Panduan Teknis
Pelaksanaan Kajian
Kasus Near Miss dan
Kematian Maternal
di Fasilitas Kesehatan
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN
DI FASILITAS KESEHATAN
DAFTAR ISI
BAB II. KAJIAN KASUS NEAR MISS DAN KEMATIAN MATERNAL DALAM KERANGKA
TATA KELOLA KLINIK DI FASILITAS KESEHATAN .................................................. 4
A. Tata Kelola Klinik ......................................................................................... 4
B. Definisi dan Tujuan dari Audit Medik .......................................................... 6
C. Siklus Audit dan Prinsip-prinsip Audit Medik .............................................. 7
D. Jenis Audit Medik ....................................................................................... 8
E. Kajian ‘Near Miss” dan Kematian Maternal ............................................... 10
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit .................................................. 13
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia masih cukup memprihatinkan dan
dalam kaitannya dengan pencapaian MDG, Indonesia tidak dapat memenuhi target MDG
2015. Data terakhir tahun 2013 dari SDKI, Angka Kematian Ibu (AKI) berada pada posisi
359/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) ada 34/1000 kelahiran
hidup. Khusus untuk bayi komponen Neonatal memberi kontribusi kematian yang cukup
besar kurang lebih sebesar 40% , dan komponen ini sangat terkait dengan pelayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Diperlukan upaya-upaya yang strategis untuk
dapat mengakselerasi penurunan angka kematian ibu dan neonatus di Indonesia.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
1
standar pelayanan selalu dipertahankan dan ditingkatkan, dapat dipertanggungjawabkan
serta transparan bagi publik.
Dari sekian banyak pilar yang menunjang tata kelola klinik agar sebuah fasilitas kesehatan
dapat memberikan pelayanan terbaiknya, maka salah satunya adalah dengan menjalankan audit
medis/klinis. Dalam KMK No.469/MENKES/SK/IV/2005 tentang Panduan Audit Medis disebutkan
bahwa sebagai seorang profesional maka petugas kesehatan setidaknya mampu melakukan
bentuk audit medis yang paling sederhana untuk memonitor dan meningkatkan kualitas
pelayanannya yang berupa pengkajian kasus sederhana di tempat kerjanya secara teratur.
2 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
5. Membantu fasilitas kesehatan untuk memulai menyelenggarakan audit medis yang
terstruktur dan sistematis yang dapat berfungsi sebagai instrumen surveilans agar
dapat selalu meningkatkan kualitas pelayanannya.
D. Target Audiens
E. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).
2. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara 3637).
4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 159 b/Menkes/Per/11/1988 tentang Rumah
Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/X/2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
8. PERDA PERDA Terkait Kesehatan Ibu dan Bayi/MDG 4-5
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
3
4 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
BAB II
KAJIAN KASUS NEAR MISS
DAN KEMATIAN
MATERNAL DALAM
KERANGKA TATA KELOLA
KLINIK YANG BAIK
DI FASILITAS KESEHATAN
Tata Kelola Klinik adalah suatu kerangka kerja dimana sebuah organisasi dapat
menjadi akuntabel untuk secara terus menerus mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanannya dengan standar yang setinggi-tingginya dengan selalu
menciptakan lingkungan yang baik bagi terselenggaranya pelayanan yang berkualitas
(Scally & Donaldson, 1998) 1
Dalam definisi yang lebih sederhana, tata kelola klinik adalah proses
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam fasilitas kesehatan dan
1
http://www.safetyandquality.health.wa.gov.au/docs/clinical_gov/Introduction_to_Clinical_Governance.pd
f
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
5
menjadikannya akuntabel bagi publik. Dengan kata lain adalah akuntabilitas korporat
(fasilitas kesehatan) terhadap kinerja klinik.
Tata kelola klinik adalah Pada gambar 1. tampak bahwa tata kelola klinik,
proses mempertahankan dan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
meningkatkan kualitas terbaik, harus memiliki fondasi dan pilar-pilar yang
pelayanan dalam fasilitas
kuat. Salah satu pilarnya adalah audit. Hal ini berarti
kesehatan dan menjadikannya
akuntabel bagi publik penyelenggaraan audit akan menunjang tercapainya
pelayanan yang prima. Dalam mencapai tujuan
tersebut diperlukan lingkungan dengan fondasi yang kuat. Fondasi ini tidak dapat tercipta
begitu saja akan tetapi harus diciptakan.
6 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
bekerja bersama untuk terjadinya peningkatan kualitas pelayanan. Dengan
penggambaran tersebut di atas akan sangat mudah untuk mengkomunikasikan prinsip
dari tata kelola klinik yang baik kepada petugas kesehatan di semua tingkat pelayanan.
Audit Medik adalah sebuah proses internal di fasilitas kesehatan, yang mengacu
kepada beberapa hipotesis dari perjalanan klinis (clinical pathway). Audit medik yang
diselenggarakan dengan efektif akan memudahkan tim Maternal- untuk menurunkan
case fatality rate, memenuhi kebutuhan ibu dengan lebih baik, dan meningkatkan
pemanfaatan pelayanan. Hal ini terjadi akibat dari praktik pelayanan yang menjadi makin
baik, lebih efisien dalam pemanfaatan sumber daya, dan meningkatkan moral dan
motivasi dari seluruh staf.
Audit merupakan alat pemantauan yang sangat berguna yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi area-area dimana pelayanan diberikan secara sub-standar yang
membutuhkan (dan dapat) dilakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan, dan untuk
mendorong implementasi dari perubahan praktik saat ini demi tercapainya pelayanan
yang sesuai standar yang disepakati.
2
KMK No.496/MENKES/SK/IV/2005 tentang Panduan Audit Medis
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
7
Strategi sejak awal untuk melibatkan jajaran profesional dengan cara
menempatkan langsung para profesional dalam tim audit medik menyebabkan audit
medik akan menjadi lebih mudah diterima dalam kelompok profesional seminat. Di dalam
perkembangannya, peran audit klinik diperluas dimana dikaji pula dukungan manajemen
dan regulasi dalam berbagai bidang pelayanan kesehatan, meskipun tetap yang menjadi
inti dari kajian adalah pengkajian proses klinis yang terjadi 3.
Audit merupakan suatu proses sistematik yang dapat dilihat sebagai sebuah siklus.
Siklus tersebut terdiri dari beberapa langkah: menetapkan standar/praktik terbaik (best
practice), membandingkan praktik sehari-hari dengan standar/kriteria standar,
mengambil tindakan untuk meningkatkan pelayanan, dan melakukan pemantauan
untuk mempertahankan upaya peningkatan kualitas.
3
Clinical Audit: A Simple guide for NHS Boards and Partners; Bullivant, John, Dr; Corbett-Nolan, Andrew
4
De Brouwere V., Zinnen V., Delvaux T. (2013) How to conduct Maternal Death Reviews (MDR).
Guidelines and tools for health professionals. London, International Federation of Gynecologists
ad Obstetricians, FIGO LOGIC, http://www.figo.org/files/figocorp/
Edited%20MDR%20Guidelines%20final%202014.pdf accessed
8 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Proses audit yang baik hendaknya mengikuti prinsip-prinsip berikut:
Upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan berdasarkan hasil audit
Adanya basis bukti (evidence base) ketika menetapkan standar
Tidak menyalahkan dalam prosesnya (no blame)
Menjunjung tinggi konfidensialitas (no name)
Bukan merupakan formalitas
Adanya standar.
Adanya catatan rekam medis yang berkualitas, yang menunjukkan dengan baik
kualitas manajemen klinis.
Dalam mempelajari kematian ibu, maka terdapat berbagai pendekatan yang dapat
dilakukan. Tujuan dari upaya tersebut pada dasarnya adalah memperbaiki kualitas
pelayanan maternal. Beberapa pendekatan yang dikembangkan di Indonesia:
Masih banyak lagi tipe audit yang dapat dikerjakan (lihat: “Beyond the numbers:
Reviewing maternal death and complications to make pregnancy safer”, WHO, Geneva,
2004) yang pada dasarnya pada setiap kegiatan kajian dibutuhkan: tim yang solid serta
strategi komunikasi yang baik demi mencapai tujuan dari kajian yaitu meningkatkan
kualitas pelayanan maternal dan neonatal.
Strategi Komunikasi
Sebelum memulai suatu kegiatan kajian kasus hendaknya disediakan waktu untuk
membangun tim, termasuk dalam strategi komunikasi. Perlu ditekankan berulang-ulang
bahwasanya salah satu tujuan penting dari kajian kasus adalah untuk menumbuhkan
kesadaran tentang hak pelayanan maternitas yang bermartabat (respectful maternity
care) dan bukan sekedar hidup atau mati.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
9
Tabel 1. Berbagai Pendekatan dalam Audit
10 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
E. Kajian Near Miss dan Kematian Ibu
Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kematian dari seorang perempuan hamil atau 42 hari
setelah persalinan, tanpa memandang usia dan lokasi kehamilan, oleh sebab apapun
yang berhubungan dengan atau diperberat oleh adanya kehamilan atau
penatalaksanaannya, tetapi bukan dari penyebab kecelakaan atau insiden 6.
WHO mengelompokkan kematian ibu lebih lanjut menjadi 3 kelompok 7 yaitu:
Kematian maternal langsung (Direct maternal death), kematian maternal tidak
langsung (Indirect maternal death) dan “komplikasi tidak terduga dari
penatalaksanaan” (“unanticipated complications of management”). Penambahan ini
dimaksudkan untuk dapat menelusuri kecenderungan kesakitan iatrogenik, misalnya
komplikasi terkait seksio sesarea.
5
World Health Organization. Beyond the numbers: reviewing maternal deaths and complications to make
pregnancy safer. Geneva: WHO; 2004.
6
WHO: International statistical classification of diseases and related health problems. Tenth revision.
Geneva: WHO; 1992.
7
WHO maternal death and near-miss classifications: Robert Pattinson,a Lale Say,b João Paulo Souza,b
Nynke van den Broekc & Cleone Rooney d, on behalf of the WHO Working Group on Maternal Mortality
and Morbidity Classifications. http://www.who.int/bulletin/volumes/87/10/09-071001/en/index.html
8
Evaluating the quality of care for severe pregnancy complications: the WHO near-miss approach for
maternal health. World Health Organization, 2011
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
11
Komplikasi Maternal Berat (Severe Maternal Complication)
Adalah kondisi-kondisi yang berpotensi untuk mengancam jiwa (potentially life-
threatening conditions). Kategori ini meliputi cukup banyak diagnosis termasuk
penyakit-penyakit yang dapat mengancam jiwa ibu hamil selama kehamilan,
persalinan dan nifas.
Panduan ini akan berfokus pada maternal near miss dan kematian maternal.
Diharapkan diagnosis dibuat dengan mengacu kepada ICD-10. Tujuannya adalah agar
terdapat konsistensi dalam pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi yang
ada.
Definisi dan Prinsip Kajian Kasus Near Miss dan Kematian Di Fasilitas Kesehatan
Kajian kasus berbasis fasilitas kesehatan adalah sebuah kajian kualitatif, telah
mendalam dari penyebab dan berbagai kejadian di seputar near miss/kematian yang
terjadi di fasilitas kesehatan. Kajian ini memfokuskan kepada penelusuran rangkaian
kejadian baik di dalam sistem pelayanan kesehatan maupun di dalam fasilitas
kesehatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
dihindari atau dapat diperbaiki/dirubah, untuk meningkatkan kualitas pelayanan
maternal di kemudian hari. Informasi yang ada akan sangat baik jika dilengkapi
dengan data di komunitas, tetapi hal ini tidak selalu dapat tersedia.
Manfaat lain jangka panjang dari kegiatan kajian baik near miss maupun kematian ini,
adalah untuk memantau seluruh kematian di semua fasilitas kesehatan. Dengan
demikian diharapkan hasil dari kajian ini akan dapat berkontribusi bagi penentuan
kebijakan kesehatan maternal khususnya di fasilitas kesehatan.
12 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
klinik yang baik, mendorong semua pemangku kepentingan untuk mendukung
rekomendasi yang dihasilkan dari proses kajian tersebut.
Kajian kasus yang baik hanya akan menghasilkan rekomendasi yang baik dan
bermanfaat jika tersedia informasi yang akurat. Informasi yang akurat hanya bisa
didapat apabila semua tenaga kesehatan yang terlibat bersedia bekerja sama dan
menyediakan data-data yang akurat. Tenaga kesehatan hanya akan menyediakan
informasi yang baik apabila di dalam proses kajian near miss dan kematian masalah
kerahasiaan (confidetiality) dihormati. Bukan hanya kerahasiaan pasien akan tetapi
juga kerahasiaan petugas kesehatan yang terlibat sesuai dengan prinsip “no name, no
blame”.
Kerahasiaan ini akan menjadi tantangan ketika proses kajian sedang berjalan, karena
para profesional itu sendiri yang melakukan kajian. Oleh karena itu sangat penting
untuk meyakinkan bahwa suasana yang ada ketika proses kajian berlangsung
bukanlah suasana “blaming”, melainkan lebih kepada suasana “solutive” atau
mencoba mencari alternatif/solusi. Selain itu harus dipastikan bahwa informasi dan
diskusi yang terjadi selama proses kajian berlangsung tidak keluar dari ruangan
diskusi.
Akan halnya pengkajian kasus di Puskesmas, mengingat jumlah kasus kematian yang
sedikit di Puskesmas, maka untuk dapat mencapai tujuan di atas Puskesmas dapat
melakukan kajian terhadap kasus-kasus rujukan maternal. Hambatan dan gap yang
dihadapi selama proses stabilisasi pra rujukan hingga pasien tiba di Rumah Sakit
membutuhkan solusi bagi pelayanan rujukan yang berkualitas di masa yang akan
datang.
9
NHS SHETLAND CLINICAL GOVERNANCE STRATEGY 2010-13
Author: Kathleen Carolan, Assistant Director of Clinical Services
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
13
Keuntungan dan Kekurangan Kajian Kasus
Keuntungan Kajian Near miss dan Kematian Ibu adalah:
Meningkatkan kualitas praktik profesional (present practice –> best practice): kajian
kasus membantu profesional mengidentifikasi langkah-langkah yang sub-standar.
Setelah diidentifikasi maka dapat diambil langkah-langkah agar kasus-kasus
selanjutnya dapat ditatalaksana dengan kualitas lebih baik.
Meningkatkan kualitas pelatihan: rekomendasi yang dihasilkan dapat mempengaruhi
kurikulum/modul pelatihan sehingga sesuai dengan kebutuhan, termasuk memberi
masukan bagi metode pelatihan yang lebih baik, metode supervisi yang lebih baik.
Meningkatkan sumber daya: dengan menyediakan bukti kepada manajemen yang
dapat menjadi dasar bagi pemenuhan sarana, prasarana dan bahkan tenaga.
Advokasi: hasil kajian kasus ini dapat menjadi umpan balik bagi berbagai pihak, baik
komunitas maupun Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi, Organisasi Masyarakat dan
lain-lain.
Cost-effectiveness: kajian kasus near miss dan kematian yang dikerjakan di fasilitas
kesehatan biasanya tidak memerlukan dana yang besar sebagaimana AMP di wilayah.
Faktor positif
14 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
5. Bimbingan dan bila perlu pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kajian kasus
dari tenaga kesehatan.
Tantangan
1. Keyakinan pribadi dan kecurigaan, ketakutan akan kritik dan tidak terjaganya
kerahasaiaan. Hal ini akan muncul terutama dalam lingkungan yang mengancam
atau menekan.
2. Tidak adanya kepemimpinan (leadership) dalam melakukan kajian
3. Tidak mampu melibatkan manajemen (pembuat kebijakan dan pengambil
keputusan)
4. Harapan atas insentif finansial
5. Tidak tersedianya/tidak adanya keinginan untuk mencari bahan-bahan referensi
6. Kualitas dokumentasi rekam medis yang buruk
7. Terlalu banyak peserta
8. Kekecewaan karena masukannya diabaikan/tidak mendapat respon yang sesuai
9. Terbangunnya informasi yang salah dikarenakan lingkungan yang tidak nyaman
10. Merusak hubungan antar staf (terutama jika prinsip dan aturan dalam melakukan
kajian tidak dihormati)
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
15
16 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
BAB III
LANGKAH-LANGKAH
MENYELENGGARAKAN KAJIAN
NEAR MISS/KEMATIAN IBU DI
FASILITAS KESEHATAN
Di Rumah Sakit, Komite Medik atau Tim Pengkaji ini menentukan jadwal kegiatan,
penentuan kasus near miss, dokumentasi dan memastikan bahwa rekomendasi dan
rencana tindak lanjut disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bersama-
sama dengan Bidang Pelayanan Medik dan bidang-bidang lain terkait kemudian
memantau tindak lanjut dari rekomendasi serta memberikan laporan tertulis secara
teratur kepada Direktur RS.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
17
Di Puskesmas, dimana struktur organisasi jauh lebih sederhana, maka dokter
Puskesmas bersama dengan Bidan Koordinator dapat mengatur hal ini. Tindak lanjut dan
rekomendasi hendaknya dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Puskesmas.
1. Presentan kasus: adalah orang yang bertanggung jawab untuk menyiapkan kasus
yang akan dibahas, mengumpulkan semua data dan informasi, merangkum dan
mempresentasikan pada waktu kajian kasus. Infromasi yang dikumpulkan dapat lebih
luas dan tidak hanya berdasar catatan rekam medis, akan tetapi dapat menambahkan
hasil investigasi dengan melakukan wawancara dengan perujuk, keluarga pasien
ataupun pasien sendiri pada kasus near miss. Kerahasiaan dari semua proses
penyiapan presentasi hingga presentasi harus sangat dijaga kerahasiaannya. Orang
yang dapat melakukan tugas ini adalah bidan, atau dokter umum, atau mahasiswa,
dengan bimbingan yang baik dari profesional yang ada.
2. Moderator: haruslah orang yang mampu mengundang perdebatan, dengan tetap
membuat semua perserta merasa nyaman dalam mengikuti proses ini. Mendorong
diskusi yang terbuka dan memperlakukan setiap peserta secara adil dan setara.
Disamping itu moderator berhak menghentikan diskusi apabila dirasakan perlu.
3. Notulis: membuat dokumentasi yang baik dan lengkap dari seluruh proses pada kajian
nera miss/kematian.
Terkait penentuan fasilitator, akan lebih mudah jika pada 3 atau 4 sesi pertama
dari kegiatan ini ditunjuk orang yang sama untuk menjadi fasilitator. Selanjutnya secara
bertahap orang-oarang lain dilatih untuk dapat melakukan tugas ini. Melibatkan
18 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
mahasiswa selain memberikan mereka kemampuan untuk merangkum dan
mempresentasikan kasus, juga memberikan mereka kemampuan untuk memahami tata
kelola klinik yang baik, terutama pada sesi diskusi dan penyusunan rekomendasi.
Di fasilitas kesehatan Pratama (Puskesmas) perlu juga dibentuk tim dengan tugas serupa
yang anggotanya menyesuaikan dengan komposisi petugas yang ada. Komposisi tersebut
dapat berupa:
Langkah berikutnya setelah tim ini terbentuk serta dikuatkan secara legal dengan
sebuah Surat Keputusan Direktur/Kepala Puskesmas/faskes Pratama, maka tim bekerja
menyusun standar penyelenggaraan kajian kasus near miss dan audit kematian di fasilitas
kesehatan.
Standar klinis adalah kualitas pelayanan minimal yang dapat diterima. Standar ini
menggambarkan “cara terbaik dalam memberikan pelayanan” bagi setiap kasus tertentu
menurut standar yang berbasis bukti ilmiah, pendapat ahli dan dengan
mempertimbangan konteks lokal serta sumber daya yang tersedia. Standar ini
memudahkan dalam menilai dan mencapai konsensus terhadap pelayanan yang diberikan
oleh fasilitas kesehatan tersebut, terlebih jika para dokter spesialis berasal dari berbagai
latar belakang yang berbeda.
Standar ini dapat disusun berdasar berbagai referensi, baik secara nasional
maupun lokal. Dapat bersumber dari standar kementerian kesehatan, organisasi profesi
nasional maupun internasional. Pada akhirnya standar haruslah disesuaikan dengan
kondisi lokal dengan mempertimbangkan kualitas pelayanan yang terbaik. Khusus bagi
Puskesmas/Faskes Pratama, hendaknya standar disusun dengan kesepakatan bersama
organisasi profesi agar terselenggara pelayanan yang berkesinambungan.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
19
4. Kematian ibu dapat dilacak melalui beberapa sistem register, seperti:
Resgister pasien masuk dan keluar
Register kamar operasi
Register kamar bersalin
Register Unit Perawatan Intensif
Register Kamar Jenazah
5. Perhatikan kasus-kasus yang sering terlewat seperti:
Terjadi pada kehamilan awal
Disebabkan oleh penyebab tidak langsung
Terjadi mis-klasifikasi/tidak tercatat
6. Pengecekan silang dapat dilakukan dengan cara melihat semua register keluar di
Rumah Sakit kematian dari perempuan usia 15-49 tahun. Dari daftar ini kemudian
dikelompokkan lebih lanjut apakah yang menjadi penyebab kematian.
7. Jika kasus kematian sangat sedikit, atau tidak ada kematian dalam 3 bulan berturut-
turut, maka dapat dilakukan kajian kasus near miss.
Situasi dan kondisi di seputar kejadian hanya akan dapat ditampilkan secara
lengkap dan akurat melalui upaya pengumpulan data dari berbagai sumber. Presentan
dapat melakukan hal ini melalui:
20 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Langkah 5. Membuat presentasi kasus
1. Disampaikan situasi dan kondisi kritikal yang terjadi dan menentukan perjalanan
penyakit selanjutnya, sedapat mungkin sejak sebelum pasien masuk RS hingga akhir.
Akan lebih mudah jika disampaikan dalam bentuk kronologis, termasuk juga hasil-
hasil pemeriksaan penunjang yang penting.
2. Selain perjalanan penyakit, hendaknya tergambar juga situasi dan kondisi non-medis
yang mempengaruhi perjalanan penyakit , juga sedapat mungkin sejak sebelum
pasien masuk RS.
3. Jika pasien in partu, maka hendaknya ditanyakan dan dicatat riwayat persalinannya
ini, baik berdasarkan surat rujukan maupun berdasarkan wawancara dengan keluarga
(jika memang kritikal dan memungkinkan).
4. Data terkait identitas, sosial-budaya dan ekonomi dapat pula disampaikan secara
ringkas.
5. Untuk memudahkan peserta kajian near miss/kematian mengikuti perjalanan pasien,
hendaknya dibuat dalam bentuk power point (ppt).
1. Sebelumnya disepakati waktu untuk pelaksanaan kegiatan ini. Satu kali dalam
seminggu dapat disepakati hari tertentu dan waktu pertemuan, tergantung pada
jumlah kunjungan dan jumlah kasus. Jika kematian sangat jarang, atau pasien terlalu
sedikit, dapat disepakati pelaksanaan sebulan sekali. Dan jika tidak ada kasus
kematian, maka dapat dilakukan kajian kasus near miss. Kesepakatan ini perlu
dituangkan dalam SK Kepala Puskesmas/Direktur Rumah Sakit tentang pelaksanaan
kajian kasus near miss dan kematian ibu dan bayi baru lahir, sehingga semua SMF
mengetahui dan berkomitmen untuk melaksanakan.
2. Peserta kajian dapat diingatkan untuk datang setidaknya 2-3 hari sebelumnya, agar
dapat menyediakan waktunya. Undangan dapat berupa undangan tertulis maupun
undangan dengan menggunakan media komunikasi digital (email/SMS/WA) sesuai
dengan kesepakatan.
3. Presenter telah menyampaikan dan mendiskusikan kasus yang akan dibahas dengan
moderator setidaknya 2-3 hari sebelum pertemuan.
4. Pada kasus kematian, diharapkan ringkasan kasus telah dibuat dan dikaji di tingkat
kelompok seminat (peer group) SMF Kebidanan atau SMF Anak serta dibuat
dokumentasinya sebagaimana contoh terlampir, dalam waktu 24 jam setelah
kematian terjadi (audit level 1). Setelah audit level 1, diharapkan SMF telah
merencanakan bersama dengan Komite Medik untuk melaksanakan audit level 2 yang
melibatkan SMF lain pada hari yang disepakati di atas (poin no 1.).
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
21
5. Dalam pertemuan selama 2 jam, masih dapat dibicarakan 1 kasus maternal dan 1
kasus neonatal, sangat dianjurkan kasus maternal dan kasus perinatal untuk dibahas
bersama.
6. Ruang pertemuan disepakati, dan disusun sedemikian rupa sehingga memberikan
lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi diskusi (pertemuan melingkar atau U-
shape lebih disukai daripada bentuk class room). Pastikan setiap orang dapat
mendengar dan mengikuti semua diskusi yang terjadi.
1. Langkah ini tidak berlaku jika Kajian Kasus dilaksanakan untuk pertama kalinya.
2. Evaluasi adalah salah satu langkah penting dari siklus audit, akan tetapi bukan
merupakan akhir dari proses. Langkah ini sangat penting untuk menilai apakah
rekomendasi yang pernah diajukan sebelumnya telah menghasilkan aksi dan
perubahan dalam penatalaksanaan maupun pelayanan pada umumnya.
3. Evaluasi dilakukan terhadap: capaian (%) tindak lanjut dan menentukan aksi
berikut untuk mencapai rekomendasi (100%), jangka waktu penyelesaian dll.
4. Jika hal ini dilakukan secara teratur maka keputusan-keputusan baru dapat segera
dibuat dan ditindak lanjuti sehingga tercapai pelayanan yang berkualitas.
22 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Kajian kasus merupakan analisis kritis dan sistematis terhadap kualitas
pelayanan dibandingkan terhadap standar. Merupakan kesempatan
untuk mendiskusikan dan mempertanyakan demi meningkatkan
pelayanan. Kajian kasus hendaknya tidak digunakan untuk mengadili
seseorang, melainkan menyediakan rekomendasi dan rencana aksi yang
bertujuan untuk kualitas. Untuk itu maka semua peserta berjanji:
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
23
dapat terjadi dimanapun di sepanjang alur penanganan pasien sejak masuk UGD
hingga ruang perawatan. Hal ini sebagian disebabkan oleh dinamika dari kasus
obstetri sendiri, maupun disebabkan oleh pengenalan masalah potensial yang
tidak adekuat. Oleh karena itu perlu dikaji dimana kegawatdaruratan terjadi serta
bagaimana respon di masing-masing tempat kejadian. Selain terkait alur
perjalanan penyakit penting juga dikaji komunikasi/konsultasi antar bagian,
terutama konsultasi kasus emergensi.
Secara umum kemudian perlu dikaji faktor apa saja yang sudah ada di faskes yang
mendukung bagi keberhasilan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan
kasus ini termasuk aspek medis – non medis – etik.
Selain hal positif, perlu dikaji faktor lain yang menghambat keberhasilan
penatalaksanaan tindakan kedaruratan. Jelaskan faktor apa saja yang ada di
faskes yang menghambat keberhasilan penanganan pasien dengan kasus ini
termasuk aspek medis – non medis – etik.
Faktor risiko yang telah ada sebelumnya juga dapat mempengaruhi penanganan di
RS. Faktor risiko yang dimaksud adalah kondisi/kelainan yang berpotensi untuk
terjadinya komplikasi yang terjadi saat ini, yang telah ada sebelumnya, baik
dikenali maupun tidak dikenali.
5. Selanjutnya perlu dilakukan kajian terhadap riwayat persalinan. Hal-hal yang
terjadi di sekitar persalinan memiliki masalah potensialnya masing-masing. Jika hal
ini dikaji dengan baik maka akan banyak membantu dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul terkait kegawatdaruratan yang terjadi.
6. Ringkasan riwayat pra rujukan dan ante natal care adalah riwayat yang tidak
mudah didapatkan di RS. Meskipun demikian kadang-kadang justru situasi dan
kondisi pra rujukan ini yang kemudian menentukan prognosis dari pasien,
terutama jika pasien tiba di fasilitas kesehatan yang tidak siap dalam menangani
kegawatdaruratan.
7. Masalah obstetri sangat dipengaruhi oleh tindakan yang diputuskan dan
dilaksanakan. Lakukan kajian yang mendalam seputar tindakan operatif, termasuk
komplikasi yang mungkin terjadi.
Secara umum kemudian perlu dikaji faktor apa saja yang sudah ada di faskes yang
mendukung bagi keberhasilan tindakan operatif pasien dengan kasus ini termasuk
aspek medis – non medis – etik.
Selain hal positif, perlu dikaji faktor lain yang menghambat keberhasilan tindakan
operatif. Jelaskan faktor apa saja yang ada di faskes yang menghambat
keberhasilan tindakan operatif dengan kasus ini termasuk aspek medis – non
medis – etik.
Faktor risiko yang telah ada sebelumnya juga dapat mempengaruhi penanganan di
RS. Faktor risiko yang dimaksud adalah kondisi/kelainan yang berpotensi untuk
terjadinya komplikasi yang terjadi saat ini, yang telah ada sebelumnya, baik
dikenali maupun tidak dikenali.
24 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
8. Pengawasan selama perawatan juga seringkali menjadi titik lemah dimana
kagwatdaruratan terlambat dikenali. Kajian terhadap kualitas pengawasan selama
perawatan hendaknya diarahkan kepada memfasilitasi bagaimana membantu
agar proses pengawasan pasien dapat dikerjakan secara optimal dengan
menggunakan semua sumber daya yang tersedia secara bertanggung jawab.
Secara umum kemudian perlu dikaji faktor apa saja yang sudah ada di faskes yang
mendukung bagi keberhasilan pengawasan selama perawatan pasien dengan
kasus ini termasuk aspek medis – non medis – etik.
Selain hal positif, perlu dikaji faktor lain yang menghambat keberhasilan
pengawasan selama perawatan pasien. Jelaskan faktor apa saja yang ada di
faskes yang menghambat keberhasilan pengawasan selama perawatan pasien
dengan kasus ini termasuk aspek medis – non medis – etik.
9. Meskipun masalah pasien lebih banyak terjadi di komunitas (pra Puskesmas), akan
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu dapat mempengaruhi keberhasilan
penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan. Oleh karena itu sedapat mungkin dicari
dan dikaji informasi terkait hal ini. Demikian pula halnya dengan hal-hal terkait
sistem administrasi yang terkadang dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam
keberhasilan penanganan kasus.
10. Kajian ini harus ditutup dengan menyimpulkan penyebab kematian, meliputi
penyebab obstetrik primer, penyebab akhir kematian serta faktor penyumbang
terhadap kematian. Apabila disimpulkan bahw kasus ini bukan disebabkan oleh
penyebab obstetrik maka sebutkan dengan jelas penyebab dimaksud.
11. Selama proses kajian beberapa rekomendasi dapat ditarik dalam diskusi.
Diharapkan moderator dapat menangkap ini dan meminta notulen untuk
mencatatkan dengan baik. Penajaman terhadap rekomendasi dapat dilakukan di
akhir diskusi dalam tabel rekomendasi dan rencana tindak lanjut.
12. Dalam menyusun rencana tindak lanjut dapat diperhatikan hal-hal berikut:
a. Perlu ditentukan prioritas masalah, baik berdasar dampaknya bagi pelayanan,
kemampulaksanaannya serta perubahan segera yang dapat ditimbulkan.
b. Bagi masalah tertentu, buat rekomendasi yang:
1. Relevan dengan masalah yang ada
2. Spesifik, konkrit dan bukan berupa slogan
3. Dapat dicapai dan mampulaksana dalam kaitannya dengan ketersediaan
sumberdaya – misalnya menambah tenaga SpOG bukan rekomendasi
yang tepat dibandingkan dengan mengorganisir tempat kerja dengan
lebih efektif dan efisien.
13. Dalam menyusun rencana tindak lanjut pastikan bahwa ditetapkan juga tanggal
yang diharapkan bahwa rencana tersebut diwujudkan, serta nama dari
penanggung jawab implementasi dari rencana tersebut.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
25
14. Dokumentasi kegiatan ini hendaknya disampaikan juga kepada Direktur Rumah
Sakit/Kepala Puskesmas agar dapat ditindak lanjuti sesuai dengan otoritas masing-
masing pemangku kepentingan.
15. Kadang-kadang rekomendasi yang diajukan bukan solusi dari masalah yang ada.
Rekomendasi dapat merupakan langkah antara untuk menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu penting sekali monitoring dan evaluasi dari rekomendasi dan
rencana tindak lanjut yang dihasilkan.
Rekomendasi
26 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Tabel 1. Pemenuhan Standar Pelayanan atas Upaya-upaya Diagnosis,
monitoring dan konsultasi serta terapi dan tindakan
Pembelajaran
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
27
3. Kelompok komunitas pelayanan yang lebih luas.
Kebutuhan pembelajaran bagi kelompok ini bersifat umum karena merupakan
seluruh komponen komunitas pelayanan. Bahkan komunitas ini dapat melibatkan
juga fasilitas di luar faskes tempat kejadian kasus ini.
28 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Sesi Pembelajaran Massal
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
29
30 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Selain itu, terkait kualitas pelayanan yang telah diberikan, maka Komite Medik
melalui sub-sub komitenya sangat berkepentingan untuk proses/kegiatan ini berlangsung
dengan sebaik mungkin. Kemudian pada akhirnya, pihak yang paling berkepentingan
terhadap proses audit ini adalah Direktur serta wakil-wakilnya, karena dari audit inilah
manajemen dapat memantau kedua sisi layanan: medis dan non medis. Selain itu, Direksi
dan jajaran memiliki sepenuhnya kepentingan bagi terlaksananya kegiatan ini sebagai
implementasi dari tata kelola klinik yang baik.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
31
Medis serta pihak manajemen, agar pencapaiannya dapat maskimal, bahkan dapat
menjadi indikator pelayanan maternal setempat (box 2).
Indikator Input
Indikator Proses
1. Jadwal penyelenggaraan audit kasus near miss dan kematian maternal neonatal
tersusun
2. Notulensi kegiatan kajian dibuat dengan benar
3. Notulensi pertemuan-pertemuan tindak lanjut rekomendasi kajian
4. Persentase kematian ibu yang dilakukan kajian (jumlah kematian ibu yang dikaji
dibagi jumlah seluruh kematian ibu dalam kurun waktu tertentu)
5. )
6. Persentase kasus near miss yang dilakukan kajian (jumlah kasus near miss yang di
lakukan kajian dibagi jumlah seluruh kasus near miss yang terjadi)
Indikator Output
Rasio Near Miss (NMR): jumlah kasus near miss yang terjadi per 1000 kelahiran hidup.
Indikator ini memberikan perkiraan kecukupan antara kasus yang ditangani dengan
sumber daya yang tersedia.
Rasio NM: Mortalitas (MNM:MD): adalah rasio antara kasus near miss maternal dan
kematian ibu. Rasio yang makin tinggi menunjukkan kualitas pelayanan yang lebih baik.
Indeks Mortalitas (MI): jumlah kematian ibu dibagi jumlah ibu dengan kondisi
komplikasi yang mengancam jiwa dalam persen (MI=MD/MNM+MD x100%)
32 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
BAB V
PENUTUP
Organisasi profesi merasa bahwa hal ini, selain menjadi tanggung jawab utama
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Propinsi dan Direktur Rumah Sakit/Kepala
Puskesmas, juga merupakan tanggung jawab profesi. Selain meyakinkan bahwa standar
pelayanan kegawatdaruratan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, organisasi profesi juga
menyadari bahwa tanpa dukungan manajemen yang kuat maka upaya profesional akan
menjadi sub-optimal.
Di masa yang akan datang kajian kasus yang dikerjakan di setiap fasilitas
kesehatan terhadap semua kasus kematian ibu diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi tersedianya bukti-bukti untuk peningkatan kualitas kinerja profesional. Selain itu,
hasil dari kajian kasus ini dapat juga memberikan bukti-bukti bagi tata kelola klinik yang
baik.
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
33
Lampiran 1. Presentasi Kasus
Identitas pasien
Status pernikahan
Tanda Vital
Riwayat Persalinan
Penyebab Kematian
34 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 2. Definisi operasional dokumentasi Kajian Near miss/kematian Ibu
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
35
Prematuritas
1. Pemberian antenatal kortikosteroid
2. Pemberian tokolitik salbutamol
nifedipin
Sepsis Maternal
1. Pemberian Antibiotika, sebutkan
______________
Lain-lain
sebutkan __________________________
__________________________________
00 Tidak ada Data
3. Menggunakan lembar stabilisasi (pra 1. YA
rujukan) 2. TIDAK
00 Tidak ada data
Lembar stabilisasi adalah sebuah
daftar tilik yang berfungsi sebagai
alat bantu dalam pengambilan
keputusan klinik/alat bantu kerja
(jobaids)
4. Komunikasi Pra Rujukan 1. YA, menggunakan
Hotline RS SMS SIJARI EMAS HP petugas
Adalah setiap komunikasi yang RS
dilakukan oleh petugas kesehatan di 2. TIDAK ADA
Puskesmas/BPM kepada faskes 00 Tidak ada data
tingkat lanjut/rujukan, lingkari cara
komunikasi yang sesuai
B. Penanganan 1. Apakah ibu datang dalam keadaan 1. YA, langsung ke no.4 jam _________
emergensi di RS gawat darurat 2. TIDAK, lanjut ke no.2
Adalah ibu yang mengalami
Bagian ini kegawat daruratan sejak sebelum
menjelaskan tiba di RS. Jika YA maka langsung
respon/penanga jawab no.4
nan kondisi Jika ibu tidak datang dalam keadaan
emergensi di darurat maka lanjutkan dengan
Rumah Sakit. pertanyaan berikut.
Selain itu bagian 2. Saat timbul kondisi gawat darurat ____ jam setelah admisi
ini juga adalah waktu antara timbulnya
memberikan kondisi gawat darurat sejak ibu
gambaran datang ke RS hingga timbulnya
tingkat kondisi gawat darurat
keparahan 3. Tempat terjadi kondisi gawat 1. IGD 6. HCU
pasien serta darurat 2. R Rawat 7. ICU
penanganan Adalah lokasi/ruang 3. Kamar Bersalin 8. Lainnya:
yang sesuai. terjadinya gawat 4. Kamar Operasi __________
darurat. Lingkari yang 5. RR 00 Tidak ada Data
sesuai
36 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
4. Kondisi gawat darurat yg ditemukan 1. Penurunan 7. Ruptura Uteri
(lingkari yg sesuai) kesadaran 8. demam tinggi
Adalah kondisi gawat darurat yg 2. Apnu/arrest 9. Gawat janin
ditemukan, dapat lebih dari 1 (satu) 3. Perdarahan/ 10. lain2, sebutkan
Syok _______________
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
37
11. Tindakan awal untuk mengatasi Penanganan Umum
kondisi gawat darurat di Rumah 1. Airway tidak ada masalah intubasi
Sakit 2. Breathing O2 nasal O2 sungkup ambu
Poin penanganan ini terdiri dari bag
penanganan umum dan khusus 3. Circulation IV line tambahan resusitasi
terkait kasus rujukan yg dilakukan cairan vena perifer vena sentral
di Rumah Sakit. 4. Resusitasi Jantung Paru
Penanganan umum adalah
penanganan minimal yang dapat
diberikan dalam kondisi Penanganan Khusus
emergensi. Syok/HPP
Penanganan khusus adalah 1. Posisi syok
penanganan yang lebih khusus 2. Resusitasi cairan, sebutkan RL NaCL
sesuai dengan penyebab __________ cc dalam _______jam
kedaruratan. Ketidak lengkapan 3. Kompresi bimanual uterus
dari setiap langkah penanganan 4. Pemberian uterotonika
khusus mengarahkan kepada Oksitosin drip metyl ergometrin injeksi
upaya-upaya peningkatan kualitas misoprostol rektal/sublingual
pelayanan di masa yang akan 5. Kondom kateter
datang. 6. Pengambilan sampel darah
7. Pemeriksaan cross match
Preeklampsia Berat/Eklampsia
1. Pemberian anti hipertensi, sebutkan
___________
2. Pemberian anti kejang MgSO4
Dosis awal dosis rumatan
3. Pemberian anti kejang lain, sebutkan
___________
Prematuritas
1. Pemberian antenatal kortikosteroid
2. Pemberian tokolitik salbutamol
nifedipin
Sepsis Maternal
1. Pemberian Antibiotika, sebutkan
______________
2. Ekplorasi sumber infeksi
3. Pengambilan sampel darah
4. Pemeriksaan kultur darah urine lokia
dasar luka
Lain-lain
1. Pemberian diuretika
2. Lain-lain __________________________
_________________________________
_________________________________
38 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
13. Hambatan dalam memberikan 1. Terlambat/Tidak dikenali kondisi gawat
tindakan awal untuk mengatasi darurat
kondisi emergensi 2. Faktor pengetahuan petugas
Pilih/lingkari hal mana yang menjadi 3. Faktor keterbatasan jumlah petugas
hambatan dalam upaya tindakan 4. Faktor peralatan
awal untuk mengsi kondisi 5. Faktor bahan habis pakai/obat
emergensi 6. Faktor alur konsultasi/komunikasi
7. Faktor peraturan/administrasi
8. Faktor lain, sebutkan _______________
________________________________
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
39
investigasi yang dilakukan adanya
hambatan dalam kebutuhan akan
pemeriksaan penunjang
40 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
23. Konsultasi dg SpOG saat terjadi 1. hadir
kegawat daruratan menggunakan 2. telepon RS
adalah bagaimana 3. telepon genggam
metode konsultasi 4. SMS
dengan dokter SpOG 00 Tidak ada data/keterangan
berjalan, lingkari yang sesuai
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
41
3. obat-obatan
4. peralatan
5. ICU
6. administratif
7. lain2, sebutkan _________________
______________________________
00 Tidak ada data/keterangan
30. Dilakukan stabilisasi sebelum YA TIDAK
merujuk Sebutkan
Adalah tindakan ___________________________________
stabilisasi yang dilakukan sebelum ___________________________________
pasien dirujuk ke RS lain ___________________________________
___________________________________
___________________________________
___________________________________
42 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Etik terkait autonomy, equal, beneficence,
non-maleficence
_________________________________
_________________________________
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
43
D. Ringkasan Tuliskan ringkasan riwayat pra rujukan termasuk riwayat selama hamil, asuhan
Riwayat Pra anternatal yang diterima dan proses rujukan
Rujukan dan
AnteNatalCare
44 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
2. Kurang tenaga
3. obat-obatan
4. peralatan
5. ICU
6. lain2, sebutkan ________________
_____________________________
00 Tidak ada data/keterangan
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
45
3. Supervisi petugas no.2 dilakukan 1. bidan/perawat jaga
oleh 2. dokter jaga
3. konsulen jaga
00 tidak tahu
8. Respon time dari kejadian gawat Dikenali gawat darurat jam _______
darurat dan tindakan awal Pengambilan Keputusan Klinik jam _______
penanganan gawat darurat 00 Tidak ada data/keterangan
46 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Faktor yang mendukung keberhasilan Medis terkait teknis
dalam monitoring pasien medis___________________________
Menjelaskan faktor apa saja yang ________________________________
sudah ada di faskes yang mendukung ________________________________
bagi keberhasilan monitoring pasien Non Medis terkait hal non medis yang
dengan kasus ini termasuk aspek medis mendukung
– non medis - etik penatalaksanaan__________________
________________________________
________________________________
Etik terkait autonomy, equal, beneficence,
non-maleficence
_________________________________
_________________________________
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
47
ketersediaan
telepon dan lain-
lain, termasuk
masalah dalam
pembiayaan/adm
pembiayaan
48 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Catatan Tambahan: (bila diperlukan tuliskan di halaman belakang)
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
(Moderator) (presenter)
Notulis
TT
(nama)
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
49
Daftar Hadir Kajian Kasus Near Miss/Kematian Ibu
Tim Audit isi nama peserta kegiatan kajian kasus serta jabatannya
NO Nama Jabatan Tanda tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
50 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 3. Dokumentasi Pengkajian Kasus Rujukan/Kematian Maternal
Respon time penanganan telepon/SMS dari perujuk pukul _ diisi jika perujuk
di Puskesmas menghubungi Puskesmas sebelum merujuk
(evaluasi respon time datang di IGD pukul _ waktu saat ibu tiba di Puskesmas
sejak pasien mengalami kejadian gawat darurat pukul_ saat terjadi kejadian gawat
kedaruratan – UGD darurat, kejadian gawat darurat dapat timbul sejak sebelum tiba
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
51
Puskesmas/PONED – di Puskesmas, saat tiba di Puskesmas atau timbul beberapa
keputusan klinik – waktu setelah mendapatkan perawatan di Puskesmas. Jika
tindakan/ penanganan terdapat lebih dari satu kegawatdaruratan uraikan dengan
kedaruratan (jk ada) – nomor:
stabilisasi sebelum 1)……
merujuk – selama rujukan 2)…..
(dapat terjadi lebih dari 3) dst
satu emergensi pada keputusan klinik pukul _ jika ada keputusan klinik yang diambil
pasien, dan beri tanda terkait kejadian gawat darurat baik untuk tujuan definitif
emergensi no.1 dst) maupun sebagai bagian dari upaya stabilisasi. Jika lebih dari
satu kegawatdaruratan uraikan dengan nomor:
Catatan kronologis : 1) pukul….
(komunikasi pra Puskesmas) 2)…..
Jelaskan jika ada saat komunikasi 3) dst
pra puskesmas terjadi, tindakan pukul _ saat tindakan sesuai PKK dilakukan jika lebih
menggunakan metode apa, dan
sampaikan jika komunikasi ini dari satu jelaskan:
membuat rujukan menjadi lebih 1) pukul….
berkualitas termasuk penggunaan 2)…
DST oleh bidan perujuk
keputusan merujuk pukul _ saat keputusan untuk merujuk
(saat datang, kondisi dan tanda diambil
vital, penanganan awal
emergensi)
rujukan pukul_ waktu sesungguhnya pasien dirujuk ke faskes
Jelaskan hasil pemeriksaan awal rujukan
saat pasien diterima di Puskesmas
dan tindakan yg dilakukan,
termasuk pemeriksaan penunjang
Catatan kronologis : Kronologis hendaknya dibuat dengan
dan komunikasi dengan dokter singkat tetapi jelas, dengan mencantumkan waktu yang
Puskesmas/dokter spesialis yang menggambarkan sekuens serta kapan kondisi emergensi terjadi,
mungkn terjadi
apakah dikenali atau tidak, apakah didiagnosis dengan benar
( hal-hal yang terjadi diseputar dan ditatalaksana dengan baik
kejadian emergensi, terkait input – Keterangan yang perlu disampaikan
proses – output, termasuk − komunikasi pra Puskesmas.
monitoring selama perawatan di − saat datang, kondisi dan tanda vital, penanganan awal emergensi.
Puskesmas) − hal-hal yang terjadi diseputar kejadian emergensi, terkait input – proses –
Keterangan terutama jika kondisi output, termasuk monitoring selama perawatan di Puskesmas.
emergensi terjadi setelah pasien − tindakan untuk stabilisasi rujukan: langkah dan kronologis, penggunaan DST,
dirawat di Puskesmas, misalnya tantangan dalam melakukan tindakan stabilisasi, perencanaan transport dan
pasca melahirkan di kamar nifas, pembiayaan, dll.
dll, tuliskan kronologis dan hal-hal
yang terjadi di seputar kejadian
emergensi terutama terkait
monitoring)
52 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Kondisi Ibu sebelum 1. Status persalinan: (pilih yang sesuai)
dirujuk Ante natal
hamil belum inpartu
hamil inpartu, kala 1 2 3 4
nifas hari ke______
2. Tanda Vital
Keadaan Umum baik sedang lemah buruk
Kesadaran compos mentis penurunan kesadaran
Kejang ya tidak
Tekanan Darah ______/______mmHg
Nadi ______kali/menit isi & tegangan cukup kurang halus
Pernafasan _____kali/menit
Suhu ______ derajat Celcius
3. Stabilisasi yang diberikan (pilih yang sesuai)
Oksigen nasal kanul oksigen sungkup infus 1 jalur infus 2
jalur Oksitosin drip misoprostol KBE/KBI kondom
kateter MgSO4 dosis awal MgSO4 dosis rumatan anti
hipertensi kortikosteroid antenatal Antibiotika injeksi
lain-lain (sebutkan) ______________________________
lain-lain/ uraikan :
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
53
Faktor yang mendukung Medis terkait teknis medis
keberhasilan
penatalaksanaan
tindakan kedaruratan Non Medis terkait hal non medis yang mendukung
Menjelaskan faktor apa penatalaksanaan
saja yang sudah ada di
faskes yang mendukung
bagi keberhasilan
penanganan pasien Etik terkait autonomy, equal, beneficence, non-maleficence
dengan kasus ini
termasuk aspek medis –
non medis - etik
Adalah kondisi/kelainan
yang berpotensi untuk Non Medis
terjadinya komplikasi
yang terjadi saat ini, yang
telah ada sebelumnya, Etik
baik dikenali maupun
tidak dikenali
54 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Penyebab Obstetrik Primer (mendasari) : (Sebutkan)
kondisi atau penyakit awal yang menjadi penyebab near miss/kematian maternal, disebut dengan
Penyebab Obstetrik Primer (mendasari) Hanya ada 1 (satu) penyebab Obstetrik Primer
kejadian apa yang akhirnya menyebabkan terjadinya near miss/kematian, disebut dengan Penyebab
Akhir near miss/kematian. Hanya ada 1 (satu) penyebab akhir near miss/kematian.
Penting untuk membedakan antara Penyebab Akhir kematian dan modus kematian. Contohnya setiap
orang pada akhirnya akan mati ketika jantungnya berhenti berdetak, jadi henti jantung disebut dengan
modus kematian. Kejadian yang menyebabkan terjadinya henti jantung itulah yang disebut dengan
Penyebab Akhir kematian.
pada beberapa kasus mungkin ditemukan satu atau beberapa Faktor Penyumbang yang turut berperan
dalam menyebabkannear miss/ kematian.
Faktor Penyumbang sama klasifikasinya dengan Penyebab Akhir near miss/kematian. Klasifikasi ini
bertujuan untuk mengetahui sistem atau organ yang gagal berfungsi sehingga menyebabkan
near miss/kematian, dan kemudian dapat digunakan untuk menentukan sumber daya yang diperlukan
guna mencegah terjadinya near miss/kematian
1. Pencarian penyakit –Penyakit yang Sebutkan dalam kolom ini penyakit2 yang berhasil
dapat diidentifikasi diidentifikasi selama ANC, seperti penyakit2 metabolik
kronis, penyakit menular spesifik, dll.
Jika tidak ditemukan, tuliskan TIDAK ADA
Jika tidak diketahui/tidak dicari, tuliskan TIDAK TAHU
2. Promosi kesehatan Sebutkan dalam kolom ini promosi kesehatan yang
diberikan, baik dalam bentuk edukasi maupun
pemberian intervensi yang sesuai terutama yang
berkaitan dengan kondisinya saat ini
3. Persiapan persalinan termasuk Sebutkan dalam kolom ini persiapan persalinan yang
rencana persalinan disampaikan terutama yang ternyata menimbulkan
hambatan dalam kehamilan/persalinannya saat ini.
4. Persiapan kedaruratan Sebutkan dalam kolom ini persiapan kedaruratan yang
disampaikan kepada ibu dan keluarga, termasuk perlu
disampaikan keterlibatan keluarga dalam kesiapan
kedaruratan ini
5. TIDAK SESUAI (bila tidak mendapat
ANC)
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
55
Kondisi risiko yang ditemukan Ya Tidak Tidak Usia kehamilan Tindakan/rujukan,
pada saat pemeriksaan antenatal diperiksa pada saat obat, tindakan lain
ditemukan oleh siapa?
CUKUP JELAS kondisi risiko
2. Hemoglobin < 8 g %
7. Edema muka/tangan
Faktor yang dapat dihindarkan, kehilangan peluang dan asuhan yang tidak memenuhi
standar
Pertanyaan berikut harus terisi, jika tidak ada informasi terkait hal yang ditanyakan maka harus dituliskan “TIDAK
DIKETAHUI” jika tidak ditemukan faktor apapun yang mempengaruhi dituliskan “TIDAK ADA”
‘Kehilangan peluang’ adalah kejadian dimana suatu tindakan yang mungkin dapat membantu
mencegah kematian tidak dilakukan, atau dimana suatu tindakan mengakibatkan, secara
langsung maupun tak langsung, terjadinya kematian.
“Pelayanan substandar” digunakan guna mengikutsertakan tidak hanya kegagalan pelayanan
klinis, namun juga beberapa faktor yang mendasari yang mungkin menjadi penyebab
rendahnya kualitas pelayanan kepada pasien. Termasuk di dalamnya adalah situasi yang
terkait dengan pasien, atau keluarganya, yang mungkin berada di luar kendali petugas
kesehatan yang merawat. Selain itu, turut diperhitungkan juga kekurangan sumber daya
manusia; kegagalan administrasi pelayanan persalinan dan fasilitas penunjang seperti
pelayanan dokter jaga 24 jam, konsultasi dengan dr spesialis dll
56 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
Kegagalan sistem administrasi/kesehatan
Masalah sistem logistik adalah masalah-masalah seperti transportasi dan mekanisme
komunikasi, seperti ketersediaan telepon dan lain-lain
Masalah fasilitas kesehatan berhubungan dengan kurangnya fasilitas seperti ketersediaan
tempat tidur di ICU, peralatan seperti ventilator serta obat dan lain-lain.
Masalah petugas kesehatan berhubungan dengan tenaga yang tersedia di pelayanan kesehatan
(kekurangan sumber daya manusia) dan manajemen pasien
Masalah transportasi
Hambatan untuk rawat-inap
di rumah sakit atau klinik
Kurangnya akses atau
keterjangkauan
Asuhan/layanan medik
Untuk mengkaji masalah dalam pelayanan maternal, sebaiknya merujuk ke standar-standar
yang berlaku di Indonesia, baik untuk menilai standar pelayanan oleh bidan dan perawat,
menilai pelayanan standard yang diharapkan bagi petugas kesehatan dan dokter umum, untuk
penilaian dokter spesialis, maupun untuk menilai standar yang diperlukan untuk institusi
kesehatan terkait.
Masalah untuk mendapat
asuhan antenatal secara rutin
Masalah resusitasi
Masalah anestesi
Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan
57
Catatan Tambahan: (bila diperlukan tuliskan di lembar kosong di balik) tuliskan catatan
tambahan yang dapat menambah pemahaman terhadap rangkain peristiwa yang terjadi
seperti kronologis singkat dll, gunakan lembar sebaliknay bila dianggap perlu
Tim Audit isi nama peserta kegiatan kajian kasus serta jabatannya
NO Nama Jabatan Tanda tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(Moderator) (presenter)
Tembusan:
1. Arsip Puskesmas/Tim PONED
2. Tim AMP Kabupaten
58 Panduan Teknis Pelaksanaan Kajian Kasus Near Miss Dan Kematian Maternal di Fasilitas Kesehatan