Anda di halaman 1dari 23

JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA

KIT ELEKTRO GUNA MENINGKATKAN LAYANAN PRAKTIKUM


MAHASISWA

1 2
EDWINANTO, NURUL HASANAH
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NUSA PUTRA, SUKABUMI,
INDONESIA
e-mail:1 edwinanto@nusaputra.ac.id , 2 nurul.hasanah@nusaputra.ac.id

ABSTRAK
Perancangan dan pembuatan kit praktikum elektronika dasar yang dapat digunakan untuk
memudahkan mahasiswa/mahasiswi jurusan Teknik Elektronika dalam melakukan praktek di
Laboratorium. Kit praktikum elektronika dasar ini terdiri dari komponen-komponen elektronika
dasar serta soket penghubung untuk menghubungkan komponen yang satu dengan yang
lainnya menjadi berbagai macam percobaan rangkaian dengan menggunakan jumper.
Berdasarkan hasil pengujian kit praktikum elektronika dasar ini diimplementasikan untuk
mempelajari dasar-dasar komponen elektronika, rangkaian, karakteristik dan prinsip
kerjanya.

Kata Kunci : Kit Praktikum Elektronika Dasar, Komponen dan Rangkaian.

1. PENDAHULUAN Berdasarkan fungsinya komponen-


Elektronika dasar adalah bagian dari komponen elektronika dapat dibagi
ilmu elektronika yang mempelajari dasar- menjadi dua kelompok, yaitu komponen
dasar komponen elektronika, rangkaian, elektronika aktif dan komponen
karakteristik dan prinsip kerjanya yang elektronika pasif. Komponen aktif adalah
harus terlebih dahulu dipahami sebelum jenis komponen elektronika yang
merancang dan merakit sebuah memerlukan arus listrik agar dapat
peralatan elektronika. Elektronika dasar bekerja dalam rangkaian elektronika.
berperan penting dalam dunia Contohnya transistor dan IC. Komponen
elektronika, karena elektronika dasar elektronika aktif sangat peka terhadap
merupakan landasan atau bekal dasar elektrostatik, maka harus ada
untuk mendalami ilmu elektronika. penanganan khusus untuk menghindari
Dalam elektronika dasar, memahami elektrostatik. Sedangkan komponen pasif
komponen-komponen elektronika adalah adalah jenis komponen elektronika yang
hal yang sangat penting yang bekerja tanpa memerlukan arus listrik.
mendukung terbentuknya sebuah sistem Contohnya resistor, kapasitor,
elektronika dalam sebuah rangkaian tansformator, dan dioda. [1]
elektronika. Komponen dasar
elektronika ini selalu ada dan digunakan 2. KAJIAN PUSTAKA
pada hampir setiap desain rangkaian. 2.1 Beberapa Jenis komponen dasar
Semua perangkat elektronika terdiri dari elektronika
komponen-komponen dasar maupun 2.1.1 Resistor,
bentuk terintegrasi dari komponen- Merupakan salahsatu komponen dasar -
komponen tersebut. Semuanya elektronika yang berfungsi untuk
dirangkai menjadi suatu rangkaian menghambat arus yang mengalir dalam
elektronika yang mempunyai fungsi suatu rangkaian tertutup. Kemampuan
tertentu. suatu resistor dalam menghambat suatu

1 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


arus dinamakan resistansi yang Gambar 2.1 Resistor
dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω).
Besarnya nilai resistansi suatu Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan
resistor dapat kita lihat dari cincin bahwa resistor tersebut memiliki 5 cincin
warna yang terdapat pada badan warna, yaitu jingga, jingga, putih dan
resistor. Seperti ditunjukkan pada hitam. Adapun cincin warna coklat
merupakan toleransi. Untuk lebih jelasnya
Gambar 2.1 [1]
dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai Warna Pada Cincin Resistor


Warna Cincin Cincin I Cincin II Cincin III Cincin IV Cincin V
Angka ke-1 Angka ke-2 Angka ke-3 Pengali Toleransi
Hitam 0 0 0 x100
Coklat 1 1 1 x101 1%
Merah 2 2 2 x102 2%
Jingga 3 3 3 x103
Kuning 4 4 4 x104
Hijau 5 5 5 x105
Biru 6 6 6 x106
Ungu 7 7 7 x107
abu-abu 8 8 8 x106
Putih 9 9 9 x109
Emas x10-1 5%
Perak x10-2  10 %

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dijelaskan ketiga menyatakan faktor pengali dan
bahwa jumlah cincin warna pada resistor cincin keempat menyatakan nilai toleransi.
berbeda-beda, mulai dari 4 cincin warna
hingga 5 cincin warna. Semakin banyak Fungsi Resistor
cincin warna, maka nilai resistansi resistor 1. Menahan sebagian arus listrik agar
semakin akurat (semakin mendekati nilai sesuai dengan kebutuhan suatu
yang sebenarnya). Untuk lebih jelasnya rangkaian elektronika.
dapat dilihat contoh perhitungan resistansi 2. Menurunkan tegangan sesuai dengan
resistor 4 cincin pada Tabel 2.2 yang dibutuhkan oleh rangkaian el-
ektronika.
Tabel 2.2 Contoh Perhitungan Resistansi Re- 3. Membagi tegangan.
sistor 4 Cincin 4. Bekerja sama dengan transistor dan
Merah Kuning Biru Emas Hasilnya kondensator dalam suatu rangkaian un-
2 4 X 5% 24M   5
tuk membangkitkan frekuensi tinggi dan
106 % frekuensi rendah. [1]

Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dijelaskan


bahwa untuk resistor dengan 4 cincin
warna, cincin pertama dan kedua 2.1.2 LDR
menyatakan nilai resistansi resistor, cincin LDR (Light Dependent Resistor)
merupakan resistor yang nilai

2 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


resistansinya dapat berubah apabila rangkaian elektronika dapat mengakibat-
terjadi perubahan intensitas cahaya di kan kapasitor tersebut menggelembung
daerah sekelilingnya. Itu dapat terjadi atau bahkan meledak. Penggunaan kapa-
karena intensitas cahaya yang besar sitor dengan tegangan break yang lebih
dapat mendorong elektron untuk kecil dari tegangan kerja pada rangkaian
menembus batas-batas pada LDR. juga dapat mengakibatkan kapasitor ter-
Resistor LDR sendiri banyak digunakan sebut meledak. [2]
sebagai sensor cahaya, khususnya pada
lampu taman. Gambar 2.2 menunjukkan Fungsi Kapasitor
bentuk fisik dari LDR. [1] 1. Penyimpan muatan listrik.
2. Menahan arus rata (DC).
3. Menghubung singkat sebuah tahanan
bagi arus bolak-balik (AC).
4. Sebagai filter untuk regulator.
Gambar 2.2 LDR 5. Pengkopel sinyal.
6. Pembangkit gelombang bulan sinus.
[2]
Berdasarkan Gambar 2.2 dapat di-
jelaskan bahwa nilai resistansi LDR
terpengaruh oleh perubahan intensitas 2.1.4 Kapasitor Elektrolit (Elco)
cahaya yang mengenainya. Makin be- Kapasitor ini hanya digunakan pada te-
sar intensitas cahaya yang gangan DC yang berdenyut pada
mengenainya makin kecil nilai re- rangkaian radio, televisi, telepon, telegraf,
sistansinya. peluru kendali dan perlengkapan komput-
er. Fungsi elco adalah sebagai perata
2.1.3 Kapasitor denyut arus listrik. Gambar 2.5 menunjuk-
Kapasitansi didefenisikan sebagai kan bentuk fisik dari elco. [2]
kemampuan dari suatu kapasitor untuk
dapat menampung muatan elektron.
Coulombs pada abad 18 menghitung
bahwa 1 Coulomb = 6.25 x 1018 elektron.
Kemudian Michael Faraday membuat
postulat bahwa sebuah kapasitor akan
memiliki kapasitansi sebesar 1 Farad jika
dengan tegangan 1 Volt dapat memuat Gambar 2.5 Kapasitor Elektrolit (Elco)
muatan elektron sebanyak 1 Coulombs.
Sehingga rumus ini dapat ditulis : Berdasarkan Gambar 2.5 dapat dijelaskan
Q = C.V (2.3) bahwa kapasitor elektrolit mempunyai
Dimana : dielektrik berupa oksida aluminium. El-
Q = muatan elektron dalam C (Coulombs) ektroda positif terbuat dari bahan logam,
C = nilai kapasitansi dalam F (Farads) seperti aluminium dan tantalum, se-
V = besar tegangan dalam V (Volt) [2] dangkan elektroda negatif terbuat dari ba-
han elektrolit. Bahan dielektrik digunakan
Berbeda halnya dengan resistor yang da- untuk melapisi elektroda negatif. Tebal
lam pemasangannya bisa dibolak-balik, lapisan oksida sekitar 0,0001 mm.
pemasangan kaki kapasitor tidak boleh
sembarangan. Hal ini dikarenakan kaki 2.1.5 Dioda
kapasitor ada yang bermuatan positif dan Dioda adalah komponen elektronika yang
ada yang bermuatan negatif. Salah terbuat dari bahan semikonduktor. Dioda
menempatkan kaki kapasitor dalam suatu memiliki fungsi hanya mengalirkan arus

3 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


satu arah saja. Gambar 2.8 menunjukkan
simbol dan struktur dioda. [3] Gambar 2.9 LED

Berdasarkan Gambar 2.9 dapat dijelaskan


bahwa LED merupakan komponen yang
dapat mengeluarkan emisi cahaya. Untuk
mendapatkan emisi cahaya pada
semikonduktor, doping yang dipakai
adalah galium, arsenic, dan phosporus.
Gambar 2.8 Simbol dan Struktur Dioda Jenis doping yang berbeda menghasilkan
warna cahaya yang berbeda pula.
Berdasarkan Gambar 2.8 dapat dijelaskan
bahwa simbol anoda berarti positif dan 2.1.7. Diode Rectifier (Dioda
katoda negatif. Struktur dioda adalah Penyearah)
sambungan semikonduktor P dan N. Satu Dioda jenis ini memiliki karakteristik yang
sisi adalah semikonduktor dengan tipe P berbeda-beda sesuai dengan kapasitas
dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. tegangan yang dimiliki. Gambar 2.10
Dengan struktur demikian arus hanya menunjukkan bentuk fisik dari diode
akan mengalir dari sisi P menuju sisi N. rectifier. [3]

2.5.1 Fungsi Dioda


1. Penyearah.
2. Penstabil tegangan (voltage regulator).
3. Pengaman.
4. Sebagai rangkaian clipper, yaitu untuk
memangkas/membuang level sinyal
yang ada di atas atau di bawah level
tegangan tertentu. Gambar 2.10 Diode Rectifier
5. Sebagai rangkaian VCO (voltage con-
trolled oscilator). [3] Berdasarkan Gambar 2.10 dapat
dijelaskan bahwa diode rectifier
2.1.6 Light Emitting Diode (Dioda merupakan dioda penyearah arus atau
Emisi Cahaya) tegangan yang diberikan. Contohnya
Dioda yang sering disingkat LED ini seperti arus berlawanan (AC)
merupakan salah satu piranti elektronik disearahkan sehingga menghasilkan
yang menggabungkan dua unsur yaitu arus searah (DC).
optik dan elektronik yang disebut juga
sebagai opteolotronic dengan masing- 2.1.8. Diode Bridge
masing elektrodanya berupa anoda (+) Jembatan dioda adalah gabungan empat
dan katoda (-). Dioda jenis ini atau lebih dioda yang membentuk sebuah
dikategorikan berdasarkan arah bias, jembatan konfigurasi yang menyediakan
diameter cahaya yang dihasilkan dan polaritas output dan polaritas input
warnanya. Gambar 2.9 menunjukkan ketika digunakan dalam aplikasi yang
bentuk fisik dari LED. [3] paling umum konversi dari arus bolak
balik. Fungsi atau bagian utama dari
jembatan dioda adalah bahwa polaritas
outputnya berbeda dengan polaritas input.
Gambar 2.11 menunjukkan bentuk fisik
dari diode bridge. [3]

4 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


medan magnet yang berubah. Medan
magnet yang berubah diperkuat oleh
adanya inti besi dan dihantarkan inti besi
ke kumparan sekunder, sehingga pada
ujung-ujung kumparan sekunder akan
Gambar 2.11 Diode Bridge
timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan
induktansi timbal-balik (mutual
2.1.9 Transformator
inductance). [4]
Pengertian Transformator
Transformator (trafo) adalah alat
2.1.10 Transistor
yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transistor adalah komponen
Gambar 2.12 menunjukkan bentuk fisik elektronika semikonduktor yang memiliki 3
kaki elektroda, yaitu basis (dasar),
dari transformator. [4]
collector (pengumpul) dan emittor
(pemancar).
Jika dilihat dari susunan semikonduktor,
transistor dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu transistor PNP dan transistor NPN.
Untuk dapat membedakan kedua jenis
tersebut, dapat dilihat dari bentuk arah
panah yang terdapat pada kaki emitornya.
Pada transistor PNP arah panah akan
mengarah ke dalam, sedangkan pada
Gambar 2.12 Transformator transistor NPN arah panahnya akan
mengarah ke luar. Gambar 2.14
Berdasarkan Gambar 2.12 dapat menunjukkan bentuk fisik dari salah satu
dijelaskan bahwa transformator terdiri dari jenis transistor. [5]
tiga komponen pokok yaitu kumparan
pertama (primer) yang bertindak sebagai
input, kumparan kedua (sekunder) yang
bertindak sebagai output dan inti besi
yang berfungsi untuk memperkuat medan
magnet yang dihasilkan.
Gambar 2.14 Transistor
Berdasarkan Gambar 2.14 dapat
Prinsip Kerja Transformator dijelaskan bahwa transistor memiliki 3 kaki
elektroda, yaitu E (Emittor), B (Basis), dan
C (Collector).
a. Fungsi Transistor
1. Sebagai penguat amplifier.
2. Sebagai pemutus dan penyambung
(switching).
3. Sebagai pengatur stabilitas tegangan.
Gambar 2.13 Cara Kerja Transformator 4. Sebagai peratas arus.
5. Dapat menahan sebagian arus yang
Berdasarkan Gambar 2.13 dapat
mengalir.
dijelaskan bahwa prinsip kerja dari sebuah
6. Menguatkan arus dalam rangkaian.
transformator adalah ketika kumparan
primer dihubungkan dengan sumber
7. Sebagai pembangkit frekuensi ren-
tegangan bolak-balik, perubahan arus dah ataupun tinggi. [5]
listrik pada kumparan primer menimbulkan

5 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


2.1.11 Voltage Regulator (IC Penga- Berdasarkan Gambar 2.16 dapat
tur Tegangan) DC dijelaskan bahwa relay terdiri dari 4
Pengatur tegangan atau voltage komponen dasar, yaitu electromagnet
regulator adalah salah satu rangkaian (coil), armature, switch contact point
yang sering dipakai dalam peralatan el- (saklar) dan spring.
ektronika. Fungsi pengatur tegangan
(voltage regulator) adalah untuk memper- 2.1.12 Buzzer
tahankan atau memastikan tegangan pada Buzzer adalah sebuah komponen
level tertentu secara otomatis. Artinya, te- elektronika yang berfungsi untuk
gangan output (keluaran) DC pada voltage mengubah getaran listrik menjadi getaran
regulator tidak dipengaruhi oleh peru- suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer
bahan tegangan input (masukan), beban hampir sama dengan loud speaker.
pada output dan juga suhu. Rangkaian Buzzer biasa digunakan sebagai indikator
voltage regulator ini banyak ditemukan bahwa proses telah selesai atau terjadi
pada adaptor yang bertugas untuk mem- suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).
berikan tegangan DC. Gambar 2.15 Gambar 2.17 menunjukkan bentuk fisik
menunjukkan bentuk fisik dari salah satu dari buzzer. [8]
jenis IC voltage regulator. [6]

Gambar 2.17 Buzzer


Berdasarkan Gambar 2.17 dapat
dijelaskan bahwa buzzer juga terdiri dari
Gambar 2.15 IC Voltage Regulator
kumparan yang terpasang pada diafragma
dan kemudian kumparan tersebut dialiri
2.1.11 Relay arus sehingga menjadi elektromagnet.
Relay adalah saklar (switch) Kumparan tadi akan tertarik ke dalam
yang dioperasikan secara listrik dan atau keluar, tergantung dari arah arus
merupakan-komponen elektromekanikal dan polaritas magnetnya. Karena
yang terdiri dari dua bagian utama yakni kumparan dipasang pada diafragma,
elektromagnet (coil) dan mekanikal maka setiap gerakan kumparan akan
(seperangkat kontak saklar). Relay menggerakkan diafragma secara bolak-
menggunakan prinsip elektromagnetik balik sehingga membuat udara bergetar
untuk menggerakkan kontak saklar yang akan menghasilkan suara.
sehingga dengan arus listrik yang kecil
(low power) dapat menghantarkan listrik 2.1.13 Motor DC
yang bertegangan lebih tinggi. Gambar
Motor DC merupakan jenis motor
2.16 menunjukkan bentuk fisik dari relay.
yang menggunakan tegangan searah
[7]
sebagai sumber tenaganya. Dengan
memberikan beda tegangan pada kedua
terminal tersebut, motor akan berputar
pada satu arah, dan bila polaritas dari
tegangan tersebut dibalik maka arah
putaran motor akan terbalik pula. Polaritas
Gambar 2.16 Relay dari tegangan yang diberikan pada dua
terminal menentukan arah putaran motor

6 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


sedangkan besar dari beda tegangan Multimeter adalah alat
pada kedua terminal menentukan pengukur listrik yang dapat mengukur
kecepatan motor. Gambar 2.18 tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-
menunjukkan bentuk fisik dari motor meter), maupun arus (amperemeter).
DC. [9] Berdasarkan pembacaan hasil ukurnya,
multimeter ada dua jenis yaitu :
2.2.1.1 Multimeter Analog
Multimeter analog atau yang biasa
disebut multimeter jarum adalah alat
pengukur besaran listrik yang
menggunakan tampilan dengan jarum
Gambar 2.18 Motor DC yang bergerak ke range-range yang kita
Berdasarkan Gambar 2.18 dapat ukur dengan probe . Multimeter ini
dijelaskan bahwa motor DC memiliki 2 tersedia dengan kemampuan untuk
bagian dasar, yaitu bagian yang mengukur hambatan (ohm), tegangan
tetap/stasioner yang disebut stator dan (Volt) dan arus (mA). Analog tidak
bagian yang berputar disebut rotor. digunakan untuk mengukur secara detail
suatu besaran nilai komponen, tetapi
kebanyakan hanya digunakan untuk baik
2.1.14 Saklar atau jeleknya komponen pada waktu
Saklar adalah sebuah perangkat pengukuran atau juga digunakan untuk
yang digunakan untuk memutuskan dan memeriksa suatu rangkaian apakah sudah
menghubungkan aliran listrik. Jadi saklar tersambung dengan baik sesuai dengan
pada dasarnya adalah suatu alat yang rangkaian blok yang ada. Gambar 2.20
dapat atau berfungsi menghubungkan menunjukkan bentuk fisik dari multimeter
atau pemutus aliran listrik (arus listrik) baik analog. [11]
itu pada jaringan arus listrik kuat maupun
pada jaringan arus listrik lemah. Gambar
2.19 menunjukkan bentuk fisik dari saklar
jenis toggle. [10]

Gambar 2.20 Multimeter Analog


Berdasarkan Gambar 2.20 dapat
Gambar 2.19 Saklar Toggle dijelaskan bahwa multimeter analog
Berdasarkan Gambar 2.19 dapat pembacaan hasil ukurnya menggunakan
dijelaskan bahwa saklar toggle ini penunjuk jarum.
menghubungkan atau memutuskan arus 2.2.1.2 Multimeter Digital
dengan cara menggerakkan toggle/tuas
Multimeter digital hampir sama
yang ada secara mekanis. Ukurannya
relative kecil, pada umumnya digunakan fungsinya dengan multimeter analog,
pada rangkaian elektronika. tetapi multimeter digital menggunakan
tampilan angka digital. Multimeter
2.2 Alat Ukur digital pembacaan pengukuran
2.2.1 Multimeter besaran listriknya lebih tepat jika
Pengertian Multimeter dibandingkan dengan multimeter
analog, sehingga multimeter digital

7 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


dikhususkan untuk mengukur suatu
besaran nilai tertentu dari sebuah
komponen secara mendetail sesuai 2.2.3 Osiloskop
dengan besaran yang diinginkan. Secara umum osiloskop berfungsi
Gambar 2.21 menunjukkan bentuk untuk menganalisa tingkah laku besaran
fisik dari multimeter digital. [11] yang berubah-ubah terhadap waktu yang
ditampilkan pada layar, untuk melihat
bentuk sinyal yang sedang diamati.
Dengan Osiloskop maka kita dapat
mengetahui berapa frekuensi, periode dan
tegangan dari sinyal. Terdapat dua tipe
osiloskop berdasarkan prinsip kerjanya,
yakni tipe analog (ART - analog real time
oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital
Gambar 2.21 Multimeter Digital storage osciloscope). [13]
Berdasarkan Gambar 2.21 dapat 2.2.3.1 Osiloskop Analog
dijelaskan bahwa multimeter digital Osiloskop analog menggunakan
pembacaan hasil ukurnya berupa digit tegangan yang diukur untuk
angka. menggerakkan berkas elektron dalam
Fungsi Multimeter tabung sesuai bentuk sinyal kemudian
1. Mengukur tegangan DC. menampilkannya pada layar. Osiloskop
2. Mengukur tegangan AC. ini menggambar bentuk-bentuk
3. Mengukur kuat arus DC. gelombang listrik melalui gerakan
4. Mengukur nilai hambatan sebuah re- pancaran elektron (electron beam) dalam
sistor. sebuah tabung sinar katoda (CRT -
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi. cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
6. Mengecek transistor. Gambar 2.23 menunjukkan bentuk fisik
7. Mengecek kapasitor elektrolit. dari osiloskop analog. [13]
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener.
9. Mengukur suhu (tipe tertentu). [11]

2.2.2 Power Supply


Power supply adalah suatu alat
yang berfungsi untuk merubah arus AC
menjadi arus DC untuk memberi daya
suatu perangkat keras lainnya. Gambar
2.22 menunjukkan bentuk fisik dari power Gambar 2.23 Osiloskop Analog
supply. [12] Berdasarkan Gambar 2.23 dapat
dijelaskan bahwa gelombang sinyal
osiloskop analog dihasilkan dari tabung
CRT dan tidak dapat menyimpan hasil
tampilan gelombang.
2.2.3.2 Osiloskop Digital
Osiloskop digital mencuplik bentuk
gelombang yang diukur dan dengan
Gambar 2.22 Power Supply
menggunakan ADC (Analog to Digital
Berdasarkan Gambar 2.22 dapat
Converter) untuk mengubah besaran
dijelaskan bahwa nilai arus dan tegangan
tegangan yang dicuplik menjadi besaran
pada terminal keluaran power supply jenis
digital. Gambar 2.24 menunjukkan bentuk
ini dapat diatur sesuai keinginan.
fisik dari osiloskop digital. [13]

8 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


selanjutnya adalah membuat sebuah
diagram blok dari sistem itu sendiri dapat
menggambarkan proses-proses yang
akan dikerjakan dalam proses pembuatan
alat.
Bagian terpenting dalam pembuatan
alat ini adalah blok diagram karena melalui
blok diagram kita bisa mengetahui cara
kerja alat tersebut secara keseluruhan,
Gambar 2.24 Osiloskop Digital blok diagram rangkaian menjelaskan
Berdasarkan Gambar 2.24 dapat aliran proses yang dimulai dari sumber
dijelaskan bahwa osiloskop digital tidak arus AC yang masuk ke step down
menggunakan tabung CRT dalam transformator lalu masuk ke rectifier
menampilkan gelombang sinyal (penyearah ) dan kemudian di filter dan
melainkan melalui layar LCD dan stabilisator dan dikeluarkan output arus
mampu menyimpan hasil tampilan DC.
gelombang ke memori.

3 METODELOGI
Perancangan merupakan suatu Gambar 3.1 Blok diagram secara umum
proses penting dalam pembuatan alat
untuk mendapatkan hasil yang optimal Blok diagram diatas dijelaskan
diperlukan suatu proses dalam proses bahwa sumber arus yang diterima oleh
perancangan yang baik dan terstruktur. sumber arus AC akan ditranmisikan arus
Sehingga dalam pembuatan alat akan nya pada step down tranformator, ketika
terlaksana dengan baik. Sebagai tahap arus yang masuk akan distabilkan atau
awal dalam langkah perencanaan adalah arus diarahkan dan akan disaring dan
menentukan sesuatu bentuk sistem yang distabilkan. Pada proses ini sumber AC
akan dibuat dan harus mengetahui prinsip adalah input dan output nya adalah arus
kerjanya untuk dapat memudahkan dalam DC.
proses pembuatan alat. Langkah

Gambar 3.2 rangkaian adjustable power supply 1,25 V- 25V dengan IC LM317

9 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


Tabel 3.2 Hasil uji dari trafo menggunakan multimeter analog

NO Nama Probe Percobaan Hasil Percobaan Hasil


1 Probe merah = kaki A Jarum Jarum bergerak
Probe hitam = kaki B / C bergerak B menunjuk nol RU
bukan nol
2 Probe merah = kaki D Jarum Jarum bergerak
Probe hitam = kaki E / F bergerak A menunjuk nol S
bukan nol
3 Probe merah = kaki A Jarum tidak Jarum bergerak
I A
Probe hitam = kaki D bergerak menunjuk nol
4 Probe merah = kaki A / Jarum tidak Jarum bergerak
D bergerak K menunjuk nol K
Probe hitam inti besi

Pada penguji dioda komponen ini d. Putar rotornya. Apabila jarum tak ber-
memiliki sepasang kaki yang mana gerak sama sekali berarti varco dalam
masing-masing berkutub negatif dan keadaan baik. Jika bergerak-gerak
positif. Oleh karena itu dalam menguji maka komponen ini terjadi kontak lang-
nanti hendaknya dilakukan dengan benar sung/korsleting.
dan cermat. Tujuan pengujian alat ini
adalah untuk mengetahui tingkat 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
kerusakan akibat beberapa hal. Pada
dioda yang pernah dipakai dalam suatu 4.1 Pengujian Rangkaian
rangkaian biasanya disebabkan besarnya Elektronika Dasar
tekanan arus sehingga tidak mampu Pengujian dilakukan dengan cara
ditahan dan diubah menjadi DC. merangkai beberapa percobaan rangkaian
Menguji variabel kondensator bukan elektronika dasar pada kit praktikum
bertujuan untuk mengetahui tingkat elektronika dasar.
kebocoran. Hal ini disebabkan ia tidak
terbuat dari bahan-bahan seperti layaknya 4.2 Pengujian Resistor dan Hukum
yang dipakai dalam pembuatan elco, Ohm
kondensator keramik dan lain sebagainya.
4.2.1 Percobaan Rangkaian Seri
Tujuan pengujian ini hanyalah untuk
mengetahui hubungan/kontak langsung a. Merangkai Rangkaian Seri dengan
antara rotor dan stator. Jika keduanya Kabel Jumper
berhubungan maka tidak dapat dipakai Percobaan dilakukan dengan
karena korsleting sehingga menimbulkan menghubungkan kabel jumper pada kit
suara gemerisik pada radio. Biasanya praktikum elektronika dasar sesuai
varco yang demikian dapat diketahui dengan rangkaian seperti
dengan cara memutar-mutar varco guna
memperoleh signal (gelombang) dan
diiringi suara gemerisik yang lebih tajam
dari suara pancaran pemancar.
Untuk mengetahui tingkat korsleting pada
Gambar 4.1 Rangkaian Resistor Secara Seri
sebuah varco adalah dengan :
a. Pertama-tama memutar saklar multime- Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian seri
ter pada posisi R x Ohm atau 1x dan K. dengan tiga buah resistor (nilai masing-
b. Kalibrasi seperti biasa. masing resistor seperti Tabel 4.1) dan
c. Hubungkan probe (-) dan probe (+) pa- tegangan 10 volt diganti dengan 8 volt.
da masing-masing kaki.

10 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


b. Mengukur Besar Resistansi Total Hasil perhitungan diperoleh
Pada Rangkaian (RTOTAL). Pengukuran dengan menggunakan rumus pada hukum
resistansi total menggunakan Ohm. Perhitungan ini dimaksudkan untuk
multimeter analg. perbandingan dengan hasil pengukuran.
c. Mengukur Besar Tegangan Pada Cara perhitungan :
Diketahui : R1 = 1200 
Masing-Masing Resistor
R2 = 3300 
R3 = 4700 
d. Mengukur Besar Arus Total yang
V = 8 Volt
Mengalir Pada Rangkaian (I) RTOTAL = R1 + R2 + R3
= 1200  + 3300  + 4700 
= 9200 
= 9K2
V 8
I = = = 0,0008696 A =
RTOTAL 9200
0,8696 mA
Gambar 4.2 Mengukur Arus Total Rangkaian VR1 = I . R1 = 0,0008696 A . 1200  =
Seri 1,04352 V
Gambar 4.2 menunjukkan pengukuran V R2 = I . R2 = 0,0008696 A . 3300  =
arus total yang mengalir pada rangkaian 2,86968 V
seri menggunakan multimeter analog. VR3 = I . R3 = 0,0008696 A . 4700  =
4,08712 V
e. Hasil Pengukuran Praktikum
Rangkaian Seri Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Praktikum
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Praktikum Rangkaian Seri
Rangkaian Seri No. R1 R2 R3 RTOTAL VR1 VR2 VR3 I
No. R1 R2 R3 RTOT VR VR VR I
AL 1 2 3
Ohm () Volt (V) Ampere
(A)
Ohm () Volt (V) Am
1. 1200 3300 4700 9K2 1,04 2,86V 4,08V 0,86
per    V mA
e
(A)
1. 120 3300 47 9K 1V 2,8 4V 0,8 2. 5600 6800 8200 20K6 2,17V 2,64V 3,18V 0,38 mA
0  00 V 8   
 mA 3. 10K 2200 1K 13K2 6,06V 1,33V 0,60V 0.60 mA
2. 560 6800 82 20K 2,2 2,5 3V 0,4 
0  00 V V mA Tabel 4.2 menunjukkan hasil yang

3. 10K 2200 1 13K 5,8 1,2 0,6 0,6 diperoleh setelah melakukan
 K V V V 1 perhitungan tiga kali percobaan
mA rangkaian seri yang berbeda dengan
Tabel 4.1 menunjukkan hasil yang menggunakan rumus Ohm.
diperoleh setelah melakukan g. Perbandingan RTOTAL Hasil
pengukuran tiga kali percobaan Pengukuran dengan Perhitungan
rangkaian seri yang berbeda pada kit Perbandingan diperoleh dengan
praktikum elektronika dasar dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
menggunakan multimeter dan power Error % =
supply.
f. Hasil Perhitungan Praktikum x
Rangkaian Seri
100%
Cara Perhitungan :

11 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


b. Mengukur Besar Resistansi
Pengganti Pada Rangkaian
(RPENGGANTI)
RTOTAL : Dilakukan pengukuran resistansi
pengganti menggunakan multimeter
E= x 100% digital.
= 2,17%
c. Mengukur Besar Arus Pada
Tabel 4.3 Perbandingan RTOTAL Hasil Masing-Masing Resistor
Pengukuran dengan Perhitungan
No. RTOTAL

Hasil Perhitungan Hasil Error


Pengukura %
n
1. 9K2 9K 2,17
%
2. 20K6 20K 2,91 Gambar 4.4 Mengukur Besar Arus pada R3
% d. Mengukur Besar Tegangan Total
3. 13K2 13K 1,51
% yang Mengalir Pada Rangkaian
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui (V)
bahwa perbandingan hasil pengukuran Langkah pengukurannya sama
dengan perhitungan perbedaannya sangat seperti rangkaian seri.
kecil, sehingga dapat diketahui bahwa e. Hasil Pengukuran Praktikum
hasil pengukuran hampir akurat karena Rangkaian Paralel
toleransi dari resistornya sendiri yaitu 5%. Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Praktikum
Rangkaian Paralel
4.2.2 Percobaan Rangkaian Paralel No. R1 R2 R3 RTOTAL IR1 IR2 IR3 V
a. Merangkai Rangkaian Paralel Ohm Ampere Volt
dengan Kabel Jumper () (A) (V)
Percobaan dilakukan dengan 1. 1200 3300 4700 727  4,5 1,6 1,2 7,9
   mA mA mA V
menghubungkan kabel jumper pada kit 2. 5600 6800 8200 2242 0,9 0,8 0,6 7,9
praktikum elektronika dasar sesuai     mA mA mA V
dengan rangkaian seperti Gambar 4.3. 3. 10K 2200 1K 630  0,6 2,6 5,6 7,9
 mA mA mA V
Tabel 4.4 menunjukkan hasil yang
diperoleh setelah melakukan pengukuran
tiga kali percobaan rangkaian paralel yang
berbeda pada kit praktikum elektronika
dasar dengan menggunakan multimeter
dan power supply.
Gambar 4.3 Rangkaian Resistor Secara
f. Hasil Perhitungan Praktikum
Pararel Rangkaian Paralel
Gambar 4.3 menunjukkan rangkaian Hasil perhitungan diperoleh
paralel dengan tiga buah resistor (nilai dengan menggunakan rumus pada hukum
masing-masing resistor seperti Tabel 4.4) Ohm. Perhitungan ini dimaksudkan untuk
dan tegangan 10 volt diganti dengan 8 perbandingan dengan hasil pengukuran.
volt. Cara perhitungan :
Diketahui : R1 = 1200 
R2 = 3300 

12 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


R3 = 4700  Error % =
V = 8 Volt
x
1 1 1 1
= + +
Rp R1 R 2 R 3 100%
1 1 1 1 Cara Perhitungan :
= + + RPENGGANTI :
Rp 1200 3300 4700
1 3,9166667  1,4242424  1 E= x 100%
=
Rp 4700 = 1,88934%
1 6,3409091 Tabel 4.6 Perbandingan RPENGGANTI Hasil
= Pengukuran dengan Perhitungan
Rp 4700
No. RPENGGANTI
4700
Rp =
6,3409091 Hasil Hasil Error %
Perhitungan Pengukuran
Rp = 741,21863  1. 741  726  1,88%
V 8
I = = = 0,010793 A = 2. 2234  2242  0,35%
Rp 741,21863
10,793 mA 3. 643  630  2,02%
V 8 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui
IR1 = = = 0,0066667 A = 6,6667 bahwa perbandingan hasil pengukuran
R1 1200
mA dengan perhitungan perbedaannya sangat
kecil, sehingga dapat diketahui bahwa
V 8
I R2 = = = 0,0024242 A = 2,4242 hasil pengukuran hampir akurat karena
R 2 3300 toleransi dari resistornya sendiri yaitu 5%.
mA
V 8 4.4 Pengujian Kapasitor
IR3 = = = 0,0017021 A = 1,7021
R 3 4700 4.4.1 Pengisian dan Pengosongan
mA Muatan Listrik Pada Kapasitor
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Praktikum a. Merangkai Rangkaian Pengisian
Rangkaian Paralel dan Pengosongan Muatan Listrik
No. R1 R2 R3 RTOTAL Pada Kapasitor dengan Kabel
ohm Jumper
Percobaan dilakukan dengan
1. 1200  3300  4700  741  menghubungkan kabel jumper pada kit
praktikum elektronika dasar sesuai
2. 5600  6800  8200  2234  dengan rangkaian seperti Gambar 4.5
3. 10K 2200  1K 643  dengan ketentuan nilai seperti Tabel 4.7
Tabel 4.15 Nilai Komponen Pengisian dan
Tabel 4.5 menunjukkan hasil yang Pengosongan Muatan Listrik Pada
diperoleh setelah melakukan perhitungan Kapasitor
tiga kali percobaan rangkaian paralel yang Percobaan Kapasitor (C1) Resistor
berbeda dengan menggunakan rumus ke : (R1)
Ohm. 1 100 µF/ 25 V 10 K
g. Perbandingan R Pengganti Hasil 2 100 µF/ 25 V 5600 
Pengukuran dengan Perhitungan
Perbandingan diperoleh dengan 3 100 µF/ 25 V 3300 
menggunakan rumus sebagai berikut : Tabel 4.7 menunjukkan nilai
komponen pengisian dan pengosongan

13 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


mmuatan listrik pada kapasitor. Percobaan tegangan maksimum 7,5 volt dalam
dilakukan tiga kali dengan nilai resistor waktu 4 detik.
yang berbeda. c. Hasil Pengukuran Pengosongan
Muatan Listrik Pada Kapasitor
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Pengosongan
Muatan Listrik Pada Kapasitor
Pengosongan

R = 10K R = 5600  R = 3300 

t v t v t v (volt)
(detik) (volt) (detik) (volt) (detik)
Gambar 4.5 Rangkaian Pengisian dan 0 7,5 0 7,5 0 7,5
Pengosongan Muatan Pada Kapasitor 5 5 5 6,4 5 5,2
Gambar 4.5 ( menunjukkan rangkaian 10 4 10 4,2 10 4
pengisian dan pengosongan muatan 15 3 15 3,2 15 3,4
20 2,4 20 2,6 20 2,7
pada kapasitor
25 1,4 25 1,6 25 2,2
b. Hasil Pengukuran Pengisian
30 1,1 30 1,2 30 1,6
Muatan Listrik Pada Kapasitor 35 0,9 35 0,9 35 1,2
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Pengisian 40 0,7 40 0,7 40 1
Muatan Listrik Pada Kapasitor
45 0,6 45 0,6 45 0,8
Pengisian 50 0,5 50 0,4 50 0,4
R = 10K R = 5600  R = 3300  55 0,4 55 0,3 55 0,3
60 0,3 60 0,2 60 0,1
t v t v t v 65 0,2 65 0,1 65 0
(detik) (volt) (detik) (volt) (detik) (volt) 70 0,1 70 0
0 0 1 7 1 7,5
75 0
1 6 2 7,5
2 7
Tabel 4.9 menunjukkan hasil
3 7,3
pengukuran pengosongan muatan
4 7,5
listrik pada kapasitor dengan tiga nilai
Tabel 4.8 menunjukkan hasil pengukuran
pengisian muatan listrik pada kapasitor
hambatan yang berbeda. Semakin
dengan tiga nilai hambatan yang berbeda. tinggi nilai hambatan, maka proses
Semakin tinggi nilai hambatan, maka pengosongan muatan pada kapasitor
proses pengisian muatan pada kapasitor semakin lama. Untuk lebih jelasnya
semakin lama. Untuk lebih jelasnya terlihat terlihat pada Gambar 4.7
pada Gambar 4.6

Gambar 4.7 Grafik Pengosongan Muatan


Gambar 4.6 Grafik Pengisian Muatan Listrik Listrik Pada Kapasitor
Pada Kapasitor Gambar 4.7 menunjukkan proses
Gambar 4.6 menunjukkan proses pengosongan muatan listrik pada
pengisian muatan listrik pada kapasitor. Dari grafik diatas terlihat
kapasitor. Dari grafik diatas terlihat bahwa muatan kapasitor habis pada
bahwa kapasitor terisi muatan pada

14 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


tegangan minimum 0 volt dalam waktu Untuk reverse bias, balikkan
75 detik. pemasangan arah dioda.

4.5 Pengujian Dioda Semikonduktor


4.5.1 Dioda dengan Forward Bias
a. Merangkai Rangkaian Forward
Bias dengan Kabel Jumper
Percobaan dilakukan dengan Gambar 4.9 Rangkaian Reverse Bias
menghubungkan kabel jumper pada kit Gambar 4.9 menunjukkan rangkaian
praktikum elektronika dasar sesuai reverse bias yang sudah disusun pada kit
dengan rangkaian seperti Gambar 4.8 (R1 praktikum elektronika dasar dengan kabel
= 1K dan dioda 1N4002). jumper.
b. Hasil Pengukuran Dioda Reverse
Bias
Tabel 4.19 Hasil Pengukuran Dioda
dengan Reverse Bias
VSUMBER VD ID
Gambar 4.8 Rangkaian Forward Bias (Volt) (Volt) (mA)
0 0,005 0
Gambar 4.13 (menunjukkan rangkaian 1 1,189 0
forward bias b. Hasil Pengukuran 2 2,091 0,3
Dioda Forward Bias 3 3,175 1,2
Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Dioda 4 4,20 2,3
dengan Forward Bias 5 5,14 3,3
VSUMBER VD ID 6 6,25 4,2
(Volt) (Volt) (mA) 7 7,18 5,2
0 0 0 8 8,22 6,2
0,3 0,3 0 Tabel 4.19 menunjukkan hasil pengukuran
0,5 0,5 0 tegangan dan arus dioda reversse bias.
0,7 0,8 0
4.5.3 Kurva Karakteristik Dioda
0,9 0,9 0
1 1,1 0
2 2 0,3
4 3,9 2,3
8 7,8 6,2
Tabel 4.18 menunjukkan hasil
pengukuran tegangan dan arus dioda
forward bias.

4.5.2 Dioda dengan Reverse Bias Gambar 4.10 Kurva Karakteristik Dioda
a. Merangkai Rangkaian Reverse Gambar 4.10 menunjukkan kurva
Bias dengan Kabel Jumper karakteristik dioda forward bias dan
Percobaan dilakukan dengan reverse bias dari hasil pengukuran.
menghubungkan kabel jumper pada kit Dari gambar terlihat bahwa dioda
praktikum elektronika dasar sesuai hanya mengalirkan arus searah yaitu
dengan rangkaian seperti Gambar bias maju atau forward bias.
4.13 (a). (R1 = 1K dan dioda 1N4002).
4.5.4 Light Emitting Diode (LED)

15 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


Percobaan dilakukan dengan 4.6 Pengujian Rangkaian
menghubungkan kabel jumper pada kit Penyearah
praktikum elektronika dasar sesuai 4.6.1 Penyearah Setengah
dengan rangkaian seperti Gambar Gelombang
4.11 (R1 = 1K, dioda 1N4002 dan a. Merangkai Rangkaian Penyearah
LED). Setengah Gelombang dengan Kabel
Jumper
Percobaan dilakukan dengan
menghubungkan kabel jumper pada kit
praktikum elektronika dasar sesuai
dengan rangkaian seperti Gambar
4.12 dengan ketentuan komponen
(a)
seperti Tabel 4.20
Tabel 4.20 Komponen Penyearah
Setengah Gelombang
Trafo Dioda Resistor
CT 3 1N4004 1K
Ampere
(b)
Gambar 4.11 Rangkaian Dioda Untuk Tabel 4.20 menunjukkan komponen
Menyalakan LED
Gambar 4.11 (a) menunjukkan yang dibutuhkan untuk membuat
rangkaian penyearah setengah
rangkaian dioda untuk menyalakan
gelombang.
LED dan (b) menunjukkan rangkaian Key = Space

yang sudah disusun pada kit praktikum S1


3
T1 4
D1
TEST_PT1
V_OUT
5
J1

elektronika dasar dengan kabel 2


V1
220 V
1BH62

jumper. Tegangan yang diberikan 60 Hz


0Deg
NLT_PQ_4_10 R1
1.0k
1

sebesar 5 volt. 0

Untuk percobaan selanjutnya (a)


nilai R1 diganti menjadi 3300 , setelah
itu balikkan kaki dioda D1. Maka
hasilnya adalah tegangan 5 volt yang
mengalir akan menyalakan LED.
Ketika diberikan hambatan 1K, LED
menyala terang. Namun, apabila
resistor hambatannya diganti menjadi (b)
Gambar 4.12 Rangkaian Penyearah
3300 , LED menyala redup. Hal ini Setengah Gelombang
terjadi karena tegangan yang mengalir Gambar 4.12 (a) menunjukkan skema
terhambat oleh besarnya nilai tahanan rangkaian penyearah setengah
resistor. Sedangkan apabila kaki dioda gelombang dan (b) menunjukkan hasil
dibalikkan, maka tegangan 5 volt tidak rangkaian yang sudah disusun pada kit
akan mengalir dan LED tidak menyala. praktikum elektronika dasar. Pada
Hal ini terjadi karena karakteristik bagian sekunder trafo digunakan CT
dioda hanya berfungsi mengalirkan dengan 12 VAC. Kemudian besar
arus satu arah saja. tegangan diukur menggunakan
multimeter. Besar tegangan keluaran
pada T1 sebelum dioda menggunakan

16 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


multimeter (Volt AC) yaitu 12 VAC. Tabel 4.21 Komponen Penyearah
Sedangkan besar tegangan pada R1 Gelombang Penuh (CT)
menggunakan multimeter (Volt DC) Trafo Dioda Resistor
yaitu 5 VDC. CT 3 1N4004 (2 1K
b. Bentuk Gelombang Penyearah Ampere buah)
Setengah Gelombang Tabel 4.21 menunjukkan komponen
yang dibutuhkan untuk membuat
rangkaian penyearah gelombang
penuh (CT).
Key = Space
TEST_PT1
S1
T1 D1 1BH62 V_OUT
9 8 1 3 J1
V1
R1
220 V 2
1.0k
Gambar 4.13 Skema Penyearah Setengah 60 Hz 0
0Deg
Gelombang 12 TS_PQ4_12 D2 1BH62
0

Berdasarkan Gambar 4.13 dapat Trafo

dijelaskan bahwa sistem penyearah (a)


setengah gelombang menggunakan satu
buah dioda untuk menyearahkan sinyal
AC. Dalam hal ini dioda hanya
melewatkan setengah dari bentuk
gelombang. Sedangkan setengah
gelombang lainnya tidak dipakai. Jadi
sistem penyearah setengah gelombang ini
tidak efisien untuk transfer daya. (b)
Gambar 4.15 Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh Sistem CT
Gambar 4.15 (a) menunjukkan skema
rangkaian penyearah gelombang penuh
sistem CT dan (b) menunjukkan hasil
rangkaian yang sudah disusun pada kit
praktikum elektronika dasar. Pada bagian
Gambar 4.14 Tampilan Penyearah Setengah sekunder trafo digunakan CT dengan 12
Gelombang Pada Osiloskop VAC. Kemudian besar tegangan diukur
Gambar 4.14 menunjukkan bentuk menggunakan multimeter. Besar tegangan
gelombang dari rangkaian penyearah keluaran pada T1 sebelum dioda
setengah gelombang pada osiloskop menggunakan multimeter (Volt AC) yaitu
analog. 12 VAC. Sedangkan besar tegangan pada
R1 menggunakan multimeter (Volt DC)
4.6.2 Penyearah Gelombang Penuh yaitu 10 VDC.
dengan Center Tap (CT) b. Bentuk Gelombang Penyearah
a. Merangkai Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh (CT)
Gelombang Penuh (CT) dengan
Kabel Jumper
Percobaan dilakukan dengan
menghubungkan kabel jumper pada kit
praktikum elektronika dasar sesuai
dengan rangkaian seperti Gambar
4.20 dengan ketentuan komponen
seperti Tabel 4.21

17 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


Gambar 4.16 Skema Penyearah Gambar 4.17 Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh (CT) Gelombang Penuh dengan Dioda Bridge
Berdasarkan Gambar 4.16 dapat Gambar 4.17 (a) menunjukkan skema
dijelaskan bahwa sistem penyearah rangkaian penyearah gelombang penuh
gelombang penuh artinya mengambil dengan diode bridge dan (b) menunjukkan
semua bagian dari sinyal AC untuk hasil rangkaian yang sudah disusun pada
disearahkan. Pertemuan antara kumparan kit praktikum elektronika dasar. Pada
pertama dan kumparan kedua disebut bagian sekunder trafo digunakan CT
dengan CT (Center Tap). Titik CT ini dengan 12 VAC. Kemudian besar
kemudian yang akan menjadi titik referensi tegangan diukur menggunakan
tegangan (titik nol). multimeter. Besar tegangan keluaran pada
T1 sebelum dioda menggunakan
4.6.3 Penyearah Gelombang Penuh multimeter (Volt AC) yaitu 12 VAC.
dengan Diode Bridge Sedangkan besar tegangan pada R 1
menggunakan multimeter (Volt DC) yaitu
a. Merangkai Rangkaian Penyearah
10 VDC.
Gelombang Penuh Diode Bridge b. Bentuk Gelombang Penyearah
dengan Kabel Jumper Gelombang Penuh dengan Diode
Percobaan dilakukan dengan
Bridge
menghubungkan kabel jumper pada kit
praktikum elektronika dasar sesuai
dengan rangkaian seperti Gambar 4.17
dengan ketentuan komponen seperti
Tabel 4.22
Tabel 4.22 Komponen Penyearah
Gelombang Penuh Diode Bridge
Gambar 4.18 Skema Penyearah Gelombang
Trafo Dioda Resistor Penuh Diode Bridge
CT 3 Bridge 3 1K Berdasarkan Gambar 4.18 dapat
Ampere Ampere dijelaskan bahwa prinsip penyearah
gelombang penuh sistem jembatan
Tabel 4.22 menunjukkan komponen yang hampir sama dari sistem CT yaitu
dibutuhkan untuk membuat rangkaian bertujuan melewatkan semua bagian
penyearah gelombang penuh dengan sinyal AC. Namun penyearah sistem
diode bridge. jembatan hanya memerlukan satu
Key = Space
17
kumparan saja. Untuk mengambil fasa
S1
16 15 T1
2 D1 sinyal AC bagian atas dan bawah
V1
4 1 1 J1 digunakan empat dioda yang bekerja
220 V
60 Hz
TEST_PT1 bergantian saat sinyal AC berayun pada
V_OUT
0Deg 3 1B4B42 R1 posisi atas dan bawah.
19 TS_PQ4_12 18 1.0k
Trafo 0

4.7 Pengujian Catu Daya Teregulasi


(a) 4.7.1 Penyearah Gelombang Penuh
dengan Filter Kapasitor
a. Merangkai Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh Filter Kapasitor
dengan Kabel Jumper
Percobaan dilakukan dengan
menghubungkan kabel jumper pada kit
praktikum elektronika dasar sesuai
(b) dengan rangkaian seperti Gambar 4.19

18 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


dengan ketentuan komponen seperti
Tabel 4.23
Tabel 4.23 Komponen Penyearah
Gelombang Penuh Filter Kapasitor
Trafo Dioda Resistor Kapasitor
CT 3 Bridge 3 1K 1000 µ F/
Ampere Ampere 25 V
Tabel 4.23 menunjukkan komponen yang Gambar 4.20 Tampilan Penyearah
dibutuhkan untuk membuat rangkaian Gelombang Penuh dengan Filter Kapasitor
penyearah gelombang penuh dengan filter
kapasitor.
Key = Space 1000uF-POL
3

S1 2
T1 D1
2 1 6
V1 C1
4 1
220 V R1
60 Hz 1.0k
0Deg 3 1B4B42
5 TS_PQ4_12 4 0
Trafo
0

Gambar 4.21 Tampilan Penyearah


(a) Gelombang Penuh tanpa Filter Kapasitor
Berdasarkan Gambar 4.20 dan 4.21 dapat
dijelaskan bahwa hasil keluaran
penyearah gelombang penuh dengan
kapasitor dan tanpa kapasitor mengalami
perbedaan. Tegangan keluaran dengan
kapasitor lebih besar bila dibandingkan
dengan yang tanpa menggunakan
(b)
Gambar 4.19 Rangkaian Penyearah kapasitor. Hal ini dikarenakan pada saat
Gelombang Penuh dengan Filter Kapasitor tegangan masukan sudah turun,
Gambar 4.19 (a) menunjukkan skema penyearah yang menggunakan kapasitor
rangkaian penyearah gelombang penuh akan menurunkan tegangan keluaran
dengan filter kapasitor dan (b) secara perlahan sehingga tegangan
menunjukkan hasil rangkaian yang sudah keluaran tidak akan segera turun seperti
disusun pada kit praktikum elektronika yang terjadi pada penyearah
dasar. Pada bagian sekunder trafo gelombang penuh tanpa kapasitor.
digunakan CT dengan 12 VAC. Kemudian
besar tegangan diukur menggunakan 4.7.2 Penyearah Gelombang Penuh
multimeter. Besar tegangan keluaran pada dengan Regulator Positif
T1 sebelum dioda menggunakan a. Merangkai Rangkaian Penyearah
multimeter (Volt AC) yaitu 12 VAC. Gelombang Penuh Regulator Positif
Sedangkan besar tegangan pada R 1
dengan Kabel Jumper
menggunakan multimeter (Volt DC) yaitu
14 VDC. Ketika C1 dilepas, besar Percobaan dilakukan dengan
tegangan R1 menurun menjadi 10 VDC. menghubungkan kabel jumper pada kit
praktikum elektronika dasar sesuai
b. Bentuk Gelombang Penyearah dengan rangkaian seperti Gambar
Gelombang Penuh dengan Filter 4.22 dengan ketentuan komponen
Kapasitor seperti Tabel 4.24
Tabel 4.24 Komponen Penyearah
Gelombang Penuh Regulator Positif
Trafo Dioda Kapasitor Kapasitor IC
1 2
CT 3 A Bridge 1000 µ 100 µ F/ 7809
3A F/ 25 V 25 V

19 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


Tabel 4.24 menunjukkan komponen Tabel 4.25 menunjukkan komponen
yang dibutuhkan untuk membuat yang dibutuhkan untuk membuat
rangkaian penyearah gelombang rangkaian transistor sebagai saklar
penuh dengan regulator positif. untuk menyalakan LED.
Key = Space J1 5
3 U1
1000uF-POL TEST_PT1
LM7809CT
S1 2 LINE VREG V_OUT J1 Q1
T1 D1 VOLTAGE
2
V1 1 6
COMMON
7
3
R2
4 1
2
220 V IC 7809 2N5551
C2
60 Hz C1
1000uF-POL
Key = Space 470Ω
0Deg 3 1B4B42
5 TS_PQ4_12 4 4 1
Trafo V2
0
R1 5V

(a) 1K
V1
5V
LED 0

(a)

(b)
Gambar 4.22 Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh dengan Regulator Positif
Gambar 4.22 (a) menunjukkan skema
rangkaian penyearah gelombang
penuh dengan regulator positif dan (b)
menunjukkan hasil rangkaian yang
sudah disusun pada kit praktikum (b)
elektronika dasar. Kemudian besar
tegangan diukur menggunakan Gambar 4.23 Rangkaian Transistor Sebagai
Saklar untuk Menyalakan LED
multimeter. Besar tegangan masukan
Gambar 4.23 (a) menunjukkan skema
dan keluaran IC 7809 yaitu 11 VDC
dan 9 VDC. Ketika C1 dan C2 diganti rangkaian transistor sebagai saklar
dengan nilai yang lebih besar, untuk menyalakan LED (b)
tegangan masukan dan keluarannya menunjukkan hasil rangkaian yang
menjadi 15 VDC dan 9 VDC. IC sudah disusun pada kit praktikum
berfungsi sebagai penstabil tegangan, elektronika dasar, saklar terbuka dan
sehingga tegangan keluaran yang saklar tertutup. Kemudian besar
dihasilkan tetap stabil pada 9 VDC tegangan diukur menggunakan
walaupun diberi beban dengan batas- multimeter. Besar tegangan R1 dan
batas tertentu. LED yaitu 4,7 V dan 2 V. Pada saat
saklar tertutup LED tidak menyala dan
4.8 Pengujian Transistor Sebagai besar tegangannya menurun menjadi
Saklar Elektronik 1,4 V.
4.8.1 Transistor Sebagai Saklar
untuk Menyalakan LED 4.8.2 Transistor Sebagai Saklar
Tabel 4.25 Komponen Transistor Sebagai Penggerak Motor DC
Saklar untuk Menyalakan LED Tabel 4.26 Komponen Transistor Sebagai
V2 R1 Transistor R2 V1 LED Saklar Penggerak Motor DC
5V 1K 2N 5551 470 5 standard V2 R2 Transistor Motor DC V1
Ohm V 5V 470 2N 5551 Standard 5V
Ohm

20 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


Tabel 4.26 menunjukkan komponen
yang dibutuhkan untuk membuat
rangkaian transistor sebagai saklar
penggerak motor DC.
S1
1
M

MOTOR
(a)
J1 Q1 5

3
R2
2

Key = Space 470 2N3904


4
V2
5V

V1
5V
0

(a)
(b)
Gambar 4.25 Rangkaian Konfigurasi LDR ke
Ground
Gambar 4.25 (a) menunjukkan skema
rangkaian konfigurasi LDR ke ground
(b) rangkaian LDR pada saat terkena
(b) cahaya dan rangkaian LDR pada saat
tidak terkena cahaya. VSUMBER = 10
Gambar 4.24 Rangkaian Transistor Sebagai volt.
Saklar Penggerak Motor DC b. Hasil Pengukuran Rangkaian
Gambar 4.24 (a) menunjukkan skema konfigurasi
(c) LDR ke Ground
rangkaian transistor sebagai saklar Tabel 4.27 Hasil Pengukuran Rangkaian LDR
penggerak motor DC (b) menunjukkan ke ground
Resistor Vout (LDR Vout (LDR
hasil rangkaian yang sudah disusun terkena cahaya) tertutup)
pada kit praktikum elektronika dasar,
100  7 10
saklar terbuka dan saklar tertutup. 1K 2 10
Kemudian besar tegangan diukur 10 K 0 9
menggunakan multimeter. Besar 100 K 0 8
tegangan R1 dan motor DC yaitu 0,6 V Tabel 4.27 menunjukkan hasil
dan 5 V. Pada saat saklar tertutup pengukuran rangkaian konfigurasi LDR
motor DC tidak bergerak dan besar ke ground. Berdasarkan hasil
tegangannya menurun menjadi 0 V. pengukuran, Vout berkurang ketika
LDR terkena cahaya.
4.9 Pengujian LDR Se-
bagai Sensor Cahaya 5 KESIMPULAN
4.9.1 Mengenali Karakteristik LDR Berdasarkan hasil pengujian beberapa
percobaan rangkaian pada kit praktikum
a. Merangkai Rangkaian konfigurasi
elektronika dasar, maka dapat disimpulkan
LDR ke Ground dengan Kabel bahwa :
Jumper a. Rangkaian resistor secara seri akan
Percobaan dilakukan dengan mengakibatkan nilai resistansi total
menghubungkan kabel jumper pada kit semakin besar. Sedangkan rangkaian
praktikum elektronika dasar sesuai resistor secara paralel akan mengaki-
dengan rangkaian seperti Gambar batkan nilai resistansi pengganti se-
4.25 makin kecil.

21 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


b. Resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melalui re- REFERENSI
sistor tersebut. 1. Jeweet, dkk. 2000. Fisika sains. Ja-
c. Hukum Kirchhoff pada rangkaian seri karta : Erlangga.
merupakan selisih tegangan sumber 2. Tooley, Michael. 2002. Prinsip dan
dengan jumlah tegangan jatuh pada Aplikasi Rangkaian Elektronika Edisi
masing-masing beban adalah 0. Se- Kedua. Jakarta : Erlangga.
dangkan hukum Kirchhoff pada 3. Giancoli. Douglas C. 2001. Fisika Edi-
rangkaian paralel merupakan jumlah si Kelima. Jakarta : Erlangga.
arus yang mengalir menuju satu titik 4. Johnson, Keith. 2001. Physics For
sama dengan jumlah arus yang keluar You. United Kingdom : Nelson
dari titik tersebut. Thornes Ltd.
d. Pada rangkaian seri, arus yang 5. Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk
mengalir pada masing-masing beban Sains dan Teknik (Terjemahan). Ja-
sama besarnya dengan arus pada karta : Erlangga.
rangkaian. Sedangkan pada rangkaian 6. Walker, S. James. 2004. Physics.
paralel, arus yang mengalir menuju New Jersey : Pearson Education. Inc.
suatu titik berbanding lurus dengan 7. Young, H.D. dan Freedman, R.A.
jumlah arus yang keluar dari titik terse- 2000. Fisika Universitas. Jakarta : Er-
but, tegangan yang jatuh pada masing- langga.
masing beban sama dengan tegangan 8. Zemansky. 2002. Fisika Universitas.
sumber. Jakarta : Erlangga.
e. Dioda memiliki fungsi hanya 9. Blocher, Richard. 2003. Dasar El-
mengalirkan arus satu arah saja. Jika ektronika. Yogyakarta : Andi Yogya-
dioda di forward bias, maka akan terjadi karta.
aliran listrik dari sisi anoda ke katoda 10. Abdullah, Mikrajuddin. 2006. Fisika
dan jika dioda di reverse bias, maka Dasar. Bandung : ITB.
tidak akan terjadi perpindahan elektron 11. Choirul Anam, Moch. 2008. Elektroni-
dari anoda ke katoda, sehingga ka. Pasuruan : SMPN 1 Pasuruan.
menghalangi terjadinya arus. 12. Raharjo. 2005. Mengenal Komponen
f. Semakin tinggi nilai hambatan resistor, Elektronika. Jakarta : Departemen
maka proses pengisian muatan pada Pendidikan Nasional.
kapasitor semakin lama dan semakin 13. Wibawanto, Hari. 2013. Elektronika
tinggi nilai hambatan resistor, maka Dasar. Jakarta : e-Media Solusindo.
proses pengosongan muatan pada ka- 14. Surjono, Herman Dwi. 2007. El-
pasitor semakin lama. ektronika. Jawa Timur : Penerbit Cer-
g. Rangkaian penyearah setengah ge- das Ulet Kreatif.
lombang tegangan keluarnya berupa 15. Istiyono, Edi. 2002. Analisis
gelombang setengah siklus tegangan Rangkaian Listrik. Yogyakarta : Uni-
AC yang searah. Sedangkan rangkaian versitas Yogyakarta.
penyearah gelombang penuh tegangan 16. Bishop, Own. 2004. Dasar-dasar El-
keluarnya berupa gelombang satu si- ektronika. Jakarta : Erlangga.
klus penuh. 17. Serway, Raymond A dan Jewett, John
h. IC regulator berfungsi sebagai penstabil W,Jr. 2010. Physics For Scientists
tegangan, sehingga tegangan keluaran and Engineers. Belmont: Brooks/Cole.
yang dihasilkan tetap stabil walaupun 18. Subagya, Hari. 2007. Sains Fisika 1.
diberi beban dengan batas-batas ter- Jakarta : PT Bumi Aksara.
tentu. 19. Musliman, Acep. 2012. Praktikum El-
i. Nilai Vout akan berkurang ektronika Dasar. Jakarta : UHAMKA.
ketika LDR terkena cahaya.

22 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA


20. Simangunsong, Josapat. 2013. Catu
Daya. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
21. Fisabil, Khakim. 2012. Modul Prak-
tikum Rangkaian Listrik 1. Kebumen :
Politeknik Dharma Patria.

23 | Vol. 7 | No. 1, | 2019 JURNAL REKAYASA TEKNOLOGI NUSA PUTRA

Anda mungkin juga menyukai