Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DASAR ELEKTRONIKA

Tentang :
“Komponen Aktif dan Komponen Pasif”

Disusun Oleh :
Janu Himawan
Muhammad Akmil N
Ratu Siti Munigar

Dosen Pembimbing :
Wawan Gunawan, S.T.

PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO

STT DR. KHEZ. MUTTAQIEN


Jl. Letjend Basuki Rahmat No. 37 Telp. (0264) 8220788 Purwakarta
®2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Dasar Elektronika

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari Pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Dasar Elektronika ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Purwakarta, 10 Maret 2019

PLTGL dan PLTPs Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
1. Komponen Pasif 2
2. Komponen Aktif 12

BAB III PENUTUP 21


1. Kesimpulan 21

DAFTAR PUSTAKA 22

PLTGL dan PLTPs Page ii


BAB I
PENDAHULUAN

Rangkaian Listrik adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau komponen


penyusunya ditambah dengan rangkaian penghubungnya dimana disusun dengan cara-
cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Lintasan tertutup (close loop)
adalah suatu lintasan yang dimulai dari titik awal dan akan kembali lagi ke titik tersebut
tanpa terputus dan tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang kita
tempuh.
Elemen rangkaian listrik terbagi dua yaitu: Aktif dan Pasif. Elemen aktif adalah
elemen yang menghasilkan energi (sumber tegangan dan sumber arus) sedangkan
elemen pasif adalah elemen yang tidak dapat menghasilkan energi (R, L, C).

R : menyerap energi (resistor, tahanan atau hambatan, satuannya Ohm : Ω)


L: menyerap energi, dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet
(induktor, lilitan, belitan atau kumparan)
C: menyerap energi, dapat menyimpan energi dalam bentuk medan listrik
(kapasitor, kondensator)

Dalam makalah ini akan dipelajari lebih lanjut mengenai dasar-dasar elektonika.
Semoga dapat menambah pengetahuan dari pembaca maupun penulis.

PLTGL dan PLTPs Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

Rangkaian elektronika adalah suatu rangkaian yang dibentuk dari berbagai macam
komponen elektronika yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk suatu
sistem rangkaian elektronika yang terpadu.
Dalam bidang elektronik, komponen elektronika dapat dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
1. Komponen pasif dan,
2. Komponen aktif

1. Komponen Pasif
Komponen pasif adalah komponen – komponen elektronika yang tidak
menghasilkan energi listrik atau mengubah bentuk gelombang pada energi listrik seperti
perubahan fasa / pembalikan fasa, penguatan dan lain – lain.

Komponen elektronika yang termasuk dalam komponen pasif diantaranya adalah :


1.1. Resistor atau tahanan / hambatan
1.2. Kapasitor atau kondensator
1.3. Induktor

1.1. Resistor
Resistor biasa juga disebut sebagai hambatan, tahanan, pelawan, werstand
(Belanda) digunakan pada hampir semua rangkaian elektronika.
Fungsi resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat saja berbeda misalnya
sebagai penghambat arus listrik / memperkecil arus listrik atau sebagai pembagi
tegangan dan lain – lain.
Resistor dapat terbuat dari berbagai bahan antara lain dari batu (resistor batu), karbon
(resistor karbon), keramik (resistor keramik) dan lain -lain.
Resistor biasa disingkat dengan notasi huruf R. Satuan yang dipakai untuk
menentukan besar kecilnya nilai suatu resistor adalah ohm yang disingkat dengan huruf
Yunani Omega (Ω). Nama ohm diberikan atas penghargaan kepada yang
PLTGL dan PLTPs Page 2
menemukannya yaitu seorang bangsa Jerman yang bernama George Simon Ohm (1787
– 1854).
Besar kecilnya nilai suatu resistor disebut resistansi. Untuk nilai resistor yang besar
biasa dipakai KΩ atau MΩ, dimana :
1 K Ω (Kilo ohm) = 1.000 ohm
1 M Ω (Mega ohm) = 1.000.000 ohm

Nilai resistansi dari resistor, ada yang dapat diatur dan ada yang tetap sehingga
berdasarkan hai ini resistor dapa dikelompokkan menjadi :
1.1.1. Resistor tetap (fixed resistor)
1.1.2. Resistor variable (variable resistor)

1.1.1. Resistor Tetap ( fixed resistor )


Resistor tetap (fixed resistor) adalah resistor yang nilai resistansinya tetap dan tidak
dapat diubah – ubah.
Simbol dari resistor tetap adalah :

atau

Gambar 2.1 : Simbol resistor tetap

Nilai resistansi resistor tetap biasanya dicantumkan pada badannya berupa angka
atau biasa pula berupa kode warna. Adapun jenis – jenis warna yang dipakai beserta
maknanya diperlihatkan pada tabel 1 di bawah :

Warna Angka Tolenransi


Hitam 0 -
Coklat 1 ±1%
Merah 2 ±5%
Orange (Jingga) 3 -
Kuning 4 -
Hijau 5 ± 0,5 %

PLTGL dan PLTPs Page 3


Biru 6 -
Ungu (violet) 7 -
Abu – abu 8 -
Putih 9 ± 10 %
Emas - ± 15%
Perak - ± 1 0%
Tanpa Gelang - ± 20%
Tabel 1 : Kode warna resistor beserta maknanya

Sebagai contoh, suatu resistor dengan warna - warna yang diperlihatkan pada
badannya seperti pada gambar 2.2.

Gelang 1 : Hijau
Gelang 2 : Biru
Gelang 3 : Orange
Gelang 4 : Perak

Gambar 2.2 . Resistor dengan kode warna pada badannya

Nilai resistansi resistor di atas adalah :


Gelang ke-1, hijau = 5 (angka pertama)
Gelang ke-2, biru = 6 (angka kedua)
Gelang ke-3, orang = 3 (banyaknya angka nol
Gelang ke-4, perak = ± 10 % (toleransi atau kelonggaran)

Jadi nilai resistansinya = 56000 ± 10 % Ω atau 56 ± 10 % KΩ dengan toleransi 10%,


resistor tersebut masih baik bila bernilai :
(56.000 – 5.600) s/d (56.000 + 5.600) = 50.400 Ω s/d 61.600 Ω

PLTGL dan PLTPs Page 4


Kerusakan resistor dapat berupa :
a. Berubah harganya, (karena panas, umur dan sebagainya)
b. Putus. Berarti nilai tahanannya menjadi sangat besar atau bahkan tak berhingga.
c. Bocor atau terhubung singkat, berarti harga tahanannya menjadi sangat kecil atau
bahkan nol.

Selain memiliki nilai resistansi, resistor juga mempunyai rating daya (batas daya
yang diperkenankan) yang harus diperhatikan dalam penggunaannya. Rating daya ini
ada yang dicantumkan pada badan resistor dan ada yang tidak tercantum. Untuk resistor
yang rating dayanya tidak dicantumkan, kita dapat mengetahui dari ukuran sisiknya.
Semakin besar ukurannya maka rating dayanya semakin besar pula.

1.1.2. Resistor Variabel (variable resistor)


Resistor variabel atau resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai resistansinya
dapat diubah – ubah sesuai dengan keperluannya. Perubahan nilai resistor variabel dapat
dilakukan dengan memutar atau menggeser pengaturnya.
Perubahan nilai resistansi resistor variabel dapat dilakukan secara manual, ataupun
melalui besaran – besaran fisika lain seperti cahaya, suhu, dan lain – lain.
Untuk pengaturan secara manual dikenal dua jenis resistor, yaitu :
a. Potensiometer
b. Trimpot
Simbol resistor variabel :

a. Potensimeter

atau

b. Trimpot
atau

Gambar 2.3. Simbol resistor variabel

PLTGL dan PLTPs Page 5


a. Potensiometer.
Simbol potensimeter diperlihatkan pada gambar 2.3.a di atas. Potensiometer pada
umumnya terbuat dari bahan kawat atau carbon (arang). Potensiometer yang terbuat dari
bahan kawat memiliki ukuran sisik dan daya yag besar dibanding dengan potensiometer
yang terbuat dari material carbon.
Pengaturan nilai resistansi potensiometer dapat bersifat logaritmis atau linier. Untik
petensiometer logaritmis, pada badannya terdapat kode A sedangkan pada
potensiometer linier terdapat kode B pada badannya. Yang dimaksud dengan
potensiometer linier adalah porensiometer yang perubahan nilai tahananya sebanding
dengan putaran pengaturannya, sedangkan potensiometer logaritmis adalah
porensiometer yang perubahan nilali tahanannya berdasarkan perhitungan logaritma.
Selain kode huruf A dan B, pada badan potensiometer juga terdapat nilai resistansi
maksimal potensiometer. Sebagai contoh, pada badan suau potensiometer terdapat
tulisan A dan 10K, hal ini berarti :
 Pengaturan nilai resistansi potensiometer bersifat logaritmik dengan putaran
pengaturannya.
 Potensiometer tersebut dapat diatur untuk interval nilai resistansi 0 s/d 10
KΩ.

Terdapat tiga jenis potensiometer yang sering dipakai dalam peralatan elektronika /
peralatan listrik yaitu :
 Potensiometer yang dilengkapi denagn saklar. Saklar pada potensiometer ini
sering berfungsi sebagai saklar on – off, biasanya terdapat pada peralatan
elektronika seperti radio portable atau pada peralatan listrik seperti AC (air
conditioning).
 Potensiometer yang tidak dilengkapi dengan saklar. Potensiometer jenis ini
sering digunakan sebagai pengatur nada (tone control) pada amplifier seperti
pengatur nada tinggi (treble), pengatur nada rendah (bass) dan lain – lain.
 Petensiometer ganda atau potensiometer stereo. Potensiometer ini terdiri dari
dua buah potensiometer yang dihubungkan sedemikian rupa sehinga berada

PLTGL dan PLTPs Page 6


dalam satu poros. Potensiometer jenis ini biasanya digunakan dalam rangkaian
– rangkaian stereo.
 Potensiometer geser. Pengaturan resistansi untuk ketiga jenis potensiometer di
atas dilakukan dengan memutar pengatur yang terdapat pada potensiometer
tersebut. Pada potensiometer geser, pengaturan nilai resistansi dilakukan
dengan menggeser tangkai pengatur yang terdapat di atas badannya.
Potensiometer geser sering digunakan dalam rangkaian equalizer untuk
mengatur tinggi rendahya nada.
Kerusakan yang sering terjadi pada potensiometer adalah :
 Untuk potensiometer yang terbuat dari material kawat, kerusakan biasanya
terjadi pada putusnya kawat yang melilit badan potensiometer.
 Untuk potensiometer yang terbuat dari material cabon (arang), biasanya
terjadi keausan pada carbonnya sehingga nilai resistansinya tidak dapat
diatur. Kerusakan biasa pula terjadi pada poros pengatur yang keras bila
diputar. Hal ini disebabkan adanya kotoran pada bagian dalam
potensiometer.

b. Trimpot
Trimpot atau trimmer potensiometerr adalah salah satu jenis resistor variabel yang
nilai resistansinya dapat pula diatur seperti halnya potensiometer. Yang membedakan
adalah :
 Pada potensiometer pengaturan nilai resistansi dilakukan dengan memutar
(menggunakan tangan) poros pengaturnya, sedangkan pada trimpot nilai
resistansi diatur dengan memutar (menggunakan obeng trim) lubang
pengaturnya.
 Bentuk fisik trimpot lebih kecil dibandingkan potensiometer.
 Trimpot digunakan pada rangkaian dengan daya – daya kecil, sedangkan
potensiometer utnuk daya – daya besar.
 Harga potensiometer lebih mahal disbanding trimpot.

PLTGL dan PLTPs Page 7


 Simbol trimpot diperlihatkan pada gambar 3.b . seperti halnya dengan
potensiometer, trimpot juga diberi kode huruf A atau B pada badannya untuk
menunjukkan jenis logaritmis atau linier.

1.2. Kapasitor
Kapasitor atau kondensator termasuk salah satu komponen pasif yang banyak
dipakai dalam rangkaian elektronika. Suatu kondensator terdiri dari dua lempengan
penghantar yang saling tersekat oleh bahan isolasi. Bahan isolasi diantara kedua
lempengan penghantar tersebut disebut dielektrikum atau dielektrika.

Gbr. 2.4. Kondensator terdiri dari dua lempengan penghantar yang saling tersekat.

Terdapat beberapa jenis kondensator menurut bahan dielektrikumnya, bila


dielektrikumnya dari bahan keramik maka disebut kondensator keramik begitupula bila
dielektrikumnya dari bahan kertas maka disebut kondensator kertas, dan seterusnya.
Kondensator mempunyai sifat menyimpan muatan – muatan listrik. Kemampuan
menyimpan berapa banyak muatan listrik ini disebut kapasitas kondensator atau
kapasitansi. Satuan kapasitansi adalah Farad (F), kondensator biasa disingkat dengan
notasi huruf C.
Apabila padda lempengan – lempengan kondensator deeri tegangan 1 volt sehingga
mampu menyimpan muatan listrik sebesar 1 coulomb maka kapasitansinya adalah 1
Farad.
Dalam kenyataannya, satuan farad untuk kapasitansi kondensator sangat besar,
untuk itu dipakailah satuan – satuan pecahannya, yaitu :
1 µF (Mikro farad) = 10-6 F
1 nF (Nano farad) = 10-9 F
1 pF (Piko farad) = 10-12 F

PLTGL dan PLTPs Page 8


Harga kapasitansi suatu kondensator tertera pada badannya dengan angka – angka
atau kode warna. Warna – warna yang dipakai sama seperti yang dipakai dalam kode
warna resistor, hanya pada kondensator ada tambahan kode warna untuk menyatakan
tegangan kerja maximum atau Working Voltage (WV).
Pemberian kode warna pada kondensator dapat dilihat pada tabel 3 di bawah
Warna Angka Toleransi Tegangan Kerja
Hitam 0 ±20 % -
Coklat 1 ±1 % 100 V
Merah 2 ±2 % 250 V
Orange 3 ±2,5 % -
Kuning 4 ±5 % 400 V
Hijau 5 - -
Biru 6 - 630 V
Ungu 7 - -
Abu – abu 8 - -
Putih 9 ±10 % -

Berikut ini diberikan beberapa contoh cara membaca nilai kapasitansi dari
beberapa jenis kondensator :
 Pada sebuah kondensator polyester tercantum kode warna sebagai berikut :
coklat, Hijau, Orange, Putih, Merah. Maka nilai kapasitansi kondensator
tersebut adalah :
Warna ke-1 : Coklat = 1 (angka pertama)
Warna ke-2 : Hijau = 5 (angka kedua)
Warna ke-3 : Orange = 3 (banyaknya angka nol)
Warna ke-4 : Putih = ±10 % (toleransi)
Warna ke-5 : Merah = 250 V (tegangan kerja)
Jadi nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah 15.000 pF atau 15 nF dengan
toleransi ±10 % dan tegangan kerja maximum 250 Volt.
 Pada sebuah kondensator keramik tertera tulisan angka 102, arti kode angka
tersebut adalah :

PLTGL dan PLTPs Page 9


Angka pertama :1
Angka kedua :0
Angka ketiga : 2 (banyaknya angka nol)
Jadi kepasitansi kondensator tersebut adalah 1000 pF atau 1 nF.
 Pada badan suatu kondensator keramik tertera tulisan 0,001, hal in berarti
bahwa nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah 0,001 µF atau 1 nF.
 Pada badan suatu kondensator elektrolit (elco) terdapat tulisan 47 µF, 16 V, hal
ini berarti bahwa nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah 47 µF dan
tegangan kerja maximumnya 16 Volt.

Sama halnya dengan resistor, pada kondensator juga terdapat jenis


kondensator yang dapat diubah – ubah nilai kapasitansinya. Kondensator semacam ini
disebut kondensator variabel atau variable condensator (Varco). Kondensator jenis ini
biasa digunakan pada pesawat penerima radio untuk mengubah – ubah frekwensi
penerima radio guna mencari frekwensi pemancar radio.
Faktor - faktor yang menentukan nilai kapasitansi kondensator adalah :
a. Luas lempengan / keeping penghantar
b. Tebal dielektrika atau jarak antara lempengan penghantar
c. Jenis dielektrika yang dipakai
Dalam bentuk rumus :

ε A
C = , dimana :
d

C = Kapasitansi Kondensator ( F )
Ε = Konstanta dielektrika ( F/m )
A = Luas lempengan penghantar ( m2 )
D = Jarak antara lempengan penghantar ( m )

PLTGL dan PLTPs Page 10


Simbol kapasitor diperlihatkan pada gambar 5 di bawah :

Gambar. 2.5. Simbol Kapasitor


a. Kapasitor Non Polar
b. Kapasitor Bipolar (Elco)
c. Variable Kapasitor (Varco)

1.3. Kumparan / Induktor


Induktor atau induktansi adalah suatu elemen pasif dari rangkaian listrik yang
berupa kawat dari suatu kumparan yang dapat menyimpan energi listrik selama
beberapa periode dan melepaskannya selama periode lainnya, sehingga daya rata –
ratanya menjadi nol.

Besarnya induktansi dinyatakan sebagai :


Φ N
L=
i
Dimana :
L = induktansi ( henry )
Φ = fluks magnet (weber )
N = jumlah lilitan
i = arus pada induktor ( ampere ).

PLTGL dan PLTPs Page 11


Sama halnya dengan resistor, induktor dapat juga dihubung seri, paralel maupun
seri – paralel. Besarnya induktansi total dalam suatu rangkaian dapat dihitung dengan
metode yang sama dengan menghitung besarnya tahanan total.
Simbol induktor diperlihatkatkan pada gambar 5 di bawah :

atau

Gbr. 2.9. Simbol Induktor

2. Komponen Aktif
Yang dimaksud dengan komponen aktif dalam bidang elektronika adalah
komponen – komponen elektronika yang menghasilkan energi listrik atau dapat juga
berupa komponen elektronika yang mengatur aliran listrik seperti perubahan bentuk
gelombang, pembalikan fasa, penguatan, pengolahan data dll.
Komponen elektronika yang termasuk komponen aktif diantaranya adalah :
2.1. Dioda
2.2. Transistor

Sebagian besar komponen aktif dalam bidang elektronika terbuat dari bahan
semikonduktor, yaitu silikon & germanium. Pada tulisan ini hanya akan diuraikan
komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor tersebut.

2.1. Dioda

Dioda adalah sebuah kata majemuk yang berarti dua elektroda dimana “ di “ berarti
dua dan “ oda “ berasal dari kata elektroda. Jadi dioda adalah komponen semikonduktor
yang terdiri dari dua elektroda anoda dan katoda.
Anoda bersifat positif ( kekurangan elektron ) sedangkan katoda bersifat negatif
( kelebihan elektron ).

PLTGL dan PLTPs Page 12


Simbol dioda diperlihatkan pada gambar 3.1 di bawah. :

Gbr. 3.1. Simbol dioda, menyerupai anak panah yang


menunjukkan bahwa arus hanya mengalir dari arah anoda ke
katoda

Pada umumnya, katoda diberi tanda berupa bintik / titik atau gelang. Untuk dioda
dengan daya besar, katoda biasanya berulir. Dioda terbuat dari bahan semikonduktor
silikon atau germanium.

2.1.1. Pemberian Tegangan pada Dioda.


a. Forward Bias.
Gambar 3.2. memperlihatkan suatu dioda yang dihubungkan pada sumber tegangan
DC. Pada gambar tersebut, katoda dihubungkan dengan kutub negative sumber
tegangan sedangkan anoda dihubungkan dengan kutub positif melalui hambatan R. Pada
hubungan ini arus listrik akan mengalir melalui dioda dan hambatan R. Hubungan ini
disebut Forwart bias atau panjar maju.
D
I
Gbr. 3.2. Dioda diberi forward bias (panjar
maju). Arus I mengalir dalam rangkaian,
+
Vs
dioda ibarat saklar yang tertutup bila diberi
-
R forward bias.

Pada gambar diatas, terdapat tegangan pada dioda ( Vd ) sebesar 0,6 s/d 0,7 volt
untuk dioda silikon atau 0,2 s/d 0,3 volt untuk dioda germanium, tegangan ini disebut
tegangan lutut atau tegangan offset. Sedangkan tegangan pada hambatan R ( VR )
sebesar VR = Vs – Vd. Dengan demikian, dapat diketahui besarnya arus listrik yang
mengalir pada rangkaian yaitu :

VR
i =
R

PLTGL dan PLTPs Page 13


b. Reverse Bias
Selain pemberian tegangan dengan cara forward bias, dikenal pula pemberian
tegangan dengan cara reverse bias ( panjar mundur ). Pemberian tegangan dengan cara
ini dilakukan dengan menghubungkan anoda dengan kutub negatif sumber tegangan
dengan katoda kutub positif, seperti diperlihatkan pada gambar 3.3. di bawah.
D

+ Gbr. 3.3. Dioda diberi reverse bias (panjar


mundur). Tidak ada arus listrik yang mengalir
R
- pada rangkaian. Dioda ibarat saklar yang
terbuka bila diberi reverse bias.

Pada pemberian tegangan dengan cara reverse bias, hanya ada arus listrik yang
sangat kecil mengalir pada rangkaian. Arus ini adalah arus bocoran, karena nilainya
yang sangat kecil maka diabaikan saja dan dianggap tidak ada arus listrik yang
mengalir. Karena tidak ada arus listrik yang mengalir pada rangkaian, maka :
- Tegangan pada hambatan R, VR = 0
- Tegangan pada dioda D, VD = 0

2.1.2. Karakteristik Dioda.


Gambar 3.4. memperlihatkan kurva dioda. Kurva semacam ini disertakan oleh
pabrik bersamaan type dioda yang diproduksinya. I

Breakdown Voltage Daerah forward

Arus Bocor
-BV V

Tegangan Offset

Daerah Reverse
Gbr. 3.1. Kurva
Dioda

PLTGL dan PLTPs Page 14


Dari gambar di atas terlihat bahwa :
 Pada daerah forward ( dioda diberi forward bias ) arus listrik akan membesar
secara drastis pada saat tegangan melampaui tegangan offset. Tegangan offset
untuk dioda silikon sebesar 0,6 V s/d 0,7 V, sedangkan untuk dioda
germanium sebesar 0,2 s/d 0,3 Volt. Untuk tulisan selanjutnya kita tetapkan
tegangan offset untuk dioda silikon adalah 0,7 Volt sedangkan untuk dioda
germanium sebesar 0,3 Volt.
 Pada daerah reverse ( dioda diberi forward bias ) arus listrik yang mengalir
sangat kecil, arus ini disebut arus bocor. Bila tegangan dinaikkan terus hingga
melampaui tegangan Breakdown ( BV ), maka arus listrik akan mengalir
secara drastis. Pada keadaan ini dioda sudah mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut terjadi karena dioda diberi tegangan melampaui tegangan
breakdownnya.

Selain kurva dioda, pabrik pembuat juga mencantumkan nilai batas daya dioda atau
arus maksimum yang dapat dilewati dioda.
Sebagai contoh : dioda dengan type 1N914 mempunyai batas daya maksimum 250
mw ; pada dioda dengan type 1N4003 mempunyai arus forward dc maksimum 1A. Jadi
dioda 1N914 akan rusak bila daya yang dikenakan padanya melebihi 250 mw, demikian
pula pada dioda 1N4003 bila diberi arus melewati 1A akan merusak dioda tersebut.

2.1.3. Tahanan Pembatas Arus


Perhatikan gambar 3.5. dibawah, tahanan Rs pada gambar tersebut disebut tahanan
pembatas arus yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang mengalir pada dioda.

Gbr. 3.1. Tahanan Pembatas Arus


dihubungkan seri dengan dioda

Pemilihan nilai Rs didasarkan pada nilai batas arus forward maksimum dari dioda.
PLTGL dan PLTPs Page 15
2.1.4. Garis Beban
Garis beban digunakan untuk mennentukan nilai arus dan tegangan yang bekerja
pada dioda.
Pada gambar 3.5. Vs adalah sumber tegangan de variable. Dengan memperhatikan
gambar 3.5 , diperoleh arus yang mengalir pada rangkaian, sebesar :

Vs − VD
i=
R
Dengan Vs dan Rs di ketahui, terlihat bahwa persamaan diatas merupakan
persamaan linier / persamaan garis lurus. Bila persamaan ini di gambar, akan diperoleh
sebuah garis lurus. Garis lurus tersebut digambar pada kurva karakteristik dioda,
sehingga antara garis lurus dengan kurva karakteristik dioda berpotongan. Titik potong
ini disebut titik kerja atau titik operasi yang biasa diberi notasi Q.

2.2. Transistor
Nama transistor berasal dari kata transfer dan resistor. Sama halnya dengan
komponen semikonduktor lainnya transistor juga dibuat dari bahan germanium dan
silikon. Dalam bidang elektronika komponen transistor banyak sekali macam ragamnya,
antara lain Transistor Efek Medan ( Field Effect Transistor, FET ), Uni Junction
Transistor ( UJT ), Metal Oxide Semiconduktor Field Effect Transistor ( MOSFET ),
Bipolar Junction Transistor ( BJT ), dan lain – lain. Pada tulisan ini hanya dibahas
transistor yang paling umum digunakan dalam bidang elektronika yaitu Bipolar –
Junction Transistor ( BJT ) atau disebut transistor sambungan – bipolar atau transistor
pertemuan. Untuk tulisan selanjutnya bila terdapat kata transistor maka yang dimaksud
adalah transistor pertemuan atau transistor bipolar.
Dalam operasinya penggunaan transistor kebanyakan diterapkan sebagai penguat,
saklar elektronik dan lain – lain.
Transistor bipolar memiliki 3 buah terminal atau kaki, yaitu :
 Kaki emitor diberi notasi e
 Kaki basis diberi notasi b
 Kaki kolektor diberi notasi k atau c

PLTGL dan PLTPs Page 16


2.2.1. Jenis Transistor
Dalam bidang elektronika dikenal 2 macam jenis transistor, yaitu :
 Transistor PNP ( Positif Negatif Positif )
 Transistor NPN ( Negatif Positif Negatif )
Simbol transistor diperlihatkan pada gambar 3.7. di bawah :

Gbr. 3.7. Lambang/symbol transistor :


a. NPN
b. PNP

2.2.2. Membias Transistor


Sebelum transistor dioperasikan untuk sesuatu fungsi , maka terlebih dahulu
elektroda – elektrodanya harus diberi potensial panjaran ( dibias ). Cara memberi
tegangan / potensial pada transistor diperlihatkan pada gambar 3.8 di bawah :

_
+
_ _ + +
+ _
+ _

_ +

_ + _ _
+ +

_
+

(a) (b)

Gbr. 3.8. Cara membias transistor :


c. Untuk transistor PNP
d. Untuk transistor NPN

Pada gambar di atas terlihat bahwa :


 Dioda basis – emitor diberi panjar maju
 Dioda basis – kolektor diberi panjar terbalik .
Hal ini berarti :
 Pada transistor PNP :

PLTGL dan PLTPs Page 17


 Basis adalah negatif terhadap emitor atau basis lebih negatif dari emitor.
 Basis adalah positif terhadap koleketor atau basis lebih positif dari kolektor.
 Pada transistor NPN :
 Basis adalah positif terhadap emitor atau basis lebih positif dari emitor.
 Basis adalah negatif terhadap koleketor atau basis lebih negatif dari kolektor.
Bila elektroda – elektroda transistor sudah diberi panjaran menurut aturan di atas,
maka akan mengalir arus listrik pada rangkaian dengan arah seperti yang diperlihatkan
pada gambar 3.9 di bawah :

_ +
IC VC
VC IC
_
+ IB
IB

_ IE +
VE VE
_ IE
+

(a) (b)

Gbr. 3.9. Arah arus listrik saat


transistor dibias (diberi panjaran) :
e. Untuk transistor PNP
f. Untuk transistor NPN

Dari gambar di atas terlihat bahwa :


 Arus listrik sebagian besar dibangkitkan oleh battery V E yaitu battery yang
memberi panjaran maju kepada dioda basis – emitor.
 Sebagian besar arus listrik yang dibangkitkan oleh battery V E mengalir ke kolektor
( Ic ) lalu kembali ke battery VE lewat battery VC.
 Sebagian lagi dari arus tersebut mengalir ke basis dan kembali ke battery VE.
 Dengan menganggap transistor adalah suatu titik simpul pada gambar di atas dan
dengan menggunakan hukum arus Kirchhoff di peroleh : IC = IE + IB.
 Dalam kenyataannya arus IB kecil sekali sehingga dianggap : IC ≈ IE.
 Dengan mengalirnya arus listrik pada rangkaian seperti yang diuraikan di atas
maka dikatakan transistor menghantar.

PLTGL dan PLTPs Page 18


Selain pemberian panjaran transistor seperti yang diuraikan di atas, dapat pula
dilakukan pemberian panjaran seperti pada gambar 3.10 di bawah :

IC

Gbr. 3.10. Cara lain


IB pemberian panjaran kepada
_
transistor
VCC
_
+
VB
IE
+

Pada gambar di atas terlihat bahwa :


 Jenis transistor adalah PNP maka basis harus lebih negatif terhadap emitor hal ini
dipenuhi oleh battery VB, demikian pula kolektor lebih negatif terhadap basis
( Tegangan VCC lebih besar dari tegangan VB ).
 Kuat arus IC ditentukan oleh kuat arus IB, makin besar IB makin besar pula IC. Karena
IB ditentukan oleh VB maka dapat dikatakan semakin besar VB semakin besar pula IC.
Dari uraian tentang cara pemberian panjar ( pembiasan ) transistor di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa syarat yang harus dipenuhi untuk mengoperasikan transistor
adalah :
 Dioda emitor harus di bias maju
 Dioda kolektor harus di bias balik.

2.2.3. Karakteristik Transistor


Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana sebuah transistor bekerja yaitu
dengan membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Grafik ini
biasanya sudah dikeluarkan oleh pabrik pembuat transistor yang dikenal sebagai kurva
V – I transistor. Dibandingkan dengan kurva V – I dioda, kurva V – I transistor lebih
rumit karena adanya pengaruh dari arus basis yang harus di masukkan dalam kurva.
Gambar 3.11 di bawah memperlihatkan rangkaian dasar untuk melihat /
mempelajari karakteristik transistor dimana tegangan V B diubah – ubah untuk
mengubah arus basis IB.

PLTGL dan PLTPs Page 19


RC

Gbr. 3.11. Rangkaian dasar guna


IC
IB
mempelajari karakterisitik transistor.
Tegangan VB diubah-ubah untuk
+

+ Vmengubah
CC I B.
_
VB
_ IE

Prinsip kerja rangkaian di atas :


 Kalau tegangan VBE = 0, maka IB = , IC = 0. kondisi ini disebut transistor
menyumbat. Tegangan VBE dapat diatur dengan mengatur sumber tegangan V B.
Sumber tegangan VB memberi panjaran maju kepada dioda basis emitor.
 Kalau VBE dinaikkan dengan mengatur VB maka akan mengalir arus IB dan arus
kolektor IC. Kondisi ini disebut transistor menghantar.
 Semakin besar VBE maka arus basis IB juga semakin besar demikian pula dengan
arus kolektor IC. Jadi kenaikan IB menyebabkan kenaikan IC.
 Perbandingan antara arus kolektor I C dengan arus basis IB disebut penguatan arus dc
atau βdc atau hFE.
 Dalam keadaan transistor menghantar pada gambar 3.11 berlaku persamaan : V CC =
IC . RC + VCE.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa transistor merupakan hambatan yang
harganya tidak tetap melainkan dapat berubah - ubah. Semakin besar arus kolektor
maka transistor dapat dianggap sebagai hambatan yang nilainya kecil, demikian
sebaliknya ( sifat setengah penghantar ).

BAB III
PENUTUP

PLTGL dan PLTPs Page 20


1. Kesimpulan
A. Dasar-dasar elektronika terdiri dari komponen aktif dan komponen pasif.
B. Komponen pasif terdiri dari resistor, kapasitor, kumparan.
C. Komponen aktif terdiri dari diode dan transistor.

DAFTAR PUSTAKA

PLTGL dan PLTPs Page 21


1. Www. Google. Com
2. https://www.academia.edu/31320214/Dasar-Dasar_Elektronika
1.

PLTGL dan PLTPs Page 22

Anda mungkin juga menyukai