Para Ulama adalah Waritsatul Anbiya, maka pahamilah agama melalui karya-karyanya
Beranda ▼
Tajdid Nikah
1.
Tajdid nikah merupakan tindakan
sebagai langkah membuat kenyamanan hati dan
ihtiyath (kehati-hatian) yang diperintah
dalam agama sebagaimana kandungan sabda
Nabi SAW yang berbunyi :
َف َم ِن
اَّتَق ى اْلُم َش َّب َه اِت اْلَح َالُل َب ِّي ٌن َو اْلَح َر اُم
َب ِّي ٌن َو َب ْي َن ُه َم ا ُم َش َّب َه اٌت َال َي ْع َلُم َه ا َكِث يٌر ِم َن الَّناِس
اْس َت ْب َر َأ ِلِد ِي ِنِه َو ِع ْر ِض ِه
Artinya : Yang halal
itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat
hal-hal
musyabbihat/samar-samar, yang tidak diketahui oleh kebanyakan
manusia. Maka barangsiapa
yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah
membersihkan agama dan
kehormatannya. (H.R. Bukhari)[1]
2.
Hadist Salamah, beliau berkata :
َباَي ْع َنا الَّن ِب َّي صلى اهلل عليه وسلم
َت ْح َت الَّش َج َر ِة َف َق اَل ِل ي َي ا َس َلَم ُة َأ َال ُت َب اِي ُع ُق ْلُت َي ا َر ُس وَل
اِهلل َق ْد
َباَي ْع ُت ِف ي اَألَّو ِل َق اَل َو ِف ي الَّث اِن ي
Artinya : Kami melakukan bai’at
kepada Nabi SAW di bawah pohon kayu. Ketika itu, Nabi
SAW menanyakan kepadaku :
“Ya Salamah, apakah kamu tidak melakukan
bai’at ?. Aku menjawab : “Ya
Rasulullah, aku sudah melakukan bai’at pada
waktu pertama (sebelum ini).” Nabi
SAW berkata : “Sekarang kali kedua.” (H.R.
Bukhari)[2]
Dalam hadits ini diceritakan bahwa Salamah sudah pernah
melakukan bai’at kepada
Nabi SAW, namun beliau tetap menganjurkan Salamah
melakukan sekali lagi bersama-
sama dengan para sahabat lain dengan tujuan
menguatkan bai’at Salamah yang
pertama sebagaimana disebutkan oleh al-Muhallab.[3]
Karena itu, bai’at Salamah kali
kedua ini tentunya tidak membatalkan bai’atnya
yang pertama. Tajdid nikah dapat
diqiyaskan kepada tindakan Salamah mengulangi
bai’at ini, mengingat keduanya
sama-sama merupakan ikatan janji antara
pihak-pihak. Pendalilian seperti ini telah
dikemukakan oleh Ibnu Munir
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar al-Asqalany
dalam Fathul Barri. Ibnu Munir
berkata :
“Dipahami dari hadits ini (hadits di atas) bahwa mengulangi
lafazh akad nikah dan akad
lainnya tidaklah menjadi fasakh bagi akad pertama,
ini berbeda dengan pendapat ulama
Syafi’iyah yang berpendapat demikian
(mengakibatkan fasakh).”
Radaksi di
atas dalam Bahasa Arab, lengkapnya :
َو َلْو َت َو اَف ُق وا ) َأ ْي الَّز ْو ُج َو اْلَو ِل ُّي َو الَّز ْو َج ُة
الَّر ِش يَد ُة َف اْلَج ْم ُع ِب اْع ِت َب اِرَها َأ ْو ِب اْع ِت َب اِر َم ْن َي ْن َض ُّم
ِل ْلَف ِر يَق ْي ِن َغ اِل ًب ا ( َع َلى َم ْه ٍر ِس ًّر ا َو َأ ْع َلُنوا ِب ِز َي اَد ٍة
َف اْلَم ْذ َه ُب ُو ُج وُب َم ا ُع ِق َد ِب ِه ) َأ َّو اًل إْن َت َكَّر َر َع ْق ٌد
َق َّل
َأ ْو َكُث َر اَّت َح َد ْت ُش ُه وُد الِّس ِّر َو اْلَع َلِن َأ ْم اَل َأِلَّن اْلَم ْه َر
إَّن َم ا َي ِج ُب ِب اْلَع ْق ِد َف َلْم ُي ْن َظ ْر ِل َغ ْي ِر ِه َو ُي ْؤ َخ ُذ
[
َأ َّن َق ْو َل الَّز ْو ِج ِلَو ِل ِّي8] ِم ْن َأ َّن
اْلُع ُق وَد إَذ ا َت َكَّر َر ْت ُا ْع ُت ِب َر اَأْلَّو ُل َم َع َم ا َي ْأ ِت ي َأ َو اِئ َل
الَّط اَل ِق
َل َف َأ َف ٌة اَل
َز ْو َج ِت ِه َز ِّو ْج ِن ي ِك َناَي ِب ِخ ِف َز وجَه ا
ِإ َّن ُه َص ِر يٌح َّن ُم َج َّر َد ُم َو ا َق ِة الَّز ْو ِج َع ى ُص وَرِة َع ْق ٍد
َث اٍن
َم َث اًل اَل َي ُكوُن اْع ِت َر اًف ا ِب اْن ِق َض اِء اْلِع ْص َم ِة اُأْلوَلى َب ْل
َو اَل ِك َناَي َة ِف يِه َو ُه َو َظ اِه ٌر َو اَل ُي َناِف يِه َم ا َي ْأ ِت ي
[
َأ َّن ُه َلْو َق اَل َكاَن الَّث اِن ي َت ْج ِد يَد َلْف ٍظ اَل َع ْق ًد ا َلْم ُي ْق َب ْل
َأِلَّن َذ اَك ِف ي َع ْق َد ْي ِن َلْي َس9] ُق َبْي َل
اْلَو ِل يَم ِة
ُق ِّل ْل ُل ْق َف َل َف َل َث
ِف ي اِن يِه َم ا َط ُب َت ْج ِد يٍد َو ا َق
َع ْي ِه الَّز ْو ُج َكاَن اَأْلْص ا ِت َض اَء ُك ا َم ْه ِر َو َح َكْم َنا
ِب ُو وِع
َط ْلَق ٍة اِل ْس ِت ْلَز اِم الَّث اِن ي َلَه ا َظ اِه ًر ا َو َم ا ُه َنا ِف ي
ُم َج َّر ِد َط َلٍب ِم ْن الَّز ْو ِج ِل َت َح ُّم ٍل َأ ْو اْح ِت َي اٍط َف َت َأ َّم ْله
[1]
Bukhari, Shahih
Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 20, No. Hadits : 52
[2] Bukhari, Shahih Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. IX, Hal.
98, No. Hadits : 7208
[3] Ibnu Bathal, Syarah
Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. XV, Hal. 301
[4] Ibnu
Hajar al-Asqalany, Fathul Barri, Maktabah Syamilah, Juz. XIII, Hal. 199
[5] Zakariya
al-Anshari, Fath al-Wahab, Dicetak pada hamisy Bujairumy ‘ala
Fath al-
Wahab, Dar Shadir, Beirut, Juz. III, Hal. 413
[6] Jalaluddin al-Mahalli, Syarah al-Mahalli ‘ala al-Minhaj, dicetak pada hamisy
Qalyubi wa Umairah, Darul Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. III, Hal.
281
[7] Ibnu Hajar
al-Haitamy, Tuhfah al-Muhtaj, dicetak pada hamisy Hawasyi
Syarwani
‘ala Tuhfah al-Muhtaj, Mathba’ah
Mustafa Muhammad, Mesir, Juz. VII, Hal. 391.
[8]
Lihat Ibnu
Hajar al-Haitamy, Tuhfah al-Muhtaj, dicetak pada hamisy Hawasyi
Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtaj, Mathba’ah Mustafa Muhammad, Mesir, Juz. VIII,
Hal. 16
[9]
Lihat Ibnu
Hajar al-Haitamy, Tuhfah al-Muhtaj, dicetak pada hamisy Hawasyi
Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtaj, Mathba’ah Mustafa Muhammad, Mesir, Juz. VII,
Hal. 421
[10] Yusuf al-Ardabili al-Syafi’i, al-Anwar li A’mal al-Anwar, Dar
al-Dhiya’, Juz. II,
Hal. 441
Tgk Alizar Usman
di
19.14
Berbagi
27 komentar:
Tolong penjelasan tentang kalimat yang kita ucapkan sewaktu akad nikah?
Ada yang mengatakan apa bila kita ucapkan "ka loen teurimoeng " nikahnya tidak sah.tapi
harus dengan kata "loen teurimoeng"yang jadi masalah kalimat sudah saya terima dan saya
terima
wassalam
Balas
Balasan
wassalam
Balas
Dalam acara akad nikah saksi dan wali adalah syarat wajib sahnya pernikahan.
Wassalam
Balas
Balasan
1. islam
5. laki2
(I'anah III/305-306)
1. merdeka
2. laki2
3. adil
4. islam
5. mukallaf
6. bisa mendengar
(I'anah III/298-299)
Balas
mohon penjelasannya
wassalam
Balas
Balasan
2. maka kalau wali yg lebih dekat fasiq, maka walinya berpindah kepada yang lebih
jauh. misalnya kalau ayah fasiq, maka walinya adalah kakek yang tidak fasiq.
wassalam
Balas
Bagaimanakah status nikah yg di wakilkan oleh Tgk kadhi karna semua wali fasiq
Tolong tanggapannya
Wassalam
Balas
Balasan
2. namun tentu kita gak boleh berburuk sangka kepada orang dgn menyebut semua
orang fasiq. apalagi orang bisa saja pada waktu menikahkan atau mewakilkan nikah
kepada orang lain sudah taubat. urusan taubat itu benar2 atau pura2 , itu hanyalah
urusan orang itu dgn tuhannya. kita menghukum dgn patokan dhahirnya saja.
wassalam
Balas
Balasan
Balas
1. jika suami tidak menafkahi materi slma 3 bulan berturut2 apakah sdh jatuh talak?
2. Suami ingin memperbarui nikah kita dg alasan memperbaiki. apa saja syarat yg harus kita
lakukan??
Balasan
2. memperbaharui nikah tidak ada syarat2 apa, lakukan saja nikah sperti nikah
biasanya. ada wali, 2 orang saksi, ada suami. ada lafazh ijab kabul , sebagaimana
halnya nikah pada biasanya.
Balas
Balas
Balasan
3. nikah tdk wajib di laksanakan di depan KUA. yang penting nikah itu sdh ada
rukun dan syaratnya sesuai dgn syara', seperti ada wali dan 2 saksi, maka sdh sah,
baik di laksanakan di KUA atau dilakukan sendiri oleh walinya. nikah di KUA atau
dicatat oleh KUA itu hanya kewajiban negara saja.
wassalam
Balas
Bgaimana jika ingin memperbarui akad tetapi tdak memungkikan untuk dilaksanakan kecuali
dengan memberitau telah terjadinya hbungan haram sebelum menikah tetapi tdk hamil
kepada wali?
apakah diperbolehkan untuk tidak memperbarui akadnya dan apakah akad yg pertama
menjadi sah?
Balas
Balasan
http://kitab-kuneng.blogspot.co.id/2011/12/nikah-dengan-wanita-hamil-karena-
zina_02.html
3. aib yg pernah dilakukan tidak perlu di ungkit2 lagi, apalagi menyampaikan kpd
orang yg menimbulkan masalah baru. yg penting sdr taubat dan bercita-cita tdk
melakukan lagi serta minta ampun kpd Allah dan banyak2lah beribadah kpd -Nya.
wassalam
Apakah taubat dari wanita pezina sebelum akad itu termasuk syarat dan rukun
nikah?
Bagaimana jika sebelum akad ia blm bertaubat tetapi dlm hati ia menginginkan
menikah agar terhenti dari perbuatan zina, maksud saya ia bermaksud
mengehntikan perzinaan antara dia dan lelaki yg kini menjadi suaminya dengan
cara menikah, apakah itu bisa dikatakan taubat nya? Sah kah pernikahan yg
dilakukannya?
Balas
Ustad apabila spasang suami istri telah menikah,,diwalikan ayah kandung pihak mpelai
wanita..namun setelah menikah dan punya anak,, si ibu mertua mengatakan kalo dl mereka
menikah saat mngandung 2 bln, tp krn si bapak mertua beragapan bahwa nasabnya
nyambung menurut bbrp ustad n fiqh(krn anak lahir 6bln stelah akad) makanya si bapak
bersikeras mjdi wali,dan mengatakan kalau sampai si ibu mebongkar sama saja membuka
aib,,oleh krn itu ibu mertua tidak brani mengatakan apa2 saat tjd pernikahan anaknya
diwalikan si bapak. Namun stelah beberapa tahun baru mengatakan yang sebenarnya pd si
mantu dan anak tp tanpa spengetahua bapak mertua. Karena ibu mertua merasa was was
takut apabila pernikahan anaknya dikatakan tdk sah. Ibu mertua ingin anak dan mantu
menikah ulang.
Pertanyaannya:
1.haruskah mantu dan anaknya menikah ulang?utk menenangkan hati ibu mertua.
2.jika akhirnya menikah ulang, bagaimana status anak yg telah lahir dr prnikahan yg
diwalikan ayah mpelai wanita, apakah disebut anak zina, mengingat pasangan ini tdk tahu
sama sekali ttg masa lalu ortu mpelai wanita.
3.jika yang pertama sudah sah (spt apa yg dkatakan bpk mertua) dan kami ttap mengulang
pernikahan tanpa berwalikan ayah mertua melainkan berwali hakim,,bukankan malah
pernikahan kedua ini yg mjdi tidak sah karena berwalikan hakim sedangkan ayah mertua
masih ada..
Balasan
Balas
Benat 18 Juli 2018 18.35
Assalamualaikum...
Pak ustad... apakah seorg anak perempuan dr hasil dluar nikah blh dwalikan ayahnya? Ato
hanya bs dwalikan walihakim saja?
Balas
Publikasikan Pratinjau
Beri tahu saya
‹ Beranda ›
Lihat versi web
Mengenai Saya