Anda di halaman 1dari 4

RESUME PRAKTIKUM

PENETASAN TELUR
Nama : Arkana Rizkananda
NIM : 062011133071
Kelas : C
Penetasan telur ayam dilakukan dengan dua cara, yaitu alami dan buatan. Penetasan
alami merupakan penetasan yang dilakukan dengan pengeraman induk ayam itu sendiri.
Penetasan buatan dilakukan dengan bantuan incubator atau di perusahaan hatchery.
Pada mesin tetas atau inkubator dengan skala kecil, hanya dapat menampung sedikit
telur. Pada inkubator skala kecil, dapat ditemukan:
 Rak telur: untuk meletakkan telur. Tekur diletakkan agak miring sekitar 40 derajat
dengan bagian lancip di bawah dan bagian tumpul ke atas. Hal ini dikarenakan pada
bagian tumpul telur terdapat rongga udara dalam telur.
 Termoregulator: untuk mengatur operasional incubator dari panas lampu. Di bawahnya
ada saklar yang berfungsi untuk memutus aliran listrik lampu jika suhunya terlampaui
(semakin panas inkubator, maka piringan regulator akan melebar)
 Baki berisi air: untuk menjaga kelembapan inkubator
 Thermometer: mengontrol suhu inkubator (diatur setiap 24 jam dengan suhu yg
diharapkan)

Langkah-Langkah Persiapan Cara Menggunakan Mesin Tetas


 Sebelum mengoperasikan atau menggunakan mesin tetas, pastikan mesin dalam
keadaan steril bebas dari bakteri atau mikroorganisme lainnya.
 Isi bak air dengan air lalu tutup menggunakan kain sampai kain dapat terendam.
 Untuk mendapatkan suhu udara yang stabil, lakukan uji coba selama 24 jam.

Cara Menetaskan Telur Dengan Mesin Penetas Semi Manual


 Hari ke-1: Masukkan telur dengan posisi ujung telur lancip di bawah dan bagian tumpul
di atas denga sudut 40 derajat, kemudian tutup lubang ventilasi udara.
 Hari ke-2: Pintu penetas harus tetap tertutup
 Hari ke-3: Putar telur 3 kali sehari. Jam 7 pagi, jam 12 siang, dan jam 7 malam.
 Hari ke-4: Balik telur dan dinginkan telur dengan cara membuka ½ bagian lubang
ventilasi selama 15 menit.
 Hari ke-5: balik telur dan dinginkan dengan membuka ½ bagian ventilasi.
 Hari ke-6: Telur didinginkan dan dibalik dengan membuka ¾ bagian ventilasi.
 Hari ke-7: Balik telur dan dinginkan dengan cara ventulasi dibuka seluruhnya. Lakukan
candling, yaitu ambil telur yang kosong, bila bagian dalam telur terlihat jernih maka
singkirkan saja.
 Hari ke-8 sampai 17: Balik telur dan dinginkan.
 Hari ke-18: Posisikan rak telur atau tempat telur dalam posisi datar sampai telur
menetas.
 Hari ke-19: Telur akan mulai retak.
 Hari ke-20: Telur mulai menetas.
 Hari ke-21: Telur sudah menetas, lalu keluarkan kain dan bak air dari mesin tetas.

Mesin Tetas Semi-Otomatis


Mesin tetas ini disebut semi-otomatis karena untuk memutar rak telur masih manual
dan untuk mengatur suhu inkubator dilakukan secara otomatis oleh termoregulator. Pada
bagian atas inkubator, terdapat lubang ventilasi dengan tutupnya. Pada lubang ventilasi juga
terdapat sekrup untuk mengatur suhu. Kemudian pada bagian samping terdapat tuas untuk
memutar rak telur di dalamnya sehingga pada saat memutar telur tidak perlu membuka pintu
inkubator. Proses pemutaran rak telur dimulai setelah hari kedua atau ketiga dan dilakukan dua
sampai tiga kali sehari jika pemutarannya manual.
Pada bagian dalam inkubator, terdapat termoregulator yang berfungsi mengatur suhu
inkubator. Sumber panas dari lampu akan menyebabkan piringan regulator memuai dan
melebar. Pada saat suhu memanas dan regulator mulai memuai yang akan membuat saklar
bekerja, maka aliran listrik untuk lampu akan diputus sehingga lampu akan mati. Di bagian
belakang terdapat thermometer untuk mengetahui suhu inkubator. Tentunya di dalam inkubator
terdapat rak telur. Posisi telur diletakkan terbalik dengan sisi lancip di bawah dan sisi tumpul
di atas.
Biasanya jika telurnya terisi penuh, akan sedikit berat untuk memutar dengan tuas. Hal
ini dapat diantisipasi dengan membantu menggerakkan rak telur pada saat memutar tuas
sehingga tidak terlalu berat. Pada sisi bawah inkubator diberikan baki berisi air untuk
melembapkan inkubator. Diusahakan untuk tidak sampai airnya kering.
Setelah hari ke-17 atau ke-18, rak telur harus diatur posisi datar. Hal ini untuk
menghindari anak ayam setelah menetas tidak tercebur ke baki air.
Umumnya penggunaan mesin tetas untuk industri rumahan dengan skala kecil, pada
masa setter atau pengeraman dan masa hatcher atau penetasan, dilakukan hanya dengan satu
mesin tetas saja. Akan tetapi jika pada perusahaan hatchery, untuk setter dan hathcer dibedakan
ruangannya.

Penetasan Telur di Hatchery


Saat telur di holding room, telur akan diseleksi. Di sini telur dari kandang akan diseleksi
telur yang retak, pecah, tidak normal atau tidak layak untuk ditetaskan akan dipisah. Telur HE
(Hatching Egg) atau telur yang layak tetas akan dipindahkan dari tray kandang ke tray setter.
Tray akan disusun di troli untuk disimpan di cooling room. Telur akan disimpan untuk
menunggu jadwal setting untuk masuk ke mesin setter atau mesin pengeraman. Hal ini
dilakukan agar tidak berkembang embrio dulu. Temperatur di cooling room sekitar 18-20
derajat celcius.
Setelah melalui cooling room, sebaiknya telur-telur dimasukkan di ruang pre-heat
sebelum dimasukkan ke ruang setter. Hal ini dilakukan untuk adaptasi suhu dari telur dari suhu
dingin ke suhu panas. Suhu pada ruang pre-heat berkisar 38 derajat celcius atau suhu ruangan.
Telur-telur didiamkan di ruang pre-heat kurang lebih selama enam jam.
Di mesin setter, telur akan diinkubasi atau dierami selama 18 hari dengan temperatur
98-100 derajat Fahrenheit dan tingkat kelembapan 80-85 persen. Kemiringan rak diatur 45
derajat. Rak akan berputar setiap satu jam sekali. Hal ini bertujuan agar semua bagian telur
mendapatkan panas yang merata. Selain itu, diputarnya rak telur juga bertujuan untuk
menghindari embrio ayam yang menempel pada bawah telur karena adanya gaya gravitasi
bumi.
Setelah masa inkubasi di mesin setter selama 18 hari, telur akan di-candling dan
dipindahkan ke mesin hatcher. Pada saat proses candling, meja candling menggunakan lampu
pijar di bawahnya. Candling (memisahkan telur fertil dan infertil). Hal ini untuk memisahkan
telur yang embrionya berkembang dan yang tidak berkembang karena terkontaminasi dan yang
embrionya mati. Telur infertil dan fertil dibedakan dengan dilihat telur yang disinari lampu
pijar dibawahnya. Jika telur ada isinya yang ditandai ada gelap, maka itu telur yang diambil
atau telur yang embrionya berkembang. Sedangkan telur yang jernih merah menyala atau hanya
terlihat garis gelap, maka telur itu infertil atau tidak berkembang embrionya bahkan mati. Pada
telur yang jernih dapat memungkinkan untuk dikonsumsi. Telur infertil akan diambil untuk
dipisahkan dan telur fertile akan dipindah dari tray ke basket/loyang dan dimasukkan ke mesin
hatcher untuk ditetaskan.
Setelah proses candling untuk mengetahui telur fertil dan infertil, selanjutnya telur akan
dipindahkan ke rak telur dan masuk mesin hatcher. Telur-telur di mesin hatcher ini didiamkan
dari umur 18 hari sampai 21 hari atau sampai menetas. Temperatur mesin hatcher sekitar 96,6
– 99,0 derajat fahrenheit dan kelembapan 80-90 persen.
Setelah telur menetas dan menjadi DOC (Day Old Chick), rak telur akan dikeluarkan
dari mesin hatcher dan dilakukan pull chick. Pull chick atau memisahkan DOC cangkang telur
dan memindahkan DOC ke boks. Setelah dilakukan pull chick, selanjutnya DOC akan di-
grading atau diseleksi sesuai kualitas dan berat DOC.
Pada saat grading DOC, ada boks dengan warna coklat dan merah untuk ayam dengan
kualitas tinggi dengan harga yang tinggi (kualitas nomor 1/A/Super/Premium). Ada juga boks
yang berwarna coklat polos untuk ayam dengan kualitas rendah dan berharga murah karena
afkiran dari ayam kualitas tinggi. satu boks berisi 102 ekor DOC dengan dua ekor tambahan
sebagai ekstra atau cadangan jika di dalam boks ada DOC yang tidak sesuai standar. DOC di-
grading atau diseleksi sesuai kualitas, berat, dan keadaan tidak normal lainnya pada DOC.
Setelah proses grading, DOC akan ditimbang untuk mengetahui beratnya. SNI (Standar
Nasional Indonesia) mensyaratkan untuk berat DOC kualitas tinggi adalah 47 gram perekor.
Setelah ditimbang dan sesuai, DOC siap didistribusikan kepada petani atau peternak.

Penetasan Telur Alami


Pada penetasan alami, telur dierami oleh induk ayam itu sendiri. Secara insting, induk
akan membalik telurnya sendiri. Kekurangan pada penetasan alami adalah terbatasnya telur
yang ditetaskan. Siklus induk untuk menghasilkan telur juga terbatas karena waktunya
digunakan untuk mengerami telurnya. Jika penetasan dilakukan dengan mesin tetas, maka
siklus induk untuk menghasilkan telur akan terputus dan menyebabkan mengingkatnya
produktivitas induk dalam bertelur.
Setelah menetas, anak ayam bisa langsung berjalan. Selain itu, dilarang keras untuk
membuka telur secara sengaja saat akan menetas untuk membantu anak ayam keluar. Hal ini
dikarenakan untuk menjaga kualitas anak ayam saat keluar dari cangkang.

Anda mungkin juga menyukai