TAUBAH 122
(KONSEP PENDIDIKAN JIHAD)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam(S.Pdi)
Oleh:
ISNIN NADRA
1110011000071
Skripsi
Disusun oleh:
Isnin Nadra
1110011000071
DIBAWAH BIMBINGAN
Abdul Ghafur MA
NIP. 19681208 199703 1003
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan Surat At-Taubah ayat
122 (Konsep Pendidikan Jihad) disusun oleh Isnin Nadra, NIM. 1110011000071,
jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diajukan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Abdul Ghafur MA
NIP. 19681208 199703 1003
ABSTRAK
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu menganalisis masalah yang akan dibahas dengan cara
mengumpulkan data-data kepustakaan, pendapat para mufassir. Kemudian
mendeskripsikan pendapat para mufassir, selanjutnya membuat kesimpulan.
The purpose of this study was intended to determine the educational concept
of jihad contained in the letter of al - Baqarah 190-193 , and the letter at- Taubah
verse 122 .
The results show the concept of jihad education contained in the letter of al -
Baqarah 190-193 and letters at- Tawbah verse 122 is : 1 ) . Jihad aims to uphold
the sentence of truth , goodness and justice . 2 ) . The nature of jihad is peace . 3 )
Jihad ( war ) have rules
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
nikmat yang tiada hentinya engkau menganugerahkan kepada penulis. Dan berkat
kasih serta saying-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya,
kelak syafaat beliaulah yang diharapkan umatnya di akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “ Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan surat At-Taubah
ayat 122 (Konsep Pendidikan Jihad)”, merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Atas terselesainya Skripsi ini tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi atau bantuan dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Drs. Nurlena Rifa’ Ph.D. Selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis.
2. Abdul Majid Khon selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam dan Hj
Marhamah Saleh Lc, MA selaku sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui
penyusunan skripsi ini.
3. Khalimi MA, selaku dosen pembimbing akademik, atas nasehat dan motivasi
yang selama ini telah diberikan kepada penulis
ii
4. Abdul Ghafur, MA., selaku dosen pembimbing skripsi atas dorongan serta
nasihat, masukan, arahan dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi
ini dapat tersusun dan terselesaikan.
6. Kedua orang tua penulis H. Taslim Busthami dan Hj Yusnil Zein yang telah
memberikan dukungan secara moril maupun materil, terimakasi atas do’a, cinta,
serta kasih sayang, didikan, semangat, kepercayaan dan pengorbanan kalian yang
tulus tiada hentinya untuk penulis. Kepada kakak-kakak penulis, Ahmad Fikri,
Lidia Rahmayuni, Wildanul Mufizah, Muhammad Zuhri dan M. Fuad Faizin,
terimaksih atas do’a, motivasi, nasehat, dukungan dan hari-hari penuh canda
tawa ketika penulis mengalami kejenuhan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku tersayang, Intan Rahma Yuri, Siti Nurbaiti dan Nur Choirum
Mauzuroh, Yohanna Makatangin, terimakasih atas dorongan, semangat, masukan
yang kalian berikan untuk penulis, yang selalu menemani penulis disaat penulis
mengalami kebimbangan dan masalah dalam hidup penulis.
Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini yang meungkin
tidak dapat penulis sebutkan, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
iii
Akhir kata tiada gading yang tak retak, penulis menyatakan sebagai manusia tidak
sempurna, dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya sederhana ini bermabfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
Isnin Nadra
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur‟an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2008), h. 8
1
2
adalah bahwa Allah SWT telah meciptakan alam ini di atas pondasi kesatuan struktur
yang kokoh, saling mendukung antar bagiannya.2
Al-Qur‟an adalah firman Allah, dapat dipastikan bahwa kalimat-kalimat
dalam setiap ayat, dan ayat-ayat dalam setiap surat adalah pernyataan yang paling
sempurna, maka adalah benar bahwa Al-Qur‟an disebut sebagai mu‟jizat yang
melengkapi mu‟jizat yang lain. Karena itu tidak mungkin jika kemudian terdapat di
dalamnya kontadiksi, ketidak aturan dan saling bertentangan satu sama lain. Al-
Qur‟an adalah kalamullah, semua kandungannya pasti benar, maka seluruh susunan
di dalamnya pasti teratur.3
Selanjutnya Allah menjadikan umat Islam sebagai umat panutan yang
memimpin seluruh ummat kepada agama yang benar serta mengeluarkan mereka dari
kegelapan menuju cahaya kemengan, dan untuk terwujudnya hal tersebut diperlukan
perjuangan.
Istilah Al-Qur‟an untuk menunjukkan perjuangan adalah kata “Jihad”, suatu
keharusan bagi umat yang telah Allah pilih untuk peran ini dan telah dipercayakan
tugas penting agar menjadi umat yang berjuang.Karena itu datang perintah Allah
kepada umat Islam untuk berjihad sebagai konsekuensi pengemban tanggung jawab
menyiarkan Islam keseluruh penjuru dunia. Jihad di dalam Islam merupakan unsur
fundamental dan pokok karena merupakan sarana efektif untuk mencegah kejahatan,
baik yang terang-terangan maupun tersembunyi dan mencegah kejahatan yang
tumbuh dari dalam jiwa atau datang dari yang lain.
Meski secara umum, orang memahami jihad dalam pengertian perang
menolong agama dan membela kehormatan umat, namun sebenarnya Al-Qur‟an dan
As-sunnah menggunakan kata jihad itu dalam pengertian lebih luas.Ibnu Qayyim
dalam Zaad Al-ma‟ad membaginya dalam tiga belas tingkat. Ada yang berbentuk
jihad terhadap hawa nafsu dan setan, kerusakan, kemungkaran, kemunafikan, jihad
berbentuk dakwah dan penjelasan, kesabaran, dan keteguhan atau yang lebih kita
2
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur‟an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2008), h. 31
3
Dr Amir Faisho Fath, The Unity of Al-Qur‟an, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2010) h.3-4
3
kenal dengan jihad sipil. Dan tentu ada yang berupa perang fisik dan senjata.Namun
sayang, banyak kalangan ummat Islam yang dengan gegabah, memutus makna jihad
dan hanya mendefinisikannya dengan perang saja.4
Mayoritas ulama berpendapat bahwa jihad terbagi dalam dua kategori: Jihad
Annafs dan Jihad binnafs wal mal. Bentuk Jihad Binnafs wa Mal, hanya berlaku
sekali saja dalam Islam, yaitu pada saat awal mula struktur agama dibangun. Pada
saat itu, hal terbaik yang dapat dipersembahkan oleh seorang mukmin untuk
penegakan agama adalah penyerahan sepenuhnya jiwa dan harta pribadi. Yang
dimaksud dengan jihad adalah perang pembelaan umat melawan serangan yang
dilancarkan pihak lain. Jihad ini berlaku temporal, lain halnya dengan jihad annafs,
jihad dalam kategori ini berlaku permanen, sepanjang hayat dikandung badan.5
Ada pula ulama yang mendefinisikan jihad dengan mengerahkan segala
kemampuan dan kekuatan untuk berperang di jalan Allah dengan mempertaruhkan
nyawa, atau dengan memberikan bantuan harta atau materi, atau sekedar pendapat,
atau dengan ucapan, atau dengan memberikan bekal berperang dan yang lainnya. 6
Kehidupan manusia dewasa ini terkungkung oleh sejumlah aliran yang
banyak berkecimpung dengan persoalan kepentingan, dan keinginan hawa nafsu.
Teknis pelaksanaannya cenderung menghalalkan segala macam cara, asal dapat
memenuhi segala kepentingannya.
Salah satu tujuan terpenting dari Islam adalah mengupayakan manusia agar
dapat menguasai hawa nafsunya.Hawa nafsu selalu mendistrosi sistem kecendrungan
alamiah seseorang.Jihad yang merupakan bagian integral wacana Islam sejak masa-
masa awal kedatangannya hingga sekarang telah melahirkan pendapat dan pandangan
yang bervariasi.7 Ketika mengkaji tentang jihad akan muncul berbagai pandangan
dari para ulama dan cendikiawan Islam, baik yang bersifat keras, serta yang bersifat
lunak.
4
Yusuf Al-Qardhawi, Ringkasan Fikih Jihad, (Kairo, Maktabah Wahbah, 2009) cet-1 hal 29
5
Yusuf Al-Qardhawi, Ibid hal 38
6
Yusuf Al-Qardhawi, Ibid., hal 39
7
Ali Syu‟aibi, Meluruskan Radikalisme Islam ( Ciputat : Pustaka Azhary, 2004) cet-1 hal 262-269
4
8
Muhammad Chirzin, Jihad di Dalam Al-Qur‟an; Tela‟ah Normatif, Historis, dan
Prospektif,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997) cet, 1 h.4
5
Bagi kelompok yang menyebutkan diri mereka adalah Muslim militan yang
berpemahaman salafus shalih, Jihad adalah sebuah keniscayaan. Jihad akan selalu
relevan pada setiap masa dan tempat. Hingga akhirnya, harapan dan cita-cita mereka
terwujud agar Islam tidak dikotori lagi oleh budaya Barat.
Bagi kebanyakan orang menyebut gerakan ini merupakan Islam radikal.Ada
juga yang menyebutnya fundamentalisme.Terlepas dari pengistilahan yang dibuat
perlu diyakini bahwa semua aktivitas mereka butuh pengkajian ulang. Aksi
penyerangan terhadap warga asing di satu negara dengan bom bunuh diri, kemudian
pemboman tempat-tempat ibadah non muslim, dan mungkin kegiatan merampas harta
non muslim yang mereka sebut dengan fa‟I, semuanya harus kembali diluruskan.
Memang, jika mau menelusuri jauh kebelakang bahwa aksi terorisme yang
ada merupakan fenomena sosial segelintir kelompok masyarakat yang kecewa
terhadap pemerintah.Sebenarnya cikal bakal teror juga sudah terlihat pada awal
kemerdekaan.Karena pemerintah pusat gagal mengakomodir aspirasi umat Islam–
sebagai penduduk mayoritas Indonesia.
Pada masa orde baru, gerakan ini agak sedikit mengerucut dan melalui sikap
pemerintah yang represif, menumpas Komando Jihad.Lalu, masa reformasi gerakan-
gerakan kekecewaan itu muncul dari wadah yang disebut-sebut Jamaah Islamiyah
Indonesia (walaupun kurang bukti) Amrozi Cs menjadi icon perjuangan segelintir
umat Islam yang tertindas.Dan munculah aneka bentuk pemboman yang dilancarkan
sebagai bentuk protes terhadap pemerintah dan juga ajang unjuk nyali umat Islam
Indonesia terhadap Barat, yang selama ini diyakini musuh Islam.9
Hingga pada zaman terakhir ini, banyak menyebar propaganda menyimpang
yang menyeru untuk membunuh orang kafir dimanapun mereka berada, dalam
keadaan apa saja dengan mengklaim bahwa perbuatan tersebut adalah perealisasian
jihad yang telah disifati Nabi SAW bahwa jihad adalah puncak syari‟at tertinggi.
9
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6169&catid=59&It
emid=215 diakses pada 28 Januari 2014 pukul 16:00
6
Apabila seseorang yang adil melihat propaganda yang menyebar ini dengan
pandangan Syari‟at, menimbangnya dengan timbangan Al-Qur‟an dan As-sunnah
dengan pemahaman salaf, diikuti dengan pertimbangan yang benar yang
mengedepankan maslahat yang terbesar di antara dua mafsadah dengan menanggug
mafsadah yang terkecil, tidak mengikuti perasaan gegabah yang berlawanan dengan
Syari‟at, niscaya dia akan mengetahui bahwa hakikat propaganda jihad ini adalah
usaha untuk menghancurkan Islam, menghilangkan dengan cepat sisa-sisa ajaran
Islam, mempersempit ruang gerak ummat Islam, menyediakan sarana yang bisa
digunkan oleh musuh Islam dari orang-orang kafir untuk memerangi ummat Islam
yang berkomitmen dengan ajaran Islam atau menguasai negara-negara Islam demi
merealisasikan tujuan mereka dan pelaksanaan rencana-rencana mereka, kenyataan
ini sangat jauh dari apa yang diklaim oleh orang-orang bodoh bahwa perbuatan
mereka adalah untuk mengembalikan kejayaan agama Islam dan kaum muslimin.
Penderitaan yang dialami kaum muslimin diseluruh Negara adalah akibat dari
propaganda batil dan menyimpang yang telah dijelaskan oleh dalil yang menunjukkan
kerusakan propaganda tersebut.
Yang menjadi sandaran hukum untuk permasalahan seperti ini, yang bisa
membedakan antara kebenaran dan kebatilan, petunjuk dan penyimpangan, adalah
ilmu pengetahuan mengenai Syari‟at Islam bukan kebodohan yang mengikuti
emosional saja.
Tidak diragukan lagi, bahwa permasalahan jihad merupakan permasalahan
pelik yang membutuhkan pengetahuan mendalam dan penelitian berdasarkan Al-
Qur‟an dan Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, dan diikuti dengan
pengetahuan tentang maslahat dan mafsadah dan mengetahui di antara keduanya
mana yang harus didahulukan, hal ini tidak bisa dilakukan oleh para ulama yang
7
betul-betul mengamalkan Al-Qur‟an dan Sunnah dan para ulama yang memiliki
peranan penting dalam perbaikan ummat.10
Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia agar
menghiasi diri dengannya serta memerintahkan manusia agar memperjuangkan Islam
hingga mengalahkan kebatilan.11Agama Islam adalah suatu gerakan pembebasan,
mulai dari hati nurani setiap individu dan berakhir di samudera kelompok
manusia.Islam tidak pernah menghidupkan sebuah hati lalu dipasrahkan menyerah
tunduk kepada suatu kekuasaan diatas permukaan bumi selain kekuasaan Allah
SWT.Islam tidak pernah membangkitkan sebuah hati kemudian melepaskannya
terbelenggu oleh keaniayaan dalam segala macam bentuk.Islam mengajarkan kepada
ummatnya agar senantiasa berjuang melalui jihad untuk menegakkan kebebasan
menganut serta menjalankan agama.
Meskipun sebagian pelaku terorisme mengklaim sebagai aktivis Islam, namun
menjastis agama Islam sebagai pemicu yang bertanggung jawab dibalik serangakian
aktivitas terorisme adalah sebuah tindakan yang sangat terburu-buru dan terlalu
dini.Sebab seluruh tindakan yang pada prinsipnya mengandung kekerasan dilarang
dan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam.
Perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendikiawan Islam dalam
mengkaji persoalan jihad sehausnya menjadi sebuah batu loncatan dalam menemukan
solusi terhadap problematika kehidupan ummat Islam dengan cara mencari titik temu.
Kita seharusnya menghormati setiap perbedan tersebut menjadi sebuah rahmat yang
dapat mempersatukan umat Islam bukan sebaliknya, perbedaan tersebut menjadi
bencana yang mengantarkan kepada pertikaian di antara sesama muslim.
10
Syaikh Faisal bin Qazzar Al Jaasim, Meluruskan Pemahaman Tentang Damai dan Jihad,
(Jakarta: Jami‟ah Ihya At-Turots Al-Islami, 2011), Cet. Ke-1 h. 64-67
11
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, Tafisr Maudhi‟I atas Pelbagai Persoalan Ummat,
(Bandung: Mizan,1996), Cet ke-14 h.501
8
B. Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang penulis temukan dalam karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
1. Banyak masyarakat yang belum memahami makna jihad yang benar
2. Banyak oknum-oknum yang melakukan hal-hal anarkis yang
mengatasnamakan jihad, tetapi apa yang dilakukan tidak sesuai dengan teori
jihad yang benar
3. Banyak orang yang melakukan jihad, tetapi menjadikan jihad sebagai tujuan
pribadi atau golongan.
4. Kurangnya pendidikan mengenai jihad yang di dapatkan oleh masyarakat
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam tulisan ini, maka penulis
perlu memberikan batasan permasalahan sebagai berikut :
1. Pendidikan Jihad adalah pengetahuan mendasar mengenai jihad, dari
pengertian, tujuan, hakikat, macam-macamnya, dengan kata lain menyiapkan
akal ummat Islam untuk melakukan jihad dengan sebenar-benarnya jihad.
9
2. Konsep Pendidikan Jihad pada ayat 190-193 surat Al-baqarah dan ayat 122
dari surat At-Taubah
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini adalah :“Bagaimana Konsep
Pendidikan Jihad Berdasarkan Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan At-
Taubah ayat 122”
E. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya seluruh usaha yang terkait dengan kajian tafsir atau kajian
keislaman bertujuan untuk menemukan makna yang sesungguhnya dari sebuah
problematika-problematika yang terjadi ditubuh umat Islam.Demikian pula dengan
skripsi ini, diharapkan dapat menemukan arti dan nilai-nilai yang sesungguhnya
terhadap perbedaan pendapat mengenai pemahaman jihad.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Untuk pengetahuan dan menambah khazanah ilmu bagi penulis khusunya
2. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi segenap civitas Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan khususnya teman teman di jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai fenomena terorisme yang
terjadi belakangan ini, serta pentingnya memiliki pengetahuan mengenai jihad
yangbenar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Jihad
Dalam kurun waktu terakhir, khususnya pasca runtuhnya WTC dan
meletusnya aksi terorisme istilah jihad mulai mencuat kepermukaan.Bukan hanya itu
saja, kalangan Islam sendiri menaruh perhatian besar terhadap nilai-nilai jihad yang
hanya sebatas peperangan.Di dalam Al-qur‟an memang terdapat kata perang dan
anjuran untuk melakukannya, namun kita harus mengkaji terlebih dahulu sebelum
memberikan penilaian yang bersifat mengidentikkan antara jihad dan peperangan.
Kitab-kitab bahasa Arab menyatakan bahwa kata jihad dan mujahadah berarti
“menguras kemampuan”.Secara bahasa jihad berasal dari kata jahada, artinya tenaga,
usaha, atau kekuatan.Di dalam bahasa Arab kata benda (jihad) adalah bentuk mashdar
dari kata kerja (jaahada), yang selanjutnya merupakan turunan dari kata kerja (jahada)
dengan jalan penambahan satu huruf alif.Dengan perubahan berupa huruf alif itu
menyebabkan artinya berubah menjadi lebih intensif, yaitu “kesungguhan
melaksanakan perkerjaan” meningkat menjadi maksimal “dengan jalan mencurahkan
seluruh potensi yang ada”12.Artinya secara bahasa menunjukkan pada sebuah usaha
mengerahkan kemampuan, potensi dan kekuatan, atau memikul sesuatu yang
berat.Kata ini dalam ragam bentuk turunannya termaktub dalam Al-Qur‟an sebanyak
34 kali.13
Menurut istilah, jihad adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang sifatnya
berkelanjutan hingga hari kiamat.Tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas
keburukan dan kemungkaran, sedangkan tingkatan tertingginya berupa perang dijalan
Allah. Di antara keduanya adalah perjuangan dengan lisan, pena, tangan berupa
12
Jan Ahmad Wassil, Tafsir Quran Ulul-Alab, h. 294
13
Yusuf Qardhawi, Fiqh Jihad,h. 32
10
11
14
Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, Terjemahan. Bustami A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h 74
15
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Reknsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-bana;
RUKUN JIHAD, penerj. Khozin Abu Faqih dkk, (Jakarta: Al-I‟tishom Cahaya Umat, 2001), cet 1, h.31
16
Al kasani,Bada‟I Al-Shana‟I, (Beirut: Dar al-Kitab al;-„arab) juz 7, h. 97
12
Orientasinya adalah agar istilah jihad bisa mencakup seluruh usaha umat
Muslim dalam mencurahkan segenap kemampuan melawan keburukan dan
kebatilan.Dimulai dengan jihad terhadap keburukan yang ada di dalam diri individual
Muslim, berupa godan setan, dilanjutkan dengan melawan keburukan di sekitar
masyarakat.Hingga berakhir pada perlawanan terhadap keurukan dimanapun, sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Lafadz Jihad dalam Al-Qur‟an dipakai untuk mengindikasikan beberapa
makna, antara lain:
1. Berjihad melawan orang-orang kafir dengan menggunakan argument.
Allah swt berfirman, yang artinya:
“ Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq
itu” (QS: At-Taubah: 73)
2. Berjihad melawan setan
Firman Allah swt, yang artinya:
“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-
benarnya” (QS: Al-Hajj: 78)
3. Berjihad melawan hawa nafsu
Firman Allah swt, yang artinya:
“ Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah” (QS: At-Taubah:
41)17
Berdasarkan pengertian diatas, jihad adalah kata yang memiliki artian yang
luas, dapat diartikan sebagai perang, dakwah, dan lain sebagainya dan tidak dapat
diartikan dengan satu pengertian saja.
17
Ali Abdul Halim Mahmud, op, cit., h.35
13
18
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari. Terj. Abdul Somad, Yusuf
Hamdani dkk, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2008) Vol 12, Hal. 486
19
Ibnu Hajar Al-Asqalany, Fath al-bary Syarh Shahih Bukhary (Beirut : Daarul Kutub al-
„amaliyah, 2003) cet ke-4. Juz 6, h 4
20
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaad al-Ma‟ad; fi hadyi khair al-„ibad (Beirut : Daar Al-FIkr,
1995) juz 3, hal. 7-8
14
Demikian pula pelanjut al-Banna seperti Sayyid Qutubh yang secara umum
mempunyai pemikiran yang sama dengan al-Banna, meskipun dia mempunyai
aksentuasi pemikiran yang berbeda, seperti penekanannya pada perjuangan politik
revolusioner, yang dirancang untuk melucuti musuh-musuh Islam.
Al-Maududi pun sebagaimana dikutip oleh Rumadi, beliau lebih radikal lagi
menyejajarkan Islam dan Jihad sebagai “gerakan politik revolusioner”.Jihad bagi al-
Maududi merupakan perjuangan revolusioner bersenjata yang dilakukan tidak hanya
untuk kepentingan social tertentu tetapi juga untuk semua kelompok penindas yang
mengeksploitasi umat Islam. Dengan cara berpikir demikian, maka kekeuasaan
politik mmerupakan tujuan sentral Jihad.21
Menurut Ibnu Manzhur sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Chirzin,
bahwa jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga
berupa kata-kata dan perbuatan atau segala sesuatu yang seseorang mampu; menurut
Al-Jurani jihad adalah seruan kepada agama yang benar; sedangkan menurut Al-
Ashfahani jihad adalah mencurahkan kemampuan menahan musuh, berjuang
menghadapi musuh yang tampak dan yang tidak tampak, begitu juga Sayyid Sabiq
medefinisikan bahwa jihad sebagai meluangkan segala usaha dan upaya dengan
menanggug kesulitasn dalam memerangi musuh dan menahan agresi, Wahbah Zuhaili
pun mengutarakan bahwa Jihad adalah mencurahkan daya upaya memerangi orang
kafir dengan jiwa, harta dan lisan.22
Sa‟id Aqil Siradj mengutip kitab I‟anatu at-Thalibin Fathul Mu‟in
menurutnya Jihad yaitu ada empat bentuk.Pertama, menegaskan eksistensi Allah di
muka bumi, seperti dengan melantunkan adzan, dzikir dan wirid.Kedua, menegakkan
nilai-nilai agama Allah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, mengakkan nilai-nilai
kejujuran, keadilan, kebenaran dan sebagainya.Ketiga, berperang di jalan Allah,
maksudnya jika terdapat komunitas yang memusuhi umat Islam dengan segala
21
Rumadi, Renungan Santri; Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama (Jakarta: Erlangga,
2007) hal. 78-79
22
Yunan Aftiar, Skripsi Berjudul “ Konsep Pendidikan dalam Jihad menurut Yusuf Qardhawi,
h.20
15
C. Tujuan Jihad
Tujuan Jihad menurut Quraish Shihab, adalah menegakkan nilai-nilai amar
ma‟ruf nahi munkar dan menghilangkan terjadinya sesuatu penganiayaan.25Adapula
yang berpendapat bahwa tujuan jihad adalah menjaga kebebasan akidah, menjaga
syiar dan ibadah, mencegah kerusakan di muka bumi, sebagai cobaan, pendidikan dan
ishlah bagi manusia.
Adapula sebagian kalangan yang berpendapat bahwa tujuan jihad adalah
untuk menolak permusuhan terhadap Islam dan Kaum muslimin, yang dilakukan oleh
23
Said Aqil Siradj, Islam Kebangsan; Fqih Demokrasik Kaum Santri (Jakarta: Fatma Press,
1999) hal.136-137
24
Abdul Qadir Djaelani, Jihad fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1995) h.3-4
25
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1996) hal. 682
16
26
Ali Abdul Halim Mahmud, op, cit., h.85-91
17
D. Macam-Macam Jihad
Ibnu Qayyim mengatakan dalam bukunya zaad al Ma‟ad, “ Karena jihad
merupakan puncak bangunan Islam dan kubahnya, dan tempat-tempat ahli jihad di
surga merupakan tempat-tempat paling tinggi, disamping mereka memiliki derajat
yang tinggi di dunia, maka Rasulullah SAW berada di puncak yang paling tinggi
dalam jihad dan menguasai segala macam jihad. Beliau berjihad di dalam
menyembah Allah dengan sebenar-benarnya, dengan hati, dakwah dan penjelasan,
pedang dan tombak waktu-waktu yang ada beliau habiskan untuk jihad dengan
hatinya, lisannya dan tangannya”27
Menurut Ibnu Qayyim ada 3 macam jihad yaitu :
1. Jihad terhadap orang-orang munafik
Jihad terhadap orang munafik lebih sulit dari pada jihad terhadap orang-orang
kafir.Jihad ini merupakan jihad orang-orang khusus umat dan para pewaris
Rasul.Orang-orang yang ikut serta di dalamnya walaupun jumlah mereka
sedikit adalah orang-orang yang paling agung darajatnya di sisi Allah.28
2. Jihad mengatakan kebenaran
Ketika jihad yang utama adalah mengatakan kebenaran dihadapan orang-
orang yang sangat berlawanan, seperti kamu mengatakan kebenaran di
hadapan orang yang kamu takuti kekuasaan dan kezhaliman-nya, maka para
Rasul adalah orang-orang yang paling banyak melakukan jihad ini. Dan Nabi
kita Muhammad SAW telah melakukan jihad ini dengan cara yang paling
sempurna.29
3. Jihad melawan hawa nafsu
Ketika jihad terhadap musuh-musuh Allah di luar cabang dari jihad hamba
terhadap nafsunya dalam beribadan kepada Allah SWT sebagaimana
disabdakan Nabi SAW “Orang yang berjihad adalah orang yang berjihad
27
Yusuf Al-Qaradhawi, Ringkasan Fikih Jihad, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2011) hal 121
28
Qardhawi, Ibid, h.127
29
Qardhawi, Ibid., h.127
18
melawan nafsunya dalam taat kepada Allah dan orang yang berhijrah adalah
orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah SWT”
Maka jihad melawan hawa nafsu di dahulukann atas jihad melawan musuh di
luar dan menjadi pokok baginya. Hal itu karena seseorang yang tidak mampu
berjihad untuk melawan hawa nafsunya terlebih dahulu untuk melaksanakan
apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang, maka ia
tidak dapat berjihad untuk melawan musuhnya di luar.
Allah SWT memberi pembelaan kepada orang-orang yang beriman saat mereka
memerangi musuh-musuh Allah yang memerangi mereka.Allah tidak membiarkan
mereka hanya bertumpu pada kekuatan dan persiapan mereka saja.Tetapi Allah
mendukung memberikan bantuan dan menolong mereka atas musuh-musuhnya.
Sebab sunah Allah swt, menetapkan bahwa Ia akan menolong orang-orang yang
beriman dan memenangkan Al-Haq atas yang batil. Kita tidak akan mendapati sunnah
Allah itu berubah, meskipun pertolongan Allah nampak amat jauh, namun ia pasti
akan datang. Akan tetapi, kebanyakan manusia tergesa-gesa memetik dan menikmati
hasil.Dan manuisa diciptakan dengan membawa sifat suka tergesa-gesa.30
Allah SWT, telah mensyari‟atan, agar kaum mukminin melawan orang-orang
yang berkata zhalim dan tidah ridha terhadap kezhaliman yang menimpa mereka.
Yang demikian itu, karena Allah telah menetapkan bahwa Izzah kemuliaan itu hanya
bagi-Nya, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu,
seorang muslim tidak sepatutnya menerima kezhaliman, kehinaan, dan kerendahan
dari musuhnya, siapapun musuh itu dan betapapun kekuatannya, kekuasaannya,
kelengkapan perbekalannya serta banyaknya prajurit yang mendukungnya. Sebab
kaum muslimin dengan keimanan mereka, kebersamaan Allah dengan mereka dan
janji kemenangan yang diberikan oleh Allah buat mereka adalah lebih kuat dari
musuh manapun.
30
Qardhawai, op, cit., h. 125
19
E. Bantuk-bentuk Jihad
a. Jihad Harta
Jihad harta adalah mengeluarkan segala sesuatu yang dimiliki dan
mendatangkan manfaat, berupa benda ataupun jasa-jasa, dalam rangka jihad
menegakkan kalimat Allah. Misalnya, bila sesorang membelanjakan uangnya untuk
keperluan membangun masjid ataupun sekolah Islam, ia mengeluarkan harta yang
berbentuk benda secara langsung yaitu uang. Harta adalah ujian, apakah dengan
diberikannya harta yang berlimpah kepada manusia menjadikannya sebagai manusia
yang bersyukur atau ingkar, oleh sebab itu manusia diuji untuk bisa menahan hawa
nafsunya agar menggunakan harta di jalan yang benar.31
b. Jihad Jiwa
Jihad dengan jiwa meliputi beberapa bagian yaitu :
1. Jihad jiwa dengan tangan
2. Jihad jiwa dengan lisan
3. Jihad jiwa dengan hati32
31
HIlmy Akbar Almascaty, Panduan Jihad untuk Aktivis Gerakan Islam, ( Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h, 37
32
HIlmy Akbar, Ibid, h. 85
20
.
33
HIlmy Akbar op cit.,, h, 185
34
HIlmy Akbar ibid., h. 217
21
e. Jihad Pengetahuan
Pada abad pengetahuan dan teknologi sekarang ini umat muslim dihadapkan
pada peperangan ilmu pengetahuan dan untuk mendapatkan pengetahuan itu
memerlukan jihad, karena jihad pengetahuan, jika tidak berlebihan, sama pentingnya
dengan jihad bersenjata pada masa lalu. Peperangan modern tidak hanya
mengandalkan senjata saja, tapi lebih mengandalkan pengetahuan dan teknologi.
Mereka yang menguasai pengetahuan dan teknologi akan menjadi penentu dunia,
walaupun jumlahnya kecil.
Dalam perjuangan menegakkan pemerintahan berlandaskan ajaran Islam yang
akan mendaulatkan kekuasaan Allah di muka bumi, diperlukan politisi ulung, juga
diperlukan orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus seperti informasi,
manajemen dan financial. Begitupula dengan perang bersenjata, diperlukan tenaga
ahli yang menguasai taktik atau strategi, teknologi informasi, persenjataan, bahan
peledak, manajemen dan lainnya, dan yang lebih diutamakan adalah keunggulan
pengetahuan dn teknologi. 35
Ulama fiqh membagi fiqh ke dalam dua bagian besar, yaitu ibadah dan
muamalah. Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala amalan yang diwajibkan
oleh Allah swt di dalam Al Qur‟an dan diterangkan di dalam hadist Nabi Muhammad
saw, dipahami oleh ummat Islam sebagai rukun-rukun dan dasar-dasar agama Islam.
Adapun yang dimaksud dengan mua‟amalah adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan urusan kehidupan, baik berkaitan dengan individu (seperti halal dan haram),
35
HIlmy Akbar, Op, cit., h, 265-267
22
keluarga (nikah, waris, talak, wasiat), masyarakat dalam bentuk aktivitas sipil,
perdagangan dan Negara (seperti tanggung-jawab, syarat, hak, kewajiban pemimpin),
umat (seperti persatuan, negeri, aturan hukum syari‟at, serta hubungan dengan Negara
lain).36
Berbicara masalah hukum, ulama fiqih sepakat bahwa hukum jihad adalah
wajib, akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang kapasitas hukum kefardhu-annya.
Di dalam kitab Bidayataul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd diterangkan bahwa jumhur
ulama sepakat hukum jihad adalah fardhu kifayah. Argument yang menjadi pegangan
terhadap pendapat para ulama dalam menetapkan hukum jihad adalah firman Allah:
Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
benci.boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh
Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Mengenai fardhu kifayah jihad, yakni apabila sebagian atau sekelompok
orang telah melaksanakan jihad maka yang demikian itu sudah menutupi atau
menggugurkan kewajiban jihad bagi seluruh orang yang ada. Alasan ini disandarkan
pada firman Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 122 sebagai berikut:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
36
Qardhawi, op, cit., h. 86
23
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
a. Metode Dramatisasi
b. Metode Qishas
Metode qishah, kisah atau cerita pada zaman Rasulullah digunakan sebagai
alat untuk membantu menjelaskan suatu pemikiran, dan mengungkapkan suatu
37
Qardhawi, op, cit., h.
24
masalah. Kisah-kisah yang berasal dari Rasulullah saw dan sahabat selalu lengkap
karena mengandung sekian banyak manfaat dan sekian masalah. Kisah perjuangan
dan jihad pada masa Rasulullah saw diajarkan dan di ceritakan kepada peserta didik
agar mereka mengetahui bagaimana jihad pada zaman Rasulullah saw dan para
sahabat.38
c. Metode Diskusi
Metode diskusi ini digunakan agar peserta didik dapat berargumentasi dan
memberikan pendapat mereka mengenai fenomena jihad yang terjadi belakangan ini,
tidak lupa pula guru diakhir diskusi dapat memberikan kesimpulan dan memberikan
jawaban yang benar dari jawaban-jawaban dan argument peserta didik yang sedikit
melenceng atau salah.39
d. Metode Keteladanan
Adalah suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik
kepada peserta didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan.40 Keteladanan
merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasululah saw dan paling
banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan penyampaian misi dakwahnya. Hal ini
disebabkan karena secara psikologis anak adalah seorang peniru. Peserta didik
cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam
segala hal
e. Metode Pembiasaan
Pembiasaan menurut M.D Dahlan, merupakan “proses penanaman kebiasaan,
sedangkan kebiasaan ialah cara-cara bertindak yang uniform dan hamper otomatis
(tidak disadari oleh pelakunya)”.41
38
Drs. Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, ( PT Remaja Rosda Karya : Bandung, 2005), h.235
39
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, ( PT Remaja Rosda Karya : Bandung, 2005), h.231
40
Syahidin, Metode Pendidikan Qurani: Teori dan Aplikasi, ( Jakarta: Misaka Galiza, 1999), h.135
41
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999), cet I h. 178
25
f. Metode „Ibrah
Secara sederhana, ibrah berarti merenungkan dan memikirkan.Dalam arti
umum dapat di artikan dengan “mengambil pelajaran dari setiap peristiwa”.
Abdurrahman an-Nahlawi mendefinisikan ibrah sebagai suatu kondisi psikis yang
menyampaikanmanusia untuk mengetahui intisari dari suatu peristiwa yang
disaksikan, diperhatikan, diinduksikan, dipertimbangkan, diukur dan diputuskan
secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk
kepadanya, lalu mendorongnya kepada perilaku berpikir social yang sesuai.42
42
Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995). H. 289
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Fokus penelitian
Berdasarkan judul, maka penulis memfokuskan pada konsep pendidikan jihad
yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 190-193 dan surat at-Taubah ayat 122
yang sifatnya mendeskripsikan dan menganalisa tentang pendidikan jihad dalam
surat al-Baqarah ayat 190-193 dan surat at-Taubah ayat 122
C. Pendekatan Penelitian
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang berkaitan
dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri dari data primer,
yaitu kitab suci al-Qur‟an dan kitab-kitab tafsir al-Qur‟an yang menjelaskan ayat190-
193 surat Al-Baqarah, di antaranya:
26
27
Dan data sekunder, yaitu dari buku-buku yang membahas mengenai Jihad,
diantaranya:
E. Metode Penelitian
43
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an,(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) cet ke 1
hal 379
28
Metode tahlili merupakan metode paling tua.Metode ini paling banyak dipakai
para mufassir klasik, namun di masa sekarang pun tafsir model ini masih dominan.
Tafsir tahlili menonjolkan pengertian dan kandungan lafadz, hubungan ayat dengan
ayat, sebab-sebab nuzulnya, hadis-hadis Nabi, aqwal sahabat atau tabi‟in, dan
pendapat mufassirin lainnya yang ada kaitannya dengan ayat-ayat yang akan
diterangkan artinya tersebut.
Lebih rinci lagi, Abd al-Hayy al-Farmawy mengakatakan bahsa tafsir tahlili
adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-
Qur‟an dari seluruh aspeknya.Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti urutan ayat,
membahas mengenai asbabun nuzul dan dalil-dalil yang berasal dari Rasu, sahabat
atau tabi‟in yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat penafsir sendiri
dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya.44
Dalam melakukan penafsiran, mufassir memberikan perhatian sepenuhnya
atas semua aspek yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkannnya dengan tujuan
menghasilkan makna yang benar dari setiap bagian ayat.Berbagai aspek yang
dianggap perlu oleh seorang mufasir tajzi‟iy/tahlily diuraikan, yang tahapan kerjanya
yaitu dimulai dari:
1. Bermula dari kosakata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan
sebagaimana urutan dalam Al-qur‟an, mulai dari Surah Al Fatikhah hingga
Surah An-Nass,
2. Menjelaskan asbabun nuzul ayat ini dengan menggunakan keterangan yang
diberikan oleh hadist (bir riwayah)
3. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan
menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain,atau dengan menggunakan
hadist Rasulullah SAW atau dengan menggunakan penalaran rasional atau
berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah pendekatan
44
Didin Saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan al-Qur‟an,(Bogor:Granada
Sarana Pustaka, 2005) hal 207-208
29
Analisis metode tahlili yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini,
yang membahas surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan surat At-taubah ayat 122 yang
berkaitan dengan jihad, maka penulis menganalisis penjelasan mengenai pendidikan
jihad yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut dengan mencari sumber-sumber yang
dapat menjelaskan makna dan penafsiran dari Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan
surat At-Taubah ayat 122.
F. Metode Penulisan
Secara tekhnis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman
Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB IV
45
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: PUSTAKA
AZZAM, 2008), Jilid 3 hal 212
30
31
memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan
bagi orang-orang kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-
orang yang zalim.
2. Tafsir Mufradhat
/ fii sabiili Allahmenurut bahasa kalimat ini terdiri dari 3 kata
dan berarti di, berarti jalan46 yaitu di jalan Allah. Berasal dari kata
yang berarti banyak jalan47, dan banyaknya jalan menyebabkan manusia harus
selalu berhati-hati jangan sampai terjerumus ke jalan yang sesat carilah jalan yang
lurus yang tidak berliku-liku agar selamat yaitu di jalan Allah yang telah
ditentukan oleh-Nya.48Pengertian Fii Sabilillah dalam makna khusus adalah
menolong agama Allah swt, memerangi musuh-Nya, dan menegakkan
kalimatullah di bumi ini, sehingga tidak terjadi lagi fitnah diantara kaum
Muslim.49Kata ini adalah salah satu Istilah khusus dalam literature Islam.Setiap
perbuatan yang dilakukan manusia, baik perbuatan lahir maupun batin merupakan
manifestasi dari gerak, dan bahwa setiap gerak meniscayakan adanya tujuan dan
arah.Apabila arah dan tujuan gerak tersebut berakhir pada kesempurnaan manusia,
maka hal tersebut barada dalam lingkup kebenaran, kebaikan, dan kebahagiaan
manusia. Berdasarkan atas apa yang ditetapkan Islam bahwa kesempurnaan dan
kebahagiaan hakiki manusia hanya ditentukan oleh kedekatan dan ketaatan mutlak
46
Adib Bisri, Kamus Al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999) h.313
47
M. Ibnu Mandhur, Lisanun „Arab, ( Lebanon : Dar Sader Publisher, 1997) Jilid 3 1 h 320
48
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur‟an, (Bandung : Mizan, 2008) hal 53
49
Yusuf Qardhawi dkk, Berjuang di Jalan Allah, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1990) cetakan
ke-3 hal 13
32
kepada Allah swt. Maka Islam hanya mengesahkan dan melegitimasi gerakan
yang mempunyai tujuan benar untuk kebaikan manusia karena hanya manifestasi
kebenaranlah yang akan semakin mendekatkan manusia kepada Allah swt. Ini
karena ketika manusia melakukan segala bentuk aktivitas, perbuatan, dan perilaku
yang didasarkan pada kebenaran, maka dapat dipastikan bahwa semua itu
berujung kepada kedekatannya dengan Allah swt.50
melampaui batas. Kata tersebut menurut bahasa diambil dari kata عاَ د, defiasi dari
kata ini adalah yang berarti musuh , berarti melampau batas berarti
melanggar apa yang diperintahkan dan dibataskan kepadanya. Dalam hal ini asal
kata ta‟tadu memiliki arti melanggar apa yang telah diperintahkan Allah
kepadanya, melanggar batasan-batasan yang telah Allah tentukan51, dimana dalam
suatu pelanggaran akan menimbulkan permusuhan, oleh sebab itu Allah tidak
menyukai mereka yang melampaui batas. Makna ini juga menyimpulkan tentang
orang-orang yang dzalim, mereka yang menempatkan sesuatu tidak pada
tempatnya, /adzaalimin,berasal dari kata , menurut bahasa berarti
meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya52,yang berati orang yang berbuat aniaya
.Adapun yang dimaksud adalah orang yang berlaku tidak adil dan sewenag-
wenang.Juga bisa diartikan orang yang mempunyai sikap atau tindakan yang tidak
manusiawi dan menyimpang dari kebenaran. Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada orang-orang zalim.53
50
Mishbah Yazdi, Perlukah Jihad? Meluruskan Salah Paham tentang Jihad dan Terorisme, (
Jakarta : Al-Huda, 2006) hal 137-138
51
Mandhur, op. cit., h, 420
52
Bisri, op. cit., h.520
53
Ahsin Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2006) hal 318
33
berhenti dari memerangi kamu atau memusuhi kamu. Dalam ayat ini berarti jika
mereka bertaubat.58
54
Bisri, op, cit., h.556
55
Ath-Thabari h.214
56
Bisri, loc. cit, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999) h.585
57
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2007), jilid
ke-2 h 787
58
Ath-Thabari, op cit., h.219
34
3. Tafsir Ayat
Firman Allah:
59
Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an, ( Jakarta : Al-Huda, 2003), h. 113
35
memerangi kaum muslimin atau benar-benar telah melakukan agresi. Ini dipahami
dari penggunaan bentuk kata kerja masa kini (mudhari‟) yang mengandung makna
sekarang dan akan datang pada kata yuqaatilunakum (mereka memerangi kamu).
Dengan demikian ayat ini juga menuntun kita agar tidak berpangku tangan
menanti sampai musuh memasuki wilayah atau mengancam ketentraman dan
perdamaian.60
Tujuan pertama perang dalam Islam adalah atas nama Allah dan di jalan
yang ditentukan oleh Allah swt dan dalam rangka menyebarkan hukum-hukum
Ilahi yang mencakup ; kebenaran, keadilan, tauhid, pemberontakan, kezaliman,
kemerosotan, dan penyimpangan. Oleh karenanya, Islam mengutuk perang atas
nama balas dendam ambisi, penaklukan atas negara lain, perebutan lahan-lahan
orang lain, rampasan perang. Karena itu, mengangkat senjata dan mengobarkan
peperangan hanya dibenarkan apabila dilakukan di jalan Allah.61
Dasar dari makna ini menyatakan bahwa perang dalam Islam adalah demi
Allah dan di jalan Allah serta tidak boleh ada kezaliman dan tindakan yang
berlebihan, karena Allah swt tidak menyukai orang yang melampaui batas.Oleh
karena itu kaum Muslim dalam keadaann berperang harus tetap memperhatikan
prinsip-prinsip etis dalam perang yang telah Allah swt perintahkan.
60
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangeran: Lentera Hati, 2007), cet, 10 h. 420
61
Allamah Kamal, op cit., h. 112
36
Ibnu Abbas, Umar bin Abdul Aziz berkata, “Ayat yang terdapat dalam
surah Al-Baqarah itu adalah muhakamah. Yakni, perangiah orang-orang
yang keadaannya memerangi kalian, tapi janganlah kalian berlebihan
sehingga membunuh kaum perempuan, anak-anak, para pendeta, dan
orang-orang seperti mereka.63
Abu Ja‟far Al Abbas berkata, “Pendapat (Ibnu Abbas dan yang lainnya) itu
merupakan pendapat yang paling benar di antara kedua pendapat tersebut ,
baik berdasarkan sunnah maupun analisa. Adapun sunnah, yaitu hadist
Ibnu Umar yang mennyatakan bahwa Rasulullah saw melihat seorang
wanita yang terbunuh di antara para prajuritnya, dan beliau tidak menyukai
hal itu, lalu beliau melarang membunuh kaum perempuan dan akak-anak.
Hadist ini diriwayatkan oleh pada imam hadist.64
Firman Allah:
62
Allamah Kamal,Ibid., h. 114
63
Allamah Kamal, Ibid., h. 115
64
Allamah Kamal , Ibid., h. 115
65
Al Qurthubi, op, cit., h.787-789
37
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka
dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar
bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di
Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu.jika mereka
memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan
bagi orang-orang kafir. 192. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
“dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari
tempat mereka telah mengusir kamu”.
“ dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan” Yakni, fitnah yang
mereka timpakan kepada kalian dan menyebabkan kalian kembali kepada
kekafiran adalah lebih besar bahayanya daripada pembunuhan.
66
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: Lentera Hati, 2007), cet, 10 h. 420
38
pembunuhan. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Dan fitnah itu lebih besar
bahayanya dari pada pembunuhan”.67
Muqatil berkata, ayat ini telah dinasakh oleh firman Allah swt “ Dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka” Al Baqarah: 191. Ayat ini
dinasakh oleh firman Allah swt “ dan bunuhlah mereka dimana kamu jumpai
mereka” selanjutnya, ayat ini dinasakh oleh firman Allah swt “maka bunuhlah
orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” At Taubah: 5.
Pada awalnya, peperangan diperbolehkan di tanah haram. Di antara argumentasi
yang menunjukkan atas hal ini adalah bahwa surah At Taubah diturunkan dua
67
Muhammad Nasib ar-Rifa‟I, Tafsir Ibnu Katsir,(Depok:GEMA INSANI, 1989) hal 308
68
Yusuf Qardhawi, Ringkasan Fiqh Jihad, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009). Hal 272
69
Qardhawi, op, cit., h. 271
39
tahun setelah surat Al Baqarah. Dan, bahwa nabi saw masuk ke dalam kota
mekkah seraya mengenakan penutup kepala yang terbuat dari besi.70
Bagian ayat diatas juga berarti apabila kaum kafir berhenti, berarti mereka
terlepas dari kezhaliman, yaitu kemusyrikan, sehingga tidak ada lagi permusuhan
70
Al-Qurthubi, op cit., h.800-802
71
Nasib ar-Rifa‟I, op, cit., h. 308
72
Al-Qurthubi, op, cit., h. 800-802
73
Nasib ar-Rifa‟I, op, cit., h.309
40
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang
zalim.”
Perangilah kaum kafir itu sehingga setiap orang hanya memiliki rasa
keikhlasan terhadap Allah swt semata. Tidak ada satupun yang bisa
mempengaruhi jiwa mereka selain rasa takut kepada Allah. Tidak ada
kekhawatiran lagi pada mereka akan menerima fitnah dalam agama mereka, dan
tidak ada yang melarang dan menyiksa mereka karena memeluk agama mereka
sendiri. Dan setelah itu mereka tidak memerlukan lagi sembunyi-sembunyi dalam
agama mereka.74
74
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, ( Semarang : PT Karya Toha Putra, 1992) hal
157
41
Ibnu Abbas, Qatadah, Ar Rubai, As Sudi dan yang lainnya berkata, “yang
dimaksud dengan fitnah dalam ayat tersebut adalah kemusyrikan dan hal-hal yang
menyertainya, yaitu tindakan yang menyakiti kaum mukmin.
Jika mereka berhenti dari kekafiran, apakah itu karena masuk Islam,
ataukah karena membayar pajak bagi Ahlul Kitab, tapi jika mereka tidak berhenti
dari kekufuran, maka harus dibunuh, dan mereka adalah orang-orang zalim
dimana tidak ada permusuhan lagi kecuali terhadap mereka. Apa yang dilakukan
terhadap orang-orang yang zhalim itu dinamai dengan permusuhan, ini karena
melihat bahwa hal itu merupakan balasan dari permusuhan mereka. Sebab
kezhaliman itu mengandung unsur permusuhan.Oleh karna itu balasan atas
permusuhan dinamai dengan permusuhan.
75
Takhrij Singkat, Shahih Bukhari, ( Jakarta : Wijaya, 1999) h. 30
42
Jika pada ayat sebelumnya dijelaskan kapan perang dimulai, maka ayat ini
menjelaskan kapan peperangan harus dihentikan.Dan perangilah mereka itu
sehingga tidak ada lagi fitnah yakni syirik dan penganiayaan. Ini jika yang
dimaksud dengan kata mereka adalah kaum musyrikin pada masa Nabi. Karena
memang, telah digariskan Allah bahwa kota Mekkah harus bersih dari segala
bentuk syirik serta menjadi kota damai lahir dan batin bagi siapapun yang
mengunjunginya.
76
Nasib ar-Rifa‟I, op, cit., h.309
77
Al Qurthubi, op, cit., h.789-803
78
Shihab, op, cit., h. 422
43
Jika kita setuju bahwa manusia dan pemikirannya adalah produk dari suatu
proses pendidikan yang ia dapat, maka pemaknaan jihad yang menyempit sebatas
“perjuangan senjata dengan alternatif hidup mulia atau mati syahid” juga diduga
kuat bersumber dari proses pemaknaan-pemaknaan tentang jihad di antaranya tak
bisa dilepaskan bagaimana makna jihad tersebut disosialisasikan oleh guru-guru
agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan dengan persepsinya masing-masing
kepada peserta didik mereka: apakah makna jihad identik dengan perang ataukah
bisa mempunyai makna lain. Dalam ayat ini akan menerangkan bahwa kewajiban
jihad bukan hanya sekedar untuk ikut berperang melainkan memperdalam ilmu
agama.
”tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.”
2. Tafsir Mufradhat
kaafah,berarti utuh, keseluruhan, integral. Yang dimaksud disini
79
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tafsir At-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2009) Jilid 13 hal 386
44
jumlah besar, bearti juga sekelompok manusia dan lebih banyak dari itu.
dalam jumlah kecil, atau diartikan seperti sekelompok manusia yang berpisah dari
kelompoknya untuk membuat kelompok yang berbeda. Dapat juga diartikan
sebagai bagian kecil dari sesuatu.82
3. Tafsir Ayat
80
Shihab, op cit., h. 750
81
at-Thabari, op, cit., h.382
82
Mandhur, op, cit., h.206
45
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari „Abdullh bin „Ubaid
bin „umar dikemukakan bahwa kaum Mukminin, karena kesungguhannya ingin
berjihad, apabila diseru oleh Rasulullah SAW untuk berangkat ke medan perang,
mereka serta merta berangkat meninggalkan Nabi SAW beserta orang-orang yang
lemah. Ayat ini QS at-Taubah:122 turun sebagai larangan kepada kaum
Mukminin serta merta berangakat seluruhnya, tapi harus ada yang menetap untuk
memperdalam pengetahuan agama.83
Anjuran yang demikian gentar, pahala yang demikian besar bagi yang
berjihad serta kecaman yang sebelumnya ditujukan kepada yang enggan
menjadikan kaum beriman berduyun-duyun dan dengan penuh semangat maju ke
medan perang. Ini tidak pada tempatnya, karena ada arena perjuangan yang lain
yang harus dipukul.84
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Menurut Al-Maraghi tidak patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak
dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang
keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardu kifayah,
yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan
fardhu „ain, yang wajib dilakukan setiap orang.85
83
K.H.Q Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV diponegoro,2002), Cet ke-10 h.58
84
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 749
85
Al-Maragi, op, cit., h.85
46
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
Ayat di atas adalah perintah untuk menuntut ilmu, karena makna ayat
tersebut adalah, tidaklah patut semua mukmin keluar untuk berjihad, sedangkan
86
Al Qurthubi, op, cit., h.731
87
Shihab, op, cit., h.749
47
Nabi SAW berada di Madinah tidak ikut berperang. Apabila kelompok yang
berjihad kembali dari medan jihad, maka kabarilah mereka apa yang telah
dipelajari dan ajarilah pula mereka. Ayat ini mengandung kewajiban untuk
mendalami kitab (Al-Qur‟an) dan Sunnah.
88
Al Maragi, op, cit., h. 86
89
Shihab, op, cit., h. 752
48
Menuntut ilmu memiliki keutamaan yang mulia. Sabda Nabi SAW yang
menyebutkan bahwa para malaikat akan menaungi penuntut ilmu dengan
sayapnya memiliki dua pengertian yaitu:
90
Al Qurthubi, op, cit., h.733-738
49
ikut ke medan perang, agar mereka bisa menjaga dirinya, dari kebodohan dan
ketidak tahuan mengenai agama mereka.
Ayat 122 dari surat at-Taubah adalah tuntunan yang jelas sekali tentang
pembagian perkerjaan di dalam melaksanan seruan perang. Alangkah baiknya
keluar dari tiap-tiap golongan itu, yaitu golongan kaum beriman yang besar
bilangannya.Dari golongan besar itu ada satu kelompok, yang tidak terlepas dari
ikatan golongan besar itu, dalam rangka berperang.Tugas mereka adalah
memperdalam pengertian, penyelidikan dalam soal-soal keagamaan.92
Di dalam Islam tidak ada kependetaan, yang ada di dalam Islam ialah
orang yang memiliki pengetahuan dalam agama.Mereka menjaga hukum agar
tegak.Khalifah sendiri datang bertanya kepada mereka dia yang ahli agama.Ajaran
Islam itu mengutamakan akhlak bersamaan dengan ilmu.Bagi seorang ulama
Islam, ilmu bukan semata-mata berdiri sendiri, tetapi juga bersandingan dengan
agama.94
91
Shihab, op, cit., h.751
92
Al Qurthubi, op, cit., h.739
93
Ahmad Al-Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi, ( Semarang : PT Karya Toha Putra, 1987)
Juz 1 h. 86-87
94
Dr.Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XI,(Jakarta: PT PUSTAKA PANJIMAS,1984) h.89-90
50
95
Mishbah Yazdi, op, cit., h.122.
96
Jalaluddin, Islam Terorisme No. ( Jakarta : Moyo Segoro Agung, 2006) hal.184
51
Orang Islam yang sudah berhasil memperdalam ilmu agama dengan susah
payah, mereka yang belajar di perguruan tinggi baik dalam negri ataupun luar
negri seperti, Mesir, Arab Saudi, Amerika, Inggris dan sebagainya dan
mendapatkan gelar akademik mereka tidak boleh berdiam diri. Ilmunya tidak
boleh digunakan untuk dirinya sendiri tetapi harus ia sebar luaskan kepada orang
lain. Maka jika mereka telah kembali ke kampung halaman wajib mengajarkan
ilmunya kepada masyarakat, menasehati dan member peringatan kepada mereka
agar masyarakat memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Ajaran Islam tidak saja menegakkan sendi kemerdekaan belajar, lebih dari
pada itu Islam mewajibkan semua orang Islam untuk memerdekakan akal dari
pada khurafat dan prasangka serta mengajak manusia untuk menolak segala yang
tak dapat diterima akal.98Disinilah diperlukannya pendidikan atau pengetahuan
mengenai jihad yang benar terhadap masyarakat agar manusia dapat mengetahui
hal-hal yang dapat diterima akal ataupun hal-hal yang bersifat radikal yang dapat
97
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung : CV Diponegoro)
98
Rusjdi Ali Muhammad SH, Hak Asasi Manusia dalam Prespektif Syari‟at Islam, (Banda
Aceh : ar-raniry press 2004) hal 99
52
Cara yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan jihad ini adalah
dengan menyebutkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist-hadist yang memerintahkan
berjihad di jalan Allah, mendorong dan menjelaskan keutamaan jihad, larangan
mengabaikan atau menyepelekan jihad, memberikan tafsir yang jelas mengenai
ayat-ayat tersebut.
Bab jihad harus diajarkan sebagai unsur utama dalam pendidikan dan
syariat Islam. Nash-nash tentang jihad diajarkan dalam bab Tafsir Al-Qur‟an,
seperti itu juga dengan hadist tentang jihad. Perlu juga diajarkan tentang sejarah
Nabi, sahabat dan Khulafaur Rasyidin dan generasi selanjutnya dengan
menejelaskan sebab-sebab peperangan serta hasil-hasil yang dicapai.99
99
Qardhawi, op, cit., h.341
53
hati sebatas kemampuan, setelah itu jihad melawan orang-orang kafir dan kaum
munafik dengan kekuatan lisan.100
pendidikan jihad harus dikembalikan pada jalur yang benar, yaitu Fii Sabilillah.
Jihad harus mampu menjadi motivasi, atau pemacu untuk berbuat kebaikan untuk
mencari ridha Allah swt.102
Jihad dan amar makruf nahi munkar adalah satu taktik otentik Ilahiah
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.Amr ma‟ruf merupakan bentuk
kesetiakawanan social untuk menerapkan kebenaran dan kebaikan dalam
kehidupan manusia dan memperasatukan seluruh potensi untuk menegakkan
bangunan social atas landasan yang kokoh.104
Jalan Allah fii sabilillah adalah kebenaran, keadilan dan kebaikan.Ia
terlefleksi dalam pelaksanaan seluruh perintah Allah, menjauhi seluruh larangan-
Nya, perdamaian dan jaminan keamanan bagi kemanusiaan secara keseluruhan,
bila ia mengetahui Tuhannya, beriman kepada-Nya serta secara suka rela memilih
al-haq dan menjauhi kebatilan.105
Jalan Allah memiliki makna yang lebih luas.Jalan dakwah mengaruskan
terbebasnya jihad dari motif-motif pribadi, keinginan hawa nafsu seseorang,
jamaah atau pemerintah dan dari ambisi jabatan, kekuasaan, pengaruh, atau
102
Jalaluddin, Islam Terorisme No, (Jakarta : PT Moyo Segoro Agung, 2006), h.189
103
Hamka, op, cit., h.191
104
Tafsir Al-Qur‟an Tematik, op, cit., h.13
105
Ali Abdul Halim Mahmud, Rukun Jihad Kajian Tuntas Tentang Konsep Mempertahankan
Eksistensi Umat, (Jakarta : Al-I‟tishom Cahaya Umat 2001) hal 90
55
manfaat dunia lainnya merampas hak-hak orang tidak bersalah serta menguasai
negara dan harta mereka.
Tujuan pertama perang dalam Islam adalah mengangkal tindakan semena-
mena dengan kekuatan, baik tindakan tersebut ditujukan pada agama ataupun
negara. Tindakan semena-mena terhadap agama misalnya gangguan yang
ditujukan kepada kaum muslimin yang terkait dengan agama, kaum muslimin
ditindas karena keyakinan yang mereka peluk, dakwah Islam dihadang dan
dilarang, para dai Islam disiksa bahkan sampai dibunuh.Tanggung jawab membela
negri Islam terletak di pundak seluruh ummat.106
Perang dikatakan fii sabilillah, apabila berkaitan dengan membela agama
Islam, menegakkan kalimat-Nya, serta membela kejayaan Islam.Disinilah letak
perebedaannya.Jika perang itu kosong dari pembelaan agama ataupun menegakan
kalimat-Nya, maka perang itu hanya sekedar perang duniawi atau perang adat,
sebagaimana dilakukan kebanyakan umat manusia di dunia sekarang ini.Perang
demikian tidak layak mendapatkan posisi di sisi Allah swt, tidak ada tempatnya
baginya dalam Islam, dan juga tidak diajarkan oleh Rasul-Nya.
Yang membedakan antara muslim dan non muslim dalam jihad adalah
tujuannya. Bahwa kaum muslimin itu berjihad semata-mata karena Allah
swt.Tujuan inilah yang menyebabkan sucinya jihad dan perang bagi mereka, dan
menjadikannya ibadah.107
Islam bukan hanya sekedar kumpulan akidah teologi dan sejumlah ritual
dan syi‟ar. Tetapi sebenarnya Islam merupakan tatanan menyeluruh dan umum, ia
menginginkan penghapusan seluruh tatanan batil, yang ada di dunia, memutuskan
permusuhannya, dan mengganti tatanan dan metode yang seimbang, yang dilihat
lebih baik bagi manusia dari pada tatanan yang lain. Pada tatanan ini akan
ditemukan keselamatan dari kejahatan, kebahagiaan dan keberuntungan di dunia
dan akhirat secara bersamaan.108
106
Qardhawi, op, cit., h.405
107
Yusuf Qardhawi dkk, Berjuang di Jalan Allah, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1990) cetakan
ke-3 h.16
108
Abu a‟la Al-maududi, Jihad Bukan Konfrontasi, ( Jakarta : Cendikia Sentra Muslim, 2001)
h.50
56
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Q.S Al-Imran : 110)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.(Q.S al-Baqarah : 208)
109
Abu a‟la Al-maududi, loc, cit., h.52
57
Kata silm dalam ayat ini ditafsirkan sama seperti yang ditunjukkan secara
tekstual. Ayat ini merupakan seruan bagi kaum mukmin agar masuk dalam
keamaian secara keseluruhan. Kata ini juga ditafsirkan sebagai Islam, maksudnya
masuklah ke bagian-bagian Islam secara keseluruhan baik akidah, ibadah,
muamalat, akhlak dan syariat, dengan demikian kalian masuk dalam kedamaian
yang sebenarnya. Kata silm menurut akar kata ini, bisa digunakan untuk dua
makna secara bersamaan.Pertama, berdamai dan tidak perang.Kedua, tunduk
kepada Allah, kepada agama dan syari‟atNya.Kedua makna tersebut diriwayatkan
dari salaf dan kata ini mencakup keseluruhan maknanya.110
Damai yang menjadi makna Islam belakangan tercoreng dengan adanya
fenomena terorisme yang mengatas namakan Islam dan jihad.Terorisme adalah
satu bentuk kerusuhan yang dilancarkan oleh individu, kelompok ataupun negara
tertentu untuk menganiaya manusia.Strategi teknis yang dirancang meliputi
ancaman dan penganiayaan illegal dan segala bentuk aksi kekerasan ataupun
ancaman kekerasan yang dilancarkan untuk kejahatan. Tujuannya adalah untuk
menciptakan nuansa penuh kecaman dan rasa takut akan ancaman bahaya.
Berbagai kelompok jihad atau yang biasa dikenal sebagai kelompok
radikal ada beberapa yang menyatakan perang terhadap berbagai pemerintahan
yang sedang berkuasa dan lebih memilih jalan konfrontasi bersenjata. Bagi
mereka tidak cukup dengan menyampaikan dan menjelaskan, atau menempuh
jalur pendidikan dan pengarahan, atau cara-cara perubahan damai melalui
perjuangan rakyat di kampus-kampus dan masjid-masjid atau perjuangan politik
melalui pemilihan umum dan masuk ke lingkaran parlemen untuk menghentikan
berbagai penetapan undang-undang yang bertentangan dengan Islam, atau untuk
kebebasan bangsa dan berbagai kepentinganya111.
Ketika berbagai kelompok ini tidak memiliki kekuatan yang sepadan,
maka ditempuhlah jalur konfrontasi yang sesuai dengan potensinya.Diantaranya
adalah pembunuhan para pejabat dan tokoh-tokoh penting serta menghancurkan
bangunan-bangunan pemerintah. Ironisnya ketika dua cara ini diambil,
110
Qardhawi, op, cit., h. 262
111
Qardhawi, op, cit., h.804
58
kebanyakan yang menjai korban adalah masyarakat sipil yang tak berdosa yang
terdiri dari anak-anak, kaum wanita dan orang-orang tua. Apalagi cara ini sering
sekali tidak mengenai sasaran yang dimaksud, padahal korban sipil sudah banyak
berjatuhan.112
Pembunuhan terhadap orang yang tidak ikut terlibat dalam perang antara
kaum muslim dan kafir adalah tidak boleh. Maka bagaimana bisa membunuh
orang-orang muslim dalam kondisi damai bukan dalam perang? Dalam hadist
disebutkan “Hilangnya dunia lebih ringan di sisi Allah dari pada terbunuhnya
seorang muslim tanpa dasar kebenaran” (HR Tirmidzi)113
Pada ayat 190-193 surat al-Baqarah sudah jelas dikatakan bahwa
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu (Al-Baqarah 190),
dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-
orang yang zalim.(al-Baqarah 193).Izin perang untuk kaum muslimin itu
menjelaskan bahwa Allah SWT, memberikan pembelaan kepada kaum yang
beriman di tempat manapun dan di masa manapun dan bahwa Allah memberikan
izin kepada mereka untuk berperang karena mereka dizalimi serta diusir dari
kampung halaman mereka tanpa alasan yang hak.114Merupakan konsep yang
sangat jelas yang telah diberitakan oleh Allah SWT.
Jihad tidakllah identik dengan perang dan pertumpahan darah. Namun
begitu, seseorang apabila telah yakin dengan pekerjaannya maka ia akan
melakukan pekerjaan tersebut dengan bersungguh-sungguh. Seorang petani akan
selalu serius dalam mengurusi percocokan tanaman. Begitu pula halnya dengan
seorang pelajar, pada saat mendapatkan nilai tertinggi, tentu ia akan lebih serius.
Untuk itu focus dalam berjihad, yang merupakan kewajiban bermoral, akan
membimbing kepada peradaban, peradaban bukanlah bentukan dari negara,
namun peradaban adalah bentuk dari rakyat itu sendiri. Untuk itu rakyat tidak
112
Qardhawi, op, cit., h.804
113
Qardhawi, op, cit., h.803
114
Ali Abdul Halim Mahmud, Rukun Jihad , Kajian Tuntas Tentang Konsep Mempertahankan
Eksistensi Umat, (Jakarta : Al-I‟tishom Cahaya Umat 2001) hal 73
59
akan dapat membangun peradaban, jika mereka tidak mampu bersikap secara
beradab115.
Dewasa ini, fitnah yang banyak berkembang di antara umat Islam adalah
kesalahan dalam memberikan takwil dari sejumlah ayat tertentu.Kejahatan ini
disengaja agar dapat menjadi sarana pendukung bagi kepentingan politik yang
mengarah kepada pencapaian materi keduniaan.Kejahatan ini melahirkan distorsi
pemikiran Islam.Akhirnya , komunitas sosial Islam akan terpecah belah. Allah
SWT telah memperingatkan bahwa fitnah adalah musuh bagi seluruh keturunan
nabi Adam As, mulai dari masa kekhalifahan sampai hari kiamat.117
115
Ali Syua‟aibi, Meluruskan Radikalisme Islam, (Ciputat : Pustaka Azhary 2004) cet ke-1
hal 276
116
Ali Abdul Halim Mahmud, op, cit., h.75
117
Mishbah Yazdi, op, cit., h.130
60
118
Ali Abdul Halim Mahmud, op, cit h.79
119
Qardhawi, op, cit., h.261
120
Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, (Ciputat : Lentera Hati, 2008),
h. 69
121
Qardhawi, op, cit., h.263
61
“dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. 62.dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka
Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang
memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin.”(Q.S al-
Anfal : 61-62)
Jihad dalam Islam terbatasi dengan kata fii sabilillah ( di jalan Allah), dan
batasan ini tidak akan pernah terpisah dari jihad. Karena itu bila ikatan ini dilepas,
122
Erlangga Husada dkk, Kajian Islam Kontemporer. ( Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), h.
33-34
62
123
al-Maududi dkk, op, cit., h.110
63
tua, larangan menekan orang yang terluka, melukai pengungsi dan larangan
membunuh orang yang tidak ikut berperang.
Etimologi Islam merefleksikan keselamatan dan kedamaian bagi
pemeluknya, mengganggu seorang muslim dalam menjalankan formalitas
peribadatannya adalah hal yang tidak bisa dibenarkan, sosok muslim adalah
seorang yang mampu meninggalkan segala bentuk larangan Allah. Rasulullah saw
menyematkan kepada seorang muslim yang bisa menahan diri untuk tidak
melakukan tindakan yang dapat mengganggu kemaslahatan saudaranya sesama
muslim sebagai sosok muslim unggulan.
Kebesaran Islam tercermin dalam setiap perbuatan memberikan bantuan
kepada orang lain, dimulai dari mengucapkan salam sampai berlaku kasih kepada
setiap orang, tak terkecuali orang asing sekalipun.
Apabila ajaran Islam mampu mengakomodir semua kepentingan, baik
yang datang dari kebutuhan spiritual ataupun kebutuhan materil. Kebutuhan
materil dikedepankan agar seorang muslim dapat menjalankan kehidupannya
dengan baik. Islam menganugrahkan hak-hak tertentu bagi setiap muslim yang
tidak berlaku dan bicara semena-mena terhadap muslim lainnya. Islam menyadari
bahwa tingkat spiritual tertinggi tidak akan dapat dicapai selagi kebutuhan
jasmani tidak terpenuhi. Akan tetapi, kesegaran spiritual tertinggi dari seorang
muslim akan dapat dicapai bagi mereka yang mampu memporsikan kebutuhan
duniawinya secara adil. Untuk itu, sudah merupakan hak seorang muslim untuk
menjauhi segala macam perilaku yang bersifat keduniaan, untuk kemudian
mengarahkan kiblat kehidupannya hanya kepada Allah swt semata.
Fii sabiilillah adalah syarat mutlak yang ada pada jihad Islam. Dengan
demikian, jihad fii sabiilillah bermakna perjuangan dan pengorbanan sungguh-
sungguh yang berorientasi hanya untuk mendapatkan kerihdaan Allah, tanpa
diikuti keinginan nafsu belaka atau mendapatkan materi keduniaan. 124
Tujuan jihad dalam Islam agar kalimat Allah jaya.Kalimat Allah swt
adalah kebeneran, kebaikan dan keadilan.Media yang digunakan dalam perang
124
Hilmy Bakar Almascaty, Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, ( Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 34
64
125
Qardhawi, op, cit., h.343
126
Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, (Ciputat : Lentera Hati, 2008),
hal 74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan dalam penulisan skripsi
ini adalah :
1. Konsep pendidikan jihad yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 190-
193 dan surat At-Taubah ayat 122 adalah
a. Tujuan jihad adalah untuk menegakkan kalimat kebenaran, keadilan dan
kebaikan
b. Hakikat jihad adalah perdamaian
c. Jihad (perang) memiliki batasan dan aturan
2. Jalan jihad adalah fii sabililah, yang tanpa itu nilai jihad akan berkurang, jihad
bertujuan untuk menjadi jalan perbaikan dan menegakkan keadilan, yang
mana semua itu tidak akan terwujud jika jihad yang dilakukan diatas namakan
nafsu, emosi atau dendam
3. Islam cinta perdamaian, tidak menyukai perang dan berusaha agar bisa
menghindar sebisa mungkin, Islam senantiasa mengajak untuk menciptakan
suatu tata kehidupan yang damai dengan umat dan negara lain.
4. Segala hal yang kita lakukan pasti memiliki aturan dan batasan, yang mana
jika batasan itu dilangar akan menimbulkan kerugian, begitu pula dengan
jihad. Jihad dalam arti perang memiliki aturan dan batasan yang tidak boleh
dilanggar, karna Allah SWT tidak menyukai mereka yang melampaui batas.
5. Pengertian jihad bukan hanya perang dengan senjata saja, karena perang
menjadi wajib dengan sebab-sebabnya, tetapi lebih luas dari itu jihad adalah
mencurahkan segala kemampuan dengan sesungguhnya baik berupa harta,
65
66
ilmu, tenaga, pikiran, dan sebagainya yang didasari oleh keikhlasan demi
memuliakan agama Allah SWT dan memperoleh Ridha-Nya
6. Untuk melaksanakan jihad yang benar diperlukan pengetahuan yang luas dan
jelas, agar jihad yang dilakukan sesuai dengan aturan dan batasan yang telah
Allah SWT tentukan.
B. Saran
1. Para pendidik, ulama dan ahli hukum Islam hendaknya selalu memberikan
penjelasan dan pengertian kepada masyarakat khususnya dan umat muslim
pada umumya, bahwa “jihad” tidak selalu diartikan sebatas satu pengertian
saja seperti “perang”, namun memiliki arti yang luas yaitu segala kebikan
yang di ridhai oleh Allah SWT
2. Bagi para guru, dan guru PAI khusunya agar mengajarkan anak didik sejak
dini mengenai agama Islam yang baik, hendaknya memanfaatkan teknologi
agar anak didik dapat meningkatkan pengetahuan agama, dan untuk
meningkatkan intelektualis agar tidak mudah terpengaruh doktrin-doktrin
radikal yang marak terjadi belakangan ini.
3. Kepada semua lapisan masyarakat hendaknya mewaspadai gerakan-gerakan,
atau perkumpulan, yang mengarah kepada kekerasan ataupun gerakan radikal
yang mengatas namakan ajaran Islam, karena pada hakikatnya Islam adalah
agama yang mencintai perdamaian, dan sama sekali tidak mengajarkan
kekerasan untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Kepada seluruh umat Islam hendaknya apabila ingin memahami dan
mempelajari ayat-ayat mengenai jihad agar dipahami dan tidak menafisrkan
67
Bakar. Almascaty Hilmy, Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.
Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Fath. Amir Faisho, The Unity of Al-Qur’an, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2010)
Hajar. al-Asqalany Ibnu, Fath al-bary Syarh Shahih Bukhary (Beirut : Daarul
Kutub al-‘amaliyah, 2003.
Halim, Mahmud Ali Abdul, Fiqh Reknsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-
bana; RUKUN JIHAD, Kajian Tuntas Tentang Konsep Mempertahankan
Eksistensi Umat penerj. Khozin Abu Faqih dkk, Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat, 2001.
Husada. Erlangga dkk, Kajian Islam Kontemporer. Jakarta : UIN Jakarta Press,
2007.
Imani. Faqih Allamah Kamal, Tafsir Nurul Qur’an, ( Jakarta : Al-Huda, 2003),
Jarir. At-Thabari bin Abu Ja’far Muhammad, Tafsir At-Thabari. Terj. Abdul
Somad, Yusuf Hamdani dkk, Jakarta : Pustaka Azzam, 2008.
Muhammad. Rusjdi Ali, Hak Asasi Manusia dalam Prespektif Syari’at Islam,
Banda Aceh : ar-raniry press 2004.
Qardhawi. Yusuf dkk, Berjuang di Jalan Allah, Jakarta : Gema Insani Press,
1990.
Rumadi, Renungan Santri; Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama, Jakarta:
Erlangga, 2007.
Siradj. Said Aqil, Islam Kebangsan; Fqih Demokrasik Kaum Santri Jakarta:
Fatma Press, 1999.
Suma. Muhammad Amin, Ulumul Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013.
Yazdi. Mishbah, Perlukah Jihad? Meluruskan Salah Paham tentang Jihad dan
Terorisme, Jakarta : Al-Huda, 2006.