Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN MINI RISET

MK.TERMODINAMIKA
PRODI S-1 PSPF-B20
FMIPA

Skor Nilai :

REKAYASA IDE
“ DIAGNOSTIK KONSEPSI SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. Elia Sri Suryani (4203321012)


2. Eveline Novryanti Purba (4203321003)
3. Marissa Sirait (4203121025)
4. Sampang Rotua Manullang (4202421013)
5. Tara Amalya (4203121033)

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.Makmr Sirait,M.Si


MATA KULIAH : Termodinamika
KELAS :PSPF 2020 B

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
Rekayasa Ide ini dapat tersusun hingga selesai. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing mata
kuliah Termodinamika bapak Prof.Dr.Makmr Sirait,M.Si dan tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide dan waktunya.

Dan harapan kami semoga laporan rekayasa ide ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan rekayasa ide ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.

Medan, 5 November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian ................................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
ORIGINALITAS DAN KUALITAS SOSIAL ................................................................................... 6
2.1 Originalitas Ide ...................................................................................................................... 6
2.2 Konteks Sosial ........................................................................................................................ 6
BAB III ............................................................................................................................................. 7
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI.................................... 7
BAB IV ............................................................................................................................................. 8
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA ............................................................................. 8
4.1 Peluang Keterwujudan .......................................................................................................... 8
4.2 Nilai-Nilai Inovasi .................................................................................................................. 8
4.3 Perkiraan Dampak ................................................................................................................ 8
BAB V .............................................................................................................................................. 9
PENUTUP ........................................................................................................................................ 9
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 9
5.2 Saran ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan mengenai suhu dankalor menjadi sangat penting, karena konsep suhu
dan kalor ini banyak sekali terjadi pada fenomena sehari-hari yang ditemui di sekitar kita.
Berdasarkan hasil pengamatan siswa dari fenomena yang terjadi itulah maka akan terbentuk
konsepsi. Menurut Duit and Treagust (2012) konsepsi adalah intepretasi dan deskripsi yang
terbentuk pada diri seseorang terhadap suatu objek atau fenomena yang ditemuinya.
Konsepsi ini justru sudah dimiliki oleh siswa sebelum Jadi dapat dikatakan bahwa
konsepsimerupakan tafsiran atau pemahamansementara yang terbentuk saat
siswamengamati sesuatu yang akhirnya akan membentuk cara pandangnya terhadap objek
atau fenomena.Konsepsi awal yang terbentuk pada akhirnya akan mempengaruhi konsep-
konsep selanjutnya terhadap materi yang terkait. Alwan (2011), menyatakan bahwa konsep
awal siswa berkembang dari pengalamannya sehari hari, ketika siswa menemui suatu
fenomena maka siswa akan berusaha merekonstruksi informasi dengan cara dan
pemahamananya.
Ketika konsep yang terbentuk itu sesuai dengan konsep ilmiah yang ilmiah yang
benar maka pemahaman siswa akan semakin baik. Tetapi apabila proses rekonstruksi
informasi tadi tidak sesuai dengan konsep ilmiah maka yang terjadi adalah munculnya
miskonsepsi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada tugas Rekayasa Ide ini yaitu:
1. Bagaimana cara menganalisis diagnostik konsepsi siswa pada materi suhu dan kalor
2. Perangkat apa yang digunakan agar peserta didik dapat tertarik dengan materi suhu dan
kalor
3. Metode indentifikasi variabel digunakan dalam pembelajaran apa saja?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari rekayasa ide ini yaitu:
1. Tugas ini dilakukan sebagai pemenuhan tugas Rekayasa Ide pada mata kuliah
Termodinamika.
2. Rekayasa ini dilakukan untuk menambah wawasan penulis.
3. Untuk memperdalam pengetahuan dengan cara membuat ide mengenai materi suhu dan
kalor
4. Untuk membangkitkan minat pelajar mengenai materi suhu dan kalor.
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu bermanfaat dalam memberikan gambaran dan
informasi, atau bahan acuan yang dijadikan sebagai bahan pembanding dalam penelitian
selanjutnya, khususnya dalam penelitian sejenis bagi pengembangan pengetahuan dan
kajian yang lebih mendalam. Serta dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap
pengembangan materi pengaruh temperatur, khususnya dalam mata kuliah termodinamika.
BAB II

ORIGINALITAS DAN KUALITAS SOSIAL

2.1 Originalitas Ide


Rekayasa ide ini tercipta berdasarkan hasil review kami terhadap sebuah jurnal yang
ditulis oleh w winarti , dengan judul diagnostik konsepsi siswa pada materi suhu dan kalor.
Dari jurnal ini penulis mengungkapkan bahwasanya, metode identifikasi variabel ini sangat
membantu untuk mengatasi permasalahan yang terdapat pada peserta didik yang masih minim
pengetahuan dan pemahaman mengenai kesalahan pada perhitungan yaitu menentukan tanda
positif dan negatif pada variabel kalor dan usaha. Dengan adanya metode identifikasi variabel
berdasarkan skema maka akan sangat membantu peserta didik berhasil menentukan variabel
dengan tepat pada materi suhu dan kalor . Hal ini menjadi dasar yang buruk bagi siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan. Siswa dapat dengan baik menggunakan satu konsep pada
konsteks tertentu, tetapi dapat pula mengalami miskonsepsi pada konsep yang sama namun
pada konteks yang berbeda. Mereka memerlukan bantuan secara tepat dan sedini mungkin agar
dapat mengatasi miskonsepsi tersebut (Susanti, 2014). Mengingat hal tersebut, identifikasi
miskonsepsi siswa melalui penelitian sering dilakukan oleh para pendidik dan peneliti. Hal ini
penting agar dapat menjadi sumber informasi bagi para pendidik dan peneliti dalam
mengupayakan pengembangan pembelajaran di kelas untuk mengatasi dan memperbaiki
miskonsepsi.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah instrumen diagnostik three tier test
yang dikembangkan benar-benar mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber informasi bagi para peneliti dan pendidik guna
mengatasi dan menindaklanjuti miskonsepsi yang dimiliki siswa pada setiap konsep suhu dan
kalor. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlunya dilakukan pengidentifikasian
miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor menggunakan three tier test.

2.2 Konteks Sosial


Ide yang dikemukakan penulis dapat dilakukan oleh para siswa, hal ini dikarenakan ide
yang terdapat pada jurnal penulis dapat direalisasikan pengajar untuk menarik minat siswa dan
membuat siswa tidak lagi menganggap Suhu dan Kalor itu sulit. Dengan zaman yang semakin
maju, memudahkan dalam mengembangkan ide tersebut. Sehingga hal ini memiliki peluang
besar dalam mengembangkan minat pelajar dalam memahami tentang materi termodinamika .
Dengan pengembangan ide ini, maka akan semakin meluasnya kegemaran para pelajar
terhadap pokok bahasan termodinamika. Kami akan mengupayakan agar ide ini mudah
dipahami oleh kalangan manapun.
BAB III

PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI

Dalam rekayasa ide ini akan dibuat skema melalui tinjauan literatur, kemudian
diterapkan dalam persoalan sederhana terkait Suhu dan Kalor . Oleh sebab itu, perangkat yang
dibutuhkan berupa komputer/laptop untuk pembuatan skema tinjauan literatur dan mendesain
soal latihan sebagai penilaian kemampuan siswa. Perangkat lainnya yang dibutuhkan berupa
buku-buku sumber literatur serta objek penelitian yaitu sebuah kampus atau beberapa
mahasiswa. Tinjauan literatur merangkum dan mensintesis penelitian ilmiah yang ada pada
topik tertentu. Ulasan literatur adalah bentuk dari penulisan akademik biasa digunakan dalam
ilmu, ilmu sosial, dan humaniora. Pada kajian kali ini, tinjauan literatur terfokus pada
pembahasan Suhu dan Kalor. Namun, tidak seperti makalah penelitian, yang membentuk
argumen baru dan memberikan kontribusi asli, tinjauan literatur mengatur dan menyajikan
penelitian yang ada. Sebagai mahasiswa atau akademis, dapat menghasilkan tinjauan literatur
sebagai kertas mandiri atau sebagai bagian dari proyek penelitian yang lebih besar. Siswa perlu
meningkatkan kemampuan membentuk dan mengubah skema, membentuk skema baru dari
suatu pengalaman baru, menambahkan atribut baru dalam skema lamanya. selain itu siswa
diharapkan mampu melengkapi dan memperluas skema yang telah dipunyainya dalam
berhadapan dengan pengalaman, persoalan dan juga pemikiran yang baru. Oleh karena itu
proses pembelajaran perlu menekankan pada pemahaman gagasan dari skema.
Salah satu cara yang dipandang efektif dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa
adalah tes diagnostik miskonsepsi dalam bentuk tertulis. Tes diagnostik miskonsepsi
dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa berkaitan dengan
adanya miskonsepsi. Diperlukan tes diagnostik miskonsepsi dalam mengidentifikasi
miskonsepsi yang dialami siswa (Susanti, 2014). Berbagai jenis penilaian sebagai tes
diagnostik digunakan dalam pendidikan sains untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa antara
lain openended questions, peta konsep (Goh&Chia, 1991), pilihan ganda (Schmidt, 1997;
Uzuntiryaki&Geban, 2005). Beberapa penelitian telah berhasil mengembangkan instrumen
dignostik miskonsepsi yang hasilnya dapat diketahui dengan cepat dan akurat, diantaranya
pilihan ganda bertingkat dua (two-tier)
Instrumen diagnostik three tier test diprediksi dapat mengidentifikasi miskonsepsi
siswa lebih akurat dibandingkan dengan tes diagnostik one tier atau two tier (Arslan dkk, 2012).
Three tier test akan memungkinkan guru dan siswa mengidentifikasi miskonsepsi sehingga
memberikan gambaran kepada guru tentang penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan, dan siswa akan memperbaiki miskonsepsi mereka dengan konsepsi ilmiah atau
terjadi perubahan konsep yang salah menuju konsep yang benar. Pesman dan Eryilmaz (2010)
menyatakan bahwa three tier test dapat dianggap sebagai instrumen yang lebih valid dan dapat
diandalkan untuk penilaian prestasi atau miskonsepsi. Penelitian yang relevan dan telah
menggunakan instrumen diagnostik three tier test adalah Arslan dkk. (2012), menyimpulkan
bahwa instrumen diagnostik three tier test yang valid dan reliabel tidak hanya bisa
mengidentifikasi miskonsepsi guru dalam mengajar tetapi juga miskonsepsi siswa dalam
belajar. Taslidere (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa three tier test yang
dikembangkan adalah alat ukur yang reliabel dan valid untuk menginvestigasi pemahaman
konseptual dan miskonsepsi siswa.
BAB IV

IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA

4.1 Peluang Keterwujudan


Rekayasa ide ini memiliki peluang keterwujudan yang besar. Hal ini dikarenakan,
metode yang akan digunakan telah di desain dan disusun sedemikan rupa sehingga nantinya
dalam pelaksanaannya diharapkan dapat berjalan secara maksimal.

4.2 Nilai-Nilai Inovasi


Dari hasil wawancara dengan 28 siswa diperoleh bahwa siswa merasa tertantang dalam
mengerjakan instrumen diagnostik berbentuk three tier test. Hal ini disebabkan siswa dituntut
untuk berpikir lebih keras memahami setiap konsep dalam pilihan alasan dan siswa juga merasa
sangat bertanggungjawab untuk memberikan jawaban yang paling sesuai dengan pikiran dan
keyakinan mereka. Three tier test bagi siswa merupakan bentuk soal yang sangat jarang mereka
temui dan berbeda dari bentuk soal yang selama ini sering mereka kerjakan. Menurut siswa,
keuntungan three tier test adalah lebih mampu menggali pengetahuan mereka tentang konsep,
melalui soal tersebut siswa mampu mengetahui penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari
(kontekstual), menjadikan mereka lebih teliti dan tidak asal tebak dalam menjawab, dan siswa
lebih sadar dan memahami tingkat penguasaan konsep mereka masing-masing, yakni apakah
mereka telah menguasai konsep, masih miskonsepsi, hanya menebak atau tidak percaya diri
atas jawabannya, atau malah tidak tahu konsep sama sekali. Sedangkan, kekurangan three tier
test yaitu uraian soal dan alasan yang cukup panjang membuat siswa membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk menjawab dan soal-soalnya seperti menjebak jika mereka tidak teliti.
Dengan demikian, instrumen diagnostik three tier test yang digunakan dalam penelitian ini
mampu mengidentifikasi miskonsepsi yang dimiliki siswa.

4.3 Perkiraan Dampak

Penggunaan instrumen diagnostik three tier test mampu mengkategorikan konsepsi


siswa menjadi empat kriteria penguasaan konsep, yaitu menguasai konsep (MK), miskonsepsi
(MS), menebak atau tidak percaya diri atas jawaban (MB), dan tidak tahu konsep (TT). Siswa
menjadi sadar akan pemahaman konsep yang mereka miliki terhadap konsep-konsep suhu dan
kalor. Oleh karena itu, instrumen diagnostik three tier test yang telah dikembangkan untuk
mendiagnosis miskonsepsi siswa pada materi suhu dan kalor mampu mengidentifikasi
miskonsepsi siswa secara cepat dan akurat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep dasar terkait konsep suhu dan kalor
meliputi suhu, kalor, pengaruh kalor terhadap benda (pemuaian, perubahan suhu, dan
perubahan wujud), dan perpindahan kalor merupakan konsep yang cukup sulit
dipahami oleh siswa. Meskipun siswa telah mempelajari konsep-konsep tersebut
sebelumnya di bangku SMP, mereka masih mengalami kesulitan dalam memecahkan
soal penguasaan konsep yang dilandasi konsep-konsep tersebut.

5.2 Saran

Pembelajaran suhu dan kalor sebaiknya berbasis kontekstual, sehingga siswa


mampu merekonstruksi konsep secara benar melalui fenomena yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. serta mendukung Higher Order Thinking Skills (HOTs) agar
konsepsi siswa tentang suhu dan kalor konsisten kebenarannya. Penulis menyarankan
agar para peneliti dan pendidik lebih memperhatikan prakonsepsi siswa sebelum
memberikan pembelajaran. Para pendidik diharapkan menyampaikan konsep-konsep
dasar secara benar dan membantu siswa dalam menghubungkan antarkonsep serta
pandai memilih pendekatan pembelajaran untuk mengatasi dan mengurangi
miskonsepsi fisika yang dialami oleh siswa. Bagi para peneliti yang ingin
mengidentifikasi miskonsepsi agar menggunakan instrumen diagnostik yang tepat agar
miskonsepsi siswa dan penyebabnya benar-benar dapat diidentifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Kusumah, F. H. (2013). Diagnosis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Kalor Menggunakan


ThreeTier Test. UPI. (http://reporsitory.upi.edu), diakses 12 Februari 2016.
Kurniawan, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Cmaptools Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan
Mempertahankan Retensi Siswa. UPI. (http://reporsitory.upi.edu), diakses 08 Februari 2016.

Mardapi, D. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press;
Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wahyuningsih, T. (2013). Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI. Jurnal
Pendidikan Fisika, 1(1): 111-117

Anda mungkin juga menyukai