Isi Makalah Andragogi Dalam Praktek
Isi Makalah Andragogi Dalam Praktek
PENDAHULUAN
Andragogi adalah proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan untuk orang
dewasa. Orang dewasa adalah manusia individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan
dirinya sendiri. Orang dewasa menyadari bahwa belajar merupakan proses menjadi dirinya
sendiri bukan proses untuk dibentuk menurut kehendak orang lain dan kegiatan belajarnya harus
melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang
dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk
memenuhi keinginan tersebut.
Pada dasarnya “orang dewasa” memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang
pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannya. Untuk menghadapi peserta didik
yang pada umumnya “orang dewasa” dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda
dengan “pendidikan dan pelatihan” ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang
sering disebut dengan pendekatan pedagogis. Dalam praktek “pendekatan pedagogis” yang
diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan untuk orang dewasa seringkali tidak cocok. Untuk
itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan “kematangan”, “konsep diri peserta”
dan “pengalaman peserta”. Didalam dunia pendidikan, stategi dan pendekatan ini dikenal dengan
“Pendidikan Orang Dewasa” (Adult Education).
Demi terlaksananya pendidikan untuk orang dewasa ini perlu adanya program-program
ataupun kegiatan, baik yang dicanangkan oleh masyarakat itu sendiri maupun oleh instansi
pemerintahan. Kegiatan-kegiatan ini berupa kegiatan pendidikan diluar sekolah (PLS),
pembelajarannya pun berbeda dengan pembelajaran di sekolah pada umumnya.
Permasalahan yang paling sering muncul dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah
adalah hasil belajar, output dan outcomenya. Ketidakmampuan peserta memahami dengan baik
materi dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan indikasi kurang
berhasilnya kegiatan pendidikan luar sekolah. Rendahnya hasil belajar sebagai indikator dari
ketidakberhasilan pembelajaran, dimana peserta maupun tidak mampu menerima dengan baik
1
bahan belajar yang diajarkan oleh tutor. Salah satu penyebab ketidakberhasilan pembelajaran
pendidikan luar sekolah adalah metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan prosedur
pelaksanaannya dan andragogi belum diterapkan secara maksimal dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Untuk itu pada makalah ini kami akan membahas tentang bagaimana pelaksanaan atau
praktek andragogi dalam kegiatan mendidik orang dewasa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, makalah ini memiliki
rumusan masalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara jelas Knowles (1979) menyatakan apabila peserta didik (warga belajar) telah
berumur 17 tahun, penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi
suatu kelayakan. Usia warga belajar pada kelompok belajar program PLS rata-rata di atas 17
tahun, sehingga dengan sendirinya penerapan prinsip andragogi pada kegiatan pembelajarannya
semestinya diterapkan.
3
1. Orang Dewasa Sebagai Warga Belajar
Cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengancara belajar anak-anak. Oleh karena itu,
proses penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda
pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa
dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi
orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil
belajar yang maksimal.
Menurut Knowles (1979), perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar
didasarkan pada empat asumsi tentang orang dewasa. Asumsi-asumsi tersebut ialah:
Orang dewasa dalam belajar jauh berbeda dengan anak-anak, Seharusnya menggunakan
pendekatan yang berbeda pula dalam membelajarkan anak. Pendekatan yang layak adalah
pendekatan andragogi. Bila dihubungkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir
di kelompok belajar, maka pendekatan andragogi akan semakin terasa pentingnya. Sebab setiap
kegiatan yang terorganisir sudah tentu mempunyai atau didasarkan pada pedoman-pedoman
tertentu. Pedoman inilah yang menjadi prinsip-prinsip kerja agar kegiatan berjalan pada prosedur
yang benar dan sesuai dengan tujuan. (Mappa. 1994)
Tutor sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki
kelas dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman ini
seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta. Seorang tutor dengan pengetahuan dan
pengalamannya itu tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk berperilaku belajar dalam kelas
melainkan sikap tutor sangatlah penting. Seorang tutor bukan merupakan "pemaksa" untuk
terjadinya pengaruh terhadap peserta, namun pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan
4
mereka dalam kegiatan belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya
bersikap positif terhadap warga belajar.
Sikap seorang tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku
warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang memiliki daya tarik akan lebih
efektif dari pada tutor yang tidak menarik. Sikap menyenangkan yang ditampilkan oleh tutor
akan ditanggapi positif oleh peserta, pada gilirannya berpengaruh terhadap intensitas perilaku
belajarnya. Sebaliknya, fasilitator yang menampilkan sikap tidak menyenangkan akan dinilai
negatif oleh peserta, sehingga mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan.
Ada beberapa hal yang dianggap penting dimiliki oleh para tutor dalam proses interaksi
belajar yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya warga belajar, yaitu:
1) bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta
didik hanya secara intelektual; ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka;
berada dan bersatu dengan peserta didik; membiarkan diri sendiri mengalami atau
menyatu dalam pengalaman para peserta didik; merenungkan makna pengalaman itu
sambil menekan penilaian diri sendiri.
2) Bersikap kewajaran: jujur, apa adanya, konsisten, terbuka; membuka diri; merespon
secara tulus ikhlas.
3) Bersikap respek: mempunyai pandangan positif terhadap peserta; mengkomunikasikan
kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan penghargaan penuh;
menghargai perasaan dan pengalaman mereka.
4) Membuka diri: menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep
dan pengalaman diri sendiri; secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain dan mau
mengambil resiko jika melakukan kekeliruan. (Malik, 2011).
5
Bahan belajar yang berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai akan
disampaikan oleh tutor kepada warga belajar. Bahan belajar itu pula yang akan dipelajari oleh
warga dalam mencapai tujuan belajar. Materi harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana
peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku warga belajar di dalam
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Materi itu pun akan mempengaruhi pertimbangan tutor
dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran. (Iryanto, 2011).
Kegiatan belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang
paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam
membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan
fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan
berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang dewasa adalah cara
mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori
maupun praktek. (Mappa. 1994).
Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1) berpusat
pada masalah, (2) menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, (3) mendorong peserta untuk
mengemukakan pengalaman sehari-harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama
6
peserta, dan antara peserta dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan
merupakan transformasi atau penyerapan materi.
2.2. Pendidikan Orang Dewasa yang Tumbuh dan Berkembang dalam Masyarakat
1) Konsep dirinya bergerak dari pribadi yang tergantung kearah pribadi yang mandiri,
2) Manusia mengakumulasikan banyak pengalaman yang diperolehnya, sehingga menjadi
suatu sumber belajar yang berkembang,
3) Kesiapan belajar manusia secara meningkat diorientasikan pada tugas perkembangan
peranan sosial yang dibawa, dan
4) Perspektif waktunya berubah dari suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya
menjadi penerapan yang segera secara seiring orientasinya terhadap belajar beralih dari
suatu orientasi terpusat pada mata pelajaran kepada orientasi terpusat pada mata
pelajaran kepada orientasi terpusat pada masalah.
Jenis-jenis pendidikan dilaksanakan oleh pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). PKBM
merupakan pusat (centra) dan atau wadah seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi atau bakatnya yang
dikelola/diselenggarakan oleh diri dan untuk masyarakat. PKBM diharapkan sebagai wahana
untuk mempersiapkan warga masyarakat untuk lebih aktif dalam memilih kebutuhan hidupnya,
termasuk dalam hal peningkatan masyarakatnya. PKBM juga merupakan salah satu upaya untuk
lebih memberdayakan masyarakat sekaligus menyongsong diberlakukannya otonomi daerah
secara lebih luas. Kegiatan-kegiatan PLS (Pendidikan Luar Sekolah) yang dilaksanakan PKBM
adalah:
1. Life Skill
7
mandiri di masyarakat. Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup (life
skill) merupakan bagian dalam pengembangan kurikulum terpadu, karena pengembangan
kecakapan hidup seharusnya tidak berdiri sendiri melainkan terintegritas dengan disiplin ilmu
atau mata pelajaran yang lain. Supaya tidak menjadi dangkal, maka substansi pengembangan
kecakapan hidup harus terpadu dengan beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan struktur
kurikulum di suatu lembaga pendidikan, jadi bukan sekedar pendidikan keterampilan atau
vokasional dasar yang terpisah-pisah.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dituntut untuk memiliki sekaligus 4 jenis kecakapan
(Life Skill), yaitu:
1. Kecakapan Pribadi
Kecakapan pribadi mencakup kecakapan untuk mengenal diri sendiri, kecakapan berfikir
secara rasional dan kecakapan untuk tampil dengan percaya diri yang mantap. Sebagai contoh
bentuk kecakapan pribadi adalah sebagai berikut :
a. Kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk lingkungan.
b. Kesadaran akan potensi diri dan terdorong untuk mengembangkannya.
c. Kecakapan untuk menggali informasi.
d. Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan.
e. Kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif.
2. Kecakapan Sosial
a. Kecakapan mendengarkan
b. Kecakapan membaca
c. Kecakapan berbicara
d. Kecakapan menulis
e. Kecakapan menulis gagasan atau pendapat
f. Kecakapan sebagai teman kerja yang menyenangkan
8
g. Kecakapan sebagai pimpinan yang berempati
3. Kecakapan Akademik
4. Kecakapan Vocational
Adapun tujuan diberikannya kecakapan hidup kepada peserta didik yaitu diantaranya agar
ia memiliki:
a. Keterampilan, pengetahuan dan setiap yang dibutuhkan dalam memenuhi dunia kerja,
baik bekerja mandiri (wirausaha) dan bekerja pada perusahaan produk jasa dengan
penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.
b. Motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat penghasilan, yang unggul dan mampu
bersaing di pasar global.
c. Kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri, maupun
untuk anggota keluarga.
d. Kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat dalam rangka
mewujudkan keadilan pendidikan disetiap lapisan masyarakat.
9
Ada beberapa tahapan dalam mengelola kecakapan hidup bagi peserta didik, diantaranya:
a. Perencanaan
Kegiatan life skill ini direncanakan oleh PKBM, sebelum PKBM merencanakan,
kegiatan diawali dengan identifikasi kebutuhan bekerja masyarakat. Kegiatan yang
diawali dengan kebutuhan belajar masyarakat akan lebih efektif dalam pelaksanaannya.
b. Pelaksanaan
Kegiatan life skill ini dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kegiatan ini melibatkan narasumber yang terkait dengan program/kegiatan yang telah
direncanakan. Sarana/prasarana yang telah tersedia haruslah relevan dengan program
yang telah direncanakan. Pada pelaksanaan kegiatan ini harus mengacu/berpedoman
kepada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dirjen PLS Depdiknas.
c. Evaluasi
Kegiatan life skill ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan tercapai.
Untuk menilai program ini dilakukan dengan melihat sesuai penerapan kegiatan didalam
masyarakat. Semakin banyak anggota life skill menerapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap, semakin berhasil kegiatan ini. Selanjutnya program ini berhasil dapat dilihat
dari tingginya etos kerja warga belajar dan dapat menghasilkan karya yang unggul dan
maupun bersaing dengan pasar global.
10
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), pengelola dan pelaksana program KB
Nasional melalui :
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan orang dewasa atau yang sering disebut dengan andragogi adalah suatu proses
dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas
belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam
pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
Cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengan cara belajar anak-anak. Oleh karena itu,
proses penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda
pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa
dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi
orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil
belajar yang maksimal.
B. Saran
Kita sebagai seorang mahasiswa yang berperan langsung dalam proses pendidikan
khususnya pendidikan orang dewasa senantiasa memperluas pemahaman dan meningkatkan
keterampilan dalam menggunakan teknik dan mengaplikasikan pembelajaran secara aktif
mengenai belajar orang dewasa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ativa, Siti. (2011). Andragogi dalam Praktek. [Online]. Tersedia di: http://92putri medan-
sitiativa.blogspot.com/2011/11/andragogi-dalam-praktek.html. [23 September 2014].
Sukoco, Agus, dkk. (2013). Penerapan Andragogi dalam Kegiatan Pembelajaran. [Online].
Tersedia di:http://statistikbisnis.narotama.ac.id/index.php/seleng-kapnya/35. [23 September
2013].
Sukiyadi, Didi, dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS
14