Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

            Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu siklus
kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju kemandirian
fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi. Bidan harus selalu
berupaya untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis
BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus.
Artinya nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan
kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk
menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap
hangat, mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya.

B.  TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan :

1.      Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan 2

2.      Mahasiswa diharapkan dapat mengerti asuhan bayi baru lahir dan mengerti perubahan bayi
baru lahir terhadap keadaan diluar uterus

Ø  Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang adaptasi fisiologis fetus dari kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
b. Untuk meningkatkan kemampuan bidan yang ingin menjadi bidan professional untuk berfikir
kritis dan untuk meningkatkan wawasan mahasiswi kebidanan tentang Transisi kehidupan Fetus
dari Intrauterine dan Ektrauterine.

Ø  Tujuan Khusus
a. Untuk memahami apa itu adaptasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
b.Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada fetus dari intrauterin ke
ekstrauterin.
c. Untuk memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi baru
lahir.

C. MANFAAT
a)      Mampu memahami apa itu adaptasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
b)      Mampu mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada fetus dari intrauterin ke
ekstrauterin.
c)      Mampu memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir.

BAB  II
PEMBAHASAN
1.      DEFINISI

Bayi baru lahir adalah bayi segera setelah lahir sampai dua puluh delapan hari. Pelayanan
kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini
terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti
gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan dan buruknya hygiene. Disamping itu
perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor-
faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi : 1) perdarahan, 2) hipertensi, 3)
infeksi, 4) kelahiran preterm/bayi berat lahir redah, 5) asfiksia dan 6) hipotermia (Saifuddin,
2006 : 132 ).

A.   PERUBAHAN  SISTEM PERNAFASAN

Perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
(dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu. Bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem
sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan
kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
1.      Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
2.      Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan
yang  merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.Interaksi antara sistem
pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkesinambungan.

Rangsangan untuk grk pernafasan :


      •         Tekanan mekanik dr thoraks
      •         Pe¯ Pa O2 & ke Pa CO2
      •         Rangsangan dingin pd daerah muka
Upaya pernafasan pertama seorang bayi, berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam
paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.

B.   PERUBAHAN  SISTEM PEREDARAN DARAH

Sistem sirkulasi darah terdiri dari jantung, dan serangkaian pembuluh yaitu arteri, kapiler
dan vena. Sistem ini berguna untuk membagikan bahan nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh
bagian tubuh kemudian mengangkut limbah metabolisme sel tubuh.
Terjadi perubahan besar, yaitu :
·         Penutupan foramen ovale pd atrium jantung
·         Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru2 & aorta
·         Denyut jantung BBL rata2 140 dtk/mnt dan volume darah pada BBL berkisar 80 – 110 ml/kg

SIRKULASI JANIN DAN PERUBAHANNYA SETELAH LAHIR 

Untuk memenuhi kebutuhan respirasi, nutrisi dan ekskresi, janin memerlukan sirkulasi yang
berbeda dengan sirkulasi ekstra uterin.
Pada janin masih terdapat pirau intra kardial(foramen ovale) dan ekstrakardial (duktus arteriosus
botali,duktus venosus arantii dan arteri umbilikalis )

Sirkulasi janin
Darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena umbilikalis masuk
ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melalui duktus venosus arantii,di dalam
atrium dekstra sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra melalui
foramen ovale yang terletak diantara dekstra dan atrium sinistra,dari atrium sinistra selanjutnya
darah ini mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan ke aorta. Hanya sebagian
kecil darah dari atrium dekstra mengalir ke ventrikel dekstra bersama-sama dengan darah yang
berasal dari vena cava superior. Karena terdapat tekanan dari paru-paru yang belum berkembang,
sebagian besar darah dari ventrikel dekstra ini yang seyogianya mengalir melalui arteri
pulmonaliske paru-paru akan mengalir melalui duktus arteriosus botali ke aorta,sebagian kecil
akan menuju ke paru-paru dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis.Darah dari
aorta akan mengalir keseluruh tubuh janin untuk memberi nutrisi oksigenasi pada sel-sel
tubuh .Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran
akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis,seterusnya diteruskan ke peredaran darah
dikotiledon dan jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis demikian seterusnya,sirkulasi
janin ini berlangsung ketika janin berada di dalam uterus.
Perubahan sirkulasi paska lahir
Segera setelah janin dilahirkan, bayi menghisap udara dan menangis kuat, hal ini akan paru-
parunya berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil dan darah akan terisap ke dalam paru-
paru, dengan demikian duktus arteosus botali tidak berfungsi dan karena tekanan dalam atrium
sinistra meningkat maka foramen ovale akan tertutup dan menjadi tidak berfungsi lagi. Ketika
tali pusat dipotong dan diikat, arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan mengalami
obiliterasi, dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara
yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan
sistem pencernaan sendiri.
Perubahan sirkulasi pasca lahir
Segera setelah bayi lahir akan terjadi perubahan-perubahan sbb:
 Tahanan vascular paru menurun dan tahanan sistemik meningkatsehingga aliran darah
ke paru meningkat
Ketika bayi menangis untuk pertama kalinya akan mengakibatkan paru-paru berkembang, hal itu
akan mengakibatkan tahanan vaskular paru berkurang degan cepat tapi tidak segera diikuti
penurunan tekanan arteri pulmonalis.
Penurunan tekanan arteri pulmonalis disebabkan perubahan pada dinding arteiol paru.
 Tahanan sistemik meningkat
Tekanan darah sistemik tdk segera meningkat tapi berangsur-angsur bahkan bisa terjadi
penurunan tekanan darah dulu dalam 24 jam pertama. Pengaruh hipoksi di sini tidak bermakna
 Penutupan Duktus arteosus
Penutupan anatomis dimulai segera setelah lahir tapi penutupan sempurna .
sebagian besar bayi baru terjadi setelah beberapa bulan, .pada sebagian kecil sampai umur satu
tahun. Secara fungsional DA kiri dan kanan masih dilewati darah sampai beberapa jam bahkan
beberapa hari.
Pada hipoksia, pirau kanan ke kiri bertambah. DA persisten sering terjadi pada keadaan yang
menyebabkan hipoksia seperti sindrom gangguan pernafasan, prematuritas dan bayi lahir di
dataran tinggi
 Penutupan Foramen ovale
Tidak menutup secara fungsinal pada jam-jam pertama setelah lahir. Pirau kanan ke kiri masih
dapat terjadi pada 50% bayi yang menangis sampai usia 8 hari paska lahir. Meski foramen ovale
masih paten sampai usia sampai usia 5 tahun (50%) dan masih tetap terbuka pada umur lebih dari
25 tahun (25%) tetapi FO tidak berfungsi lagi setelah satu minggu.
Bila FO menutup sebelum janin lahir akan menyebabkan kardiomegali in utero yang bisa
menyebabkan gagal jantung kanan
 Penutupan Duktus venosus
Bila semua perubahan fisiologis berlangsung normal maka sirkulasi ekstra uterin yang terjadi
akan berlangsung normal yaitu darah dari paru menuju ke atrium kiri lalu ke ventrikel kiri
selanjutnya menuju aorta ke seluruh tubuh kemudian darah dari perifer melalui vena kava
superior dan inferior menuju atrium kanan , ventrikel kanan dan melalui arteri pulmonalis masuk
lagi ke dalam paru.
PERUBAHAN FISIOLOGI /ADAPTASI FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

PENDAHULUAN

Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan
fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang
tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
(plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen
melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap
penyakit /infeksi.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling
cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan
dalam mengambil dan menggunakan glukosa.

ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL

Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :

1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai
sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.

Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

3). Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2
akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4). Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan(lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup
dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang
akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar rahim.

2. Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang
baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

c.Penutupan duktus venosus

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi

a. sirkulasi darah fetus

1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar

b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan
sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra

d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens

e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta.
Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus
arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.

2). Sistem sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam
hepar.Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior

b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari venaumbilicalis dan mengalirkan


sejumlahbesar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior

c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior
dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke
atrium dextrum

d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi
dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula
mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya
untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi

e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium
dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula
tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter

f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang


nonfungsional,yanghanya memerlukan nutrien sedikit

g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam
aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior

h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah
kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari
peredaran darah maternal

b. Perubahan pada saat lahir

1). Penghentian pasokan darah dari plasenta

2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3). Penutupan foramen ovale

4). Fibrosis
a). Vena umbilicalis

b). Ductus venosus

c). Arteriae hypogastrica

d). Ductus arteriosus

Sirkulasi darah bayi sirkulasi darah janin

3. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh
tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL

4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. melalui penggunaan ASI

b. melaui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa
dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka
otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko
utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,,
apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala
pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di
sel-sel otak.

C.    SISTEM METABOLISME DAN PANGATURAN SUHU

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin.

Kehilangan panas pd BBL dpt tjd mll 4 cara a/l :


•       Konveksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak dengan udara yang dingin di
sekitarnya.
•       Radiasi :Proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan dekat dengan benda-benda yang
lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya.
•       Evaporasi : Proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah.
•       Konduksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah .

Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir

            Pengaturan suhu pada neonatus masih belum baik selama beberapa saat. Karena
hipotalamus bayi masih belum matur, dan bayi masih rentan terhadap hipotermia, terutama jika
terpajan dingin atau aliran udara dingin, saat basah, sulit bergerak bebas, atau saat kekurangan
nutrisi. Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingi dari pada saat kelahiran, dengan suhu kamr
bersalin 21 C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37, 7 C. Pada saat lahir,
faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan
tubuh bayi baru lahir, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot.

Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat amnion menguap dari kulit. Setiap milimeter
penguapan tersebut memindahkan 500 kalori panas (Rutter 1992). Bayi kehilangan panas melalui
empat cara, yaitu:

a.      Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbanganyang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akbat proses konduksi

b.      Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang ilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara
atau penyejuk ruangan.

Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak
boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari
area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi udara
sekitar bayi.

c.       Evaporasi

Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi
karena meguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi
tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Bayi baru lahir
yang dalam keadaan baswah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu bayi
harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan.
Lebih baik lagi menggunakan handuk hangat untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.

d.      Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi yang ditempatkan dekat benda yang
mempunyai tempratur tubuh lebihrendah ari tempratur tubuh bayi. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan
langsung dengan tubuh bayi.

Sumber:

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehata Masyarakat, (2004), Buku Acuan


Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Departemen Kesehatan

M. Fraser, Diane,  (2009), Myles Buku Ajar Bidan, Jakarta:EGC

Varney, Helen, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakrta: EGC


Sarwono, Prawirohardjo., (2010), Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.  Bina Pustaka sarwono

 2.    Metabolisme Glukosa

Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu
sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau
memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI),
penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain
khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai
glikogen dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :

a.       Melalui penggunaan ASI

b.      Melalui penggunaan cadangan glikogen

c.       Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

D.     SISTEM GINJAL

Pada BBL, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi ginjal
yang mirip dengan fungsi orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. BBL
memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare atau pola
makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan
cairan, seperti dehidrasi atau edema.

Ketidaknormalan ginjal juga membatasi kemampuan BBL untuk mengekskresi


obat.Sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih saat lahir, tetapi bayi baru lahir ada
yang tidak mengeluarkan urine selama 12 sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode
ini. Berkemih enam sampai 10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang
cukup. Umumnya, bayi yang cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per
hari. Ginjal  sudah berfungsi, tetapi belum sempurna. BBL harus BAK dalam 24 jam
pertama,  jumlah urin   20 – 30 ml/hr dan meningkat menjadi  100 – 200 ml/hr pada akhir
minggu pertama.

E.     Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan

Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir
fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup
matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi
kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi
elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi
biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam
pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan
frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali bila
terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari
sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke
lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan  kurang dan metabolisme
meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.

Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh, volume
cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan
ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca
natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan
ekstraseluler.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC


2. Marimbi,H.(2010).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.
3. Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
4. Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.
5. Tuker,M.Susan.(1997).Pemantauan Janin Edisi 2.Jakarta:EGC
6. Dewi,S.N.(2012).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Pustaka Rihana.
7.  Sadler.T.W.(1996).Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-3.Jakarta:EGC
8.  Sudarti,dkk.(2012).Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita.Yogyakarta:Nuha
Medika
9.  http://bidanlia.blogspot.com/2008/12/adaptasi-bayi-baru-lahir.html
10. http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-pada.html

Diposting oleh evi siahaan di 03.58 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai