Anda di halaman 1dari 17

EXANTHEMATOUS

DRUG ERUPTION

Pembimbing:
dr. Dewi Martini, Sp. KK

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT &


KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020
Definisi
Exanthematous Drug
Eruption merupakan erupsi
makulapapular atau morbiliformis
disebut juga erupsi eksantematosa
yang dapat diinduksi oleh obat.

Erupsi ini merupakan salah satu gejala


klinis dari erupsi obat alergi yang mana
merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas terhadap obat
Budianti WK. Erupsi obat alergik. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono
K, Indriatmi W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokeran Univesitas Indonesia
Epidemiologi
Hasil survei prospektif sistematik yang
dilakukan oleh Boston Collaborative Drug
Surveillance Program menunjukkan
Sekitar 3% seluruh pasien yang
dirawat di rumah sakit ternyata
mengalami erupsi kulit setelah
mengkonsumsi obat-obatan. Selain
itu, data di Amerika Serikat
Beberapa jenis erupsi obat yang sering timbul adalah: menunjukkan lebih dari 100.000
§ Eksantem makulopapuler (exanthematous drug jiwa meninggal setiap tahunnya
eruption) sebanyak 91,2%, disebabkan erupsi obat yang
§ Urtikaria sebanyak 5,9%, dan serius.
§ Vaskulitis sebanyak 1,4%

Stern RS. Exanthematous drug eruption. N Engl J Med. 2012


Faktor-faktor yang memperberat erupsi

Jenis kelamin Sistem Infeksi dan


Imunitas keganasan
Wanita > Pria Infeksi HIV

Dosis obat Usia

Stern RS. Exanthematous drug eruption. N Engl J Med. 2012


Klasifikasi Coombs and Gell
Konsep patomekanisme pengenalan obat oleh sel T

Konsep Konsep
Hapten/Prohapt pharmacological
en interaction
(p-I concept)

Budianti WK. Erupsi obat alergik. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K,


Indriatmi W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokeran Univesitas Indonesia
Konsep Hapten/ Prohapten
• Pada umumnya obat merupakan prohapten, artinya tidak bersifat reaktif bila tidak
berikatan dengan protein

Untuk dapat
Obat belum Obat Menjadi Mampu menstimulasi
membentuk
bersifat reaktif dimetabolisme imunogenik respons imun
ikatan kovalen

Contoh obat:
• Golongan beta-laktam : golongan penilisin dan
sefalosporin
• Golongan sulfametoksazol
Konsep Pharmacological Interaction ( P-i )
• Teori yang dikemukakan oleh Pichler et.al,

Obat dapat Dan reversibel dengan


Berinteraksi dengan
membentuk ikatan berbagai macam Mampu menstimulasi
reseptor antigen
spesifik secara reseptor antigen sistem imun
spesifik
langsung spesifik

Bukti klinis yang mendukung konsep P-i :


1. Interval waktu pajanan obat dan timbul gejala klini sangat singkat untuk membangkitkan respon imun spesifik,
sehingga diduga respon imun yang terjadi tidak melalui fase sensitisasi.
2. Beberapa obat yang menyebabkan reaksi tipe IV diketahui tidak mengalami metabolisme menjadi bentuk
reaktif, misalnya pada media kontras.
3. Beberapa obat inert yang tidak mampu membentuk kompleks hapten di kulit ternyata menunjukan hasil positif
pada uji kulit dan ditemukan infiltrasi limfosit T.
Diagnosis

Anamnesis Morfologi lesi

Pemeriksaan
Manifestasi klinis penunjang
Kumpulkan data klinis secara sistematis dan teliti
Anamnesis

● Riwayat penggunaan obat sebelumnya,


riwayat atopi pasien dan keluarga
● Data medikasi pasien saat ini, baik oral,
intravena, dan topical. Jangan diabaikan
penggunaan obat herbal dan suplemen
● Gejala klinis yang muncul berupa keluhan
gatal ringan sampai berat yang disertai
kemerahan dan bintil pada kulit
● Kelainan muncul 10-14 hari setelah mulai
pengobatan
Pemeriksaan Fisik

Eritema dengan papula kecil di jumpai di Keluhan timbul setelah


hampir di seluruh badan. dengan ukuran paling lambat 2 minggu
beberapa millimeters sampai 1 cm setelah dimulai
merah terang. pengobatan

01. 02. 03. 04.

Lesi cenderung timbul pertama kali Lesi akan menjadi konfluen


di daerah pangkal paha, ketiak, membentuk makula besar, polisiklik,
kemudian menyebar ke seluruh lembaran seperti eritem(sheet-like
badan dan. erithema), eritroderma, juga eritem
seperti multiforme

Breathnach SM. Drug reaction. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,


editors. Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. UK: Wiley-Blackwell; 2010
Pemeriksaan
Penunjang

Patch test Kultur virus PCR

Pemeriksaan berupa Pemeriksaan PCR untuk


Pertimbangkan uji kulit mendeteksi adanya virus
kultur virus untuk
(patch test) untuk serta tes serologi antibodi
membedakan penyebab
menentukan obat (khususnya antibodi IgM
erupsi eksantem dari virus
penyebab pada infeksi akut)
atau yang lainnya
Diagnosis Banding

Measles
● Tidak seperti kebanyakan erupsi obat, ruam terlihat
pada campak sering dimulai pada kepala dan leher
dan menyebar dengan cepat.
● Biasanya dimulai beberapa hari setelah timbulnya
demam, batuk, dan konjungtivitis. Bintik-bintik putih
pada mukosa bukal (bintik Koplik) membantu
menegakkan diagnosis.
Tatalaksana

1. Identifikasi obat 2. Terapi sistemik 3. Terapi topikal


penyebab dan hentikan
Kortikosteroid (prednison) • Tidak spesifik
pemberiannya Ringan: 0,5 mg/kgBB/hari
Berat: 1-4 mg/kgBB/hari • Bergantung pada
Antihistamin oral kondisi dan luas lesi
Sebagai terapi simptomatik dari pruritus
Siklosporin kulit
Plasmaferesis
Imunoglobulin intravena (IVIg)
Edukasi
Penjelasan kondisi pasien, diminta
menghentikan obat tersangka
penyebab__________

__________ __________
Bila pasien sembuh: berikan Pasien diberi daftar jenis
kartu alergi, berisi daftar obat obat yang harus
yang diduga menyebabkan dihindarinya (obat
alergi, kartu tersebut selalu dengan rumus kimia
diperlihatkan kepada petugas yang sama)
kesehatan setiap kali berobat

Panduan praktik klinis, PERDOSKI. 2017


Prognosis

• Tipe ringan: Baik, jika obat penyebab dapat


di identifikasi dan segera dihentikan
• Tipe berat: Buruk, disebabkan karena
komplikasi yang terjadi

?
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai