Anda di halaman 1dari 12

Nama : Silvya Tasya Adiningsih

Kelas : 2C

NIM : 31119129

Jenis-jenis Pelarut yang Bersifat Toksik terhadap Manusia

1. Benzena
Benzena memiliki sifat fisika-kimia antara lain.
- Sifat fisika:
1) Senyawa yang tidak berwarna
2) Berwujud cair pada suhu ruang 270° C
3) Memiliki titik didih di suhu 80,1°C dan titik leleh di suhu -5,5°C
4) Tidak dapat larut di dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut non polar
- Sifat kimia:
1) Bersifat karsinogenik
2) Bersifat kurang reaktif
3) Merupakan senyawa non polar
4) Mudah terbakar
5) Mudah mengalami reaksi substitusi

Nilai ambang batas benzena ditetapkan oleh IRIS melalui RfD dan Rc. RfD atau
reference dose benzene adalah batas dosis benzene melalui jalur ingesti sebesar 0,004
mg/kg/hari. Sedangkan Rfc adalah batas dosis respon benzene melalui jalur inhalasi
sebesar 0,03 mg/m3. Di atas dosis RfD dan Rfc, benzene dapat mengakibatkan keracunan.

Manusia dapat terpapar oleh benzena melalui jalur inhalasi, ingesti dan topikal.
Pada jalur inhalasi, konsentrasi ambang bau benzena (1,5-5 ppm) memberikan peringatan
yang cukup mengenai bahaya benzena. Menurut studi kasus pada tahun 1900an,
konsentrasi 20.000 ppm benzena dalam waktu 5-10 menit dapat mengakibatkan
kematian. Pada jalur ingesti, benzene bisa mengontaminasi makanan dan minuman. Dosis
10 ml benzena yang masuk ke dalam tubuh dianggap paling mematikan bagi manusia.
Sedangkan pada jalur topikal, tidak diketahui berapa konsentrasi benzene yang dapat
mengakibatkan bahaya bagi tubuh.

Mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh melalui proses absorpsi, distribusi,


metabolisme, eliminasi dan eksresi. Benzena dapat terhirup melalui rute inhalasi,
kemudian diserap pada menit pertama paparan, dalam 5 menit paparan pertama,
penyerapannya sekitar 70-80% kemudian menurun setelah 1 jam sampai 50%.

Benzena bersifat lipofil sehinggal terdapat di jaringan yang banyak mengandung


lemak. Benzena dapat melewati plasenta bayi dan berikatan langsung dengan protein.
Benzena juga terdistribusi ke ginjal, paru-paru dan otak. Paparan benzena melalui jalur
ingesti terdistribusi ke berbagai organ dan jaringan di dalam tubuh dalam waktu 1 jam
setelah terpapar. Benzena yang terabsorpsi oleh kulit akan terdistribusi paling banyak ke
ginjal, hati dan kulit.

Metabolisme benzena terjadi hampir di seluruh jaringan, terutama di hati.


Metabolit yang disimpan di hati selanjutnya dibawa ke sumsum tulang. Tiap metabolit
dari fenolik benzena dapat mengalami konjugasi sulfonate atau glukuronat. Hasil
konjugat dari fenol dan hidrokuin merupakan metabolit yang paling banyak ditemukan di
urin. Asam trans-trans mukonat, fenol, katekol, hidrokuin dan benzokuin dapat
merangsang enzim sitokrom p-450 pada sel darah manusia. enzim ini mengkatalis reaksi
metabolisme benzena pada sumsum tulang. Oleh karena itu, benzena dapat menyebabkan
efek toksisitas pada sel darah.

Benzena yang diserap dieksresikan melalui metabolisme menjadi asam fenol dan
muconic diikuti oleh eksresi derivatif terkonjugasi. Tingkat eksresi benzena yang terbesar
terjadi selama satu jam pertama. Benzena dieksresikan di dalam urin sebagai metabolit
khususnya konjugasi fenol, glukuronik dan asam sulfat dan dihembuskan ke udara dalam
bentuk yang tidak berubah.

Penanganan benzena dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya:


- Jika benzena terhirup, maka segera hirup udara segar. Jika sesaknya berhenti
maka berikan nafas buatan atau masker oksigen.
- Jika terkena kulit, maka cuci bagian yang terkena dengan air yang banyak lalu
olesi dengan polietilen glikol 400.
- Jika terkena mata, maka bilaslah dengan air keran yang mengalir tidak terlalu
deras.
- Jika tertelan, jangan paksa untuk dimuntahkan. Segera bawa korban ke rumah
sakit terdekat.

2. Etanol

Etanol adalah derivat dari hidroksil yang mempunyai ikatan langsung maupun
cabang rantai dari alifatik hidrokarbon. Etanol memiliki sifat fisika dan kimia sebagai
berikut.

- Sifat fisika
1) Cairan tak berwarna.
2) Mudah menguap.
3) Memiliki aroma yang khas.
- Sifat kimia:
1) Karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua
hidrogen atom yang terikat dengannya.
2) Dapat mengalami reaksi asam-basa.
3) Dapat bereaksi dengan senyawa halogen.
4) Dapat bereaksi dengan asam karboksilat dan menghasilkan ester.
5) Dapat mengalami oksidasi dan dehidrasi.
6) Mudah terbakar.

Pada manusia, etanol pekat (95-99%) pada dosis 1 ml/kg (1 g/kg bb)
menghasilkan konsentrasi etanol di dalam darah sebesar 100-150 mg/dL (21-32 mmol/L)
yang menyebabkan keracunan ringan hingga sedang pada orang dewasa. Konsentrasi
etanol dalam darah antara 150-300 mg/dL (32.6-65.2 mmol/L) menyebabkan munculnya
gejala keracunan yang umum.

Rute paparan etanol terbagi menjadi dua, yaitu paparan jangka pendek dan
paparan jangka panjang. Pada paparan jangka pendek, etanol dapat mengiritasi secara
topikal dan inhalasi. Sedangkan untuk paparan jangka panjang, etanol mengiritasi melalui
ingesti. Secara topikal, etanol mengiritasi mata dan kulit mengakibatkan iritasi pada mata,
juga dapat mengiritasi kulit dan membuat kulit menjadi kering dan kemerahan. Secara
inhalasi, etanol dapat menyebabkan batuk, sakit kepala dan mual. Secara ingesti, etanol
yang tertelan dapat menyebabkan terjadinya sirosis pada hati.

Etanol yang tertelan melalui jalur ingesti dan diserap secara cepat oleh mukosa
saluran cerna dan mencapai kadar puncak dalam plasma setelah 30-60 menit. Selanjutnya
akan mengalami metabolisme di hepar dengan bantuan enzim alkohol dehidrogenase
(ADH). Proses metabolisme ini sangat mudah menjadi jenuh dan menyebabkan etanol
diubah menjadi asetaldehid. Asetaldehid akan dimetabolisme oleh ALDH menjadi asam
astat yang kemudian diubah menjadi asetil koenzim A, yang akan masuk dalam siklus
asam sitrat. Setelah itu, etanol baru akan diekresi lewat ginjal.

Penanganan pertama keracunan etanol dapat dilakukan sesuai bagaimana


terjadinya keracunan itu sendiri.

- Jika terhirup, segera pindahkan korban dari area paparan. Bila perlu gunakan
kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
- Jika kontak dengan kulit, segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah
yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-
20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
- Jika kontak dengan mata, segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan
larutan garam normal (NaCl 0,9%) selama 15-20 menit, atau sekurangnya 1 liter
untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
- Jika tertelan, segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat.
Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang
tidak sadar atau pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah
daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban dalam keadaan sadar dan
terjaga, miringkan kepala ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.

3. Metanol

Metanol adalah senyawa kimia alcohol paling sederhana dengan rumus kimia
(CH3OH). Metanol memiliki sifat fisika dan kimia antara lain.

- Sifat fisika.
1) Berbentuk cairan yang ringan
2) Mudah menguap
3) Tidak berwarna
4) Mudah terbakar
5) Memiliki titik leleh –97 °C, -142.9 °F (176 K),
6) Memiliki titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K)
- Sifat kimia
1) Mudah terbakar
2) Beracun
3) Bau yang khas
4) Bersifat pada pH tinggi

Sebuah studi menyatakan dosis leleh minimum methanol adalah 100 mg/kgBB
(10 mg/dL) dan dosis letal minimal 300-1000 mg/kgBB (30-100 mg/dL). Lebih dari itu,
konsumsi methanol oleh tubuh mengakibatkan keracunan dan efek negatif lainnya bagi
para konsumennya.

Rute paparan methanol dapat melalui topikal, oral dan inhalasi. Konsentrasi
metanol yang bisa meracuni tubuh secara inhalasi harus lebih dari 400 mg/m3 (300 ppm).
Metanol yang masuk secara ingesi atau oral bisa menyebabkan toksisitas metanol akut
yang berat. Pada sebuah kasus, wanita yang mengonsumsi 250-500 mL metanol
mengalami komplikasi pada hari keenam setelahnya. Studi kasus di Mesir menyebutkan
ada pasien yang menggunakan obat yang mengandung metanol 70-90% lalu berakhir
dengan keluhan yang muncul adalah iritasi pada kulit.

Metanol dimetabolisme menjadi formaldehid lalu menjadi asam format. Asam


format merupakan inti dari toksisitas metanol yang menyebabkan asidosis karena
metabolisme asam format berlangsung perlahan dan banyak berakumulasi di tubuh
sehingga melebihi kapasitas untuk mengeliminasi asam format. Tingginya konsentrasi
serum asam format di tubuh berhubungan langsung dengan tingginya morbiditas dan
mortalitas pada konsumen metanol. Asam format dimetabolisme menjadi CO 2 dan H 2O
karena mekanisme adanya folat dependent. Asam format bersama dengan tetrahidrofolat
membentuk 10-formiltetrahidrofolat. Sedangkan oksidasi asam format tergantung pada
konsentrasi hepatic tetrahydrofolat. Proses ini dikontrol oleh asam folat sehingga asam
folat dapat digunakan untuk mengurangi toksisitas methanol.

Asam format dapat menghambat aktivitas oksidasi sitokrom C di mitokondria


karena asam format berikatan dengan posisi koordinasi keenam ion ferric heme (Fe2+).
Dihambatnya oksidasi sitokrom C pada rantai pernapasan dapat menyebabkan histotoxix
hypoxia. Proses penghambatan oksidasi ini meningkat pada pH rendah.

Akumulasi asam format merupakan penyebab langsung terjadinya asidosis yang


mematikan pada manusia. Hal ini dikarenakan pemberian proton yang berhubungan
antara format dengan ion hidrogen. Asidosis terjadi karena vi peningkatan produksi laktat
disebabkan penumpukan asam format sehingga jaringan tidak bisa menggunakan oksigen
dan hanya bisa melakukan respirasi anaerob. Rendahnya pH juga meningkatkan asidosis
diakibatkan peningkatan produksi laktat yang meningkatkan difusi asam format melewati
membran sel. Format dan asam laktat meningkatkan anion gap keracunan metanol,
namun akumulasi asam format sudah terlihat pada observasi awal, sedangkan
peningkatan laktat baru terlihat pada observasi akhir.

Penangan methanol dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung paparan


dari methanol itu sendiri.

- Jika terkena kulit, segera cuci tangan dengan air hangat dan sabun sekitar 10-15
menit.
- Jika terkena mata, segera cuci tangan dengan air hangat sekitar 10-15 menit.
- Jika terhirup atau tertelan, segera pergi ke rumah sakit dan meminta bantuan ke
dokter untuk detoksifikasi methanol.

4. Aseton

Aseton adalah keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar
dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton memiliki sifat fisika dan kimia antara lain.

- Sifat fisika
1) Berbentuk cairan
2) Mudah menguap
3) Tidak berwarna
4) Beraroma mint dan manis
5) Memiliki titik didih 56°C (133F) dan titik beku -95°C (-139F)
- Sifat kimia
1) Mudah terbakar
2) Tidak reaktif
3) Larut dalam air
4) Larut dalam alkohol, eter, benzen, kloroform, dimetilformamid, minyak

Aseton memiliki titik dosis letal tergantung dari bagaimana paparannya. Pada
TDL0 oral-manusia, dosis aseton adalah 2857 mg/kg. Pada TCL0 inhalasi, dosis aseton
minimum adalah 440 µg/m3/6 menit. Pada TCL0 inhalasi-manusia sebesar 10 mg/m3 /6
jam. Pada TCL0 inhalasi-manusia 500 ppm, dan pada TCL0 inhalasi-manusia 12000
ppm/4 jam.

Rute paparan aseton pada manusia terbagi tingkatannya menjadi 2. Pada


tingakatan keracunan akut dan keracunan kronik. Pada keracunan akut dapat terjadi
karena empat penyebab, yaitu terhirup, tertelan, kontak pada kulit dan kontak pada mata.

Konsentrasi uap sekitar 1000 ppm akibat terhirupnya aseton dapat menyebabkan
iritasi sementara pada saluran napas atas. Paparan hingga 12000 ppm menyebabkan iritasi
tenggorokan dan depresi sistem saraf pusat disertai rasa lemah pada kaki, sakit kepala,
pusing kantuk, mual, dan rasa tidak enak. Kontak dengan cairan pada manusia dapat
terjadi kerusakan sel pada lapisan terluar epitel disertai edema ringan dan hiperemia,
tetapi hal tersebut dapat segera pulih. Sejumlah kecil bahan dapat terserap melalui kulit
terbuka. Pada manusia, uap bahan dapat menyebabkan iritasi ringan jika konsentrasinya ≤
1000 ppm. Tubuh dapat menolerir paparan bahan 10-20 mL tanpa adanya efek sakit.
Menelan bahan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan letargi, erosi faringeal dan
langit-langit, dan eritema. Menelan 200 mL bahan dapat menyebabkan stupor dalam
setengah jam, pipi memerah, napas dangkal, dan koma yang berlangsung selama 12 jam.
Glukosuria ginjal dapat bertahan selama 5 bulan

Sedangkan pada keracunan kronik akibat aseton pada tubuh manusia dapat terjadi
karena tiga penyebab, yaitu terhirup, kontak pada kulit dan kontak pada mata. Pekerja
yang terpapar bahan sebanyak 500 ppm/6 jam/6 hari dapat mengalami iritasi membran
mukosa, bau yang tidak sedap, mata terasa berat, sakit kepala semalaman, rasa lemah
yang disertai perubahan hematologik. Paparan aseton secara berulang pada kulitdapat
menyebabkan dermatitis disertai kering, pecah-pecah, dan eritema karena hilangnya
lemak disertai dengan parestesia permanen pada jari. Jumlah bahan yang terserap melalui
kulit dapat mengalami peningkatan sesuai frekuensi dan banyaknya paparan. Paparan uap
bahan yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan iritasi atau konjungtivitis.

Keracunan aseton terjadi ketika manusia menghirup sejumlah besar aseton murni.
Jalur penetrasi ke dalam tubuh terbawa udara, yaitu, uap masuk ke dalam tubuh ketika
terhirup, dan sistem pernapasan terutama menderita karena hal ini. Luka bakar saluran
pernapasan, selaput lendir berkembang. Semua ini disertai dengan pelanggaran aliran
udara normal, pembengkakan bronkus dan paru-paru, serangan mati lemas. Aseton dapat
menyebabkan reaksi alergi yang kuat. Pada paru-paru, akan terjadi penyempitan lumen
paru-paru. Efeknya bisa mengakibatkan kejang yang menyerupai serangan asma.

Penangan akibat aseton dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung paparan
dari aseton itu sendiri.

- Jika terhirup, segera pindahkan dari area pemaparan dan pindahkan ke area
dengan udara bebas. Bila perlu gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan
penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat
- Kontak dengan kulit, segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah
yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-
20 menit). Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
- Kontak dengan mata, segera cuci mata dengan air yang banyak selama 15 menit
dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak
ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
- Jika tertelan, jangan merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang
tidak sadar/pingsan. Jika terjadi muntah, jaga agar posisi kepala lebih rendah
daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Jika pasien tidak sadarkan diri,
miringkan kepala ke arah samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat

5. Xylene

Xylene adalah hidrokarbon aromatic yang ada dalam tiga bentuk isome bentuk
orto, meta dan para. Xylene memiliki sifat fisika dan kimia antara lain.

- Sifat fisika
1) Memiliki titik leleh senyawa berkisar dari −47,87 °C (m-xilena) hingga
13,26 °C (55,87 °F) (p-xilena)
2) Memiliki titik didih untuk setiap isomer berada di sekitar 140 °C (284 °F)
3) kurang padat dibandingkan air
- Sifat kimia
1) Dapat membentuk kompleks dengan berbagai halokarbon

Paparan xylene pada manusia dapat terjadi melalui berbagai rute, antara lain
melalui inhalasi, topikal, ingesti dan oral. Dari berbagai rute tersebut, terdapat macam-
macam dosis toksisitas xylene terhadap manusia. Secara topikal dan inhalasi, xylene
dapat menjadi toksin apabila konsentrasinya mencapai 200 ppm (870 mg/ m3). Efek ini
mengakibatkan iritasi pada mata, hidung dan iritasi tenggorokan. Konsentrasi xylene
sebanyak 300 ppm dapat mengakibatkan terjaidnya penurunan memori jangka pendek
dan pada konsentrasi 100 ppm, xylene dapat mengakibatkan tubuh kehilangan
keseimbangan.

Mekanisme toksisitas xylene secara inhalasi, kontak kulit atau pajanan oral dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Xylene diserap tubuh dengan baik dan secara cepat didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. sejumlah fraksis dari dosis xylene yang terserap diekresikan dalam bentuk yang
sama di udara dan sekitar 90% dari dosis yang terserap tersebut diproses melalui
metabolisme oleh hati. Kemudian, dielimininasi di urin beberapa hari kemudian.

Penanganan pertama ketika terkena xylene dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dari paparannya.

- Jika terhirup, beri penderita napas buatan. Gunakan air-viva, oxy-viva atau
masker satu arah kemudian bawa ke rumah sakit terdekat.
- Jika kontak dengan mata, cuci mata dengan air yang banyak, dan segera mencari
bantuan medis.
- Jika kontak dengan kulit, cuci daerah yang terkena xylene secara menyeluruh
dengan air dan sabun dan segera cari pertolongan medis.
- Jika tertelan, jangan berusaha untuk memuntahkannya. Cuci mulut dengan air.
Segera cari bantuan medis.

Daftar pustaka
Hayat, I. (2015). Analisis Besaran Risiko Kesehatan Paparan Benzena Pada Petugas Operator
SPBU di wilayah Ciputat Tahun 2012. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi.

http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/ETANOL.pdf

http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/Aseton_upload.pdf

Rusdy, M. D. R. (2012). Analisis gejala neurotoksik akibat pajanan pelarut organik xylene pada
pekerja pembuatan cat di PT X [Thesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai