Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

FILSAFAT
“Pemikiran Filsafat Menurut Ibnu Sina dalam Bidang Kesehatan”
Dosen Pembimbing : Bapak Wajihuddin, S.Pd., M.Hum

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Febby Febriananda 172110101017

Adinda Cindy Nursavira 172110101040

Icha Wahyu Febriani 172110101041

Fara Vindiarta Ansori 172110101053

Puteri Midah Cholifah 172110101129

Intan Mauludiyah 172110101155

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2017-2018

NOVEMBER 2017
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena rahmat serta karunia-Nya


penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Karya Ibnu Sina di
Bidang Kesehatan atau Kedokteran”. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat dan kita sebagai umatnya. Semoga kita semua tetap  berada
dalam lindungan Allah SWT.

Pada makalah ini yang berjudul “Pemikiran Filsafat Menurut Ibnu Sina
dalam Bidang Kesehatan” penulis akan menguraikan tentang filsafat menurut Ibnu
Sina, pengaruh filsafat Ibnu Sina, karya-karya dari Ibnu Sina, hubungan 3 cabang
filsafat dalam karya Ibnu Sina dibidang kesehatan, serta bagaimana karya Ibnu
Sina dalam bidang kesehatan.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis, penulis menyadari


bahwa masih terdapat kekurangan maupun mungkin kesalahan dalam penyusunan
makalah ini sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang dari seluruh pembaca.
Namun, besar harapan kami agar makalah ini menjadi sumber referensi bagi
pembaca serta bisa dimanfaatkan untuk memperluas ilmu pengetahuan akan karya
Ibnu Sina dibidang kesehatan atau kedokteran.

Jember, November 2017

ii
Penulis,

Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Filsafat menurut Ibnu Sina.................................................................................3
2.2 Pengaruh filsafat Ibnu Sina..............................................................................11
2.3 Karya – karya Ibnu Sina...................................................................................13
2.4 Karya Ibnu Sina dalam bidang kesehatan.........................................................19
2.5 Hubungan 3 cabang filsafat dalam karya Ibnu Sina dibidang kesehatan..........28
BAB II PENUTUP...........................................................................................................30
3.1 Kesimpulan......................................................................................................30
3.2 Kritik dan Saran...............................................................................................30
Daftar Pustaka..................................................................................................................31

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sedangkan menurut WHO (1947), sehat adalah keadaan yang sempurna
dari fisik , mental ,dan social, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.Banyak
ilmu yang dipelajari dalam bidang kesehatan. Ilmu kesehatan bisa diperoleh melalui
buku, jurnal, dan situs di internet serta bisa melalui pembelajaran dikelas. Ilmu
dibidang kesehatan banyak didapatkan atau dirujuk dari tokoh-tokoh terdahulu. Salah
satu tokoh yang karyanya terkenal dibidang kesehatan atau kedokteran yaitu Ibnu
Sina.

Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia lahir
pada tahun 980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara. Orang tuanya merupakan
pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Di Bukhara Ibnu SIna dibesarkan
serta belajar falsafah kedokteran dan ilmu - ilmu agama Islam.Ibnu Sina (980-1037)
dikenal juga sebagai "Avicenna" di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan dan
dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang produktif yang
sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang,
dia adalah "Bapak Pengobatan Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah al-
Qānūn fī aṭ-Ṭibb yang merupakan Referensi di bidang kedokteran selama berabad-
abad.

Perkembangan zaman memang tidak sepatutnya melupakan sesuatu yang dulu,


meski mungkin tak lagi sesuai namun awal mula atau asalu usul sangatlah penting
untuk dibahas karena merupakan dasar untuk sesuatu yang saat ini terjadi. Karya Ibnu
Sina yaitu al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb dibidang kesehatan atau kedokteran sangatlah penting
untuk dibahas sebagai referensi kedokteran selama berabad-abad lamanya. Untuk itu
perlu dibahas kembali pada makalah ini mengenai Ibnu Sina dan karyanya dibidang

1
kedokteran atau kesehatan, agar kita mendapatkan informasi yang nantinya mungkin
dapat bermanfaat bagi kita.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah yang berjudul “Karya Ibnu Sina di Bidang
Kesehatan atau Kedokteran” adalah :
1.2.1 Bagaimana filsafat menurut Ibnu Sina?
1.2.2 Bagaimana pengaruh filsafat Ibnu Sina?
1.2.3 Bagaimana karya-karya dari Ibnu Sina?
1.2.4 Bagaimana karya Ibnu Sina dalam bidang kesehatan?
1.2.5 Bagaimana hubungan 3 cabang filsafat dalam karya Ibnu Sina dibidang
kesehatan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada makalah yang berjudul “Karya Ibnu Sina di Bidang Kesehatan
atau Kedokteran” adalah :
1.3.1 Mendeskripsikan filsafat menurut Ibnu Sina.
1.3.2 Mendeskripsikan pengaruh filsafat Ibnu Sina.
1.3.3 Mendeskripsikan karya-karya dari Ibnu Sina.
1.3.4 Mendeskripsikan karya Ibnu Sina dalam bidang kesehatan.
1.3.5 Mendeskripsikan hubungan 3 cabang filsafat dalam karya Ibnu Sina dibidang
kesehatan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat pada makalah yang berjudul “Pemikiran Filsafat Menurut Ibnu Sina
dalam Bidang Kesehatan”yaitu memberikan informasi berkaitan dengan Ibnu Sina
mulai dari filsafat menurut Ibnu Sina, pengaruh filsafat menurut Ibnu Sina, karya-
karya dari Ibnu Sina, hubungan 3 cabang filsafat dalam karya Ibnu Sina dibidang
kesehatan, dan karya Ibnu Sina dibidang kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat menurut Ibnu Sina

Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan


kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku - buku yang khusus untuk soal
- soal kejiwaan ataupun buku - buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat.

Memang tidak sukar untuk mencari unsur - unsur pikiran yang membentuk
teorinya tentang kejiwaan, seperti pikiran - pikiran Aristoteles, Galius atau Plotinus,
terutama pikiran- pikiran Aristoteles yang banyak dijadikan sumber pikiran-
pikirannya. Namun hal ini tidak berarti bahwa Ibnu Sina tidak mempunyai
kepribadian sendiri atau pikiran - pikiran yang sebelumnya, baik dalam segi
pembahasan fisika maupun segi pembahasan metafisika.

Dalam segi fisika, ia banyak  memakai metode eksperimen dan banyak


terpengaruh oleh pembahasan lapangan kedokteran. Dalam segi metafisika terdapat
kedalaman dan pembaharuan yang menyebabkan dia mendekati pendapat - pendapat
filosof modern

3
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada
dunia pikir Arab sejak abad ke sepuluh Masehi sampai akhir abad ke 19 M, terutama
pada Gundisallinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon dan Dun Scot.

Pemikiran terpenting yang dihasilkan Ibnu Sina ialah falsafatnya tentang


jiwa.Sebagaimana Al-Farabi, ia juga menganut faham pancaran.Dari Tuhan
memancar akal pertama, dan dari akal pertama memancar akal kedua dan langit
pertama, demikian seterusnya sehingga tercapai akal ke sepuluh dan bumi. Dari akal
ke sepuluh memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada dibawah bulan.
Akal pertama adalah malaekat tertinggi dan akal kesepuluh adalah Jibril.

Ibnu Sina berpendapat bahwa akal pertama mempunyai dua sifat : sifat wajib
wujudnya sebagai pancaran dari Allah, dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari
hakekat dirinya atau necessary by virtual of the necessary being and possible in
essence. Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran : Tuhan, dirinya
sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya.

Dari pemkiran tentang Tuhan timbul akal  - akal dari pemikiran tentang
dirinya sebagai wajib wujudnya timbul jiwa - jiwa dari pemikiran tentang dirinya
sebagai mungkin wujudnya timbul di langit. Jiwa manusia sebagaimana jiwa - jiwa
lain dan segala apa yang terdapat di bawah Bulan, memancar dari akal ke sepuluh.

Segi - segi kejiwaan pada Ibnu Sina pada garis besarnya dapat dibagi menjadi
dua segi yaitu :

1.     Segi fisika yang membicarakan tentang macam - macamnya jiwa (jiwa


tumbuhkan, jiwa hewan dan jiwa manusia). Pembahasan kebaikan - kebaikan,
jiwa manusia, indera dan lain - lain dan pembahasan lain yang biasa termasuk
dalam pengertian ilmu jiwa yang sebenarnya.

2.     Segi metafisika, yang membicarakan tentang wujud dan hakikat jiwa, pertalian
jiwa dengan badan dan keabadian jiwa.

4
Ibnu Sina membagi jiwa dalam tiga bahagian :

1. Jiwa tumbuh – tumbuhan, dengan daya - daya :


- Makan( nutrition)
- Tumbuh (growth)
-  Berkembang biak (reproduction)
2. Jiwa binatang dengan daya - daya :
- Gerak ( locomo )
-  Menangkap (perception) dengan dua bagian :
- Menagkap dari luar dengan panca indera
- Menangkap dari dalam dengan indera - indera dalam.
 Indera bersama yang menerima segala apa yang ditangkap oleh panca indera
  Representasi yang menyimpan segala apa yang diterima oleh indera bersama

      Imaginasi yang dapat menyusun apa yang disimpan dalam representasi

 Estimasi yang dapat menangkap hal - hal abstraks yang terlepas dari materi
umpamanya keharusan lari bagi kambing dari anjing serigala.
  Rekoleksi yang menyimpan hal - hal abstrak yang diterima oleh estimasi.

3.     Jiwa manusia  dengan daya - daya :

 Praktis yang hubungannya dengan badanTeoritis yang hubungannya adalah


dengan hal - hal abstrak. Daya ini mempunyai tingkatan :

a.     Akal materiil yang semata - mata mempunyai potensi untuk berfikir dan
belum dilatih walaupun sedikitpun.

b.    Intelectual in habits, yang telah mulai dilatih untuk berfikir tentang hal -
hal abstrak.

5
c.     Akal actuil, yang telah dapat berfikir tentang hal - hal abstrak.

d.    Akal mustafad yaitu akal yang telah sanggup berfikir tentang hal - hal
abstrak dengan tak perlu pada daya upaya.

Sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa tumbuh -
tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya, maka orang itu
dapat menyerupai binatang, tetapi jika jiwa manuisa yang mempunyai pengaruh atas
dirinya, maka orang itu dekat menyerupai malaekat dan dekat dengan kesempurnaan.

Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan
mempunyai wujud terlepas dari badan.Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada
badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir didunia ini.Sungguh pun jiwa
manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik, dan dengan demikian tak berhajat
pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berfikir, jiwa masih
berhajat pada badan karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa
manusia untuk dapat berfikir.

Dalil – dalil tersebut apabila diuraikan satu persatu adalah sebagai berikut :

1. Dalil Alam Kejiwaan

Pada diri kita ada peristiwa yang tidak mungkin di tafsirkan kecuali sesudah
mengakui adanya jiwa.Peristiwa – peristiwa tersebut adalah gerak dan pengenalan
(idrak, pengetahuan).

Gerak ada dua macam yaitu :

1)    Gerak paksaan (harakah qahriah) yang timbul sebagai akibat dorongan dari luar
dan yang menimpa sesuatu benda kemudian menggerakkannya.

6
2)    Gerak bukan paksaan, dan gerak ini terbagi menjadi dua yaitu :

a.     Gerak sesuai dengan ketentuan hukum alam, seperti jatuhnya batu dari atas
ke bawah.

b.     Gerak yang  terjadi dengan melawan hukum alam, seperti manusia yang


berjalan di bumi, sdang berat badannya seharusnya menyebabkan ia diam, atau
seperti burung yang terbang menjulang di udara, yang seharusnya jatuh (tetap)
di sarangnya di atas bumi. Gerak yang berlawanan dengan ketentuan alam
tersebut menghendaki adanya penggerak khusus yang melebihi unsur – unsur
benda yang bergerak.Penggerak tersebut ialah jiwa.

Pengenalan (pengetahuan) tidak dimiliki oleh semua mahluk, tetapi hanya di


miliki oleh sebagiannya. Yang memiliki pengenalan ini menunjukkan adanya
kekuatan – kekuatan lain yang tidak terdapat pada lainnya. Begitulah isi dalil natural-
psikologi dari Ibnu Sina yang didasarkan atas buku De Anima (Jiwa) dan Physics,
kedua – duanya dari Aristoteles.

Namun dalil Ibnu Sina tersebut banyak berisi kelemahan – kelemahan antara
lain bahwa natural (physic) pada dalil tersebut dihalalkan. Dalil tersebut baru
mempunyai nilai kalau sekurangnya benda – benda tersebut hanya terdiri dari unsur –
unsur yang satu maca, sedang benda – benda tersebut sebenarnya berbeda susunannya
(unsur – unsurnya). Oleh karena itu maka tidak ada keberatannya untuk mengatakan
bahwa benda – benda yang bergerakmelawan ketentuan alam berjalan sesuai dengan
tabiatnya yang khas dan berisi unsur – unsur yang memungkinkan ia bergerak.
Sekarang ini banyak alat – alat (mesin) yang bergerak dengan gerak yyang
berlawanan dengan hukum alam, namun seorang pun tidak mengira bahwa alat – alat
(mesin – mesin) terseut berisi jiwa atau kekuatan lain yang tidak terlihat dan yang
menggerakkannya. Ulama – ulama biologi sendiri sekarang menafsirkan fenomena
kehidupan dengan tafsiran mekanis dan dinamis, tanpa mengikut sertakan kekuatan
psikologi (kejiwaan).

7
Nampaknya Ibnu Sina sendiri menyadari kelemahan dalil tersebut. Oleh
karena itu dalam kitab – kitab yang dikarang pada masa kematangan ilmunya,
seperti al-syifa dan al-Isyarat, dalil tersebut disebutkan sambil lalu saja, dan ia lebih
mengutamakan dalil-dalil yang didasarkan atas segi – sehi pikiran dan jiwa, yang
merupakan genitalianya Ibnu sina.

2. Dalil Aku dan Kesatuan Gejala Kejiwaan.

Menurut Ibnu Sina apabila seorang sedang membicarakan tentang dirinya atau
mengajak bicara kepada orang lain, maka yang dimaksudkan ialah jiwanya, bukan
badannya. Jadi ketika kita mengatakan saya keluar atau saya tidur, maka bukan gerak
kaki, atau pemejaman mata yang dimaksudkan, tetapi hakikat kita dan seluruh pribadi
kita.

3. Dalil Kelangsungan (kontinuitas).

Dalil ini mengatakan bahwa masa kita yang sekarang berisi juga masa lampau
dan masa depan. Kehidupan rohani kita pada pagi ini ada hubungannya dengan
kehidupan kita yang kemarin, dan hubungan ini tidak terputus oleh tidur kita, bahkan
juga ada hubngannya dengan kehidupan kita yang terjadi beberapa tahun yang telah
lewat. Kalau kita ini bergerak dalam mengalami perubahan, maka gerakan – gerakan
dan perubahan tersebut bertalian satu sama lain dan berangkai – rangkai pula.
Pertalian dan perangkaian ini bisa terjadi karena peristiwa – peristiwa jiwa merupakan
limphan dari sumber yang satu dan beredar sekitar titik tarik yang tetap.

Ibnu Sina dengan dalil kelangsungan tersebut telah membuka ciri kehidupan
pikiran yang paling khas dan mencerminkan penyelidikan dan pembahasannya yang
mendalam, bahkan telah mendahului masanya beberapa abad, karena pendapatnya
tersebut dipegangi oleh ilmu jiwa modern dan telah mendekati tokoh – tokoh
pikir  masa sekarang.

4. Dalil Orang Terbang atau Tergantung di Udara.

8
Dalil ini adalah yang terindah dari Ibnu Sina dan yang paling jelas
menunjukkan daya kreasinya.Meskipun dalil tersebut didasarkan atas perkiraan dan
khayalan, namun tidak mengurangi kemampuannya untuk memberikan keyakinan.
Dalil tersebut mengatakan sebagai berikut : “Andaikan ada seseorang yang
mempunyai kekuatan yang penuh, baik akal maupun jasmani, kemudian ia menutup
matanya sehingga tak dapat melihat sama sekali apa yang ada di sekelilingnya
kemudian ia diletakkan di udara atau dalam kekosongan, sehingga ia tidak merasakan
sesuatu persentuhan atau bentrokan atau perlawanan, dan anggota – anggota badannya
diatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai saling bersentuhan atau bertemu.
Meskipun ini semua terjadi namun orang tersebut tidak akan ragu – ragu bahwa
dirinya itu ada, meskipun ia sukar dapat menetapkan wujud salah satu bagian
badannya. Bahkan ia boleh jadi tidak mempunyai pikiran sama sekali tentang badan,
sedang wujud yang digambarkannya adalah wujud yang tidak mempunyai tempat,
atau panjang, lebar dan dalam (tiga dimensi). Kalau   pada saat tersebut ia
mengkhayalkan (memperkirakan) ada tangan dan kakinya. Dengan demikian maka
penetapan tentang wujud dirinya, tidak timbul dari indera atau melalui badan
seluruhnya, melainkan dari sumber lain yang berbeda sama sekali dengan badan yaitu
jiwa.

Dalil Ibnu Sina tersebut seperti halnya dengan dalil Descartes, didasarkan atas
suatu hipotesa, bahwa pengenalan yang berbeda – beda mengharuskan adanya perkara
– perkara yang berbeda – beda pula. Seseorang dapat melepaskan dirinya dari segala
sesuatu, kecuali dari jiwanya yang menjadi dasar kepribadian dan dzatnya
sendiri.Kalau kebenaran sesuatu dalam alam ini kita ketahui dengan adanya perantara
(tidak langsung), maka satu kebenaran saja yang kita ketahui dengan langsung, yaitu
jiwa dan kita tidak bisa meragukan tentang wujudnya, meskipun sebentar saja, karena
pekerjaan – pekerjaan jiwa selamanya menyaksikan adanya jiwa tersebut.

A. Filsafat Wujud.

9
Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai
kedudukan diatas segala sifat lain, walaupun essensi sendiri. Essensi, dalam faham
Ibnu Sina terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat di luar akal.Wujudlah yang
membuat tiap essensi yang dalam akal mempunyai kenyataan diluar akal.Tanpa
wujud, essensi tidak besar artinya.Oleh sebab itu wujud lebih penting dari essensi.
Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Ibnu Sina telah terlebih dahulu
menimbulkan falsafat wujudiah atau existentialisasi dari filosof - filosof lain.

Kalau dikombinasikan, essensi dan wujud dapat mempunyai kombinasi


berikut :

1.     Essensi yang tak dapat mempunyai wujud, dan hal yang serupa ini disebut oleh
Ibnu Sina mumtani’ yaitu sesuatu yang mustahil berwujud (impossible being).

2.     Essensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud.
Yang serupa ini disebut mumkin yaitu sesuatu yang mungkin berwujud tetapi
mungkin pula tidak berwujud. Contohnya adalah alam ini yang pada mulanya
tidak ada kemudian ada dan akhirnya akan hancur menjadi tidak ada.

3.     Essensi yang tak boleh tidak mesti mempunyai wujud. Disini essensi tidak bisa
dipisahkan dari wujud. Essensi dan wujud adalah sama dan satu. Di sini essensi
tidak dimulai oleh tidak berwujud dan kemudian berwujud, sebagaimana halnya
dengan essensi dalam kategori kedua, tetapi essensi mesti dan wajib mempunyai
wujud selama - lamanya.Yang serupa ini disebut mestiberwujudyaitu
Tuhan.Wajib al wujud inilah yang mewujudkan mumkin al wujud.

Dalam pembagian wujud kepada wajib  dan mumkin, tampaknya Ibnu Sina


terpengaruh oleh pembagian wujud para mutakallimun kepada : baharu (al-hadits) dan
Qadim (al-Qadim). Karena dalil mereka tentang wujud Allah didasarkan pada
pembedaan - pembedaan “baharu” dan “qadim” sehingga mengharuskan orang
berkata, setiap orang yang ada selain Allah adalah baharu, yakni didahului oleh zaman
dimana Allah tidak berbuat apa - apa. Pendirian ini mengakibatkan lumpuhnya
kemurahan Allah pada zaman yang mendahului alam mahluk ini, sehingga Allah tidak

10
pemurah pada satu waktu dan Maha Pemurah pada waktu lain. Dengan kata lain
perbuatan-Nya tidak Qadim dan tidak mesti wajib. Untuk menghindari keadaan Tuhan
yang demikian itu, Ibnu Sina menyatakan sejak mula “bahwa sebab kebutuhan
kepada al-wajib (Tuhan) adalah mungkin, bukan baharu”. Pernyataan ini akan
membawa kepada aktifnya iradah Allah sejak Qadim, sebelum Zaman.

Dari pendapat tersebut terdapat perbedaan antara pemikiran para mutakallimin


dengan pemikiran Ibnu Sina. Dimana para mutakallimin anatar qadim dan baharu
lebih sesuai dengan ajaran agama tentang Tuhan yang menjadikan alam menurut
kehendak-Nya, sedangkan dalil Ibnu Sina dalam dirinya terkandung pemikiran
Yunani bahwa Tuhan yang tunduk dibawah “kemestian”, sehingga perbuatan-Nya
telah ada sekaligus sejak qadim.

“Perbuatan Ilahi” dalam pemikiran Ibnu Sina dapat disimpulkan dalam 4


catatan sebagai berikut :

Pertama, perbuatan yang tidak kontinu (ghairi mutajaddid) yaitu perbuatan


yang telah selesai sebelum zaman dan tidak ada lagi yang baharu. Dalam kitab An-
Najah (hal. 372) Ibnu Sina berkata : “yang wajib wujud (Tuhan) itu adalah wajib
(mesti) dari segala segi, sehingga tidak terlambat wujud lain (wujud muntazhar) - dari
wuwud-Nya, malah semua yang mungkin menjadi wajib dengan-Nya. Tidak ada bagi-
Nya kehendak yang baru, tidak ada tabi’at yang baru, tidak ada ilmu yang baru dan
tidak ada suatu sifat dzat-Nya yang baru”.Demikianlah perbuatan Allah telah selesai
dan sempurna sejak qadim, tidak ada sesuatu yang baru dalam pemikiran Ibnu Sina,
seolah - olah alam ini tidak perlu lagi kepada Allah sesudah diciptakan.

Kedua, perbuatan Ilahi itu tidak ada tujuan apapun. Seakan - akan telah hilang
dari perbuatan sifat akal yang dipandang oleh Ibnu Sina sebagai hakekat Tuhan, dan
hanya sebagai perbuatan mekanis karena tidak ada tujuan sama sekali.

11
Ketiga, manakala perbuatan Allah telah selesai dan tidak mengandung sesuatu
maksud, keluar dari-Nya berdasarkan “hukum kemestian”, seperti pekerjaan mekanis,
bukan dari sesuatu pilihan dan kehendak bebas.

Yang dimaksudkan dalam catatan ketiga ini yaitu Ibnu Sina menisbatkan sifat
yang paling rendah kepada Allah karena sejak semula ia menggambarkan “kemestian”
pada Allah dari segala sudut. Akibatnya upaya menetapkan iradah Allah sesudah itu
menjadi sia - sia, akrena iradah itu tidak lagi bebas sedikitpun dan perbuatan yang
keluar dari kehendak itu adalah kemestian dalam arti yang sebenarnya.Jadi tidak ada
kebebasan dan kehendak selagi kemestian telah melilit Tuhan sampai pada perbuatan-
Nya, lebih - lebih lagi pada dzat-Nya.

Keempat, perbuatan itu hanyalah “memberi wujud” dalam bentuk tertentu.


Untuk memberi wujud ini Ibnu Sina menyebutnya dengan beberapa nama, seperti :
shudur (keluar), faidh (melimpah), luzum (mesti), wujub anhu (wajib darinya).
Nama - nama ini dipakai oleh Ibnu Sina untuk membebaskan diri dari pikiran
“Penciptaan Agamawi”, karena ia berada di persimpangan jalan anatara
mempergunakan konsep Tuhan sebagai “sebab pembuat” (Illah fa’ilah) seperti
ajaran agama dengan konsep Tuhan sebagai sebab tujuan (Illah ghaiyyah) yang
berperan sebagai pemberi kepada materi sehingga bergerak ke arahnya secara
gradual untuk memperoleh kesempurnaan.

Dalam empat catatan tersebut para penulis sejarah dan pengkritik Ibnu Sina
selalu memahami bahwa Ibnu Sina menggunakan konsep pertama yaitu konsep Tuhan
sebagai “sebab pembuat”.Tidak terpikir oleh mereka kemunginan Ibnu Sina
menggunakan konsep kedua, yang menyatakan bahwa Tuhan tidak mencipta, tapi
hanya sebagai “tujuan” semata.Semua mahluk merindui Tuhan dan bergerak ke
arahNya seperti yang terdapat dalam konsepsi Aristoteles tentang keindahan seni
dalan hubungan alam dengan Tuhan.

12
B. Falsafat Wahyu dan Nabi

Pentingnya gejala kenabian dan wahyu ilahi merupakan sesuatu yang oleh
Ibnu Sina telah diusahakan untuk dibangun dalam empat tingkatan : intelektual,
“imajinatif”, keajaiban, dan sosio politis. Totalitas keempat tingkatan ini memberi kita
petunjuk yang jelas tentang motivasi, watak dan arah pemikiran keagamaan.

Akal manusia terdiri empat macam yaitu akal materil, akal  intelektual, akal
aktuil, dan akal mustafad. Dari keempat akal tersebut tingkatan akal yang terendah
adalah akal materiil. Ada kalanya Tuhan menganugerahkan kepada manusia akal
materiil yang besar lagi kuat, yang Ibnu Sina diberi nama al hads yaitu intuisi. Daya
yang ada pada akal materiil semua ini begitu besarnya, sehingga tanpa melalui latihan
dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat
menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan.Akal serupa ini mempunyai daya suci.Inilah
bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh manusia dan terdapat hanya pada nabi -
nabi.

Jadi wahyu dalam pengertian teknis inilah yang mendorong manusia untuk
beramal dan menjadi orang baik, tidak hanya murni sebagai wawasan intelektual dan
ilham belaka.Maka tak ada agama yang hanya berdasarkan akal murni.Namun
demikian, wahyu teknis ini, dalam rangka mencapai kualitas potensi yang diperlukan,
juga tak pelak lagi menderita karena dalam kenyataannya wahyu tersebut tidak
memberikan kebenaran yang sebenarnya, tetapi kebenaran dalam selubung simbol –
simbol. Namun sejauh mana wahyu itu mendorong ?. Kecuali kalau nabi dapat
menyatakan wawasan moralnya ke dalam tujuan – tujuan dan prinsip – prinsip moral
yang memadai, dan sebenarnya ke dalam suatu struktur sosial politik, baik wawasan
maupun kekuatan wahyu imajinatifnya tak akan banyak berfaedah. Maka dari itu, nabi
perlu menjadi seorang pembuat hukum dan seorang negarawan tertinggi – memang
hanya nabilah pembuat hukum dan negarawan yang sebenarnya.

13
2.2 Pengaruh filsafat Ibnu Sina

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya


di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah ke
Eropa. Kontribusi ibnu sina terhadap pemikiran dan ilmu pengetahuan amatlah besar,
diakui berpengaruh signifikan kepada para ilmuwan, pemikir dan filusuf generasi-
generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis, ibnu sina memperoleh
julukan “Father of Doctors” (Bapak Para Dokter). Natsir Arsyad menyebutkan bahwa
dokter kawakan ibnu sina pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja
Diraja Dokter”, oleh kaum Latin Skolastik. Julukan lain pernah diberikan kepada ibnu
sina, misalnya, adalah “Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, ia/ibnu sina dianggap
sebagai zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran. Ide-ide cemerlang darinya
memberikan dampak baik dalam ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu kedokteran
yang dia miliki yang sangat berpengaruh sampai sekarang ini.
Pengaruh ilmu kedokteran ibnu sina terhadap rumah sakit saat ini begitu besar,
karena ibnu sina mewariskan beberapa ilmu mengenai obat-obatan dan cara
penyembuhan penyakit yang ditulisnya dalam buku As-Syifa’. Bahkan ada rumah
sakit yang memakai nama Ibnu Sina, dari situ bisa dilihat perkembangan ilmu
kedokteran yang dimiliki oleh ibnu sina dari dulu sampai sekarang masih sangatlah
perpengaruh sekali, sehingga ilmu yang dimilikinya sudah mendunia.
George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian
lengkap sehingga mengecilkan sumbangan lainnya dari seluruh dunia, seolah-olah
mereka hanya membuat penemuan lebih kecil, dan sementara itu penyelidikan
orisinal menyusut beberapa abad setelah masa ibnu sina. Sarton juga menguraikan
pengaruh Ibnu Sina sangat besar terhadap ruang lingkup juga perkembangan ilmu
kedokteran Barat. Karya ilmiah (textbook) ibnu sina merupakan referensi dasar utama
ilmu medis di Eropa dalam periode waktu  lebih panjang dari buku-buku lainnya .
Sepertinya kontribusi terpenting dari ibnu sina dan diwariskan ibnu
sina kepada dunia kedokteran adalah dalam ilmu medisnya, yaitu Qanun fi al-
Thibb (Canon of Medicine, Konstitusi Ilmu Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr
menyebutkan bahwa karya besar Qanun itu adalah karya paling banyak dibaca juga
besar pengaruhnya pada ilmu medis Islam dan Eropa. Karya besar ini merupakan satu
dari buku yang paling sering dicetak di Eropa pada masa Renaisans dalam terjemahan

14
Latinnya oleh Gerard dari Cremona. Buku teks standar ini terdiri dari lima bagian
pokok: prinsip-prinsip umum, obat-obatan, penyakit organ-organ tertentu, penyakit
lokal bertendensi menjalar memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota
kelahirannya, Bukhara. Pengetahuan yang pertama kali yang dia pelajari adalah
membaca al-Qur ke seluruh tubuh, seumpama demam, dan obat-obatan majemuk.
Arsyad juga menyebutkan bahwa buku Qanun ibnu sina sejak zaman dinasti Han di
Cina telah menjadi buku standar karya-karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan,
sejumlah besar karya ibnu sina telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Hebrew,
karya ibnu sina dalam bidang bahasa tersebut merupakan bahasa-bahasa pengantar
ilmu pengetahuan masa itu.
Di bidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya,
bahkan sebelum dan sesudahnya. ibnu sina otodidak, genius orisinil bukan hanya
dunia Islam menyanjungnya, ia/ibnu sina memang merupakan satu bintang
gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, bukan pinjaman sehingga Roger Bacon,
filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy
of Islam -nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak
dapat memberi pengaruh di Barat, karena kitabnya tersembunyi entah
dimana,kendatipun ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan
digemari orang karena peperangan-peperangan yang meraja lela di sebelah Timur,
sampai saatnya ibnu sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan
kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.
Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmu-
ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada ditulisnya dalam
bentuk syair, dapat ditemukan melalui buku-buku dikarangnya untuk ilmu logika
dengan syair. Kebanyakan buku-bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika
orang-orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku-buku itu sebagai
textbook, di berbagai universitas. Oleh karena itu nama ibnu sina dalam abad
pertengahan di Eropa sangat berpengaruh. Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina
terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya baik
diiringi caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina
juga menulis dalam bahasa Persia. Buku -bukunya dalam bahasa Persia, telah
diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya pengaruh dari Ibnu Sina mengenai
pemikiran yang beliau/ibnu sina tuangkan kepada kita. Ide-ide cemerlang dari ibnu

15
sina memberikan dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan, untuk itulah mari kita
memperbanyak syukur karena kita dapat mengetahui ilmu-ilmu dari Ibnu Sina melalui
karya-karyanya. (Yusuf, 2012)

2.3 Karya – karya Ibnu Sina

Tulisan – tulisan Ibnu Sina, sebagian dari semua karya yang mendekati 250
karya masih ada jika kita juga menghitung seluruh risalah kecil serta karya susatranya,
nyaris berbicara tentang setiap ilmu yang dikenal dunia era pertengahan. Karya –
karyanya sebagian besar berbahasa Arab, tapi sebagian kecil dalam bahasa persia,
seperti Danishnamah-i ‘ala’i (Buku Ilmu Pengetahuan yang Dipersembahkan kepada
‘Ala al-Dawlah). Ia merupakan karya filsafat pertama di Persia modern. Gaya Bahasa
Arab Ibnu Sina dalam karya – karya awalnya agak rumit dan tidak jelas. Hanya
setelah tinggal lama di Isfahan ketika mendapat kritik dari para ahli sastra tertentu, ia
mulai mempelajari literatur Bahasa Arab secara intens gayanya diperhalus dan
disempurnakan. Karya – karya yang ditulis belakangan dalam kehidupannya,
khususnya Al-Isyarat wa al-Tanbihat, menunjukkan perubahan tertentu. Karya –
karya filsafat Ibnu Sina meliputi mahakarya peripatetiknya Al-Syifa’ (Penyembuhan),
Sufficientia dalam Bahasa Latin, yang merupakan ensiklopedia pengetahuan terbesar
yang pernah ditulis manusia, Al-Najat (Pembebasan) yang merupakan ringkasan Al-
Syifa’, ‘Uyun al-Hikmah (Sumber – sumber Kebijaksanaan), dan karya terakhirnya
dan mungkin mahakarya terbesarnya Al-Isyarat wa al-Tanbihat (Petunjuk – petunjuk
dan Peringatan – peringatan). Disamping itu, ia menulis banyak risalah tentang logika,
psikologi, kosmologi dan metafisika. Juga terdapat karya – karya “esoterik” tentang
”Filsafat Timur”, di antara yang terpenting adalah Risalah fi al-‘Isyq (Risalah tentang
Cinta), trilogi Hayy bin Yaqdzan (Hidup Putra Kesadaran), Risalah al-Thair (Risalah
tentang Burung) dan Salaman wa Abshal, tiga bab terakhir Al-Isyarat dan Manthiq al-
Masyriqiyin (Logika Orang – orang Timur), yang merupakan bagian dari karya lebih
besar yang sekarang tidak ditemukan lagi.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Ibnu Sina juga menyusun banyak risalah
kecil tentang persoalan – persoalan khusus dalam fisika, meteorologi, dan yang lain,
juga bagian – bagian yang terkandung dalam kumpulan yang lebih besar, khususnya
Al-Syifa’, sebagai karya yang mengandung uraian paling lengkap dari pandangannya

16
tentang zoologi, botani, geologi dan psikologi, yang dalam filsafat peripatetik dan
berseberangan dengan pandangan mazhab berikut seperti Isyraqi dianggap sebagai
cabang fisika dan atau filsafat alam. Tentang kedokteran, Ibnu Sina mengarang
“Qanun atau Canon” yang merupakan satu – satunya karya yang paling berpengaruh
dalam sejarah kedokteran dan masih diajarkan di Timur saat ini “Urjuzah fi al-Thibb
(Sajak tentang Kedokteran), yang mengandung dasar – dasar Kedokteran Islam dalam
bentuk sajak yang mudah dingat, serta sejumlah besar risalah dalam Bahasa Arab dan
Persia tentang beragam penyakit dan obat – obatan.
Di samping karya – karya ilmiah dan filsafatnya, Ibnu Sina menulis banyak
sajak (Sya’ir) dalam Bahasa Arab dan Persia. Salah satunya Al-Qashidat al-‘Ainiyah
(Ode tentang Jiwa) yang pantas menjadi paling terkenal. Lebih dari itu, ia menulis
beberapa karya keagamaan yang tidak hanya meliputi risalah – risalah tentang
pengetahuan keagamaan khusus seperti pengertian takdir dan kebebasan berkehendak,
tapi juga memberikan ulasan atas sejumlah ayat al-Quran. Kategori terakhir ini
memiliki arti penting yang istimewa. Karena terutama dalam ulasan dan komentar
inilah Ibnu Sina berusaha menyelaraskan akal dan wahyu dengan mengikuti garis
yang telah dirintis al-Kindi, al-Farabi, dan Ikhwan al-Shafa dan setelah Ibnu Sina
dilanjutkan oleh Suhrawardi hingga akhirnya dipetik buahnya oleh Mir Damad dan
Mulla Shadra. Karya – karya ini menambah dimensi penting korpus karya Ibnu Sina
yang sudah multidimensi serta menegaskan kekayaan koleksi tulisan – tulisannya
yang merambah dari ilmu pengetahuan observasional dan bahkan eksperimental ke
ontologi, dari matematika ke gnosis dan metafisika, dan dari logika ke tafsir kitab
suci.

Berikut ini karya tulisan yang dilahirkan oleh Ibn Sina dan berpengaruh besar
terhadap generasi penerusnya:

1. Kitab Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine).


Karyanya dalam bidang ilmu kedokteran. Buku yang terbagi atas 3 jilid
ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di
Eropa selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar
pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di timur. Buku ini di telah

17
diterjemahkan ke bahasa Latin. Kitab ini selain lengkap, juga disusun secara
sistematis. Dalam bidang Materia Medeica, Ibn Sina telah banyak menemukan
bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana tumbuh-tumbuhan
banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput
otak (Miningitis). Qanun merupakan Ensiklopedia pengobatan yang sangat
lengkap. Ibnu Sina tidak hanya menggabungkan pengetahuan yang telah ada tapi
juga menciptakan karya – karya orisinal yang meliputi beberapa pengobatan
umum, obat – obatan (760 macam)., penyakit – penyakit mulai dari kepala hingga
kaki, khususnya patologi (ilmu tentang penyakit) dan Farmakopeia (Farmakope).

Qanun fi al Thibb dianggap sebagai Pharmacopoeia pertama karena berisi


hasil eksperimen sistematis dan ilmu fisiologi yang terukur, deteksi sifat penyakit
menular, pengenalan karantina untuk membatasi penyebaran penyakit menular,
pemahaman berdasar bukti medis, eksperimen medis, percobaan-percobaan
klinis, percobaan acak yang terkontrol, tes kemanjuran obat, clinical
pharmacology, neuropsychiatry, psikologi fisiologis, analisis faktor resiko, dan
ide dari suatu sindrom pada diagnosa penyakit tertentu. Qanun memberikan
diagnosa ilmiah tentang Ankylostomiasis dan atribut-atribut kondisi penyakit
cacing usus. Qanun juga menunjukkan pentingnya diet, pengaruh lingkngan dan
iklim pada kesehatan dan penggunaan obat anastesi sebelum operasi

Diantara beberapa kontribusinya yang merupakan pengembangan besar


adalah identifikasinya terhadap sifat – sifat penyakit menular seperti Pththsis dan
Tuberculosis (TBC), penyebaran penyakit melalui air dan tanah, dan interaksi
antara ilmu psikologi dan kodokteran. Ibnu Sina pertama kali yang menjelaskan
tentang Meningitis (radang selaput otak) serta memberi penjelasan tentang
anatomi, ginekologi, kesehatan anak, serta menemukan perawatan untuk
Lachryma Fistula, disusul dengan penyelidikan medis terhadap saluran pembuluh
darah.Dalam Qanun, Ibnu Sina juga menerangkan tentang anatomi lidah serta
penyakit-penyakit yang sering dialami organ lidah baik secara sensorik maupun
motorik.Ibnu Sina juga merupakan dokter yang sangat berjasa menemukan
Endotracheal Intubation, sebuah prosedur medis dengan menempatkan sebuah

18
saluran (pipa) pada trakea. Proses ini dilakukan untuk membuka saluran udara
ketika memberi oksigen, pengobatan, atau pembiusan.

Hingga kini Qanun menjadi acuan para pakar untuk penyelidikan anatomi,
buku ini menjelaskan mengenai Sclera, Kornea, Koroid, Iris, Retina, Lensa, Urat
syaraf dan Optic Chiasma. Dalam mendalami anatomi, Ibnu Sina menentang
sikap praduga atau prakiraan. Dia menghimbau para pakar ilmu fisik dan ilmu
bedah untuk kembali mendasarkan pengetahuannya pada studi tentang tubuh
manusia. Dia mengamati bahwa Aorta sebenarnya terdiri dari tiga saluran yang
terbuka saat darah mengalir dari dalam jantung selama kontraksi, dan tertutup
selama relaksasi, sehingga tidak akan terjadi luapan aliran darah ke dalam
jantung. Dia juga menegaskan bahwa otot dapat digerakkan karena adanya syaraf
yang terdapat didalamnya. Demikian pula rasa sakit yang dirasakan pada bagian
otot, juga disebabkan adanya urat syaraf yang menerima rangsangan rasa sakit
tersebut. Dia juga mengadakan observasi dan menemukan ternyata didalam organ
hati, limpa dan ginjal, tidak ditemukan urat syaraf, sebab urat syaraf justru
tertanam pada lapisan luar organ – organ. Ibnu Sina adalah orang pertama yang
menemukan peredaran darah manusia, dimana 600 tahun kemudian
disempurnakan oleh William Harvey. Ia pulalah yang pertama kali mengatakan
bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat
tali pusarnya. Ia jugalah yang mula-mula mempraktekkan pembedahan penyakit-
penyakit bengkak yang ganas, dan menjahitnya. Ia juga terkenal sebagai dokter
ahli jiwa dengan cara-cara modern yang kini disebut psikoterapi.
2. Kitab Ash-Shifa’

Sebuah karya kitab dalam bidang filsafat. Kitab ini antara lain
berisikan tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya, dan karena sangat
luas cakupannya, maka bermunculan nama-nama terjemahan yang dilakukan oleh
para ahli terhadap hasil karya filsafat Ibn Sina ini. Karya ini merupakan titik
puncak filsafat paripatetik dalam Islam. Kitab ini terdiri dari 18 jilid yang
berisikan uraian tentang filsafat yang mencakup empatbagian, yaitu: ketuhanan,
fisika, matematika, dan logika. Dalam kitab ini juga ditemukan beberapa

19
pemikirannya tentang pendidikan.

3. Kitab An-Najat.

Sebuah karya kitab yang berisikan ringkasan dari kitab Ash-Shifa’, kitab ini ia


tulis untuk para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu hikmah, selain
itu buku ini juga secara lengkap membahas tentang pemikiran Ibn Sina tentang
ilmuJiwa.

4. Kitab fi Aqsami al-‘Ulumi al-‘Aqliyyah.

Sebuah karya kitab dalam bidang ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa
Arab dan masih tersimpan dalam berbagai perpustakaan di Istanbul,
penerbitannya pertama kali dilakukan di Kairo pada tahun 1910 M, sedangkan
terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih terdapat hingga sekarang.

5. Kitab Lisanu al-‘Arab.
Kitab ini merupakan hasil karyanya dalam bidang sastra Arab. Kitab ini berjumlah
mencapai 10 jilid. Menurut suatu informasi menjelaskan bahwa buku ini Ibn Sina
susun sebagai jawaban terhadap tantangan dari seorang pujangga sastra bernama
Abu Manshur al- ubba’I di hadapan Amir ‘Ala ad-Daulah di Ishfaha.

6. Kitab Al-Isharat wa al-Tanbihat, 
Sebuah karya berisikan tentang logika dan hikmah.Selain kitab-kitab tersebut
masih banyak karyanya yang berjumlah cukup besar, namun untuk mengetahui
berapa jumlah buku karya-karyanya tersebut ada dua pendapat :

a. Dari penyelidikan yang dilakukan oleh Father dari Domician di Kairo


terhadap karya-karya Ibn Sina, ia mencatat sebanyak 276 (dua ratus tujuh
puluh enam) buah.
b. Phillip K. Hitti dengan menggunakan daftar yang dibuat al-Qifti mengatakan
bahwa karya-karya tulis Ibn Sina sekitar 99 (sembilan puluh sembilan)

20
buah. Karya-karyanya ini sebagian besar dalam berbahasa Arab, tetapi ada
sebagian kecil diantaranya berbahasa Persia, seperti Danishnamah
‘Ala’i  (buku ilmu pengetahuan yang dipersembahkan kepada ‘Ala al-
Daulah). Buku ini merupakan karya filsafat pertama di Persia Modern.

Dikatakan bahwa Ibn Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa
latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Ibnu Sina membahas tentang asal
nama gunung-gunung didalam buku tersebut Ibnu Sina mengatakan,
“Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab: 

1. pertama, menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran


goncangan hebat gempa.
2. karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan
munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada
permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi
lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan
sebagian pada tempatnya. 

Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.” Karena


intelektualitas Ibn Sina yang cukup representatif pada masanya sehingga diberi
gelar Al-Shaikh Al-Rais (The Leader Among Wisemen) Hujjat Al-Haqq (The
Proof Of God) dan bapak kedokteran Islam (Amir Al-At}ibba’, The Prince Of
Physicians). Suatu predikat mulia bagi seorang intelektual profesional yang tidak
mudah diberikan kepada siapapun karena eksistensinya yang ketat
memikat.Penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan, sangat
berpengaruh terhadap pemikirannya tentang konsep pendidikan. Di samping
itu, sebenarnya yang mematangkan teori-teori pendidikannya ialah ia
mempunyai pengalaman praktis dalam pengajaran. Pandangan-pandangannya
tentang pendidikan sangat tajam dan komprehensif. Dengan kemampuannya
tersebut, maka wajar bila para pakar pendidikan Islam mengakui bahwa Ibn

21
Sina banyak memberikan saham dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan
Islam, terutama dalam pendidikan anak didik

2.4 Karya Ibnu Sina dalam bidang kesehatan


a. Al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine)
(Arab: Al-Qanun fi al-Tibb “The Law of Medicine“; Persia: Qanun “Law“; Latin:
Canon medicinae “Canon of Medicine“; China: Hui Hui Yao Fang) adalah
ensiklopedia medis Arab 14 volume yang ditulis oleh seorang ilmuwan Persia dan
dokter : Ibnu Sina / Abu Ali Sina Balkhi / Abū ‘Alī al-Ḥusayn ibn ‘Abdullah ibn Sīnā
Balkhi‘ (barat: Avicenna), dan selesai ditulis pada 1025. Buku ini ditulis dalam
bahasa Arab didasarkan pada kombinasi dari pengalaman pribadi sendiri, medis abad
Islam, tulisan-tulisan dan tentang medis kuno Arab dan Persia, dokter Sushruta dan
Charaka- India, dan dokter Galen-Roma. The canon dianggap salah satu buku yang
paling terkenal dalam sejarah medis.
Juga dikenal sebagai Qanun, yang berarti “hukum” dalam bahasa Arab dan
Persia, Canon of Medicine menjadi pedoman medis sampai abad 18 dan awal abad
ke-19. Ensiklopedi ini menjadi standar untuk medis di Eropa dan dunia Islam, dan
karya Ibnu Sina ini banyak ditulis ulang. Qanun telah banyak digunakan sebagai teks
bacaan utama di sekolah-medis di Universitas Montpellier, Perancis, sampai akhir
1650. Sebagian besar buku ini juga diterjemahkan ke dalam Cina sebagai Hui Hui
Yao Fang (‘Resep’ dari Hui Nationality) oleh orang Hui di Yuan China. The Canon
juga membentuk dasar medis Unani, bentuk pengobatan tradisional yang dilakukan di
India. Sampai saat ini, prinsip-prinsip medis yang telah didiskripsikan oleh dia
sepuluh abad lalu dalam buku ini masih diajarkan di UCLA dan Universitas Yale,
antara lain, sebagai bagian dari sejarah medis.
Canon dianggap sebagai pharmacopoeia pertama karena berisi hasil eksperimen
sistematis dan ilmu fisiologi yang ter-ukur, deteksi sifat penyakit menular, pengenalan
karantina untuk membatasi penyebaran penyakit menular, pemahaman berdasarkan
bukti medis, eksperimen medis, percobaan-percobaan klinis, percobaan acak yang
terkontrol, tes kemanjuran obat, clinical pharmacology, neuropsychiatry, psikologi

22
fisiologis, analisis faktor risiko, dan ide dari suatu sindrom pada diagnosa penyakit
tertentu.
George Sarton, ayah dari sejarah ilmu pengetahuan, menulis dalam Pengantar
Ilmu Sejarah: “Salah satu yang paling terkenal dari eksponen universalisme Muslim
dan tokoh terkenal dalam ilmu pengetahuan di dunia Islam adalah Ibnu Sina, yang
dikenal di Barat sebagai Avicenna (981-1037). Beliau terkenal sebagai salah satu
pemikir cendekiawan yang paling besar dalam sejarah medis dunia. Kegiatan
medisnya yang penting dibukukan dalam Qanun (Canon) dan pada sebuah risalah
tentang pengobatan penyakit jantung. The ‘Qanun fi-l-Tibb’ merupakan encyclopedia
medis yang sangat besar dan lengkap pada jaman itu. Berisi beberapa hal yang
memperjelas pemikiran tentang perbedaan mediastinitis dari pleurisy, penularan
alamiah phthisis (tuberculosis paru), penyebaran penyakit melalui air dan tanah,
deskripsi kehati-hatian dalam penanganan masalah kulit, penyakit seksual dan sifat
abnormal, dan penyakit ringan pada saraf.”

b. Tinjauan

Buku ini menjelaskan penyebab penyakit dan kesehatan. Ibnu Sina percaya
bahwa tubuh manusia (yang sakit) tidak dapat kembali sehat (seperti sediakala)
kecuali penyebab penyakit dan faktor-faktor yang membuat sehat lagi ditentukan.
Qanun memberikan diagnosa yang ilmiah tentang ankylostomiasis dan atribut-atribut
kondisi penyakit cacing usus. Qanun juga menunjukkan pentingnya diet, pengaruh
lingkungan dan iklim pada kesehatan, dan penggunaan obat anastesi (bius) sebelum
operasi. Ibnu Sina menyarankan pada dokter ahli bedah untuk merawat kanker pada
tahap awal, dan memastikan penghapusan semua jaringan yang sakit. Materi medis
The Qanun mempertimbangkan penggunaan 800 obat yang sudah di-uji coba, dengan
komentar-komentar berkaitan dengan aplikasi dan efektivitasnya. Dia
merekomendasikan pengujian obat yang baru pada hewan dan manusia sebelum
digunakan untuk keperluan umum.

Salinan paling awal Canon of Medicine bertahun 1052 menjadi koleksi Aga
Khan dan rencananya akan disimpan di Museum Aga Khan yang akan dibangun di
Toronto, Ontario, Kanada.

c. Pengaruh di Eropa

23
Qanun teks bahasa Arab telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai
Canon medicinae oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12 dan ke dalam bahasa
Ibrani pada 1279. Canon selanjutnya menjadi panduan utama ilmu kedokteran di
Barat. Buku ini merupakan ensiklopedi lengkap, susunannya sistematis dan
perencanaan pekerjaan yang akan dilakukan menjadi keunggulan buku ini dalam
literatur medis Eropa. Sehingga, menggantikan karya Galen dan menjadi buku teks
medis utama untuk pendidikan di sekolah-sekolah Eropa misal pada sekolah
kedokteran di Montpellier dan Leuven (setidaknya sampai akhir 1650). Arnold C.
Klebs menjelaskan tentang buku ini sabagai: “sebuah fenomena intelektual terpenting
sepanjang masa.” Dr William Osler mengatakan Qanun adalah “sebuah kitab suci
medis untuk waktu yang sangat lama dibanding hasil karya lainnya”. Buku pertama
dari tiga buku Canon (Latin) dicetak pada 1472, dan edisi lengkapnya diselesaikan
pada 1473. Edisi bahasa Ibrani pertama diterbitkan pada 1491 dan satu-satunya yang
diproduksi pada abad ke 15. Dalam 30 tahun terakhir pada abad 15 telah dicetak 15
edisi dalam bahasa latin.Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian terjemahan ke
dalam bahasa Inggris dilakukan.

d. Pokok Bahasan Buku


 Eksperimental obat

The Canon of Medicine adalah buku pertama yang berhubungan dengan obat-
obatan berdasarkan bukti, percobaan obat-obatan, tes klinis, percobaan acak
terkontrol, tes kemanjuran, analisis faktor risiko, dan gagasan dari sindrom
pada diagnosa penyakit tertentu. Menurut Toby Huff dan A.C. Crombie,
Canon berisi “satu set aturan yang didasarkan pada percobaan untuk menguji
dan menggunakan obat-obatan” yang merupakan “sebuah panduan yang teliti
untuk praktek eksperimen” dalam proses “menemukan dan membuktikan
efektivitas substansi medis.”

 Clinical pharmacology (farmakologi klinis)

Penekanan The Canon pada obat-obatan yang diuji adalah untuk meletakkan
landasan pendekatan eksperimental secara pharmacology. The Canon
menurunkan aturan dan prinsip-prinsip untuk menguji efektivitas obat-obatan

24
dan obat baru (yang masih membentuk dasar dari klinis pharmacology
modern dan percobaan klinis sampai saat ini): Obat harus bebas dari kualitas
asing yang bersifat ‘kebetulan’.Obat harus dapat digunakan dengan mudah,
bukan merupakan campuran (dengan substansi yang tidak jelas), apalagi
mendatangkan penyakit. Obat-obatan harus diuji dengan dua tipe yang
bertentangan dari penyakit-penyakit, karena kadang-kadang sebuah obat bisa
mengobati satu penyakit karena kualitas esensi dan kadang pula karena faktor
kebetulan. (terjemahan no 3 ini tampaknya masih perlu koreksi). Kualitas
obat harus sesuai dengan kekuatan penyakit. Saat tindakan harus diperhatikan,
agar pemahaman antara esensi dan faktor kebetulan tidak tercampur. Efek
obat harus dilihat atau terus dipantau pada banyak kasus, sebab jika efek obat
tidak terjadi, itu bisa jadi merupakan suatu kebetulan. Eksperimentasi harus
dilakukan pada tubuh manusia, untuk menguji sebuah obat pada singa atau
kuda mungkin tidak membuktikan apa-apa berkaitan dengan efeknya pada
manusia. Canon memuat sebanyak 800 obat yang sudah diuji, termasuk
tanaman dan zat mineral, dengan komentar-komentar pada aplikasi dan
efektifitasnya. Untuk masing-masing, ia jelaskan tindakan-tindakan farmasi
dari berbagai kemungkinan dari sebuah range yang memuat 22 kemungkinan
(termasuk resolusi, astringency dan kelemahan), dan properti khusus dengan
sebuah grid bagi 11 jenis penyakit.

 logika induktif

Ibnu Sina sering bersandar pada pemikiran deduktif dalam “The Book of
Healing” dan tulisan-tulisan tentang logika pada filsafat Islam, tetapi ia
menggunakan pendekatan yang berbeda dalam The Canon of Medicine. Teks
ini memberikan kontribusi untuk pengembangan logika induktif, yang
digunakan untuk mengembangkan ide dari sindrom untuk mendiagnosa
penyakit tertentu. The Canon of Medicine adalah buku pertama yang
menjelaskan metode kesepakatan, variasi perbedaan dan kesamaan yang
sangat penting untuk logika induktif dan metode ilmiah.

 Ilmu-ilmu farmasi

25
Buku ini memberikan kontribusi kepada ilmu farmasi termasuk pengenalan
eksperimentasi sistematis dan perhitungan ke dalam pharmacology dan ilmu
fisiologi. Pengenalan percobaan obat-obatan, obat-obatan berdasarkan bukti,
percobaan klinis, tes acak terkontrol, tes kemanjuran dan pharmacology klinis,
penjelasan yang teliti tentang masalah kulit, penyakit menular seksual,
perbuatan yang abnormal dan penyakit saraf, dan penemuan penyembuhan
dengan merkuri selain racun yang ditimbulkannya; selain itu: penggunaan es
untuk merawat demam, dan pemisahan antara obat medis dengan obat
pharmacology. Semua ini adalah hal yang penting untuk perkembangan ilmu
farmasi.

 Pharmacotherapy

Ibnu Sina menulis risalah suplemen terpisah yang didedikasikan untuk


pharmacotherapy yang disebut Hindiba, sebuah obat kompleks. Ia
menyarankan untuk menggunakan obat ini untuk pengobatan kanker dan
tumor lainnya, juga dapat digunakan untuk merawat neoplastic disorders. Dia
memberikan rincian tentang peralatan obat dan penggunaannya, dan kemudian
memberikan instruksi persiapannya sebagai obat.

 Farmasi

Canon menjelaskan tidak kurang dari 700 persiapan pengobatan, peralatannya,


modus tindakan pada indikasinya. Dia mengkhususkan berdasar fakta suatu
jumah volume/takaran untuk obat-obatan sederhana dan kompleks dalam The
Canon of Medicine. Ini banyak berasal dari berbagai sumber-sumber tulisan
Arab, Yunani dan India, dan juga berisi beberapa obat yang diimpor dari Cina;
tentunya banyak juga yang merupakan kontibusi asli Ibnu Sina sendiri.
Menggunakan keahlian sendiri, dia sering mengkritisi penjelasan yang
diberikan oleh penulis sebelumnya dan merevisinya.

 Anatomy and Physiology

Kontribusi Canon pada fisiologi meliputi pengenalan eksperimentasi sistematis


dan penghitungan pada ilmu fisiologi. Tulisan-tulisan tentang anatomi di
Canon tersebar di seluruh teks dalam bagian mengenai penyakit yang

26
berkaitan dengan bagian tubuh tertentu. Canon menyertakan berbagai diskusi
tentang anatomi dan diagram pada beberapa bagian tubuh, termasuk diagram
pertama yang berhubungan dengan jahitan pada tengkorak.

 Tekanan darah

Ibnu Sina mendedikasikan sebuah bab dari Canon untuk tekanan darah. Dia
mampu menemukan penyebab bleeding (pendarahan) dan haemorrhage, dan
menemukan bahwa pendarahan dapat dipaksa oleh tekanan darah tinggi karena
tingkat kolesterol yang tinggi dalam darah. Hal ini menyebabkan dia
menyelidiki metode mengendalikan tekanan darah.

 Neuroanatomy dan neurophysiology

Ibnu Sina menemukan the cerebellar vermis yang dinamakannya “vermis” dan
the caudate nucleus yang dinamakannya “tailed nucleus” atau “nucleus
caudatus”. Istilah tersebut masih digunakan dalam neuroanatomy modern dan
neurophysiology. Canon yang juga merupakan teks awal yang mencatat
bahwa disfungsi intelektual sebagian besar disebabkan oleh defisit pada
ventrikel tengah otak.

 Ophthalmology

Kontribusi Canon pada Ophthalmology di abad Islam meliputi penjelasan


mengenai fisiologi pergerakan mata, yang merupakan informasi bentuk dasar
bagi Ophthalmology modern. Dia juga memberikan informasi bermanfaat pada
saraf optik, irisan mata, pusat mata dan paralyses (hilangnya fungsi otot) pada
pinggiran wajah.

 Pulsology dan sphygmology

Canon memelopori pendekatan modern untuk memeriksa nadi melalui


pemeriksaan di pergelangan tangan, hal yang masih dilakukan di jaman
modern. Alasan memilih pergelangan tangan sebagai lokasi yang ideal adalah
karena denyut telah tersedia dengan mudah dan pasien tidak perlu harus
memperlihatkan tubuh tertutupnya. Terjemahan Canon dalam bahasa Latin
juga meletakkan landasan untuk penemuan sphygmograph di kemudian hari

27
Ibnu Sina menulis risalah tambahan pada diagnosa penyakit yang hanya
dengan menggunakan metode merasakan dan mengamati pulse pernafasan.
Dia mampu menemukan gejala penyakit tertentu hanya dengan mengamati
pulse pasien.

 Etiologi dan Pathology

Dalam etiologi dan patologi, Canon yang menggambarkan sifat menular


penyakit yang bisa menimbulkan infeksi seperti phthisis dan TBC. Penyebaran
penyakit oleh air dan tanah, dan adanya penyakit seksual. The Canon
memberikan pemahaman penuh pada patologi penyakit menular. Meningitis
juga pertama kali dijelaskan dalam The Canon of Medicine, selain itu juga
dijelaskan pertama kali pengobatan untuk kanker. Buku ini juga menjelaskan
tentan penyakit dari parasit Ascaris, Enterobius, tapeworms, dan cacing
Guinea. Sejak keberadaan buku Canon, rumah sakit Bimaristan dibuat
dengan ruangan yang terpisah-pisah untuk penyakit tertentu, sehingga orang-
orang dengan penyakit menular dapat dijauhkan dari pasien lain yang tidak
mempunyai penyakit menular.

 Terapi Kanker

Dalam pengobatan kanker, Canon yang mengakui bahwa kanker adalah tumor
juga. Dia mencatat bahwa “tumor kanker yang progresif ukurannya semakin
membesar, yang menyebar dan merusak dengan cara menyusup di antara
elemen jaringan.” Dia juga mempelopori pengobatan untuk kanker. Ia
menemukan satu metode yang dikenal sebagi Hindiba, sebuah obat herbal
kompleks dari Ibnu al-Baitar yang kemudian diidentifikasi sebagai properti
“anticancer”. Setelah mengakui fungsinya dalam pengobatan neoplastic
disorders, Hindiba telah dipatenkan pada tahun 1997 oleh Nil Sari, Hanzade
Doğan, dan John K. Snyder. Cara lain untuk merawat kanker yang dijelaskan
di Canon adalah perawatan bedah. Ia menyatakan bahwa pengangkatan harus
radikal dan semua jaringan yang sakit harus dihapus, termasuk perlakuan
amputasi atau penghapusan pembuluh darah yang menuju langsung ke tumor.
Dia juga merekomendasikan penggunaan cauterization (pembakaran) untuk
membunuh kuman di daerah yang dirawat (jika itu diperlukan).Canon pertama

28
kali menjelaskan gejala kanker esophageal dan pertama kali juga merujuk hal
itu sebagai “kanker di kerongkongan.”

 Hepatology

Perubahan yang dilakukan Canon mencakup ilmu hepatology (berhubungan


dengan hepatitis), termasuk pengantar baru untuk metode pengobatan
hepatitis.

 Karantina

Canon memperkenalkan karantina sebagai sarana untuk membatasi


penyebaran penyakit menular.

 Neurosciences dan Psikologi

Dalam psikologi dan neurosciences Islam, Canon mencatat hubungan antara


emosi dan kondisi fisik, dan Ibnu Sina merasa bahwa musik pasti memiliki
efek fisik dan psikis pada pasien.

 Psikologi dan psychotherapy klinis

Ibnu Sina sering menggunakan metode psikologi untuk merawat pasien. Salah
satu studi kasus adalah ketika seorang pangeran Persia menderita melancholia
dan memiliki khayalan bahwa ia adalah sapi minta disembelih dan tidak mau
makan apapun. Ibnu Sina dalam kasus ini memberikan pesan yang dikirimkan
kepada pasien bahwa ia bersedia dengan senang hati menjadi tukang daging
yang akan datang untuk membantai si pasien. Saat Ibn Sina mendekati
pangeran dengan pisau di tangannya, ia bertanya kepada si pasien; “di mana
sapinya sehingga aku dapat menyembelihnya.” Pasien itu kemudian bertingkah
seperti sapi untuk menunjukkan di mana dia berada. Kemudian Ibnu Sina
berkata: “Sebelum dibantai, pasien harus diletakkan di atas tanah untuk
memudahkan penyembelihan.” Lalu si pasien mendekati Ibnu Sina dan
meletakkan dirinya di tanah seakan siap untuk dibantai. Setelah melihat si

29
pasien, Ibnu Sina berkata, “oh sapi yang terlalu kurus dan tidak siap untuk
dibunuh. Dia harus diberi makan dengan benar dan saya akan
menyembelihnya ketika ia sudah menjadi sehat dan gemuk.” Pasien itu
kemudian mau makan makanan yang dihidangkan kepadanya, dan itu
dilakukan setiap hari hingga tubuhnya secara bertahap sehat kembali dan
khayalannya hilang dengan sendirinya sehingga si pasien menjadi sembuh
sepenuhnya.

 Neurology dan neuropathology

Buku ini berkontribusi dalam ilmu neurology dan neuropathology termasuk


diagnosa pada facial nerve paralysis, pembedaan brain paralysis and
hyperaemia, dan yang paling penting adalah penemuan meningitis.

 Neuropsychiatry dan neuropsychology

Canon merupakan perintis dalam teks neuropsychiatry dan neuropsychology.


Buku ini menggambarkan kondisi neuropsychiatric pada halusinasi, insomnia,
mania, mimpi buruk, melancholia, dimensia, epilepsi, paralysis, stroke, vertigo
dan tremor (tubuh bergetar). Tiga bab dari buku The Canon of Medicine
didedikasikan untuk neuropsychiatry. Buku ini mendefinisikan ‘gila’ atau
kegilaan (Junun) sebagai suatu kondisi mental di mana realitas digantikan oleh
fantasi, dan menemukan bahwa ini adalah kekacauan yang berasal dari bagian
tengah otak. Ia juga menjelaskan kondisi yang menyerupai skizofrenia yang
disebut sebagai Junun Mufrit (kegilaan parah), ini jelas berbeda dengan
bentuk lain kegilaan seperti maniak, rabies, dan manic depressive psychosis.
Penulis mengamati bahwa pasien penderita skizofrenia menunjukkan tanda
agitasi (gejolak), behavioural dan gangguan tidur, dan tidak memberikan
jawaban sesuai pertanyaan. Buku ini menyatakan bahwa pasien harus
dikendalikan, untuk menghindari kerugian bagi dirinya sendiri dan orang
lain.Sebuah bab dari Canon juga didedikasikan untuk Maniak dan rabies.

30
Maniak dijelaskan sebagai kegilaan yang bengis, dicirikan oleh kegilaan cepat
dan peredaan cepat pula, dengan gejolak dan sifat lekas marah. Rabies
dijelaskan sebagai jenis maniak.

 Psikoanalisa

The Canon of Medicine memperluas teori temperamen untuk menjaring


“aspek-aspek emosional, kapasitas mental, sikap moral, kesadaran diri sendiri,
pergerakan tubuh dan mimpi.” Hasil karya ini mungkin bisa dianggap sebagai
“pelopor psikoanalisa abad keduapuluh.”[ CITATION Pis09 \l 1033 ]

2.5 Hubungan 3 cabang filsafat dalam karya Ibnu Sina dibidang kesehatan
1. Pengertian ontologi
Ontologi memiliki pengertian yang berbeda-beda, defiisi ontology
berdasarkan bahasa berasal dari bahasa Yunani, yaitu On (Ontos) merupakan
ada dan logos merupakan ilmu sehingga ontology merupakan ilmu yang
mengenai yang ada. Ontologi menurut istilah merupakan ilmu yang membahas
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani abstrak (Bakhtiar 2004). Ontologi dalam
definisi Aristoteles merupakan pembahasan mengenai hal ada sebagai hal ada
(hal ada sebagai demikian) mengalami perubahan yang dalam, sehubungan
dengan objeknya (Gie 1997). Ontologi dalam pandangan Th Liang Gie
merupakan bagian dari fisafat dasar yang mengungkapkan makna dari sebuah
eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan persoalan (Gie 1997):
 Apakah artinya ada, hal ada?
 Apakah golongan-golongan dari hal ada?
 Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?
 Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entilas dari kategori-kategori
logis yang berlainan (misalnya objek-objekfiis, pengertian universal,
abstraksi, dan bilangan) dapat dikatakan ada?.

Ontologi filsafat di dalam salah satu karya Ibnu Sina yaitu kitab Qanun fi
al-Tibb menemukan tentang keberadaan kanker yang juga merupakan tumor.
Ibnu Sina mencatat bahwa “tumor kanker yang progresif ukurannya semakin

31
membesar, yang menyebar dan merusak dengan cara menyusup di antara
elemen jaringan.”

2. Pengertian epistemology
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan
“logos”.“Episteme” pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan
demikian, epistomologi secara etimologis berarti teori pengetahuan (Rizal 2001:
16). Epistomologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana
sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Epistemologi adalah bagian
fisafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana
memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah
model fisafat. Dengan pengertian ini, epistemology tentu saja menentukan
karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal yang
dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Dengan demikian, defiisi epistemology adalah suatu cabang dari fisafat
yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan fondasi, alat, tolok
ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan
manusia. Pokok bahasan epistemology dengan memerhatikan definisi
epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemology
ialah ilmu, makrifat, dan pengetahuan.
Epistemology filsafat di dalam kitab Qanun fi al-Tibb yang menerangkan
satu metode untk mengobati kanker yang dikenal sebagi Hindiba, sebuah obat
herbal kompleks dari Ibnu al-Baitar yang kemudian diidentifikasi sebagai
properti “anticancer”.Setelah mengakui fungsinya dalam pengobatan neoplastic
disorders, Hindiba telah dipatenkan pada tahun 1997 oleh Nil Sari, Hanzade
Dogan, dan John K. Snyder. Cara lain untuk merawat kanker yang dijelaskan di
Canon adalah perawatan bedah. Ia menyatakan bahwa pengangkatan harus
radikal dan semua jaringan yang sakit harus dihapus, termasuk perlakuan
amputasi atau penghapusan pembuluh darah yang menuju langsung ke tumor.
Dia juga merekomendasikan penggunaan cauterization (pembakaran) untuk
membunuh kuman di daerah yang dirawat (jika itu diperlukan).

3. Pengertian Aksiologi

32
Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam
bahasa Yunani artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,
dapat diambil kesimpulan bahwa aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai’.
Mengutip pada Jujun. S Suriasumantri, aksiologi berarti teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam
encyclopedia of philosophy, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan
‘value’ dan valuation. Dalam hal ini nilai dianggap sebagai nilai member nilai
dan dinilai. Richard Laningan sebagaimana dikutip Efen dimengatakan bahwa
aksiologi yang merupakan kategori keempat dalam dilsadar merupakan studi
etika dan estetika. Hal ini berarti bahwa aksiologi berfokus pada kajian terhadap
nilai-nilai manusiawi serta bagaimana cara mengekspresikannya.
Aksiologi filsafat dalam karya Ibnu Sina yang tertuang dalamkitab Qanun
fi al-Tibbsalah satu isinya mengenai terapi kanker dengan metode hindiba,
perawatan bedah, perlakuan amputasi atau penghapusan pembuluh darah yang
menuju langsung ke tumor, dan penggunaan cauterization (pembakaran) untuk
membunuh kuman di daerah yang dirawat. Sampai saat ini cara – cara tersebut
masih digunakan dalam pengobatan kanker.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ibnu Sina adalah seorang ahli multi kompleks di dalam berbagai Ilmu
Pengetahuan.karena serba lengkap keahliannya itu, orang menamakannya “ensiklopedi
hidup” yang melengkapi segala ilmu. Sebut saja keahliannya; sebagai dokter, negarawan,
filosof, pengarang, politikus, dan banyak lagi yang lain.
Keahliannya dalam ilmu kedokteran dikagumi di seluruh dunia, baik mengenai
prakteknya apalagi dilapangan teori yang tetap hidup berabad-abad lamanya. Dia diakui
sebagai dokter kaliber Internasional, yang ajarannya dianut lebih dari 5 abad lamanya
oleh ahli kedoteran barat khususnya, melebihi lamanya dari para Dokter kaliber
Internasional yang mendahuluinya, seperti Galenius dan Hipocrates  dari Yunani.
Ibnu Sina juga orang yang paling produktif dalam mengarang buku. Ia mulai
mengarang buku ketika berusia 21 tahun sampai dengan akhir hayatnya. Jumlah
karangannya para ahli berbeda pendapat, namun yang paling dipercaya berjumlah  276
buah
. Pantas kita tauladani meskipun Ibnu Sina orang yang sangat sibuk dengan
pekerjaannya sehari-hari baik sebagai dokter, Guru Besar, politikus, negarawan, ia selalau
menyediakan  waktu untuk membaca dan mengarang.

3.2 Saran

Makalah yang memuat pembahasan tentang Filsafat Ibn Sina ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan. Maka kami membutuhkan kritik dan saran atas kesempurnaan makalah ini
di masa yang akan datang. Makalah ini hanyalah sebatas tugas mata kuliah akan tetapi,
insya Allah dibalik semua ini ada manfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi
semua pembaca. Oleh karena itu, apa yang kami kutip dari berbagai literature buku,dan

34
referensi lain, kemungkinan besar masih belum sempurna apabila ditinjau dari cara
mengambil pemahamannya. Maka litertaur yang lain, sangatlah membantu untuk
peningkatan makalah pada tugas yang akan datang.

Daftar Pustaka

Anniz. (2013, Juli 14). IBNU SINA (AVICENNA). Dipetik November 25, 2017, dari
chaniezious.wordpress.com: https://chaniezious.wordpress.com/2013/07/14/ibnu-sina-avicenna/

Karya-karya Ibnu Sina. (2016, Agustus 25). Dipetik November 25, 2017, dari
www.jejakpendidikan.com: http://www.jejakpendidikan.com/2016/08/karya-karya-ibnu-sina.html

Sautri, M. (2017, Juni 16). Ibnu Sina, Filsuf & Dokter Islam Ternama yang Dianggap Ateis. Dipetik
November 23, 2017, dari tirto.id: https://tirto.id/ibnu-sina-filsuf-amp-dokter-islam-ternama-yang-
dianggap-ateis-cqPp

Sriwijaya, P. (t.thn.). Ibnu Sina dan ‘Kitab Suci’ Kesehatan. Dipetik November 25, 2017, dari
putrasriwijaya.wordpress.com: https://putrasriwijaya.wordpress.com/2010/06/25/ibnu-sina-dan-
kitab-suci-kesehatan/

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.

Watoni, N. (t.thn.). Dipetik November 2017, dari


http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm

Yusuf, R. (2012, Mei 29). Pengaruh Ibnu Sina di Dunia Barat dan Timur. Dipetik November 2017, dari
ikienovember.blogspot.co.id: http://ikienovember.blogspot.co.id/2012/05/pengaruh-ibnu-sina-di-
dunia-barat-dan.html

Waltoni, N., t.thn. Filsafat Ibnu Sina. [Online]

Kipas, P. (2009, juni 3). The Canon of Medicine, karya Ibnu Sina. Retrieved november 24, 2017, from
Pisang Kipas Web Site: https://pisangkipas.wordpress.com/2009/06/03/the-canon-of-medicine-karya-
ibnu-sina-2/s

35

Anda mungkin juga menyukai