Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Di susun oleh:

Asnawar_A22120140

Asrabiah_A22120129

PROGRAM STUDI PENDDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020/2021
Assalamualaikum wr.wb. Segala puji syukur kepada Allah SWT karena rida-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah anomortum prodi Pendidikan
biologi, Universitas Tadulako.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, penulis memberikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya sebagai bentuk apresiasi
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang.....................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................1

1.3. Tujuan....................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

BAB 3. PEMBAHASAN......................................................................................4

3.1. Fungsi Bung........................................................................................4

3.2. Bagian – Bagian Bunga ........................................................................5


3.3. Jumlah Bunga dan Tata Letak...............................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunga adalah bagian tanaman yang mengandung struktur alat perkembang biakan generatif.
Pada umumnya bunga memiliki 4 organ utama yaitu kelopak (sepal), mahkota (petal), benang
sari (stamen sebagi kelamin jantan, dan putik (pistilum) sebagai kelamin betina. Adapun bagian
benang sari tersebut terdiri dari tangkai sari (Filamen) sedangkat putik terdiri dari tangkai putik
(stilus) dan bakal buah (ovary). Menurut pendapat Stace (1980) bunga merupakan struktur
pembuahan pada tumbuhan berbunga yaitu pada Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-
organ yang berfungsi dalam menghasilkan biji melalu pembiakan untuk tumbuh-tumbuhan
tingkat tinggi.

Menurut Sumardi (1992) bunga merupakan alat reproduksi Angiospermae, dibentuk oleh
meristem ujung khusus yang berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh
faktor internal dan eksternal untuk keperluan tersebut. Bunga yang mempunyai kelopak,
mahkota, stamen dan putik disebut bunga lengkap. Namun kebanyakan bunga mempunyai
struktur yang tidak lengkap misalnya tidak mempunyai salah satu alat kelamin atau keduanya.
Bila hanya mempunyai alat kelamin jantan saja disebut bunga jantan dan sebaliknya bila hanya
mempunyai alat kelamin betina saja disebut bunga betina.

1.2  Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas beberapa hal diantaranya:

1.      Apa yang dimaksud dengan bunga?

2.      Bagaimana struktur anatomi bunga?

3.      Bagaimana perkembangan bunga?

4.      Bagaimana jaringan pembuluh pada bunga?

1.3  Tujuan

Pembahasan dalam makalah ini memiliki tujuan diantaranya untuk:

1.      Memahami  pengertian bunga

2        Memahami struktur anatomi bunga

3        Memahami perkembangan bunga


4        Memahami jaringan pembuluh pada bunga

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Bunga

Bunga merupakan alat reproduksi Angiospermae, dibentuk oleh meristem ujung khusus yang
berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor internal dan eksternal
untuk keperluan itu. Bunga yang mempunyai kelopak, mahkota, stamen dan putik disebut bunga
lengkap. Namun kebanyakan bunga mempunyai struktur yang tidak lengkap misalnya tidak
mempunyai salah satu alat kelamin atau keduanya. Bila hanya mempunyai alat kelamin jantan
saja disebut bunga jantan dan sebaliknya bila hanya mempunyai alat kelamin betina saja disebut
bunga betina (Sumardi, 1996).

Bunga sangat beragam bentuknya meskipun demikian, persamaan yang pokok di antara bunga
bermacam tumbuhan itu lebih besar dibandingkan dengan kelainannya, karena semua bunga
mempunyai kerangka struktur dasar yang sama. Menurut botaniawan, bunga adalah sepotong
batang atau cabang dengan sekumpulan daun yang mengalami metamorfosis yang berhubungan
dengan fungsinya untuk bereproduksi. Dikatakan mengalami perubahan bentuk karena di antara
daun-daun ini ada yang mungkin menyerupai daun biasa, tetapi yang lain berbeda sekali dalam
strukturnya sehingga sukar dinamakan daun (Tjitrasam, 1983).

 sifat sifat bunga


1. Mempunyai warna menarik.
2. Biasanya berbau harum.
3. Bentuknya bermacam-macam.
4. Biasanya mengandung madu.
 Menurut tempatnya pada tumbuhan bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Bunga pada ujung batang (flos terminalis) contohnya bunga merak
2. Bunga diketiak daun (flos lateralis) contohnya bunga sepatu
 Klasifikasi Bunga dan Perbungaan

Untuk melakukan pengenalan tumbuhan pada umumnya dan tanaman pada khususnya,
bagian yang paling penting adalah bunga. Bunga terdiri atas bunga tunggal flower (floret
untuk tumbuhan golongan rumput) dan bunga majemuk atau perbungaan (inflorescence).

Bunga Tunggal

Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik)
secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga seperti ini juga disebut bunga banci atau
hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga.
Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah: (1) kelopak bunga (calyx), terdiri atas
daun kelopak (sepal), (2) mahkota bunga (corolla) yang biasanya tipis dan berwarna-warni untuk
memikat serangga yang membantu proses penyerbukan, terdiri atas daun mahkota (petal), (3)
alat kelamin jantan (androecium, dari bahasa Yunani andros oikia: 'rumah pria') berupa benang
sari, dan (4) alat kelamin betina (gynoecium, dari bahasa Yunani gynaikos oikia: 'rumah
perempuan') berupa putik. Organ reproduksi betina adalah daun buah (carpellum) yang pada
pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak
ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala
putik (stigma) untuk menerima serbuk sari (pollen). Tangkai putik (stylus) berperan sebagai jalan
bagi serbuk sari menuju bakal buah. Bagian-bagian bunga sempurna dapat dilihat pada gambar
berikut:

Bunga Majemuk atau Perbungaan

Rangkaian bunga merupakan semua bunga yang terdapat pada satu tangkai utama bunga
(peduncle), memiliki bagian-bagian yang bersifat seperti batang, seperti daun, serta bagian-
bagian yang khas bunga, seperti mahkota bunga, putik, dan benangsari. Bagian-bagian yang
bersifat seperti batang, misalnya: (1) tangkai perbungaan (peduncle, pedunculus), yakni tangkai
utama yang mendukung keseluruhan bunga majemuk; bagian ibu tangkai bunga di tengah-tengah
perbungaan, di mana tangkai-tangkai bunga tunggal melekat, disebut sumbu perbungaan (rachis),
(2) tangkai bunga (pedicel, pedicellus), yakni tangkai tiap kuntum bunga individual, dan (3)
dasar bunga (receptacle, receptaculum), yakni ujung tangkai bunga yang mendukung bagian lain
dari bunga. Bagian-bagian yang bersifat seperti daun adalah, misalnya: (1) daun tangkai
perbungaan (bract, bractea), yakni daun yang terdapat pada pangkal sumbu perbungaan, (2) daun
tangkai bunga (bracteole, bracteola), yakni daun (1–2 helai) yang terdapat pada pada pangkal
tangkai bunga tunggal, (3) daun kelopak (sepal), bagian bunga tunggal yang menyerupai daun,
(4) daun seludang (spatha), yakni daun pelindung besar yang menyelubungi seluruh bunga
majemuk sebelum mekar, misalnya pada suku palem-paleman (Arecaceae), (5) daun pembalut
(involucre, involucrum), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran
mengitari dasar bunga majemuk, misalnya pada Asteraceae, dan (6) daun kelopak tambahan
(epicalyx), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran di bawah kelopak
bunga, misalnya pada marga Hibiscus. Daun tangkai perbungaan (bractea ) maupun daun tangkai
bunga bracteola) bisa mempunyai bentuk yang bervariasi, mulai dari bentuk biasa sebagaimana
daun normal, menyusut atau mengecil (rudimenter), atau menghilang. Perbungaan dengan daun-
daun tangkai yang mengecil dan berbentuk khas disebut bracteate dan yang tanpa daun-daun
pelindung disebut ebracteate. Perbungaan yang daun-daun tangkainya serupa atau hampir serupa
dengan daun normal disebut frondose.

Berdasarkan pertumbuhan bunga pada bagian ujung bunga majemuk, dikenal adanya
pertumbuhan monopodial dan simpodial. Berdasarkan pertumbuhan bunga pada bagian ujung
ini, bunga majemuk dibedakan menjadi: (1) bunga majemuk tidak terbatas (indeterminate):
pertumbuhan monopodial, yakni pucuk ibu tangkai bunga tumbuh terus, dan bunga-bunga mekar
dari bawah ke atas, dan (2) bunga majemuk terbatas (determinate): pertumbuhan simpodial,
yakni bunga yang paling ujung mekar dahulu dan layu, kemudian di bawahnya, lewat samping,
muncul tangkai bunga yang lebih muda dan mekar, dan seterusnya. Bunga majemuk terbatas
yang bunga tunggalnya mekar mulai dari bunga yang paling ujung (terminal) dan kemudian
diikuti dengan mekarnya bunga-bunga lain dari bawah ke atas disebut akropetal, kemudian
diikuti dengan mekarnya bunga-bunga lain mulai dari atas ke bawah disebut basipetal, dan
apabila kemudian diikuti dengan mekarnya bunga-bunga lain mulai dari tengah-tengah ibu
tangkai daun, disebut divergen. Bunga majemuk tak terbatas tidak memiliki bunga terminal yang
sejati. Ujung ibu tangkai bunga biasanya berupa pucuk yang mengerdil (rudimenter). Kedudukan
bunga terminal, dengan demikian, diisi oleh bunga subterminal (bunga di bawah pucuk).

Berdasarkan pola percabangannya, bunga majemuk dibedakan menjadi bunga majemuk


sederhana dan bunga majemuk berganda (synflorescences). Bunga majemuk sederhana
selanjutnya dibedakan menjadi bunga majemuk sederhana tidak terbatas (indeterminate) yang
disebut racemose dan bunga majemuk sederhana terbatas (determinate) yang disebut cymose.
Bunga-bunga majemuk berganda bentuknya dapat ditelusuri menurut bentuk-bentuk bunga
majemuk sederhana. Jika bunga-bunga majemuk sederhana tersusun dari kuntum-kuntum bunga
individual yang terangkai menurut pola tertentu, bunga majemuk berganda tersusun dari
serangkaian bunga-bunga majemuk sederhana, baik yang terbatas (cymose) maupun yang tak
terbatas (racemose).
Perbungaan sederhana tidak terbatas disebut racemose karena bentuk-bentuk lainnya dapat
diturunkan dari bentuk dasar yang berupa tandan (raceme, dari bahasa Latin: racemus, tandan
anggur). Bentuk-bentuk lain dapat diturunkan dengan menyusutkan, menggembungkan,
melebarkan, atau memipihkan ibu tangkai atau tangkai-tangkai bunganya. Perbungaan sederhana
tidak terbatas dibedakan menjadi: (1) Tandan (raceme, racemus, botrys), yakni dengan bunga-
bunga individual bertangkai tertancap di sepanjang ibu tangkai bunga yang tak bercabang, (2)
Bulir (spike, spica), tandan dengan bunga-buga individual tak bertangkai (duduk), (3) Bunga
cawan (corymb, corymbus), tandan dengan kuntum-kuntum bunga yang tangkainya bervariasi
panjangnya, sedemikian sehingga permukaan atas bunga majemuknya mendatar atau agak
menggembung, (4) Bunga payung (umbel, umbella), tandan dengan ibu tangkai bunga yang
pendek dan seberkas kuntum bunga yang tangkai-tangkainya muncul dari ketinggian yang sama,
(5) Tongkol (spadix), bulir dengan ibu tangkai yang menggembung; bunga-bunga duduk
berjejalan, biasanya terlindungi atau dilengkapi dengan seludang, (6) Bongkol (capitulum),
tandan atau tongkol yang mengerut, bunga-bunga terangkai serupa bola, dngan bentuk variasi
yang disebut bunga piringan (anthodium) pada Compositae, yaitu bunga-bunga tabung di bagian
tengah dan bunga-bunga pita di tepinya, dan (7) Untai (catkin, ament, amentum), bulir
menggantung yang berisi bunga-bunga berkelamin.

2.2 Struktur Bunga

Bunga terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif atau fertile yang melekat pada
sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum. Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang
diakhiri oleh bunga dinamakan tangkai bunga atau pedisel . Bagian steril dari bunga terdiri atas
sejumlah helai daun kelopak atau sepal dan sejumlah helai daun mahkota atau petal. Keseluruhan
sepal dalam bunga disebut kaliks, dan keseluruhan petal dalam bunga disebut corolla. Kaliks dan
corolla bersama-sama disebut perhiasan bunga atau periant. Jika periant tidak terbagi menjadi
kaliks dan corolla, maka tiap helainnya disebut tepal. Bagian reproduksi reproduktif
adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil) dan daun buah atau karpel (megasporofil).
Keseluruhan stamen disebut andresium dan keseluruhan karpel disebut ginesium (Hidayat,
1995).

Bagian-bagian bunga adalah kelopak bunga (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen),
putik (pistillum) dan lembaga (ovarium). Kelopak bunga adalah bagian bunga terluar atau paling
rendah kedudukannya pada dasar bunga. Kelopak bunga biasanya berwarna hijau.

Susunan daun bunga pada reseptakulum  bisa mengikuti spiral atau tersusun karangan dan
keduannya bisa ditemukan pada bunga yang sama. Bila daun bunga tersusun dalam karangan,
maka daun bunga dari karangan yang satu letaknya bergantian dengan daun karangan sebelum
dan sesudahnya. Daun bunga dapat saling berlekatan atau bebas. Bila perlekatan terjadi pada
jenis daun bunga yang sama, peristiwanya disebut kohesi. Jika perlekatan terjadi antara dua
karangan berbeda disebut adnasi. Stmen terdiri dari tangkai sari atau filamen dan bagian distal
terdapat kepala sari atau antera. Pada antera biasanya terdapat dua bagian, masing-masing
bercuping dua. Kedua bagian antera bersambungan di tengah dengan penghubung kelapa sari
atau konektivum, setiap bagian mengandung dua buah kantung sari atau kantong polen yang
berisi butir tepung sari atau butir polen (Hidayat, 1995).

Karpel atau kumpulan karpel yang bersatu menjadi ginesium biasanya terdiri dari tiga bagian,
yakni bakal buah dan bakal biji atau ovulum,tangkai putik atau stilus serta kepala kepala putik
atau stigma yang strukturnya memudahkan polinasi. Bakal biji melekat pada bagian dinding
bakal buah yang disebut plasenta (Hidayat, 1995).

Karpel apabila berada di bagian paling tinggi atau sumbu bunga, maka bakal buah yang terjadi
dikatakan menumpang atau superus dan bunganya disebut hipogin. Kadang-kadang perhiasan
bunga dan stamen terletak di tepi reseptakulum yang berbentuk cekungan atau bakal buah ada di
tengahnya. Bunga seperti itu disebut perigin atau bakal buahnya disebut separuh
inferus atau separuh tenggelam. Cekungan reseptakulum dapat menutup sehingga letak bakal biji
jelas lebih rendah daripada bagian bunga lainnya. Bunga seperti itu dinamakan epigen atau
bakal buahnya tenggelam atau inferus (Hidayat, 1995).

Bagian-bagian bunga sempurna adalah kepala putik (stigma), tangkai putik, tangkai sari
(filament, bagian dari benang sari), sumbu bunga, artikulasi, tangkai bunga, kelenjar nectar,
benang sari (stamen), bakal buah (ovum), bakal biji (ovulum), serbuk sari, kepala sari, perhiasan
bunga (periantum), mahkota bunga (corolla), dan kelopak bunga (calyx) (Sumardi 1996).

2.2.1        Putik

Putik merupakan bagian bunga yang terletak paling dalam dan merupakan alat kelamin betina.
Putik tersusun atas daun-daun penyusun putik disebut daun buah (carpelum) dan daun-daun buah
sebagai keseluruhan yang menyusun putik-putik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Greenway,
1997):

 Putik tunggal yaitu putik yang tersusun atas satu helai daun.
 Putik majemuk yaitu putik yang tersusun atas 2 helai atau lebih daun buah.

Putik memiliki berberapa bagian yang menyusunnya adalah sebagai berikut:

a.       Bakal Buah (Ovulum)


Merupakan bagian putik yang membesar dan melekat pada dasar bunga serta biasannya terdapat
di tengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah, terdapat calon biji (ovulum) yang tersusun
khas (Greenway, 1997):. Bakal buah dibedakan antara dinding bakal buah dan ruang bakal buah.
Pada bakal buah beruang banyak terdapat sekat pemisah . Bakal biji atau ovulum terdapat pada
daerah ruang bakal buah dalam (adaksial)  yang disebut plasenta. Setiap karpel memiliki dua
plasenta. Pada karpel, plasenta ditemukan di dekat tepi atau tidak jauh darinya, sehingga
dibedakan  plasenta marginal (tepi)          dan plasenta laminar (agak jauh dari tepi). Plasenta
parietal terjadi pada ginaesium yang perlekatan karpelnya terjadi secara marginal dan hanya ada
satu ruang ginaesium. Pada ginesium yang karpelnya berlipat, bakal buahnya beruang dua atau
banyak dan plasentanya aksiler. Oleh karena pada umumnya sehelai karpel memiliki 3 berkas
pembuluh yang juga tampak setelah terjadi pelipatan kala pembentukan ginesiu , maka berkaas
median (tengah, dorsal) dan dua berkas pembuluh lateral (ventra) dapat diikuti (Hidayat, 1995).

b.      Tangkai kepala putik

Merupakan bagian putik yang terbentuk benang dan merupakan lanjutan. Pada umumnya semua
daun buah penyusun putik tangkai hanya membentuk satu tangkai kepala putik dan ada pula
yang tidak memiliki. Jika bercabang, tiap ujung cabang tangkai kepala putik yang bercabang
terdapat lebih banyak putik daripada tangkai kepala putik (Greenway, 1997).

Tangkai putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, kearah distal. Pada ginasium
sinkarp, tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu atau tetap berpisah. Stilus
berongga atau padat. Pada kebanyakan Angiospermae, stilusnya padat dan jaringan di tengah
terspesialisasi menjadi jarinan transmisi yang msok zat hara bagi tabung sari yang tumbuh
melaluinya. Ujung distal tangkai putik termodifiksi sehingga menghasilkan lingkungan yang
baik bagi perkecambahan butir sari (Greenway, 1997).

c.       Kepala putik (stigma)

Merupakan bagian putik paling atas paling atas yang ada apada ujung tangkai kepala putik atau
ujung cabang tangkai kepala putik. Bagian ini berguna untuk menangkap serbuk sari kepala putik
mempunyai peranan penting dalam penyerbukan. Jika kepala putik siap diserbuki maka biasanya
akam berperekat dengan demikian serbuk sari jika menempel tidak akan terlepas lagi (Greenway,
1997).

Stigma yang siap menerima serbuk sari dapat menhasilkan secret dalam jumlah besar dan disebut
stigma basah yang tidak atau kurang menghailkan pada stigma kering. Butir sari berkecambah
dan menghasilkan tabung sari yang kemudian tumbuh melalui tepi rongga tangkai sari yang
dilapisi sel sekresi atau pada stilus bersifat parenkim dan ditembus oleh berkas pengangkut
(Hidayat, 1995).

2.2.2        Stamen (Benang sari)

Stamen terdiri atas filament (tangkai sari) dan antena (kepala sari) di bagian distalnya. Antena
terdiri atas 2 ruangan (lokus) yang berisi serbuk sari dan filamen mempunyai kutikula dan pada
spesies tertentu mempunyai trikoma. Filament terdiri atas parenkm dengan vakuola yang
berkembangbiak dan ruang antar sel (Fahn, 1991).

a.       Tangkai sari

Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola
tanpa ruang antar sel-sel ini sering mengandung pigmen, epidermis, dengan trikoma . kepala sari
mempunyai struktur yang sangat kompleks terdiri atas dinding yang berlapis-lapis terdapat
lobules ruang sari yang berisi butir-butir sari (Sumardi, 1996).

b.      Serbuk Sari

Serbuk atau butir sari berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral pada dindingnya terdapat
bagian yang kurang kuat yang disebut aperatur. Ada yang bulat da nada yang memanjang (kolpi).
Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama yaitu yang lunak di bagian dalam dan eksin yang
keras di bagian luar. Eksin terbagi lagi menjadi bagian yang tidak berlekuk di sebelah dalam
yakni neksidon bagian yang menunjukkan pola lekukan khas disebelah luar yakni seksin
(Hidayat, 1995).

2.3 Perkembangan Bunga


Tumbuhan yang telah mencapai stadium perkembangan reproduksinya, maka beberapa atau
semua meristem apeks pucuk pada ranting berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk
bagian bunga menurut urutan yang khas bagi spesies yang bersangkutan. Berbeda dengan
pembentukan daun, yang meristem apeksnya melebar kembali selama satu plastokorn, pada
bunga, luar meristem apeks lambat laun berkurang sewaktu bagian bunga dibentuk secara
berurutan. Di kebanyakan bunga, urutan pembentukan daun bunga berlangsung dari luar ke
dalam secara karopetal. Namun, ada beberapa taksa yang menunjukkan bahwa beberapa bagian
bunga dibentuk dalam arah terbalik, seperti pada stamen beberapa kelompok Palmae. Peristiwa
ini sangat khas bagi spesies yang bersangkutan. Dari pengamatan struktur dewasa, sering sulit
menentukan apakah pembentukan stamen itu sentripetal atau sentrifugal. Pada ginaesium
sinkarp, karpel dapat menyatu kongential sehingga ginaesium dibentuk sebagai struktur tunggal,
atau dibentuk secara terpisah (Hidayat, 1995).

Perkembangan bunga juga meliputi mikrosporogenesis dan megasporogenesis. Pada antera yang
sedang berkembang, mikrosporangium terdiri dari sel sporongen yang ada di dalam rongga
kantung polen dan sejumlah lapisan khusus di sebelah luarnya. Jaringa sporogen juga berasal
dari sel parietal primer yang ditemukan pada awal pembentukan antera. Sel sporogen masih
dapat bermitosis menghasilkan lebih banyak sel sporogen atau langsung menjadi sel induk
mikrospora. Meiosis terjadi dalam sel induk mikrospora, menghasilkan tetrad yang terdiri dari 4
sel mikrospora yang haploid. Pada stadium ini mikrospora biasanya berpisah, meskipun pada
beberapa familia tetap bertahan sebagai tetrad. Sebelum lepasnya polen dari antera, mikrospora
mengalami mitosis menghasilkan sel vegetatif dan sel generatif. Kadang-kadang, sel generatif
membelah, menghasilkan 2 gamet jantan (Hidayat, 1995).

Sebagaimana dalam mikrosporrogenesis, sel sporogen primer dapat langsung atau melalui
beberapa kali mitosis menjadi sel induk megaspore. Sel itu mengalami meiosis yang terdiri dari 2
kali pembelahan berturut-turut menghasilkan 4 megaspora. Pada mayoritas Angiospermae 1
megaspora menghasilkan kantung embrio dengan mitosis lebih lanjut, sementara 3 megaspora
lainnya berdegenerasi (Hidayat, 1995).

2.4 Jaringan Pembuluh

Kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap organ berdivergensi dari silinder
pembuluh sentral, di taraf yang berbeda-beda dalam bunga. Jumlah berkas pembuluh sepal dan
petal amat beragam dalam berbagai bunga, tetapi berkas itu dapat bercabang dikotom seperti
pada daun. Pada stamen biasanya hanya ada satu berkas pembuluh, namun beberapa familia
memiliki kekhasan jalan daun, yakni berjumlah 3-4 berkas perstamen, seperti pada Araceae.
Sistem pembuluh pada karpel terbagi menjadi berkas ventral yang berdivergensi ke bakal biji,
dan berkas karprl dorsal yang masuk ke dalam stilus. Jumlah berkas pembuluh dalam stilus pada
ginaesium sinkarp sering merupakan indikator jumlah karpel, meskipun kadang-kadang berkas
itu bercabang atau bersatu (Hidayat, 1995).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah:

1.      Bunga merupakan alat reproduksi Angiospermae, dibentuk oleh meristem ujung khusus
yang berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor internal dan
eksternal untuk keperluan itu.

2.      Bagian anatomi bunga yaitu:

·         Putik, yang tersusun atas: kepala putik (stigma) dan tangkai putik.

·         Stamen, tersusun atas: tangkai sari (filament, bagian dari benang sari), sumbu bunga,
artikulasi, tangkai bunga, kelenjar nectar, benang sari (stamen), bakal buah (ovum), bakal biji
(ovulum), serbuk sari, dan kepala sari.

·         Perhiasan bunga (periantum), yang terdiri dari: mahkota bunga (corolla), dan kelopak
bunga (calyx)
3.      Bunga berkembang dari sebagian atau semua meristem apek pada pucuk. Beberapa bunga
menunjukkan adanya perkembangan dari luar ke dalam atau sebaliknya. Perkembangan bunga
juga mengikuti nikrosporogenesis dan makrosporogenesis.

4.       Kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap organ berdivergensi dari silinder
pembuluh sentral, di taraf yang berbeda-beda dalam bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press

Greenway, T. 1997. Pohon (terjemahan Hadi Sumarso, 2002). Jakarta: Erlangga

Hidayat, B Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB

Stace, CA. 1980. Taksonomi Tumbuhan dan Biosistematik. Bogor: IPB Press

Sumardi, Iserep. 1996. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB

Tjitrasam, 1983. Botani umum I. Angkasa: Bandung

Anda mungkin juga menyukai