Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSES PRODUKSI BISKUIT ROMA KELAPA

PT. MAYORA INDAH TBK

Dosen Pengampu : Indah Respati Kusumasari,S.Sos,M.Si

Disusun Oleh :

1. Andan Pusposeruni (21990000059)


2. Isnur Fadhilah (21990000056)
3. Wanti Amiliana (21990000060)
4.Widya Nur Suryanti (21990000061)

KELOMPOK 2
MANAJEMEN PRODUKTIVITAS (A)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidang pangan merupakan bidang yang paling berpengaruh dalam


kelangsungan hidup manusia. Berbagai macam produk makanan tersedia di
masyarakat, tak terkecuali produk makanan biskuit. Produk makanan biskuit
merupakan produk makanan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, mulai dari
anak-anak hingga lansia. Oleh karena itu, produk makanan biskuit memiliki banyak
peminat. Kebutuhan pangan diproduksi oleh suatu perusahaan. Berdasarkan jenis
outputnya, perusahaan dibedakan menjadi dua, yakni perusahaan jasa dan
manufaktur. Perusahaan yang memproduksi kebutuhan pangan yakni perusahaan
manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur, terdapat tiga komponen utama dalam
memproduksi suatu barang sebagai outputnya. Tiga komponen utama itu yakni
input, proses produksi, dan output yang dihasilkan. Ketiga komponen tersebut juga
ada dalam proses produksi makanan berupa produk biskuit. Untuk itu, makalah ini
dibuat untuk menganalisis bagaimana input, proses dan output dalam perusahaan
manufaktur produksi biskuit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja input yang diperlukan dalam proses produksi Biskuit Roma
KelapaPT.MAYORA INDAH Tbk?
1.2.2 Bagaimana proses produksi dari Biskuit Roma Kelapa PT. MAYORA
INDAHTbk?
1.2.3 Bagaimana Finishing Dan Hasil Dari Proses Produksi Biskuit Roma Kelapa
PTMayora Indah Tbk ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Menambah wawasan mengenai proses produksi dalam perusahaan manufaktur;

1.3.2 Mengetahui apa saja input yang digunakan untuk memproduksi Biskuit
RomaKelapa PT. MAYORA INDAH Tbk;

1.3.3 Mengetahui proses produksi Biskuit Roma Kelapa PT.MAYORA INDAH Tbk;

2
1.3.4 Mengetahui Finishing Dan Hasil Dari Proses Produksi Biskuit Roma Kelapa
PTMayora Indah Tbk.

1.4 Landasan Teori

Produktivitas kerja adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh


(output) dengan jumlah sumber kerja yang digunakan (input), Nawawi (1990: 97).
Berdasarkan rasio output terhadap input, variasi perubahan yang terjadi pada output
dan input yang ada akan mempengaruhi tingkat produktivitas sebagai berikut:

1. Apabila output naik, input turun maka produktivitas akan naik;


2. Apabila output tetap, input turun maka produktivitas akan naik;
3. Apabila output naik, input naik di mana jumlah kenaikannya lebih besar dari
kenaikan input maka produktivitas akan naik;
4. Apabila output naik, input tetap maka produktivitas akan naik;
5. Apabila output turun, input turun yang jumlah penurunannya lebih kecil
daripada penurunan input, maka produktivitas akan naik.

Penentuan produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut


Balai Pengembangan Produktivitas Kerja Daerah ada enam faktor yang menentukan
produktivitas tenaga kerja, yaitu:

1. Sikap kerja yang meliputi bekerja secara bergiliran (shiff work), dapat
menerima tambahan tugas dan bekerja sama dalam tim;
2. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam
manajemen supervisor serta keterampilan dalam teknjk industrial;
3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam
usaha bersama antara pemimpin dengan tenaga kerja untuk meningkatkan
produktivitas melalui quality control circles dan panitia mengenai kerja unggul;
4. Manajemen produktivitas yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber
dan system kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas;
5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan
tugas;
6. Kewiraswastaan yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam
berusaha dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Ghiselli dan Brown (1995) melihat produktivitas dari dua segi yaitu
output sebagai pengukur produktivitas, yang di dalamnya mengandung dua aspek
yaitu jumlah dan kualitas, sedang yang lain dilihat dari segi hilangnya waktu sebagai
pengukur produktivitas kerja. Sementara George J. Washin menyatakan bahwa
produktivitas mengandung dua konsep utama, yaitu efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi mengukur tingkat sumber daya, baik manusia, keuangan, maupun alam
yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat pelayanan yang dikehendaki, efektivitas
mengukur hasil muru pelayanan yang dicapai. Dengan demikian, produktivitas
merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas
dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut:

Dari definisi di atas dapat dipisahkan dua pengertian. Bagian pertama adalah suatu
kumpulan hasil. Hal ini menunjukkan efektivitas dalam meraih tujuan. Bagian dua
sumber daya karena tanpa sumber daya yang digunakan produktivitas tidak akan
terjadi. Bagian ini menunjukkan jumlah, tipe dan tingkat dari sumber daya yang
dibutuhkan.

Berdasarkan studi terdahulu yang diambil oleh kelompok kami yaitu


Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Produk Roma Kelapa di PT. Mayora Indah
Tbk. Divisi Biskuit Jayanti. Proses produktivitas PT. Mayora Indah Tbk. telah
dilakukan dengan baik serta menunjukkan kefektifan dalam mencapai tujuan mulai
dari penanganan bahan baku hingga menjadi finished good. Mengenai sumber daya
yang digunakan untuk produktivitas PT. Mayora Indah Tbk. mempekerjakan
karyawan dengan jam kerja yang jelas. Selain itu juga menggunakan bahan baku
dengan kualitas yang tinggi.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Input yang diperlukan dalam proses produksi Biskuit Roma Kelapa
PT.MAYORA INDAH Tbk

Bahan (Material)

Di dalam suatu industri, baik itu industri dalam rumahan dan juga industri berskala
besar tentu sudah pasti memiliki bahan baku yang jenis dan prosesnya diolah untuk
dijadikan suatu produk final. Jadi, bahan baku adalah suatu bahan yang bisa
digunakan dalam membuat suatu produk. Bahan baku akan menunjukkan suatu
produk jadinya bahkan yang disebut suatu bentuk barang jadi.

a. Tepung Terigu Bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan biskuit
adalah tepung terigu yang dibuat dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling.
Tepung terigu memiliki kandungan gluten sebesar 31% dan gula pentosa sebesar
0,5-0,8%. Tepung terigu yang baik memiliki warna yang putih, bau yang tidak
masam, tidak menggumpal, serta tidak mengandung foreign body. Tepung terigu
yang digunakan dalam produksi biskuit roma kelapa adalah soft wheat yang
mengandung sekitar 8-9% gluten dan kemampuannya untuk menyerap air sangat
rendah sehingga adonan yang dihasilkan tidak mengembang dan elastisitasnya
sangat rendah (Astawan, 2004).

b. Tepung tapioka sebagian besar terdiri dari karbohidrat yaitu granula-granula pati
yang banyak terdapat di dalam sel umbi ketela pohon (Manihot utilisima), akan tetapi
terdapat juga komponen lemak, protein, dan lainnya. Tepung tapioka berfungsi
sebagai bahan perekat dan apabila dibandingkan dengan tepung terigu, kandungan
gizi tepung tapioka lebih baik (Whistler et al., 1984).

c. Lesitin berperan sebagai emulsifier yang secara alami terdapat pada kacang
kedelai dalam bentuk gliserofosfoslipid, fosfatidilkolin, atau fosfatidilinositol. Pada
umumnya emulsi bersifat tidak stabil sehingga terjadi pemisahan komponen lemak
dan air yang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Adonan yang sudah
ditambahkan emulsifier seperti lesitin akan tercampur dengan rata, mudah
mengembang, lebih stabil, dan karakteristiknya tidak mudah dipengaruhi oleh

5
lingkungan. Lesitin pada umumnya berwarna kecoklatan dan mengandung protein,
enzim, vitamin, serta mineral (Tranggono et al., 1990).

d. Bubuk whey dihasilkan dari proses pemisahan bagian protein dari kasein dalam
proses koagulasi atau penggumpalan susu seperti pada pembuatan keju dan
biasanya dipisahkan sebagai limbah. Sebanyak 20% protein yang tidak terkoagulasi
oleh enzim rennet terdapat dalam whey, selain itu whey juga mengandung sebagian
kecil lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Whey bubuk juga memiliki beberapa
kandungan asam amino essensial seperti valin, leusin, isoleusin yang dapat
membentuk otot dengan bantuan glikogen. Menurut Keaton (1999), penambahan
whey akan berpengaruh untuk modifikasi tekstur, meningkatkan flavor, dan
meningkatkan nilai gizi pada produk.

e. Minyak Nabati, Penambahan minyak nabati berperan dalam pembentukan rasa


gurih dan sebagai penghantar panas. Minyak nabati tersusun dari trigliserida
sebanyak 95% dan sisanya adalah asam lemak bebas (FFA). Karakteristik minyak
nabati yang baik adalah tidak berbau tengik, memiliki warna bening, dan tidak
berbuih saat digunakan untuk proses penggorengan. Kondisi penyimpanan sangat
mempengaruhi kualitas dari minyak nabati. Kesalahan penanganan dalam
penyimpanan minyak nabati dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya reaksi
oksidasi dimana oksigen mengalami kontak dengan minyak sehingga dihasilkan
minyak dengan bau yang tengik (Winarno, 2002).

Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam suatu proses produksi memiliki peran
yang cukup besar di dalam keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produksi,
baik dalam hal kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Kebutuhan mesin dan
peralatan produksi baik jumlah, jenis, kapasitas dan spesifikasi lainnya seharusnya
telah diidentifikasi saat gambaran produk yang akan dihasilkan telah ditetapkan.

a. Mixer digunakan sebagai tempat pencampuran semua bahan baku menjadi


adonan dengan bantuan blade.
b. Tilting, Tahapan tilting menggunakan star dough yang berbentuk seperti
baling-baling dimana adonan dari central kitchen akan dipotong menjadi

6
beberapa bagian kemudian dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil
menggunakan dough divider.
c. Molding, Adonan masuk ke rotary molder untuk menghasilkan biskuit basah
yang dicetak dimana kecepatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
d. Oven, Biskuit basah masuk ke ruang oven yang terdiri dari beberapa zona
dimana masingmasing zona memiliki fungsi yang berbeda untuk membentuk
kualitas produk yang dihasilkan.
e. Cooling Proses pendinginan dilakukan diatas belt conveyor.
f. Packing, Biskuit dari oven yang sudah didinginkan masuk ke dalam mesin
packing untuk dikemas sesuai dengan ukuran produk yang sudah
disesuaikan.
Modal

Andrew Mayo berpendapat bahwa pengertian modal adalah suatu bentuk instrumen
utang yang memakai dana investor yang membeli dalam sekuritas utang. Di
dalamnya terdapat dua jenis saham, yakni saham biasa dan saham preferen. Modal
adalah suatu hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan atau bisnis. Tanpa
adanya modal, maka bisnis tidak dapat bergerak seperti seharusnya. Modal
diperlukan dalam berbagai skala bisnis, mulai dari bisnis berskala besar ataupun
berskala kecil. Jadi, pengertian modal merupakan suatu aset utama perusahaan
dalam menjalankan bisnis yang umumnya berbentuk dana, aset, atau utang.
Dengan begitu, maka proses produksi hingga pemasaran perusahaan dapat berjalan
dengan lancar. Setiap bentuk perusahaan pasti membutuhkan modal, baik itu dalam
bentuk uang, sarana dan prasarana, pengetahuan dan keterampilan, legalitas, dan
modal lainnya untuk dapat menjalankan operasional perusahaannya dengan baik.

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menganggarkan belanja modal alias capital


expenditure (capex) sebesar US$ 75 juta pada tahun depan. Sekretaris Perusahaan
MYOR Yuni Gunawan mengatakan, MYOR akan menggunakan belanja modal ini
untuk menambah kapasitas pabrik biskuit, Energen, kopi dan wafer yang ada di
Balaraja. Menurut dia, penambahan kapasitas tersebut dilakukan atas dasar utilisasi
untuk masing-masing jenis produksi yang sudah mencapai hampir 70%. MYOR baru
meluncurkan empat produk baru di akhir tahun ini, antara lain Roma Malkist Keju
Manis, Kelapa Kopyor, Torabika Kopi Susu, Espresso dan Beng-Beng Share.

7
Hingga kuartal ketiga 2018, emiten yang bergerak di bidang makanan dan minuman
ini, meraup laba bersih Rp 1,10 triliun. Pada tahun ini MYOR menargetkan
pertumbuhan laba bersih naik 7,5% dari tahun sebelumnya.

Tenaga Kerja

PT. MAYORA INDAH Tbk. Divisi Biskuit Jayanti memiliki lebih dari 2000 karyawan
yang berasal dari berbagai bidang pendidikan seperti teknik kimia, pertanian, teknik
industri, teknik elektro, teknologi pangan, dan lain-lain.

Pembagian jam kerja dan jam istirahat karyawan di PT. MAYORA INDAH Tbk. Divisi
Biskuit Jayanti dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pembagian Jam Kerja PT. MAYORA INDAH Tbk. Jayanti

Jenis Karyawan Hari Jam Kerja Jam Istirahat


Non shift Senin-Jumat 08.00-16.00 12.00-13.00
Sabtu 08.00-13.00
Shift 1 Senin-Sabtu 07.00-15.00 09.00-10.00
(Pagi)
Shift 2 Senin-Sabtu 15.00-23.00 17.00-18.00
(Sore)
Shift 3 Senin-Sabtu 23.00-07.00 01.00-03.00
(Malam)
Keterangan: untuk jam istirahat shift dilakukan secara bergantian berdasarkan
aktivitas produksi

Seluruh staff dan karyawan harus mengikuti dan mematuhi peraturan-peraturan PT.
MAYORA INDAH Tbk. Divisi Biskuit Jayanti yang sudah disosialisasikan.
Perusahaan memiliki sistem reward yang diberikan apabila karyawan melaksanakan
peraturan dengan baik dan punishment bagi karyawan yang melakukan
pelanggaran. Punishment atau sanksi yang diberikan berupa surat peringatan 1, 2,
dan 3 apabila melakukan kelalaian dalam bekerja, pelanggaran peraturan kerja, atau
tidak dapat melakukan tugas bagiannya.

8
3.2 Proses produksi dari Biskuit Roma Kelapa PT. MAYORA INDAH Tbk

Pertama-tama, gula pasir dan garam dilarutkan terlebih dahulu lalu dihubungkan
dengan tangki proses. Minyak nabati dan bahan cair seperti lesitin sudah dipisahkan
pada tangki dan drum masing-masing untuk memudahkan dalam pengambilan.
Setelah sudah siap, semua bahan baku yaitu tepung tapioka, tepung terigu, kalsium
karbonat, lesitin, larutan gula, larutan garam, glukosa, serta bahan tambahan yang
lainnya dimasukkan ke dalam bak adonan.

Setelah selesai pada tahap pencampuran, adonan yang dihasilkan dituang dan
ditampung dalam feeder yang memiliki star dough dibagian bawahnya sehingga
adonan akan terdorong sedikit demi sedikit ke belt conveyor yang kemudian akan
dipotong lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mempermudah
pencetakan pada tahapan molding. Adonan yang sudah terbagi menjadi bagian-
bagian kecil akan melewati metal detector sebelum dicetak masuk ke dalam hopper
molding untuk dipipihkan lalu kemudian masuk ke rotary molder yang berputar saling
berlawanan. Adonan yang jatuh dan tidak tercetak akan dikumpulkan dan dibuang.
Biskuit basah yang sudah dicetak kemudian ditransfer dengan konveyor menuju
oven. Proses pengovenan terdiri beberapa zona yang memiliki fungsinya masing-
masing. Setelah selesai di oven, biskuit yang sudah matang akan dipindahkan ke
konveyor cooling. Selanjutnya biskuit dilewatkan kembali pada metal detector

9
sebelum ditransfer ke mesin packing untuk dikemas sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh PT. MAYORA INDAH Tbk. Divisi Biskuit Jayanti. Mesin packing
bekerja dengan membungkus, merekatkan (sealing), dan memotong kemasan
biskuit Roma Kelapa dengan berat bersih 300 gram secara otomatis. Tahap
selanjutnya adalah pengemasan sekunder dengan menggunakan plastik yang diisi 6
Roma Kelapa 300 gram kemudian direkatkan dengan isolasi, dilanjutkan
pengemasan tersier menggunakan karton yang diisi 24 pack Roma Kelapa 300 gram
yang direkatkan dengan lakban melalui mesin wrapping. Setelah pengemasan
selesai, dilakukan pengecekan oleh Quality Control meliputi berat tiap karton dan
kodifikasi masingmasing kemasan. Selain itu, dilakukan juga pengecekan dimensi
dari biskuit, kemungkinan kebocoran kemasan, serta kadar air biskuit setelah
dikemas.

3.3 Finishing Dan Hasil Dari Proses Produksi Biskuit Roma Kelapa PT Mayora
Indah Tbk

Finishing merupakan suatu proses akhir dari produksi suatu barang yang
bertujuan untuk melapisi barang tersebut agar terhindar dari kerusakan dan
menambah daya tarik konsumen. Finishing merupakan hal yang penting karena
ketika konsumen melihat suatu barang maka yang terlihat terlebih dahulu yaitu pada
kemasannya. Proses finishing terdiri dari pengemasan dan pelabelan, dalam proses
pengemasan harus memperhatikan bahan yang digunakan untuk kemasan. Bahan
yang digunakan untuk kemasan harus bahan yang memiliki kualitas tebal dan aman
sehingga produk akan terhindar dari kerusakan. Selain dari bahan baku yang
digunakan untuk pengemasan, proses pengemasan juga harus memperhatikan
desain kemasan yang digunakan. Desain kemasan harus unik dan menarik
sehingga konsumen yang melihat produk tersebut akan dengan mudah tertarik untuk
membeli.

Pada proses pengemasan produk biskuit roma kelapa yang dilakukan PT


Mayora Indah Tbk Menggunakan uji kebocoran dengan metode vacum, PT Mayora
Indah Tbk sudah menjalankan prosedur pengujian kebocoran sesuai dengan
peraturan yang ada. Tahapan-tahapan proses pengujian kebocoran kemasan yaitu
produk yang akan diuji ditempatkan dibawah alat pemberat dengan posisi seal
tengah berada pada bagian atas dan dengan kondisi lipatan terbuka,vacum exicator

10
ditutup. Setalah itu kran angin dinyalakan dengan memutar searah jarum jam,
kemudian motor vacuum dihidupkan. Setelah proses vacum selesai produk akan
diteliti ulang untuk melihat apakah masih ada gelembung udara yang terdapat
didalam kemasan. Jika tidak ada gelembung udara maka produk dinyatakan lolos
pengujian kebocoran dan proses pengemasan sehingga produk siap untuk
didistribusikan. Setelah produk produk biskuit roma kelapa lolos dalam uji kebocoran
maka tahap selanjutnya pengemasan produk dalam karton, karton yang digunakan
memiliki bahan yang tebal dan kokoh sehingga ketika ditumpuk produk tidak akan
ringkesek atau rusak. Metode penumpukan karton yang digunakan PT Mayora Indah
Tbk. Menggunakan metode interlock penyusunan karton pada palet saling mengunci
sehingga meminimalisasikan kemungkinan susunan roboh ketika dipindahkan.
Dengan menggunakan metode tersebut kualitas produk dan pengemasan akan
terjaga dengan baik dan benar. kemudian desain yang digunakan dalam kemasan
biskuit roma kelapa memiliki desain yang unik dan menarik yaitu dengan
menambahkan gambar biskuit yang asli.

Output merupakan jumlah atau hasil dari proses produksi, sesuai dengan
judul dan studi kasus pada makalah ini PT Mayora Indah Tbk. Menghasikanl biskuit
yang bernama Roma Kelapa. Contoh dari output yang dihasilkan oleh PT Mayora
Indah Tbk. Yaitu ketika menjelang hari raya PT Mayora Indah Tbk. Memproduksi
biskuit kalengan sebesar 300 ton. Hal tersebut menambah 20 % dari target
perusahaan sebesar Rp 11,42 triliun. Jadi tingkat kebutuhan dan permintaan
konsumen mempengaruhi hasil produksi PT Mayora Indah Tbk. Semakin banyak
permintaan dan konsumen terhadap produk biskuit roma kelapa semakin besar pula
produk yang diproduksi dan perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Produk biskuit roma kelapa merupakan salah satu produk dari PT. Mayora
Indah Tbk yang cukup terkenal dan menjadi biskuit favorit dikalangan masyarakat
Indonesia. Pembuatan produk biskuit Roma Kelapa dilakukan melalui proses
pencampuran. Pada proses ini semua bahan yang digunakan dicampur secara
merata hingga membentuk adonan. Kemudian adonan tersebut dicetak sesuai
dengan cetakan yang telah ditentukan. Setelah dicetak langkah selanjutnya yaitu
dilakukan pengovenan, lalu pendinginan, dan setelah biskuit dingin biskuit dikemas
sesuai dengan kemasan yang telah didesain dan dibuat. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan biskuit roma kelapa memiliki kualitas yang tinggi dan
baik. Kemudian mesin dan alat-alat yang digunakan dalam proses produksi biskuit
roma kelapa menggunakan mesin dan alat yang canggih.

Peran QC sebelum proses produksi adalah pengecekan sanitasi yang


digunakan dalam proses produksi biskuit, alat-alat yang digunakan karyawan,
memeriksa bahan baku yang datang, mengambil sampel,dan memberikan label
pada bahan baku yang sudah relase. Peranan QC Field pada saat proses yaitu
verifikasi metal detector, mengecek kodifikasi, kebocoran kemasan, pengecekan
kadar air produk, dan pemeriksaan setting oven. Sedangkan QC field setelah atau
pasca produksi yaitu pemeriksaan kualitas dan kuatitas produk dari area produksi
hingga ke tangan konsumen untuk memastikan bahwa produk layak untuk dijual.

4.2 Saran

Kualitas bahan baku, alat dan mesin yang digunakan dalam produksi biskuit
roma kelapa harus lebih dijaga dan dipertahankan agar produk yang dihasil sesuai
dengan keinginan konsumen. Kualitas sumber daya manusia harus lebih
ditingkatkan lagi dalam mengoperasikan atau menjalankan mesin sehingga dalam
proses produksi biskuit roma kelapa tidak akan terjadi suatu kendala. Karyawan PT
Mayora Indah Tbk seharusnya dibekali ilmu pengetahuan tentang good
manufacturing practices dengan mengadakan pelatihan khusus pada seluruh
karyawan, agar kualitas SDM meningkat.

12
DAFTAR PUSTAKA

AsikBelajar.com. (2014). Teori Produktivitas Kerja. https://www.asikbelajar.com/teori-


produktivitas-kerja/.

AsikBelajar.com. (2016). Kumpulan Pengertian Produktivitas Menurut Para Ahli.


https://www.asikbelajar.com/pengertian-produktivitas-menurut-beberapa-ahli/

Fithri, Prima & Sari, Regina Yulinda. (2015). ANALISI PENGUKURAN


PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN ALINTAN CV. CHERRY SARANA AGRO. Jurnal
Optimasi Sistem Industri, Vol. 14 (1) 138-155.

Kristiani, E. (2017). Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Produk Roma Kelapa Di


PT : Mayora Indah Tbk. Divisi Biskuit Jayanti. 1-54.

https://accurate.id/akuntansi/pengertian-modal/

https://investasi.kontan.co.id/news/mayora-indah-myor-akan-membelanjakan-dana-
us-75-juta-tahun-depan

Kristiani, E. (2017). Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Produk Roma Kelapa Di


PT : Mayora Indah Tbk. Divisi Biskuit Jayanti. 1-54.

2012.detik finance. Mayora Produksi 300 Ton Biskuit Kaleng Saat Lebaran.
https://finance.detik.com/industri/d-2003514/mayora-produksi-300-ton-biskuit-kaleng-
saat-lebaran . Diakses pada 13 November 2021 pukul 10.27 WIB.

Chaerudin, A. (2018). Analisis Kemasan Dan Merek Terhadap Kepuasan Konsumen


Melalui Uji Organoleptik Hasil Panelis Sampel Di Bagian Quality Control,
Pada Produk Biskuit Roma PT. Mayora Tbk, Tangerang. jurnal ilmiah niagara,
116-127.

13

Anda mungkin juga menyukai