebut memiliki kedudukan yang lebih tinggi sehingga dapat
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.47
Berdasarkan dari pemaparan diatas maka yang dijadikan informan
antara lain:
a. Manajer dari 212 mart
b. Karyawan dari 212 Mart
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang paling mendasar dari sebuah penelitian merupakan
teknik pengumpulan data, dikarenakan menyimpan maksud dari

47
Ibid, 2018-2019

35
penelitian itu sendiri yaitu mengolah data.48 Pada penelitian ini ada
beberapa teknik pengambilan data antara lain:
a. Observasi
Teknik parsitipatif adalah teknik yang digunakan dalam
observasi, karena peneliti akan memahami secara terbuka ke
lingkungan yang menjadi objek penelitian untuk menganalisis atau
mengkaji sebuah data yang diperlukan oleh peneliti dalam penelitian
ini. Peninjauan secara terbuka dan teratur dapat diartikan juga
sebagai observasi. Observasi dapat dikatakan sebagai suatu
instrumen pengambilan data yang dilakukan secara langsung dengan
menyusun lembar isian yang sudah disiapkan seblum melakukan
observasi. Lalu data yang sudah diterima artikan dan di evaluasi
secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menyampaikan data secara
spesifik serta melakukan analisis spekulatif sehingga dari sebuah
penjabaran dan kesimpulan yang sesuai dengan data yang ditemukan
deskripsi.
Seorang observer yang berperan mngamai sejumlah objek
yang berada dilapangan, dapat memilah mana data yang menjadi
kepentingan dan tidak dalam suatu penelitian terhadap kepekaan di
suatu momen tertentu.49
Dalam metode ini penulis mencari beberapa data mengenai
model pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212 mart
dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan.
b. Wawancara
Merupakan salah satu bentuk kegiatan tanya jawab dengan
seseorang mengenai suatu hal dengan tujuan untuk memperoleh
suatu data biasa disebut dengan wawancara. Di dalam metode
penelitian kualitatif, wawancara adalah strategi pengumpulan
motode yang penting di lakukan dalam penelitian guna mendapatkan

48
Ibid, 224
49
Joko Subagyo, “Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek” (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 63.

36
data yang diperlukan secara absolut dan akurat. Peneliti akan
melakukan Tanya jawab kepada narasumber yang menjadi objek
pada penelitian ini dengan jumlah pertanyaan yang sudah dicatat
sebelumnya. Metode ini untuk mewawancarai narasumber selaku
manager dari gerai 212 Mart. teknik pengumpulan data dengam
motode wawancara secara umum terbagi menjadi dua macam
sebagai berikut:50
1) Wawancara terstuktur, adalah salah satu wawancara yang
disusun secara spesifik sehingga menyamai check list.
Wawancara model ini, pada nomer pertanyaan yang sudah
ditanyakan kepada narasumber akan diberi tanda chek.
2) Wawancara tidak terstuktur, adalah wawancara model ini,
wawancara yang akan ditanyakan oleh peneliti kepada
narasumber hanya memicu kepada universal saja. Dalam
wawancara ini daya kreativitas peneliti benar-benar dibutuhkan
Karena jawaban dari narasumber tergantung pada daya
kreativitas peneliti.
Dalam hal kaitannya wawancara melalui penelitian ini, maka
peneliti akan mengimplementasikan kedua model wawancara diatas.
Pertama, penulis akan mencatat bebrapa daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan ketika wawancara, namun etika ditengah wawancara
terdapat sejumlah hal yang unik yang belum dicatat pada daftar
pertanyaan sebelumnya, maka penulis akan merubah wawancara
tersebut dari terstuktur dan tidak terstuktur. Tetapi daftar pertanyaan
tersebut mengacu pada inti pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya. Jenis wawancara seperti ini biasanya dikenal dengan
semi-testuktur, yakni gabungan ditengah wawancara terstuktur dan
tidak terstuktur.

50
Sharsimi Arikunto, “ Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik” ( Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 270.

37
Dalam wawancara ini penulis mencari beberapa data mengenai
model pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212 mart
melalui para informan yang menjadi objek pada penelitian ini.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dokumen memiliki arti sebuah ulasan
kejadian terdahulu.51 Dokumentasi adalah pengumpulan data dan
bukti dengan beragam bentuk seperti catatan, lukisan dan kreasi
monumental dari seseorang.52 Pengumpulkan data utama melalui
sejumlah dokumen yang telah tersedia dapat dilakukan dengan cara
dokumentasi. Ilmu dokumen adalah sebuah metode tambahan dari
penerapan metode observasi dan wawancara dalam metode
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan
sejumlah data akhir dari penelitian berupa catatan tentang model
pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212 mart berupa
catatan, lukisan atau sejumlah kreasi dari seseorang.
5. Analisis Data
Menurut Sugiyono analisis data adalah sebuah proses penataan data
yang ditemukan dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi secara terstruktur. Analisis ini dilakukan secara mendalam
tentang model pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212
mart. Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono
pada penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Reduksi data (Data Reduction)
Apabila telah menemukan data dan akan mencatat sejumlah data
yang sudah didapat dengan cara teknik pengumpulan data yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka data tersebut harus disajikan secara
jelas dan terperinci. Suatu tindakan meringkas, menentukan sejumlah
hal utama, dengan mengutamakan pada sejumlah hal yang
diperlukan, mendapatkan topik, dan menelusuri polanya merupakan

51
Ibid, 240
52
Ibid, 240

38
53
arti dari reduksi data. Setelah sejumlah data diperoleh dan sudah
direduksi maka akan membuka imajinasi secara valid dan juga
menyederhanakan kepada peneliti dalam pengumpulan data yang
telah dilakukan sebelumnya, lalu akan di generalisasikan dengan
mengambil inti pokok secara koherensi. Dan setelah data yang
didapat di generalisasikan data tersebut akan ditransisi ke dalam
bentuk lain. Dalam penelitian ini data akan ditransisi ke dalam
bentuk deskripsi secara ringkas. Data yang akan direduksi adalah
hasil wawancara yang akan dirangkun kemudian dibuat transkip
setelah itu difokuskan untuk menjawab rumusan permasalahan yaitu
bagaimana model pengembnagan bisnis berbasis waralaba berbasis
syariah di 212 mart.
b. Penyajian data (Data Display)
Langkah berikutnya setelah reduksi data adalah penyajian data.
Dalam tahap ini, akan ditampilkan beberapa kumpulan data yang
telah ditemukan dan direduksi pada langkah sebelumnya dalam
bentuk uraian deskripsi guna memudahkan penulis dalam menarik
kesimpulan. Data penyajian ini disajikan dengan beberapa hasil
wawancara yang sudah direduksi mengenai model pengembangan
bisnis waralaba berbasis syariah di 212 mart.
c. Pengambilan kesimpulan (Verification)
Setelah penyajian data, langkah selanjutnya merupakan pengambilan
kesimpulan. Menurut Sugiyono kesimpulan mempunyai arti
karangan pertama dan belum pernah ada sebelumnya.54 Kesimpulan
yang diperoleh dari awal yang telah di paparkan dalam penyajian
data masih bersifat sementara dan akan berubah jika ditemukan
sejumlah bukti yang kuat untuk mendukung pada pengumpulan data
berikutnya. Akan tetapi ketika kesimpulan yang telah di paparkan

53
Imam Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek” (Jakarta: Bumi Aksara,
2014),211.
54
Ibid, 253

39
pada tahap sebelumnya telah didukung dengan sejumlah bukti yang
valid, maka kesimpulan yang diperoleh bersifat kredibel.
6. Keabsahan data
Setelah sejumlah data telah dianalisis dan mendapatkan jawaban
dari beberapa rumusan pada penelitian ini, selanjutkan akan dilakukan uji
keabsahan temuan. Pada penelitian ini validasi data dilakukan dengan
cara triangulasi, yaitu dengan pemeriksaan data dari sejumlah sumber.
Menurut Sugiyono ada 3 macam triangulasi, diantaranya adalah
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi
waktu. 55
Triangulasi teknik merupakan metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara memadukan
hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan
sebelumnya untuk mendapatkan sejumlah data yang sesuai. Selanjutnya
perpaduan dari hasil tersebut akan digunakan untuk menarik kesimpulan.
7. Tahap-tahap penelitian
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai bagaimana rencana
pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan, pertama-tama dari
pendahuluan hingga penulisan laporan. Sejumlah tahapan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Tahap pendahuluan
Ketika berada dilapangan untuk memulai sebuah penelitian, yang
harus disiapkan oleh peneliti adalah proposal penelitian terdahulu.56
Sejumlah tahapan dalam penelitian lapangan adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Rancangan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti membuat rancangan penelitian
terlebih dahulu, dari pengajuan judul, penyusunan matrik,
hingga konsultasi terkait penelitian yang akan diteliti kepada

55
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D” (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2016), 273
56
Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, h.48

40
dosen pembimbing dan dilanjutkan dengan penyusunan proposal
hingga dipresentasikan.
2) Memilih Lapangan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, pemilihan lapangan harus
ditentukan oleh peneliti terlebih dahulu. Dalam penelitian kali
ini peneliti meneliti di grai 212 mart Lumajang
3) Mengurus Perizinan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti mengurus
perizinan terlebih dahulu dengan meminta surat permohonan
penelitian kepada pihak kampus. Setelah meminta surat
permohonan, maka peneliti menyerahkan kepada gerai 212 mart
tersebut yang telah dipaparkan sebelumnya untuk melakukan
penelitian apakah diperbolehkan atau tidak.
4) Menjajaki dan Menilai Lapangan
Setelah diizinkan oleh manager dari 212 mart, peneliti
melakukan pemantauan dan menilai lapangan untuk mengetahui
latar belakang dari objek penelitian. Hal ini dimaksudkan agar
memudahkan peneliti dalam menggali data yang diperlukan
dalam penelitian.
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan
Pada tahap selanjutnya, peneliti mulai memilih informan
dari gerai 212 mart.
6) Menyiapkan Perlengkapan Lapangan
Ketika sudah melakukan tahap penyusunan rancangan
penelitian hingga memilih dan memanfaatkan informan, maka
peneliti harus mempersiapkan segala perlengkapan yang
diperlukan sebelum terjun kelapangan.
b. Tahap pelaksanaan
Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan
pengambilan data di gerai 212 mart. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:

41
1) Wawancara
Pada penelitian ini, narasumber dari gerai 212 mart
dijadikan dasar dalam melakukan wawancara. Wawancara
dilakukan kepada narasumber dari 212 mart yang telah
dipaparkan sebelumnya.
2) Analisis data
Selanjutnya akan dilakukan analisis data dari sejumlah data
yang telah ditemukan peneliti. Data yang dianalisis pada
penelitian ini berupa hasil model pengembangan bisnis waralaba
berbasis syariah di 212 mart, dan hasil wawancara mendalam
terhadap subjek yang diteliti.
3) Keabsahan data
Data yang sudah dianalisis, akan dilakukan keabsahan data pada
tahap selanjutnya. Kebsahan data pada penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan motode penerapan triangulasi
teknik dengan cara yang berbeda dengan metode triangulasi
lainnya yakni dengan menggabungkan hasil perolehan
observasi, wawancara dan dokumentasi pada teknik
pengumpulan data sebelumnya dari gerai 212 mart tersebut
sehingga data yang ditemukan nantinya dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.
c. Tahap penyelesaian
Pada tahap terakhir, peneliti menyusun laporan penelitian yang
telah dilaksanakan dalam bentuk kesimpulan. Dalam penelitian ini,
peneliti membuat kesimpulan berdasarkan analisis data dan hasil
ujian keabsahan data yanng diperoleh sebelumnya dan akan
dipertanggungjawabkan dari semua data yang diperoleh dilapangan.
8. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur yang akan di
bahas oleh peneliti. Pembahasan mulai dari bab pendahuluan sampai bab
penutup dengan tujuan untuk memahami secara umum dari seluruh

42
pembahasan yang telah ada. Berikut ini merupakan gambaran secara
umum tentang pembahasan skripsi ini.
Bab satu merupakan pendahuluan. Dalam bab ini mencakup
tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi istilah.
Bab dua merupakan kajian pustaka. Bab ini memuat tentang
penelitian terdahulu dan kajian teori yang berkaitan dengan model
pengembangan bisnis waralaba berbasis syariah di 212 mart
Bab tiga merupakan metode penelitian. Pada bab ini memuat
tentang metode penelitian yang akan peneliti gunakan meliputi:
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian,
teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap
penelitian.
Bab empat merupakan penyajian data dan analisis. Pada bab ini
didalamnya mencakup gambaran objek penelitian, penyajian data dan
analisis serta pembahasan temuan.
Bab lima merupakan penutup yang menjelaskan kesimpulan
penelitian yang disertai dengan saran-saran dari peneliti.

43
DAFTAR PUSTAKA

Agama RI Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit Jumanatul


Ali: Bandung, 2005.

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Transaksi Bisnis Internasional
(Ekspor- Impor & Imbal Beli), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada , 2003.

Akbar M. Azwar Nur. Bisnis Waralaba ( Franchise) Pendekatan Sistem Ekonomi


Islam. (Skripsi –Universitas Islam Negri (UIN) Alauddin Makasar). 2013.

Alisha Umamah, Strategi Persaingan Bisnis Waralaba Berbasis Agama, (Skripsi


– Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo,2019).

Amir, Kontrak Bisnis, Jakarta: PPM,2002.

Andi Buchari dan Veithzal Rivai, Islam economic Ekonomi Syariah Bukan Opsi
tetapi Solusi!. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, t.t), 2009.

Antoro Rizki WibisonoTito, Analisis Strategi Marketing Syariah dalam


Meningkatkan penjualan pada 212 Mart Mayang kota Jambi. ( Skripsi
Program Studi Ekonomi Syariah fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020).

Arikunto Sharsimi, Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik ( Jakarta:


Rineka Cipta, 2010).

Arista Zakaria, Analisis Perjajian Waralaba Non License ( Studi Kasus


NolandFood Surakarta) (Skripsi – Progam Studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta,2020).

Arwani Agus, Jurnal Epistimologi Hukum ekonomi Islam RELIGIA Vol. 15 No.
1, April 2012.

Batubara Salsabila, Analisis Hukum Mengenai Penerapan Perjanjian


Waralaba/Franchise Alfamart di Kota Medan, ( Skripsi – Universitas
Sumantra Utara,2020).

Fahmiyah Inas, Idil Ghufron Moh. “Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah”.
Vol. 3. No. 1 januari 2018.

Farida Nugrahani, “ Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan


Bahasa”, ( Surakarta,2014)

Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014)

44
Hariyani Iswy. Sukses bisnis ritel modern, Elex Media Komputindo: Jakarta, 2013
http://koperasisyariah212.co.id/

Lamb, Hair, Mc Daniel, Pemasara Markting, diteremahkan oleh David oktaveria ,


Jakarta: Salemba Empat,2001.

Lestario, F. Dampak pertumbuhan bisnis franchise waralaba minimarket


terhadap perkembangan kedai tradisional di kota binjai. Jumant, 2018.
1
M Riva’I,. Pengaturan Waralaba Di Indonesia: Perspektif Hukum Bisnis.
Liquidity, 1(2), 159-166. 2012.

Malinda Helen, Analisis Strategi Pengembangan Bisnis UKm Guna meningkatkan


pendapatan karyawan menurut Prespektif Ekonomi Islam. ( Skripsi
fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung, 2017) .

Nugraha Hagai Prima. Perlindungan Hukum Bagi Penerima Waralaba Dalam


Hal Pemutusan Perjanjian Waralaba’’2012.

Rintuh Cornelis dan Miar, Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat, (Yogyakarta:


BPFE, 2005)

Rizqon Al Musafiri M, Analisis Persepsi dan Sikap Terhadap Konsumen dalam


Pemelihan Tabungan Berbasis Syariah di IAID Blokagung egalsari
Banyuwangi, Jurnal Agama Islam ( IAI) Darussalam banyuwangi, Vol. 5/
no. 2. 2017.

Rudy May, Bisnis Internasional Teori dan Aplikasi Operasionalisasi, Bandung:


PT. Refika Aditama, 2002.

Salamah Binti Maidatus, Analisis Bagi Hasil Waralaba Dalam Prespektif Islam
(Studi Kasus Alfamart Mulya CV. Ahsanah Mulya Blitar), ( Skripsi – IAIN
Tulungagung,2020.

Saputra Rizki “ Skirpisi Persaingan antara Indomaret dengan minimarkae 212


Mart dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam”, 2019.

Saputri Zaferi Febi, Analisis Hukum Islam Terhadap Perjanjian Waralaba Pada
Usaha Raja Pisang Keju Arjuna Di Surabaya, (Skripsi – Universitas
Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Perdata Islam Progam
Studi Hukum Ekonomi Syari’ah, 2021).

Simatupang, Richard Burton. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.

45
Subagyo Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Penerbit


Alfabeta, 2016).

Sumarsono Sonny, Manajemen Bisnis Waralaba, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009.

Sutedi, Adrian. Hukum Waralaba. Bogor: Ghalia Indinesia, 2008.

Sya’adah Latifatus, Pemberlakuan Pasal 50 Undang – undang No 5 Tahun 1999


Tentang Pengecualian Dalam Bisnis Waralaba Prespektif Kompilasi
Hukum Ekonomi Syari’ah Dan Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2007,
(Skripsi – Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang,2019).

Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Ciptapustakan


Media, 2012.

Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Wahyuni Sri, Strategi Pemasaran Pada Gerai 212 Mart Cabang Bengkulu dalam
perspektif islam (Bengkulu, 2019).

Widjaja Gunawan, Lisnsi atau Waralaba, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.

Yamaicha Delviana, Potensi Binsis Waralaba Berjamaah Roti Kapiten Yang


Berkorporatisasi (Studi Kasus Pada PT. Kapiten Kuliner Nusantara’’
(Skripsi- Universitas Islam Kalimantan MAB, 2020).

Yusuf Muhammad, Tinjauan Konsep Waralaba (Franchise) Berdasarkan


Ketentuan – ketentuan Hukum Islam. 2009.

46

Anda mungkin juga menyukai