Tugas Iut
Tugas Iut
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan digital.
Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu
di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri,
pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut
miring.
Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak
adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya
keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring
"direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Pada gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik
dan rambu dipegang pada titik tertentu. Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga
tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah. Sudut vertikalnya ( sudut kemiringan ) terbaca sebesar a.
Perhatikan bahwa dalam pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang
diduduki ( bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar ). Metode tachymetri itu paling bermanfaat
dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau
planset.
Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak
digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detailyang bentuknya
tidak beraturan. Untuk dapat memetakan dengan cara ini diperlukan alat yangdapat mengukur arah dan
sekaligus mengukur jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM (Boussole Tranche Montage). Pada alat-alat
tersebut arah-arah garis di lapangan diukur dengan jarum kompas sedangkan untuk jarak digunakan benang
silang diafragma pengukur jarak yangterdapat pada teropongnya. Salah satu theodolite kompas yang banyak
digunakan misalnyatheodolite WILD TO. Tergantung dengan jaraknya, dengan cara ini titik-titik detail dapat
diukurdari titik kerangka dasar atau dari titik-titik penolong yang diikatkan pada titik kerangka dasar
Di wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat dari pada
pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat. Tachymetri "diagram' lainnya pada dasarnya
bekerja atas bekerja atas prinsip yang, sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis stadia
yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis horizontal tetap pada sebuah diafragma
dan garis horizontal lainnya pada diafragma keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas dasar perubahan
sudut vertikal. Kebanyakan alidade planset memakai suatu jenis prosedur reduksi tachymetri.
1. Tujuan pengukuran titi-titik detail metode tachimetri
“Metode Stadia” yang disebut “Tachymetri”di Eropa, adalah cara yang cepat dan efisien dalam
mengukur jarak yang cukup teliti untuk sipat datar trigonometri,beberapa poligon dan
penentuan lokasi detail-detail fotografi. Lebih lanjut, di dalam metode ini cukup dibentuk r
egu 2 atau 3orang, sedangkan pada pengukuran dengan transit dan pita biasanya diperlukan3 atau 4
orang.Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan panjang yang asal-mulanya diterapkan dalam
pengukuran jarak-jarak untuk pertandingan atletik – dari sinilah muncul kata “stadium
(stadio) ” dalam pengertian modern. Kata ini menyatakan600 satuan Yunani (sama dengan
“feet”),atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika sekarang.Istilah stadia sekarang dipakai untuk
benang s i l a n g d a n r a m b u y a n g d i p a k a i d a l a m pengukuran, maupun metodenya
sendiri.Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukandengan transit, theodolite, alidade dan alatsipat
datar.Peralatan stasiun kota yang baru,menggabungkan theodolite, EDM, dankemampuan mencatat-
menghitung hinggareduksi jarak lereng secara otomatis dansudut vertikal. Yang dihasilkan
adalahpembacaan jarak horizontal dan selisihelevasi, bahkan koordinat. Jadi peralatanbaru tadi dapat
memperkecil regu lapangandan mengambil alih banyak proyektachymetri. Namun demikian,
prinsippengukuran tachymetri dan metodenyamemberikan konsepsi-konsepsi dasar dansangat
mungkin dipakai terus menerus.
3. Pengenalan Tachymetri
Pengukuran titik-titik detail dengan metodeTachymetri ini adalah cara yang palingbanyak
digunakan dalam praktek, terutamauntuk pemetaan daerah yang luas danuntuk detail-detail yang
bentuknya tidakberaturan. Untuk dapat memetakan dengancara ini diperlukan alat yang
dapatmengukur arah dan sekaligus mengukur jarak, yaitu Teodolite Kompas atau
BTM(Boussole Tranche Montage). Pada alat-alat tersebut arah-arah garis di lapangandiukur dengan
jarum kompas sedangkanuntuk jarak digunakan benang silangdiafragma pengukur jarak yang
terdapatpada teropongnya. Salah satu theodolitekompas yang banyak digunakan misalnyatheodolite
WILD TO.Tergantung dengan jaraknya, dengan caraini titik-titik detail dapat diukur dari
titikkerangka dasar atau dari titik-titik penolongyang diikatkan pada titik kerangka dasar.
4. Pengukuran tachymetri untuktitik bidik horizontal
Metode tachymetri didasarkan pada prinsipbahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisiyang sepihak
adalah sebanding. Padagambar 321, yang menggambarkanteropong pumpunan-luar, berkas sinar
darititik A dan B melewati pusat lensamembentuk sepasang segitiga sebangunAmB dan amb.
Dimana ; AB = R adalahperpotongan rambu internal stadia dan abadalah selang antara benang-
benangstadia.Simbol-simbol baku yang dipakai dalampengukuran tachymetri :
f = jarak pumpun lensa (sebuah tatapan untuk gabungan lensa objektif tertentu). Dapat ditentukan
dengan pumpunan pada objek yang jauh dan mengukur jarak antara pusat lensa objektif
(sebenarnya adalah titik simpul dengan diafragma), (jarakpumpun =focal length ).
f 1= jarak bayangan atau jarak dari pusat(titik simpul) lensa obyektif ke bidangbenang silang
sewaktu teropongterpumpun pada suatu titik tertentu.
F 2 = jarak obyek atau jarak dari pusat (titiksimpul) dengan titik tertentu sewaktuteropong terpumpun
pada suatu titikitu. Bila f2 tak terhingga atau amatbesar, maka f1= f.
i. = selang antara benang – benangStadia.
f/i .= faktor penggali, biasanya 100 (stadiainterval factor).
c = jarak dari pusat instrumen (sumbu I)ke pusat lensa obyektif.
C = c + f. C disebut tetapan stadia,walaupun sedikit berubah karena c
d.= jarak dari titik pumpun di depanteropong ke rambu.
D = C + d = jarak dari pusat instrumen kepermukaan rambuDari gambar 321, didapat :
f d =i R
atau d = R
i f dan D = R
i f + CBenang-benang silang jarak optis tetappada transit, theodolite, alat sipat datar
dandengan cermat diatur letaknya oleh pabrikinstrumennya agar faktor pengali f/i. Samadengan 100.
Tetapan stadia C berkisar darikira-kira 0,75 sampai 1,25 ft untuk teropong-teropong pumpunan luar
yang berbeda,tetapi biasanya dianggap sama dengan 1 ft.Satu-satunya variabel di ruas
kananpersamaan adalah R yaitu perpotongan Radalah 4,27 ft, jarak dariinstrumen
kerambu adalah 427 + 1 = 428 ft.Yang telah dijelaskan adalah teropongpumpunan luar jenis lama,
karena dengangambar sederhana dapat ditunjukkanhubungan-hubungan yang benar. Lensaobyektif
teropong pumpunan dalam (jenisyang dipakai sekarang pada instrumen ukurtanah) mempunyai
kedudukan terpasangtetap sedangkan lensa pumpunan negatifdapat digerakkan antara lensa obyektif
danbidang benang silang untuk mengubah arahberkas sinar. Hasilnya, tetapan stadiamenjadi
demikian kecil sehingga dapatdianggap nol.Benang stadia yang menghilang duludipakai pada
beberapa instrumen lamauntuk menghindari kekacauan denganbenang tengah horizontal. Diafragma
darikaca yang modern dibuat dengan garis-garis stadia pendek dan benang tenagayang penuh
(gambar 2) memberikan hasilyang sama secara lebih berhasil guna.Faktor pengali harus ditentukan
padapertama kali instrumen yang dipakai,walaupun harga tepatnya dari pabrik yangditempel di
sebelah dalam kotak pembawatak akan berubah kecuali benang silang,diafragma, atau lensa-lensa
diganti ataudiatur pada model-model lama.Untuk menentukan faktor pengali,perpotongan rambu R
dibaca untuk bidikanhorizontal berjarak diketahui sebesar D.
Kemudian, pada bentuk lain persamaanfaktor pengali adalah f/i.= (D-C)/R.Sebagai
contoh:Pada jarak 300,0 ft interval rambu terbaca3,01. Harga-harga untuk f dan c terukursebesar 0,65
dan 0,45 ft berturut-turut;karenanya, C =1,1 ft. Kemudian f/i. =(300,0 –1,1)/3,01 = 99,3.
Ketelitian dalammenentukan f/i. Meningkat denganmengambil harga pukul rata dari
beberapagaris yang jarak terukurnya berkisar dari 100–500 ft dengan kenaikan tiap kali 100 ft.
6. Pengukuran tachymetri untukbidikan miring
Menutut (Wongsotjitro, 1980), beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga
cara yaitu: Barometris, Trigonometris dan pengukuran menyipat datar. Ketiga metode tersebut
mempunyai ketelitian yang berbeda-beda. Hasil ketelitian terbesar adalah dengan cara pengukuran
menyipat datar dan ketelitian terkecil adalah metode Barometer. Metode trigonometris adalah
suatu proses penentuan beda tinggi dari titik-titik pengamatan dengan cara mengukur sudut miring
atau sudut vertikalnya dengan jarak yang diketahui, baik jarak dalam bidang datar maupun jarak
geodetis (Basuki, 2006). Pengukuran sudut vertikal atau kemiringan dapat menggunakan
Prinsip-prinsip yang digunakan pada pengukuran lingkup ukur tanah yaitu jarak antar titik
yang akan ditentukan beda tingginya tidak terlalu jauh, sehingga pengaruh kelengkungan bumi
dan refraksi dapat diabaikan atau diadakan koreksi linier dalam perhitungannya. Berbeda dengan
lingkup geodesi, pengukuran beda tinggi titik pengukurannya relatif jauh sehingga harus
memperhatikan kelengkungan bumi. Prinsip-prinsip umum bidang datar tidak dapat diterapkan
pada pengukuran beda tinggi ini. Nilai sudut vertikal dan horizontal harus dikoreksi dengan
menggunakan dua titik yang terletak dalam segaris lurus dengan obyek. Metode trigonometri
segitiga menggunakan dua titik pengukuran yang membentuk sudut dan membentuk segitiga
dengan obyek pengamatan. Kedua cara tersebut menggunakan prinsip atau sifat segitiga.