Anda di halaman 1dari 3

Faktor penghambat pemberian layanan BK di era pandemi

Hambatan atau kendala dalam pelaksanaan layanan BK selama pandemi adalah kouta siswa yang
terbatas, dan ada beberapa siswa yang masih belum memiliki handphone, ada juga para siswa yang
meminjam handphone milik saudaranya atau milik orang tua, serta gangguan jaringan internet.
Sesaui dengan pendapat menurut Aji, (2020:197) masalah yang menghambat terlaksananya
efektivitas pembelajaran dengan metode daring diantaranya salah satunya kurang siapnya
penyediaan anggaran, biaya juga sesuatu yang menghambat karena aspek kesejahteraan guru dan
murid masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk memenuhi
kebutuhan media daring, maka jelas mereka tidak sanggup membayarnya.

Hambatan atau kendala yang di temukan siswa dalam kegiatan layanan BK di era pandemi adalah
baik berupa jaringan internet yang lelet sehingga siswa menjadi terganggu dalam pembelajaran,
paket data yang tidak memadai, ada beberapa kurang paham penjelasan sesuatu bimbingan ketika
saat pembelajaran secara online. Ada juga masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai,
perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Indonesia yang guru pun masih dalam
kondisi ekonominya yang mengkhawatirkan. Kesejahteraan guru maupun murid yang membatasi
mereka dari serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat
diperlukan dengan musibah COVID-19 ini.

Faktor Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Faktor InternalBeberapa faktor penghambat yang akan dibahas pada faktor internal adalah:

a. Kompetensi Konselor

Harapan kinerja konselor saat melaksanakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling sewaktu-
waktu digerakkan dengan konsep altruistik, tindakan simpati, menghargai keanekaragaman, dan
mengedepankan kebutuhan konseli, serta terus memperhatikan pengaruh waktu lama dari
pelayanan yang dibagikan.

b. Beban Tugas Konselor

Sebaliknya tugas kegiatan pendidik mata pelajaran yaitu minimum 24 jam tatap muka dan
maksimum 40 jam tatap muka pada 1 minggu dalam satu ataupun lebih satuan pendidikan yang
mempunyai persetujuan pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Saat penetapan tugas
kerja tersebut tidak diorganisir dengan baik, ataupun tidak ditetapkan sesuai standar akan
berakibatkan kepada kinerja yang tidak efektif dan efisien, sehingga bisa menghambat pencapaian
tujuan institusi pendidikan.

2. Faktor Eksternal

Beberapa faktor penghambat yang akan dibahas pada faktor eksternal antara lain:

a. Sekolah

Menurut Mugiharso (Khairuddin, 2020) kepala sekolah adalah penanggung jawab pendidikan pada
satuan pendidikan (SMP, SMA, SMK) secara keseluruhan, termasuk penanggung jawab dalam
membuat kebijakan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Guru
Guru merupakan pelaksana pengajaran di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran ada beberapa
tugas guru mata pelajaran yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.

c. Siswa

Anak didik dalam berarti orang atau anak yang sedang berguru, belajar, bersekolah. Anak didik
merupakan suatu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam tahap pembelajaran.
Di dalam tahap pembelajaran, anak didik sebagai pihak yang hendak menggapai cita-cita,
mempunyai tujuan dan setelah itu hendak menggapainya secara maksimal. Anak didik akan menjadi
sebab penentu, sehingga bisa mempengaruhi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menggapai
tujuan belajarnya. Oleh karena itu, tidak tepat jika dikatakan bahwa anak didik itu sebagai objek
(dalam proses pembelajaran).

d. Sarana dan Prasarana

1. Sarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan adalah alat pengumpul data antara
lain: pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, catatan harian, daftar nilai, prestasi belajar,
kartu konsultasi, inventori bakat dan minat, dan sebagainya.

2. Prasarana

Adapun fasilitas pendukung aktivitas bimbingan yaitu seperti Ruang bimbingan, yang meliputi atas:
ruang tamu, ruang konsultasi, ruang bimbingan kolaborasi, ruang dokumentasi, dan sebagainya.
Ruang tersebut seharusnya difasilitasi dengan perlengkapan seperti meja, kursi, lemari, papan tulis,
rak dan sebagainya.

Ada beberapa faktor yang mendukung kedisiplinan siswa yakni :

Pertama, kesadaran orang tua terhadap program BK. Kedua, tingkat pendidikan orang tua juga
cukup baik sehingga bertanggung jawab membantu dan membimbing anaknya belajar dan memberi
perhatian dan dukungan pada siswa pada waktu ulangan atau ujian dengan mengawasi kegiatan
anak di rumah. Ketiga, didukung kemudahan mencapai siswa dengan jalan dan infrastuktur yang baik
menuju sekolah dengan jalan kaki atau kendaraan sehingga dapat melakukan kunjungan rumah bagi
guru BK. Keempat, pemberian layanan BK bagi siswa yang terlambat masuk sekolah dengan layanan
unformasi belajar efektif.

Guru BK mengharapkan kepada sekolah di samping mampu memberikan layanan bimbingan BK


kepada siswa, tugas layanan BK itu penting dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena kemajuan
media elektonik berupa televisi dan internet dan alat komunikasi seperti HP sekarang ini membuat
siswa kenbanjiran informasi yang tak mendukung perkembangan siswa dan kemungkinan
melahirkan penyimpangan tingkah laku menjadi siswa yang malas, suka membolos dan berperilaku
buruk terhadap sesama temannya. Bahkan terjadi maladjustment atau ketidakmampuan
menyesuaikan diri perilaku yang belum pantas untuk usia siswa sehingga menjadi masalah.

Karena pentingnya memberi layanan BK bagi siswa untuk dilaksanakan, maka guru BK
memprogramkan pemberian layanan BK, guru BK beranggapan pemberian layanan BK dapat
dilakukan oleh guru BK mengingat sewaktu mengikuti pendidikan S2 BK atau kuliah di LPTK
mendapatkan pembelajaran BK, baik difinisi, prinsip, azas, fungsi dan teknik pemberian layanan dan
macam layanan yang harus diberikan kepada siswa. Sehingga siswa dapat berkembang sesuai tingkat
perkembangannya baik dalam pribadi, sosial, belajar, atau karier.

Referensi

Aji, R. H. S. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia : Sekolah, Keterampilan, dan
Proses Pembelajaran. Jurnal Sosial & Budaya Syar’i, 7 (5), 395-402.

Utami, S. F., Suarantalla, R., & Hermanto, K. (2020). Analisis Beban Kerja Mental Guru Sekolah Dasar
Menggunakan Metode NASA-TLX Studi Kasus di SDN Batu Tering. Jurnal Industri & Teknologi
Samawa.

Khairuddin. (2020). Kepemimpinan Kepala Sekolah di Tengah Pandemi COPID-19. Jurnal Pendidikan
“EDUKASI.”

Siregar, I. A. (2019). Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Bimbingan Dan Konseling Sesuai Dengan
Standar Pendidikan. … Ikatan Alumni Bimbingan Dan Konseling ….

Jarkawi, PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP 25 BANJARMASIN. Jurnal


Konseling GUSJIGANG. Vol. 1 No. 1 Tahun 2015 ISSN 2460-1187

Anda mungkin juga menyukai