Taskap Acak
Taskap Acak
REPUBLIK INDONESIA
Oleh :
RUDI RACHMAD DESWANDY, SE, SH, M.BA
KATA PENGANTAR
PERNYATAAN KEASLIAN
a. Kertas Karya Ilmiah Perorangan (Taskap) yang saya tulis ini asli.
b. Apabila sebagian atau seluruhnya tulisan Taskap ini terbukti tidak asli
atau plagiasi, maka saya bersedia dinyatakan tidak lulus pendidikan
Taskap tersebut telah ditulis “sesuai/tidak sesuai” dengan Juknis Taskap Peraturan
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2021,
“layak/tidak layak” dan “disetujui/tidak disetujui” untuk di uji.
EDI PERMADI
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN TUTOR……………………………………… iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iv
TABEL ………………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah………………………………………….. 4
3. Maksud dan Tujuan ………………………………………. 4
4. Ruang Lingkup dan Sistimatika …………………………. 5
5. Metode dan Pendekatan ………………………………… 6
6. Pengertian ………………………………………………… 6
BAB IV PENUTUP
17. Simpulan ………………………………………………….. 56
18. Rekomendasi …………………………………………….. 60
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Judul Kertas Karya Perorangan (Taskap) adalah : “Membumikan Nilai-
Nilai Pancasila Untuk Menangkal Radikalisme Di Kalangan Generasi Muda”,
judul ini dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi generasi muda Indonesia pada
masa kini dan masa datang. Generasi muda merupakan generasi penerus
pemegang estafet kepemimpinan bangsa, berkewajiban menjaga dan terus-
menerus membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarkat,
berbangsa dan bernegara untuk menghadapi era kekinian, yaitu era Revolusi
Industri 4.0.
Tantangan era Revolusi Industri 4.0 di tengah meningkatnya penyebaran
pandemi Covid-19 semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan
ketidakpastian. Kondisi ini menimbulkan kecenderungan permasalahan baru yang
semakin beragam dan multi dimensional. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi begitu cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan manusia,
dampak tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan, bisa berdampak
menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf
hidup, sebaliknya juga dapat berdampak merugikan, apabila terperdaya dengan
pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa
dampak ilmu pengetahuan dan teknologi berimplikasi langsung pada perubahan
berbagai aspek kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda.
Perubahan karakter pada generasi muda bisa dipengaruhi oleh banyak hal, salah
satunya melalui penyebaran faham radikalisme di dunia maya kepada masyarakat
terutama di kalangan generasi muda Indonesia, mulai dari tingkat Sekolah
Menengah Pertama hingga Perguruan Tinggi dan penyebaran tersebut bukan saja
kepada Peserta Didik akan tetapi telah merasuk kepada para Guru dan Dosen.
Para Guru dan Dosen yang telah terpapar faham radikal dan sudah tentu sangat
anti Pancasila, selanjutnya mengajarkan mata pelajaran agama dan politik kepada
peserta didiknya, akibatnya di dunia nyata maupun di dunia maya generasi muda
memiliki keberanian untuk secara terang-terangan anti Pancasila, memiliki sikap
anti kebhinekaan berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa serta bersikap
intoleransi yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
2
1
Chusna Muhammad, Survei BNPT : 85 % Milenial Rentan Terpapar Radikal. iNewsBali.id,
https://bali.inews.id/berita/survei-bnpt-85-persen-milenial-rentan-terpapar-radikalisme, 11 Juni 2021
pukul 21.13 Wib
2
Disampaikan oleh Muslih, Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT dalam Dialog Publik, Radikalisasi,
Terorisme dan Deradikalisasi Paham Radikal olah Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah di Hotel
Pandanaran Semarang, 3 Desember 2011, diunduh pada 13 Juni 2021, pukul 23.00 Wib
3
3
Dr Suaib Tahir dkk,2020,Buku Panduan Pencegahan Radikalisme Di Lingkungan Kerja BUMN dan
Perusahaan Swasta,cetakan I,Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
4
Anggraini, D., Fathari, F., Anggara, J. W., & Amin, M. D. A. A. (2020). Pengamalan Nilai-nilai Pancasila Bagi
Generasi Milenial. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan Politik. 2(1). 11-18.
4
di tiga tempat ; Gereja Santa Anna Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia,
dan Gereja Pantekosta Pusat tahun 2018 serta Penusukan Menteri Koordinator
Politik Hukum dan Keamanan di Pandeglang, Banten tahun 2019.
Peristiwa diatas menjadikan pelajaran bagi bangsa Indonesia akan
pentingnya menyiapkan dan membentuk generasi muda yang berkarakter sesuai
yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan, bab III, pasal 6 yaitu, memiliki semangat kejuangan,
kesukarelaan, tanggung jawab dan kesatria serta memiliki sifat kritis, idealis,
inovatif, progresif, dinamis, reformis dan futuristik. Kalangan generasi muda harus
mampu berperan aktif mewujudkan Indonesia yang Harmoni, Damai, Adil dan
Makmur melalui pembumian nilai-nilai luhur Pancasila, keberadaan Pancasila
hendaknya dapat dijadikan sebagai jembatan emas yang mampu menghubungkan
antara jati diri bangsa Indonesia dengan pengaruh dari luar yang tidak sesuai
dengan budaya bangsa termasuk didalamnya menangkal radikalisme. Nilai-nilai
luhur Pancasila yang perlu dibumikan meliputi ; Sila Pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa, mengingatkan kalangan generasi muda bahwa ada Tuhan Yang Maha
Esa sebagai pusat dari segala kehidupan yang ada dibumi ini, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang paling canggihpun tidak akan mampu
menggantikan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sila Kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengingatkan kepada
kaum generasi muda bahwa harus mampu berpikir dan bertindak adil kepada
sesama, tidak meremehkan segala persoalan yang ada serta lebih mementingkan
kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan individu atau kelompok.
Sila ketiga Persatuan Indonesia, kaum generasi muda hendaknya memiliki sifat
hidup gotong royong dan sejajar dengan bangsa lain, senantiasa toleransi
terhadap perbedaan yang ada dan memiliki pendirian dan jiwa juang yang
tangguh agar tidak dapat diacak-acak oleh bangsa lain.
Sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan, mengingatkan bahwa kalangan generasi muda bersikap
demokratis dengan mengedepankan musyawarah untuk mufakat, keputusan yang
diambil tidak boleh atas dasar otoriter namun hasil kompromi bersama dan keputusannya
mengikat semua pihak.
Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kalangan generasi muda
hendaknya selalu mengusahakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, sebaliknya juga mampu memberikan
5
kritik atau saran masukan bila dijumpai ada struktur sosial, politik dalam
masyarakat yang menciptakan ketidak adilan.
2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian diatas, maka diketemukan rumusan permasalahan
dalam penulisan Kertas Karya Perorangan (Taskap) ini adalah “Bagaimana
Membumikan Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menangkal Radikalisme Di
Kalangan Generasi Muda”, dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan
penelitiannya sebagai berikut :
6. Pengertian.
5
https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda,pada 29 Mei 2021 pukul 16.00 wib.
8
6
Kompas.com, 2020, Pancasila Sebagai Sistem Nilai ,di unduh dari
https:www.kompas.com/skola/read/2020/20/19/15300069, 31 Mei 2021, pukul 1121.
7
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Gita Media Press, tahun 2011, hal 619
8
Dr Suaib Tahir dkk,2020,Buku Panduan Pencegahan Radikalisme Di Lingkungan Kerja BUMN dan
Perusahaan Swasta,cetakan I,Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
9
Undang-undang Republik Indonesia, Nomer 40, Tahun 2009, Bab I, Pasal 1.
10
Tim Pokja Wawasan Nusantara, 2021, Bidang studi Wawasan Nusantara, 978=602-14873-5-8,
Jakarta,Lemhanns, hal 12.
9
11
Tim Pokja Ketahanan Nasional, 2021, Bidang Studi Ketahanan Nasional,978-602-14873-6-5,Jakarta,
Lemhannas, hal 57.
10
12
Tim Pokja Kewaspadaan Nasional,2021, Bidang studi Kewaspadaan Nasional, 978-602-14873-8-9, Jakarta,
Lemhannas, hal 34
13
Jefri Marzal ,Human Universitas Jambi, 2019, Revolusi Industri 4.0 Bagaimana Meresponnya, 19 Juni
2019, https://www.unja.ac.id, diunduh pada 23 Juni 2021 pukul 11.05 Wib.
14
Dra. Elita Tamami, M.Si, 2019, Quovadis rancangan undang-undang pengelolaan sumber daya nasional
untuk pertahanan negara, jurnal Pothan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8. PARADIGMA NASIONAL.
15
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan : Dasar-Dasar dan Pembentukannya
(Yogyakarta : Kanisius, 1998)
13
9. Peraturan Perundang-undangan.
a. Teori Staatsfundamentalnorm16.
Menurut Hans Nawiasky Staatsfundamentalnorm merupakan (1)
norma hukum yang tertinggi dan merupakan kelompok. (2)
Staatsfundamentalnorm merupakan norma tertinggi dalam suatu negara, ia
tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi presupposed
atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat dalam suatu negara dan
merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma
hukum di bawahnya; (3) Isi dari staatsfundamentalnorm merupakan dasar
bagi pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar suatu negara
(staatsverfassung), termasuk norma pengubahnya; (4) Hakekat hukum
suatu staatsfundamentalnorm ialah syarat berlakunya suatu konstitusi atau
undang-undang dasar (Denny;2007).
b. Teori Nilai.
Menurut Notonegoro17. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga
bagian, yakni: (1) Nilai Material, yakni segala sesuatu yang berguna bagi
unsur jasmani manusia; (2) Nilai Vital, yakni segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas; dan (3)
Nilai Kerohanian, yakni segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Dalam Nilai Kerohanian terdapat nilai: (a) kebenaran/kenyataan yang
bersumber pada unsur akal manusia; (b) keindahan yang bersumber pada
unsur manusia; (c) kebaikan atau moral yang bersumber pada unsur
kehendak/kemauan manusia; dan (d) religius yang merupakan nilai
ketuhanan, kerokhanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini
bersumber pada kepercayaan/keyakinan manusia.
c. Teori Radikalisme:
Menurut Prof Dr Mahfud MD18 : Radikal adalah setiap upaya
membongkar sistem yang sudah mapan yang sudah ada dalam kehidupan
16
Miska Amien, 2006,Causa Materalis Pancasila Menurut Notonagoro, Jurnal Filsafat, vol 39 no 1.
17
Darji Darmodiharjo (edt), 1995, Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis
Konstitusional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 43-44.
18
DR Syuaib Tahir, 1920, Pencegahan Radikalisme di Lingkungan Kerja BUMN dan Perusahaan Swasta,jilid
I,Jakarta : BNPT,BUMN,KADIN
18
1) Pengertian Generasi.
Generasi secara etimologis berarti keturunan yang
mempunyai hubungan darah. Sedangkan dalam ilmu pengetahuan
kemasyarakatan, pengertian generasi dirumuskan sebagai berikut.
(1) Periode antara waktu kelahiran orang tua dan anak mereka. (2)
Semua anak dari seorang ayah atau ibu, atau sepasang ayah ibu,
meskipun mencakup suatu jangka waktu yang Panjang, (3)
Perhitungan tenggang waktu historis yakni kurang lebih 30 tahun. (4)
Kontemporer, siapa saja dari yang baru dilahirkan sampai dengan
orang yang tertua yang hidup bersamaan pada saat yang sama. (5)
Kuval (Coeval), barang siapa yang usianya sama dan dibesarkan,
menjadi dewasa dan tua pada kurun waktu yang sama.
19
Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein 2010. Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media. Business Horizons.
20
Sumantri, Endang and Darmawan, Cecep and Saefulloh, (2008) Pembinaan Generasi Muda, Universitas
Terbuka, Jakarta, pp. 1-35. ISBN 9790110170. http://repository.ut.ac.id, diakses pada 15 Juni 2021, pukul 1056.
19
21
Dr.Anas Saidi M.A, Anak-anak muda Indonesia makin radikal,ISSN 2086-5309,LIPI, http://lipi.go.id/15089, pada11 Juni 2021
pukul 2240 Wib
22
Rapat dengar pendapat Kepala BNPT dengan Komisi III DPR terbuka, tahun siding 2019-2020, 7 November 2019, Jakarta, diunduh
https://www.dpr.go.id, 12 Juni 2021
20
Surabaya tempat Gereja Santa Anna Maria Tak Bercela Surabaya, Gereja
Kristen Indonesia dan Gereja Pantekosta.
23
Chusna Muhammad, Survei BNPT : 85 % Milenial Rentan Terpapar Radikal. iNewsBali.id, https://bali.inews.id/berita/survei-bnpt-85-
persen-milenial-rentan-terpapar-radikalisme, 11 Juni 2021 pukul 21.13 Wib
24
Hasanudin Ali, 2017, 23,4 % Mahasiswa dan Pelajar Terjangkit Radikal,https://TribuneNews.com, diunduh pada 12 Juni 2021 pukul
0900.
21
a. Global.
Ketegangan AS-China dan meningkatnya tren unilateralisme seakan
dimaknai sebagai gambaran aktual bergesernya tatanan lingkungan
strategis global menjauh dari semangat optimisme dan kerjasama
berbasis rules and norms.
Kesepakatan pemangkasan produksi OPEC+ terakhir dinilai belum
dapat menjamin komitmen para anggotanya. Melihat di tengah tantangan
situasi sekarang, sangat dilematis bagi sebagian negara anggotanya
mematuhi limitasi produksi ketika di saat yang sama mereka sangat perlu
menopang pendapatannya. Pemotongan produksi berarti ‘melonggarkan’
infrastruktur migas dari kelebihan kapasitas di tengah keterbasan mobilitas
distribusi akibat kebijakan karantina di berbagai negara dan kelesuan
ekonomi global. Meski upaya tersebut berhasil mengerek harga minyak,
namun dikhawatirkan ketidakkompakan di dalam OPEC+ masih berpeluang
melemahkan harga yang dapat memicu ancaman serius bagi negara-
negara yang sangat mengandalkan pendapatannya dari minyak. Seperti
pernah diperingatkan oleh Sekjen OPEC,
Mohammed Sanusi Barkindo pada bulan April 2020, tidak ada
ekonomi yang kebal dari dampak COVID-19 terhadap pasar minyak
mentah global. Venezuela-Iran-Rusia tentu sangat mewaspadai kondisi ini,
25
Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII), 2017, Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet
Indonesia, https://apjii.or.id/downfile/file/survei2017-id.pdf, diunduh pada 25 Juni 2021 pukul 2100 Wib
22
b. Regional.
Negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) bersama dengan China, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan,
dan Australia secara resmi menandatangani kesepakatan perdagangan
bebas melalui skema Regional Comprehensive Economic Cooperation
(RCEP) atau Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional. RCEP adalah
kerjasama dagang terbesar di dunia karena melibatkan 15 negara (10
negara anggota ASEAN plus Australia, Selandia Baru, Korea Selatan,
Jepang, dan Cina) yang mencakup 30% ekonomi dunia, 30% populasi
dunia, dan tak kurang dari 2,2 milyar calon konsumen. Indonesia punya
peran sentral dalam pembentukan RCEP. RCEP pertama kali dicetuskan
pada tahun 2011 ketika Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bali
dimana kala itu Indonesia menjadi Ketua ASEAN dan dalam proses
perundingan Indonesia ditunjuk menjadi negara koordinator juru runding
ASEAN hingga penandatanganan. RCEP diprediksi akan menguntungkan
bagi Indonesia dari aspek penyerapan tenaga kerja. Sedangkan, bagi
ASEAN, RCEP meningkatkan integrasi kawasan, terutama dalam hal
integrasi ekonomi. Namun, potensi dampak negatif perlu diperhatikan
seperti ketergantungan terhadap Cina dan melemahnya UMKM.
23
c. Nasional.
Pandemi covid 19 yang tidak kunjung selesai, persaingan negara-
negara maju di Asia, Amerika dan Eropa, konflik di Timur Tengah serta
sengketa maritime, radikalisme, ekstremisme berbasis kekerasan,
terorisme, penyelundupan narkoba, illegal fishing, dan kejahatan siber,
telah mempe- ngaruhi terhadap kebijakan pemerintah dalam mengelola
aspek gatra alamiah dan gatra dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sebagai berikut :
BAB III
PEMBAHASAN
26
DR Syuaib Tahir, 1920, Pencegahan Radikalisme di Lingkungan Kerja BUMN dan Perusahaan Swasta,jilid
I,Jakarta : BNPT,BUMN,KADIN
28
adalah sikap ingin mengubah sistem yang sudah mapan atau telah
disepakati bersama dengan cara-cara kekerasan.
Beberapa sikap yang bisa dikenali dari sikap dan faham radikal
adalah; Intoleransi (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang
lain), Fanatik (selalu merasa benar sendiri, menganggap orang lain salah),
eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya), dan menggunakan
cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan.
b. Ciri-ciri Radikalisme.
Ciri-ciri radikalisme paham radikal dalam Islam kaitannya dengan
perilaku kegamaan menurut Mantan Kapolri Jendral Pol Badrodin Haiti
sebagai berikut ; (1) Mengklaim kebenaran, beranggapan hanya dia yang
benar. (2) Cenderung mempersulit agama dengan menganggap ibadah
mubah atau sunnah seakan-akan wajib dan hal – hal yang makruh seakan-
akan haram. (3) Kebanyakan tidak melalui tahapan yang gradual, tetapi
overdosis yang tidak pada tempatnya. (4) Mudah mengkafirkan orang yang
tidak sependapat, jika orang lain tidak hijrah dianggap kafir. (5) Menggu
nakan cara-cara kekerasan.
Berikutnya ciri-ciri radikalisme dalam konteks kenegaraan ; (1)
Tujuan membuat Negara Islam dengan mewujudkan penerapan syariat
Islam. Sebaiknya tidak diformalkan dalam bentuk UUD/ Perda karena tidak
semua orang memiliki keyakinan yang sama. (2) Konsep Negara: NII dan
Khilafah Islamiyah (seperti HTI). Tidak ada konsep Negara khilafah yang
sukses.
(3) Jihad sebagai pilar perjuangan mewujudkan tujuan utama.
Ciri radikalisme dalam konteks kenegaraan diatas maka kelompok ini
tidak mengakui “Pancasila” sebagai ideologi Negara bahkan tidak mengakui
NKRI dengan berbagai implikasinya. Hukum tidak diakui, pemerintah tidak
diakui, tidak mau hormat dengan bendera RI dan tidak bersedia
menyanyikan lagu kebangsaaan Republik Indonesia.
kekerasan dan cara yang ekstrim. Pandangan dan sikap semacam itu bisa
terdapat pada agama manapun. Pada komunitas Islam, Kristen, Yahudi,
Budha dan Hindu dan agama lain selalu terdapat sebagian pemeluknya
yang radikal, bahkan radikalisme juga bisa menjangkiti ideologi sekuler,
seperti white supremacy di Amerika Serikat dan ultra-nasionalisme kanan di
Eropa, yang memang sejak awal menggunakan isu superioritas ras. Paham
non agama ini juga mendorong kebencian terhadap kelompok lain yang
berbeda, seperti kaum imigran muslim, hispanik afrika dan lain-lain
Menyimak hal diatas menjadi lebih jelas bahwa tidak ada
hubungannya dengan agama, umat agama apapun dapat terjangkiti
radikalisme, hanya karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
maka radikalisme yang menguat adalah radikalisme mengatasnamakan
agama Islam.
27
Disampaikan oleh Muslih, Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT dalam Dialog Publik, Radikalisasi,
Terorisme dan Deradikalisasi Paham Radikal olah Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah di Hotel
Pandanaran Semarang, 3 Desember 2011
31
28
8ade hidayat, Efektifitas Program Mentoring Halaqah Dalam Meningkatkan Kecerdasan Moral Siswa,
Jurnal Etika Dan Pekerti V. 1 No 1 2013 Hal 7, http://ejournal.unmabanten.ac.id diunduh pada 14 Juni 2021
pukul 11.00.
32
29
Litbang Kompas, 2020, Hari ini dalam sejarah : 18 Tahun Tragedi Bom Bali, https://nasional.kompas.com,
diunduh pada 14 Juni 2021 pukul 11.11 Wib.
30
Soemarno Soedarsono,2010, Ketahanan Pribadi dan Ketahanan Keluarga Sebagai Tumpuan Ketahanan
Nasional. Jakarta : Intermasa.
33
31
Luth Suryani, 2014, Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Hak Asasi Manusia Dalam Menjaga
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, https://journal.universitassuryadarma.ac.id. Diunduh pada
27 Juni 2021 pukul 04.00 Wib.
36
32
Darwin,2021, GKI Yasmin Direlokasi, Pengurus Gereja Tolak Kasus selesai dan Sebut Walikota Bogor
Sampaikan Kebohongan Publik, https://www.bbc.com/indonesia, diunduh pada 7 Juli 2021 pukul 0558 Wib.
33
Arif Iksanudin detik.com, 2021, Polisi Selidiki Kasus Pekerja Anak DIbawah Umur, https://news.detik.com,
diunduh pada 7 Juli 2021 pukul 0625 Wib.
34
Deri Agreista, 2021, Menara ATC Dibakar KKB Bandara Aminggaru Ilaga Beroperasi Kembali,
https://regional.kompas.com/read/2021, diunduh pada 7 Juli 2021 pukul 0640 Wib
37
35
DPRRI, 2018, DPR siapkan E-Voting, https://www.dpr.go.id/berita, diunduh pada 4 Juli 2021 puku[ 0722
Wib.
36
Muhammad Genatan saputra, 2021, KPAI Duga Ada diskriminasi Antara Pasien kaya dan miskin di Rumah
Sakit Mitra keluarga, https://www.merdeka.com/peristiwa, diunduh pada 4 Juli 2021 08.00 Wib.
38
37
38
DR, Suaib Tahir, 2020, Panduan Pencegahan Radikalisme, jilid I, Jakarta, BNPT
Hasanudin Ali, 2017, 23,4 % Mahasiswa dan Pelajar Terjangkit Radikal,https://TribuneNews.com, diunduh pada 12 Juni 2021 pukul
0900.
41
39 Dr.Anas
Saidi M.A, Anak-anak Muda Indonesia Makin Radikal,ISSN 2086-5309,LIPI, http//lipi.go.id
diunduh pada11 Juni 2021 pukul 2240 Wib
43
dalam hal ini adalah manusia yang berusia antara 0 – 35 tahun; (2) Dalam
masa transisi regenerasi dewasa ini dikenal juga dengan generasi peralihan
(transisi) yakni mereka pada umumnya yang berumur 30 – 40 tahun;
mereka berada dalam jalur organisasi kepemudaan. Menurut Undang-
Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1, bahwa usia
pemuda adalah 16 sampai dengan 30 tahun.
40
Yudi Latif, 2011, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Cetakan III, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
41
Darji Darmodiharjo (edt), 1995, Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis
Konstitusional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
44
42
Mulyono, 2010, Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. hlm.
47-48, http://eprints.undip.ac.id/3241/, diunduh tanggal 20 Juni 2021.
45
43 Dr.Anas
Saidi M.A, Anak-anak muda Indonesia makin radikal,ISSN 2086-5309,LIPI, http://lipi.go.id/berita/single/Anak-
anak-muda-Indonesia-makin-radikal/15089, pada11 Juni 2021 pukul 2240 Wib
48
44
Zubaedi, 2012,Desain Pendidikan Karakter, jilid 2, Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup,2012,Cet.2hlm.
12
54
45
Saifuddin Chalim1 dan E. Oos M. Anwas, 2018, Peran Orangtua dan Guru dalam Membangun Internet
sebagai Sumber Pembelajaran, Jurnal Penyuluhan, vol 14 nomor 1.
56
Tabel 15.1
Penggunaan Sumber Belajar
dalam Mengerjakan Tugas Sekolah
NO SUMBER/MEDIA JUMLAH %
1 Internet 101 93,5
2 Buku 78,0 72,2
3 Bimbingan orang tua 64,0 59,3
4 Televisi 4,00 3,70
5 Radio 0,00 0,00
6 Sumber lain 0,00 0,00
BAB IV
PENUTUP
tidak sependapat, jika orang lain tidak hijrah dianggap kafir. (5)
Menggunakan cara-cara kekerasan.
Berikutnya ciri-ciri radikalisme dalam konteks kenegaraan ; (1)
Tujuan membuat Negara Islam dengan mewujudkan penerapan syariat
Islam. Sebaiknya tidak diformalkan dalam bentuk UUD/ Perda karena tidak
semua orang memiliki keyakinan yang sama. (2) Konsep Negara: NII dan
Khilafah Islamiyah (seperti HTI). Tidak ada konsep Negara khilafah yang
sukses.
(3) Jihad sebagai pilar perjuangan mewujudkan tujuan utama.
Ciri radikalisme dalam konteks kenegaraan diatas maka kelompok ini
tidak mengakui “Pancasila” sebagai ideologi Negara bahkan tidak mengakui
NKRI dengan berbagai implikasinya. Hukum tidak diakui, pemerintah tidak
diakui, tidak mau hormat dengan bendera RI dan tidak bersedia
menyanyikan lagu kebangsaaan Republik Indonesia.
Proses tahapan dari radikalisme menjadi terorisme. Pada tahap pra
radikal, diawali dengan rekruitmen terhadap anak muda yang tinggal di
pondok pesantren, pemuda yang dipilih adalah mereka yang mempunyai
kecerdasan dan loyal litas tinggi serta memiliki kemampuan fisik yang baik
dan tinggal di pondok pesantren radikal seperti pondok pesantren Ngruki di
Solo. Tahap identifikasi diri, mengirim para pemuda yang akan dijadikan
kader ke sekolah Madrasah, pondok pesantren Ngruki, Malaysia,
Afganistan dan Moro Phi;ipina untuk melakukan pembelajaran dan Latihan
taktik militer yang berkaitan dengan rencana aksi terror. Tahap indoktrinasi,
memberlakukan sistem Usroh kepada anggotanya, Usroh adalah, secara
bahasa berarti keluarga, dari segi istilah usrah dapat diartikan sebagai
kumpulan individu muslim yang beriman kepada Allah Swt yang sudah
tumbuh rasa ikatan kekeluargaan di hati mereka karena setiap diri dari
mereka berusaha tolong menolong antara satu sama lain untuk memahami
dan menghayati Islam. Usrah adalah istilah lain dari halaqah karena sifat
halaqah bagaikan sebuah keluarga dalam aspek hubungan emosi diantara
para anggotanya dan pembinanya.46 Pertemuan dengan menggunakan
sistim Usroh secara Intens bertujuan untuk menanamkan kekuatan ideologi
jihad dan membentuk rasa kebencian terhadap Amerika Serikat. Tahap
46
8ade hidayat, Efektifitas Program Mentoring Halaqah Dalam Meningkatkan Kecerdasan Moral Siswa,
Jurnal Etika Dan Pekerti V. 1 No 1 2013 Hal 7, http://ejournal.unmabanten.ac.id diunduh pada 14 Juni 2021
pukul 11.00.
60
jihadisasi. Tahap ini merupakan hal yang paling mengerikan di seluruh dunia
karena bertujuan melakukan aksi terror Bom, permpokan dan penembakan.
b. Radikalisme dapat berkembang di kalangan generasi muda.
Lemahnya ketahanan individu terhadap ancaman radikalisme.
Sese-
orang beresiko rendah tidak mudah terpapar faham radikal karena memiliki
ketahanan individu terhadap ancamam radikalisme yang didukung oleh
penguasaan pengetahuan ancaman radikalisme pada level menguasai dan
mahir mengimplementasikan upaya pencegahan bahaya radikalisme .
Sebaliknya seseorang beresiko sedang, tinggi dan ekstrim akan
mudah terpapar faham radikal karena lemahnya ketahanan individu
terhadap ancaman radikalisme dan tidak didukung oleh penguasaan
pengetahuan radikalisme yang memadai sehingga tidak memiliki
kemampuan diteksi dini terhadap bahaya radikalisme yang berada disekitar
lingkungannya.
Apabila penanggulangan radikalisme/terorisme lebih mengedepan-
kan upaya pencegahan dibandingkan dengan penindakan, maka tuntutan
tingkat penguasaan pengetahuan radikalisme pada strata menguasai,
sehingga mahir mengimplementasikan pencegahan bahaya radikalisme.