Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGADENGAN CHILD ABUSE, DRUG


ABUSE
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
yang dibimbing olehNs. Rahmawati Maulidia M.kep )

Disusun Oleh:

Dewi Retnowati (1814314201045)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARAI MALANG


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
Berkat dan karunia-NYA, saya dapat menyelesaikan tugas makalah “CHILD ABUSE &
DRUG ABUSE” Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
keluarga . Dengan memahami aspek tersebut, diharapkan bagi semua orang yang membaca
makalah ini, dapat memahami isi makalah. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif dan bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran. Kami sadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami mohon maaf bila ada suatu informasi yang
salah dan kurang lengkap. Saya juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
mengenai makalah ini, sehingga saya dapat membuat mkalah yang lebih baik lagi
dikemudian hari.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
....................................................................................................................................................1
PENDBAB I AHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 tujuan penulisan...............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4
2.1 Definisi Child Abuse........................................................................................................4
2.2 Bentuk-Bentuk Child Abuse............................................................................................4
2.3 Faktor-Faktor kekerasan terhadap Anak..........................................................................6
2.4 Tanda-tanda terjadinya kekerasan pada anak...................................................................7
2.5 Penanganan Child Abuse.................................................................................................8
2.6 Pengertian Drug Abuse..................................................................................................10
2.7 Efek Drug Abuse............................................................................................................10
2.8 Obat-obat Yang Sering Disalahgunakan........................................................................10
2.9 Alasan Penyalahgunaan Obat.........................................................................................11
2.10 Faktor terjadinya Drug Abuse......................................................................................12
2.11 Tanda-tanda terkena drug abuse...................................................................................12
2.12 Pencegahan Drug Abuse..............................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................34
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................34
4.2 Saran...............................................................................................................................34
DAFTAR ISI...........................................................................................................................36
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-mana. Hampir


setiap hari di media masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yang merenggut
nyawa anak tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang keprihatinan
dari banyak pihak terutama komnas anak yaitu KPAI. Kekerasan memiliki dampak negative
secara psikologis terhadap anak yang menjadi korban kekerasan dari orang terdekat seperti
orang tua, keluarga, pengasuh, tetangga, guru dan yang terdekat di lingkungan anak.
Kekerasan pada anak tentu memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak di masa
yang akan datang.

Fenomena drug abuse di dunia sedang dalam kondisi memprihatinkan. Berdasarkan


survey United Nations Office on Drugs and Crime atau UNODC (2018), dari 267 juta
penduduk dunia, sekitar 5,6% (14,95 juta) berusia 15-46 tahun telah menyalahgunaakan obat
sejak tahun 2016. Secara global, sebanyak 13,8 juta remaja berusia 15-16 tahun sudah
menggunakan ganja di tahun sebelumnya. Kemudian, 450.000 orang meninggal akibat
penggunaan obat di tahun 2015.

Menurut World Health Organization atau WHO (2015 dalam UNODC, 2018)
167.750 kasus secara langsung berkaitan dengan drug abuse sehingga menyebabkan
oversdosis bagi pemakai. Indonesia tidak lepas dari keadaan darurat drug abuse yang
cenderung meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional atau BNN
(Infodatin, 2017), jumlah kasus narkotika dari tahun 2012-2016 pertahun sebesar 76,53%.
Kenaikan paling tinggi terjadi pada tahun 2013 ke 2014 sebesar 161,22%. Kemudian di tahun
2016 meningkat sebesar 36,05%. Tahun 2016, survey BNN pada kelompok pelajar dan
mahasiswa, dan diperoleh setahun terakhir pakai sebesar 1,9%, yang menurun dari 22% dari
tahun 2015
Dalam mengatasi penyebaran drug abuse, tentunya pemerintah telah berupaya keras.
berdasarkan program pencegahan, pemberantasan, penggunaan dan peredaran gelap Narkoba
(P4GN) tahun 2014, penguatan dalam pengetahuan mengenai drug abuse, telah dilaksanakan
dengan cara sosialisasi bahaya narkoba, membuat modul, pembentukan tim sebaya,
memberikan pelatihan dan aktivitas leadership untuk mencegah penggunaan
narkoba,membentuk tim deteksi dini, membentuk kader pendamping terhadap para pengguna
narkoba, memberi informasi dan edukasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba,
membentuk kader anti narkoba (Pina dan Oedojo, 2015). Pada kenyataannya, meskipun
upaya tersebut telah dilajankan, kasus drug abuse tetap meningkat, mirisnya pelajar menjadi
pengguna terbanyak saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari child abuse ?
2. Apa saja bentuk-bentuk child abuse ?
3. Apa saja Faktor-Faktor kekerasan terhadap Anak ?
4. Apa saja Tanda-tanda terjadinya kekerasan pada anak ?
5. Bagaimana Penanganan Child Abuse ?
6. Apa saja Pengertian Drug Abuse ?
7. Apa saja efek drug abuse ?
8. Apa saja Obat-obat Yang Sering Disalahgunakan ?
9. Apa saja faktor terjadinya Drug Abuse ?
10. Bagaimaa prncegahan drug abuse ?

1.3 tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari child abuse
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk child abuse
3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor kekerasan terhadap Anak
4. Untuk mengetahui Tanda-tanda terjadinya kekerasan pada anak
5. Untuk mengetahui Penanganan Child Abuse
6. Untuk mengetahui Pengertian Drug Abuse
7. Untuk mengetahui efek drug abuse
8. Untuk mengetahui Obat-obat Yang Sering Disalahgunakan
9. Untuk mengetahui faktor terjadinya Drug Abuse
10. Untuk mengetahui prncegahan drug abuse
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Child Abuse


Child abuse adalah segala bentuk penyiksaan fisik, emosional, pelecehan seksual,
atau kelalaian terhadap anak. Child abuse menimbulkan berbagai akibat yang berbahaya
bagi anak maupun masa depan bangsa. (Ardinata et al., 2019)Pelecehan anak adalah
cedera fisik atau mental, pelecehan seksual , atau perlakuan lalai terhadap anak di bawah
usia 18 tahun oleh orang yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak. (Olson &
Defrain, 2006)
Menurut Suyanto (2010) tindakan kekerasan pada anak adalah setiap tindakan
yang memiliki dampak fisik, dan psikologis, yang menyebabkan luka luka tarumatis
pada anak, baik yang dapat dilihat dengan mata atau dilihat dari dampak kesejahteraan
fisik dan perkembangan mental psikologis anak.
2.2 Bentuk-Bentuk Child Abuse
Terdapat empat bentuk child abuse diantaranya sebagai berikut:
a. Physical Abuse
Merupakan perilaku merusak yang terus-menerus, berulang, dan tidak sesuai ataupun
berkurang esensinya, dan dapat mempengaruhi kemampuan atau proses mental anak
yang meliputi inteligensi, ingatan, pengenalan, persepsi, perhatian, bahasa, dan
perkembangan moral. Kekerasan yang menyebabkan luka-luka di seluruh tubuh
melalui pukulan, gigitan, tendangan, dan pembakaran, dll.
b. Sexual Abuse
Aktivitas seksual yang melibatkan anak dan orang lain. Mempekerjakan,
menggunakan, membujuk, merangsang, mengajak, atau memaksa anak untuk ikut
dalam perilaku seksual secara nyata (atau berupa rangsangan perilaku) untuk tujuan
menghasilkan gambaran visual dari perilaku tersebut, pemerkosaan, penganiayaan,
prostitusi, atau bentuk lain dari eksploitasi seksual pada anak, ataupun incest pada
anak di bawah kondisi yang mengindikasikan bahwa kesehatan atau kesejahteraan
anak dirugikan atau terancam oleh hal-hal tersebut
c. Emotional Abuse
Merupakan respon emosional yang terus-menerus, berulang, dan tidak sesuai terhadap
ekspresi emosi anak dan beriringan dengan perilaku ekspresif.
Meliputi tindakan abuse atau neglect yang menyebabkan gangguan perilaku,
kognitif, emosional, atau mental. Garbarino, dan kolega (dalam Tower, 2003)
memisahkan emotional abuse dalam dua bagian, yaitu
 Emotional/psychological abuse (meliputi serangan verbal atau emosional,
ancaman membahayakan, atau kurungan tertutup)
 Emotional/psycological neglect (meliputi pengasuhan yang tidak cukup,
kurang kasih-sayang, menolak memberikan perawatan yang cukup, atau
dengan sengaja membiarkan perilaku maladaptif seperti kejahatan ata
penggunaan obat-obatan).
d. Social abuse
Dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak
adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak
terhadap proses tumbuh kembang anak. Sedangkan eksploitasi anak menunjuk pada
sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan
keluarga atau masyarakat
Selanjutnya Garbarino, Guttman, dan Seeley (dalam Tower, 2003)
menyatakan bahwa emotional maltreatment atau yang disebut dengan psychological
maltreatment merupakan bentuk perilaku merusak secara fisik yang meliputi:
a. rejecting, orang dewasa menolak untuk mengakui anak berharga dan memenuhi
kebutuhan anak.
b. isolating, orang dewasa memisahkan anak dari pengalaman sosial normal,
mencegah anak membentuk persahabatan, dan membuat anak yakin bahwa ia
sendirian di dunia ini.
c. terrorizing, orang dewasa menyerang anak secara verbal, menciptakan suasana
takut, mendesak dan menakuti anak, dan meyakini anak bahwa dunia berubah-
ubah dan bermusuhan.
d. ignoring, orang dewasa menghilangkan stimulasi dan respon yang diperlukan
sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
e. corrupting, orang dewasa ‘mis-socializes’ pada anak, memancing anak untuk
melawan dalam perilaku yang merusak dan antisosial, menguatkan
penyimpangan, dan membuat anak tidak mampu mengikuti aturan sosial pada
umumnya.

2.3 Faktor-Faktor kekerasan terhadap Anak


a. Faktor Internal
 Berasal dalam diri Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat disebabkan oleh kondisi dan
tingkah laku anak. Kondisi anak tersebut misalnya : Anak menderita gangguan
perkembangan, anak mengalami gangguan perkembangan, anak mengalami cacat
tubuh, retardasi mental , gangguan perilaku, anak memiliki perilaku menyimpang
dan tipe kepribadian dari anak itu sendiri.
 Keluarga / orang tua
Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap
terjadinya kekerasan pada anak . Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki
pola asuh besarkan anaknya dengan kekerasan atau musik, keluarga yang sering
tidak memiliki tindakan kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan keluarga yang tanpa masalah, orangtua tunggal lebih mendukung untuk
melakukan tindakan kekerasan terhadap anak karena faktor stres yang dialami
orang tua tersebut, orang tua atau keluarga belum memiliki kematangan psikologis
sehingga melakukan kekerasan terhadap anak, riwayat orang tua dengan kekerasan
pada masa kecil juga memungkinkan melakukan kekerasan pada anaknya.
b. Faktor Eksternal
 Lingkungan Luar
Kondisi Lingkungan also DAPAT Menjadi penyebab terjadinya mengejar
ketertinggalan Terhadap Anak diantaranya seperti Kondisi Lingkungan Yang
buruk, Terdapat Sejarah penelantaran Anak, Dan Tingkat kriminalitas Yang Tinggi
hearts lingkungannya.
 Media massa
Media massa merupakan salah satu alat informasi . Media massa telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dan media ini mempengaruhi
penerimaan konsep , sikap , nilai dan pokok moral . Seperti halnya dalam media
cetak menyediakan berita – berita tentang kejahatan , kekerasan , pembunuhan.
Kemudian media elektronik seperti radio, televisi, video, kaset dan film sangat
mempengaruhi perkembangan kejahatan yang menampilkan adegan kekerasan,
menayangkan film aksidengan perkelahian, acara kriminal, pencarian, kekerasan
bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga. Pada hakekatnya media massa
memiliki fungsi yang positif, namun terkadang dapat menjadi negatif.
 Budaya
Budaya yang masih mempraktikkan – mempraktekkan dengan pemikiran
bahwa status anak yang dipandang rendah sehingga ketika anak tidak dapat
memenuhi harapan orangtua maka anak harus dihukum. Bagi anak laki – laki,
adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak laki – laki tidak boleh cengeng atau
anak laki – laki harus tahan uji. Pemahaman itu mempengaruhi dan membuat
orangtua ketika menabrak, menendang, atau menindas anak adalah suatu hal yang
wajar untuk menjadikan anak sebagai pribadi yang kuat dan tidak boleh lemah.

2.4 Tanda-tanda terjadinya kekerasan pada anak


Menurut Suyanto (2010) tanda-tanda terjadinya kekerasan terhadap anak adalah:
a. Anak yang merupakan rintangan bagi orang tua atau pengasuhnya meliputi anak yang
hiperaktif sampai gangguan perkembangan
b. Anak yang tidak diinginkan
c. Lahir muda atau prematur
d. Penderita penyakit Kronis ATAU lama MASUK rumah sakit
e. Retardasi mental
f. Lahir cacat
g. Gangguan tingkah laku atau kenakalan
h. Anak-anak yang diasuh oleh keluarga yang bermasalah

Menurut Fontana (Suyanto, 2010) munculnya anak bila pada anak kita temui hal-
hal sebagai berikut:
a. Anak tampak ketakutan terutama pada orang tua
b. Anak terpisah dalam waktu yang lama
c. Dengan kelainan-kelainan kulit atau luka lain
d. Luka-luka diobati tidak dengan semestinya
e. Kekurangan gizi
f. Diberikan makan dan minum atau obat yang tidak semestinya
g. Diberikan pakaian yang tidak semestinya dimusim dingin
h. Perawatan secara sempurna bagaikan seorang yang miskin
i. kadang menangis
j. Terlalu hati-hati terhadap larangan orang tua.

2.5 Penanganan Child Abuse


Berikut beberapa strategi penanganan dan pencegahan kekerasan terhadap anak dan
perlidungan anak yang disusun oleh UNICEF (Hasanah & Raharjo, 2016):
a. Supporting parents, caregivers and families
Pendekatan ini berusaha untuk mencegah kekerasan terjadi, mengurangi
faktor-faktor yang membuat keluarga rentan terhadap perilaku kekerasan dengan
memperkuat keterampilan pengasuhan anak. Menyediakan layanan dukungan
lembaga seperti mempersiapkan penyalur pengasuh anak yang terlatih. Home visit
yang dilakukan olehpekerja sosial dan ahli lainnya untuk meningkatkan dan
memberikan pengetahuan kepada orang tua dan pengasuh tentang interaksi orang tua
dan anak yang positif termasuk penerapan disiplin anti kekerasan dalam pengasuhan
anak. Strategi ini berupaya penuh dalam mendukung orang tua, pengasuh, dan
keluarga dalam penyediaan informasi, pendidikan dan pengetahuan mengenai atau
dapat mencegah potensi perilaku kekerasan terhadap anak.
b. Helping children and adolescents manage risk and challenges
Pendekatan ini memberikan keterampilan terhadap anak-anak dan remaja
untuk mengatasi dan mengelola risiko kekerasan sehingga dapat membantu anak
untuk mengurangi terjadinya kekerasan di sekolah dan masyarakat. Mengajarkan anak
berpikir kritis, bertindak asertif, berani menolak dan mengeluarkan pendapat,
memecahkan masalah secara kooperatif sehingga mereka dapat melindungi dirinya
sendiri dari tindak kekerasan yang terjadi di lingkungannya.
c. Changing attitudes and social norms that encourage violence and discrimination
Pendekatan ini memberikan pengetahuan mengenai cara merespon ketika
melihat dan mengalami tindak kekerasan. Memahami ketika ada perbedaan yang
terjadi pada norma dan nilai yang berlaku di masyarakat sehingga ketika kita melihat
ada perilaku salah, itu dapat dikatakan sebagai tindakan yang wajar atau tidak, dapat
di toleransi atau tidak. Mengubah pola pikir masyarakat yang menganggap kekerasan
adalah bentuk dari disiplin sehingga dapat membedakan antara norma yang sesuai dan
norma sosial yang membahayakan bagi anak. Disini terlihat peran dari masyarakat
yang turut menjadi agen perubahan.
d. Promoting and providing support services for children
Pendekatan ini berupaya menyediakan layanan bagi anak, seperti layanan
pengaduan ketika mengalami tindak kekerasan. Memberikan informasi dan bantuan
agar anak mendapatkan pemulihan dan tindakan yang tepat. Pemerintah dan
masyarakat harus sadarakan pentingnya ketersediaan layanan di lingkungan tempat
tinggal.
e. Implementing laws and policies that protect children
Pembuat kebijakan memainkan peran penting untuk melindungi anak-anak.
Mereka dapat memastikan bahwa Negara memiliki proses nasional untuk mencegah
dan menanggapi kekerasan terhadap anak. Pemerintah harus membangun kerangka
hukum yang kuat bahwa implementasi dan monitoring perlu dilakukan.
f. Carrying out data collection and research
Peningkatan pengumpulan data nasional dan sistem informasi untuk
mengidentifikasi kelompok rentan. Hal ini dilakukan untuk memantau kekerasan yang
terjadi pada anak. Mengoptimalkan ketersediaan data tentang isu-isu kekerasan anak
(Ending Violence Against Children : Six Strategies for Action, UNICEF : 2014).

Bagi masyarakat, keluarga, atau orang tua diperlukan kebijakan, layanan,


sumberdaya, dan pelatihan pencegahan kekerasan pada anak yang konsisten dan terus
menerus. Dalam halini strategi pencegahan kekerasan terhadap anak meliputi:
a. Pencegahan primer untuk semua orang tua dalam upaya meningkatkan kemampuan
pengasuhan dan menjaga agar perlakuan salah atau abuse tidak terjadi, meliputi
perawatan anak dan layanan yang memadai, kebijakan tempat bekerja yang
medukung, serta pelatihan life skill bagi anak. Yang dimaksud dengan pelatihan life
skill meliputi penyelesaian konflik tanpa kekerasan, ketrampilan menangani stress,
manajemen sumber daya, membuat keputusan efektif, komunikasi interpersonal
secara efektif, tuntunan atau guidance dan perkembangan anak, termasuk
penyalahgunaan narkoba.
b. Pencegahan sekunder ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan risiko tinggi
dalam upaya meningkatkan ketrampilan pengasuhan, termasuk pelatihan dan layanan
korban untuk menjaga agar perlakuan salah tidak terjadi pada generasi berikut.
Kegiatan yang dilakukan di sini di antaranya dengan melalukan kunjungan rumah
bagi orang tua yang baru mempunyai anak untuk melakukan self assessment apakah
mereka berisiko melakukan kekerasan pada anak di kemudian hari.
c. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan yang
menjaga agar perlakuan salah tidak terulang lagi, di sini yang dilakukan adalah
layanan terpadu untuk anak yang mengalami korban kekerasan, konseling, pelatihan
tatalaksanastres.

2.6 Pengertian Drug Abuse


Dalam penggunaan obat sehari-hari ada istilah drug abuse atau penyalahgunaan
obat dan drug misuse atau penggunasalahan obat. Penyalahgunaaan obat merujuk pada
keadaan dimana obat digunakan secara berlebihan tanpa tujuan medis atau indikasi
tertentu. Sedangkan Penggunasalahan obat adalah merujuk pada penggunaaan obat
secara tidak tepat, yang biasanya disebabkan karena pengguna memang tidak tau
bagaimana penggunaan obat yang benar. Drug abuse lebih mengandung unsur
kesengajaan sedangkan drug misuse terjadi karena kurangnya pengetahuan pengguna.
Penyalahgunaan obat atau drug abuse terjadi secara luas di berbagai belahan
dunia. Obat yang disalahgunakan bukan saja semacam cocain, atau heroin, namun juga
obat-obat yang biasa diresepkan. Penyalahgunaan obat ini terkait erat dengan masalah
toleransi, adiksi atau ketagihan, yang selanjutnya bisa berkembang menjadi
ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka
melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri lagi.

2.7 Efek Drug Abuse


Efek drug abuse bisa merubah cara berpikir seseorang dan merubah pengambilan
keputusan. Masalah terbesar drug abuse adalah timbulnya adiksi/ ketagihan bagi
penggunanya. Masalah kesehatan lain yang dipicu oleh drug abuse adalah mengemudi
sambil mabuk, dan resiko penularan infeksi seperti HIV.

2.8 Obat-obat Yang Sering Disalahgunakan


Ada tiga golongan obat yang paling sering disalahgunakan, yaitu :
a. Golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon, morfin
b. Golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan
tidur, contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin (diazepam/valium,
klordiazepoksid, klorazepam, alprazolam, dll
c. Golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin, amfetamin, dll.
Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan
ketergantungan atau kecanduan. Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan
dengan memanfaatkan efek sampingnya, bukan berdasarkan indikasi yang resmi
dituliskan. Beberapa contoh diantaranya adalah :
a. Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah tukak
peptik/gangguan lambung, sering dipakai untuk menggugurkan kandungan karena
bersifat memicu kontraksi rahim.
b. Penggunaan profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk
profilaksis asma, sering diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak.
c. Penggunaan somadryl untuk obat kuat bagi wanita pekerja seks komersial untuk
mendukung pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol, suatu muscle relaxant, yang
digunakan untuk melemaskan ketegangan otot.

2.9 Alasan Penyalahgunaan Obat


Ada tiga kemungkinan seseorang memulai penyalahgunaan obat.
a. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan, insomnia, dll,
yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara legal dengan
resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan toleransi, di mana
pasien memerlukan dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang
sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa
berkonsultasi dengan dokter Selanjutnya, mereka akan mengalami gejala putus obat
jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi kecanduan atau ketergantungan
terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat
tersebut dengan segala cara.
b. Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional. Artinya,
sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas, hanya untuk
memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat
tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance
yang lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy,
alkohol, dll.
c. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping seperti yang
telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya mengikuti
saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat menyebabkan
toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu
lama yang menyebabkan ketergantungan.
Kondisi yang perlu diatasi secara farmakoterapi pada keadaan ketergantungan
obat ada dua, yaitu kondisi intoksikasi (over dosis) dan kejadian munculnya gejala
putus obat (sakaw). Dengan demikian sasaran terapinya bervariasi tergantung
tujuannya. Terapi pada intoksikasi (over dosis) tujuannya untuk mengeliminasi obat
dari tubuh untuk menjaga fungsi vital tubuh. Sedangkan terapi pada gejala putus obat
tujuannya untuk mencegah perkembangan gejala supaya tidak semakin parah,
sehingga pasien tetap nyaman dalam menjalani program penghentian obat.

2.10 Faktor terjadinya Drug Abuse


a. Faktor keluarga. Jika orang tua atau saudara kandung memiliki masalah dengan
alkohol atau obat-obatan terlarang, maka kemungkinan kecanduan tersebut menjadi
lebih besar.
b. Cacat mental. Jika seseorang mengalami depresi, sulit berkonsentrasi, dan memiliki
rasa khawatir terus-menerus, maka kemungkinan terjadinya kecanduan menjadi lebih
besar karena mereka menganggap obat dapat membuat mereka merasa lebih baik.
c. Hubungan yang bermasalah. Jika seseorang memiliki masalah keluarga dan tidak
memiliki kedekatan dengan orang tua ataupun saudara, maka tingkat kecanduan dapat
menjadi lebih besar.

2.11 Tanda-tanda terkena drug abuse


Tanda-tanda atau gejala penyalahgunaan obat yang menimbulkan kecanduan,
antara lain:
a. Dorongan untuk menggunakan obat tertentu setiap hari bahkan hingga beberapa kali
sehari
b. Menggunakan obat lebih banyak daripada yang diinginkan
c. Selalu berusaha untuk memiliki obat tersebut walau tidak mampu membelinya
d. Tetap menggunakan obat tersebut walaupun menyebabkan timbulnya berbagai
kesulitan
e. Menghabiskan waktu lebih banyak untuk diri sendiri
f. Tidak peduli dan tidak menjaga penampilan diri sendiri
g. Mencuri, berbohong, bahkan melakukan hal yang berbahaya seperti mengemudi
dengan kecepatan tinggi
h. Merasa sakit ketika mencoba untuk berhenti

2.12 Pencegahan Drug Abuse


Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan garda terdepan bagi akses masyarakat
terhadap obat, maka apoteker dapat berkontribusi secara signifikan dalam
mengidentifikasi dan mencegah penyalahgunaan obat. Melihat berbagai kemungkinan
akses masyarakat terhadap obat yang bisa disalah-gunakan, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan:
a. Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya penyalahgunaan
obat, lebih baik dengan cara yang sistematik dan terstruktur.
b. Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil, terutama resep-
resep yang mengandung obat psikotropika/narkotika. Hal ini memerlukan pengalaman
yang cukup dan pengamatan yang kuat. Jika terdapat hal-hal mencurigakan, dapat
berkomunikasi dengan dokter penulis resep yang tertera dalam resep tersebut untuk
konfirmasi.
c. Menjunjung tinggi etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien dalam
mengelola narkotika, psikotropika dan perkursor farmasi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membatasi penyerahan obat narkotika dan psikotropika
b. Menyimpan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di gudang, ruangan, atau
lemari khusus yang memenuhi persyaratan keamanan
c. Membatasi akses dan membuat prosedur khusus untuk pengambilan obat
narkotika,psikotropika dan perkursor farmasi
d. Melakukan pelaporan stok secara rutin
e. Memusnahkan obat sesuai prosedur
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atau emosional
atau penelantaran anak atau anak-anak. Di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) and the Department for Children And Families (DCF) (Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Departemen Anak dan Keluarga (DCF))
mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan atau
kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang mengakibatkan kerugian, potensi
bahaya, atau ancaman membahayakan anak. Penyalahgunaan anak dapat terjadi di rumah
anak, atau dalam organisasi, sekolah atau komunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori
utama kekerasan terhadap anak: pengabaian, kekerasan fisik,  kekerasan psikologis atau
emosional,  dan kekerasan seksual. Etiologi, fator penyebab kekerasan pada anak baik
kekerasan fisik atau psikhis yaitu: Stress yang berasal dari anak, Stress keluarga, dan Stress
berasal dari orangtua. Manifestasi klinis atau dampak dari kekerasan anak baik fisik atupun
pshikis yaitu: Akibat pada fisik anak, Akibat pada tumbuh kembang anak, Akibat dari
penganiayaan seksual. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang lengkap,
laboratorium dan radiologi. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan
pada anak adalah melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegak hukum dan keamanan
dan Media massa.

4.2 Saran
Kekerasan memang tidak dapat ditolerir, apalagi terhadap anak. Menyarankan agar
orangtua bahkan semua orang 'bergerak' bila mengetahui anak mengalami kekerasan. Tidak
perlu ragu meski pelaku kekerasan datang dari kerabat atau pasangan Anda sendiri. Sebab
bila ada seseorang yang mengetaui ada anak mendapat kekerasan, namun tidak ada tindakan
akan terancam tahanan 5 tahun penjara sesuai pasal 78 Tahun 2002. Berpikir untuk bertindak
menyudahi kekerasan ini merupakan langkah apik yang pertama.

DAFTAR ISI
Amanda, M.P, Humaedi, S, Santoso, M,B. (2017). Penyalahgunaan Obat di Kalangan
Remaja (Adolescent Subtance Abuse). Jurnal Penelitian dan PPM, 4(2): 339-345.
Eleanora, F.N, (2011). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya. Jurnal Hukum Vol. XXV (1) : 439-452.
Ardinata, M., Soetjiningsih, S., Windiani, I. G. A. T., Adnyana, I. G. A. N. S., & Alit, I. B. P.
(2019). Karakteristik anak yang mengalami child abuse dan neglect di RSUP Sanglah,
Denpasar, Indonesia tahun 2015-2017. Intisari Sains Medis, 10(2), 436–441.
https://doi.org/10.15562/ism.v10i2.404
Hasanah, U., & Raharjo, S. T. (2016). Penanganan Kekerasan Anak Berbasis Masyarakat.
Share : Social Work Journal, 6(1). https://doi.org/10.24198/share.v6i1.13150
Penyalahgunaan Obat (Drug Abuse) Berbahaya Bagi Tubuh | HonestDocs. (n.d.). Retrieved
June 8, 2021, from https://www.honestdocs.id/penyalahgunaan-obat

Anda mungkin juga menyukai