Anda di halaman 1dari 46

i

i
DASAR-DASAR KOMUNIKASI

OLEH :
Difa Hanif Muhammad

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan Kesehatan dan kekuatan kepada
penulis dalam proses penulisan buku ini. Sehingga buku ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah
membantu penulis dalam Menyusun buku ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih kepada orangtua yang selalu mendoakan penulis dalam setiap waktunya.
Semoga, dengan adanya buku ini para pembaca bisa memahami tentang dasar-dasar
komunikasi dan hal-hal yang meliputinya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Apabila pada buku ini terdapat banyak kesalahan, penulis
memohon maaf sebesar-besarnya, dan memberikan masukan agar penulis bisa lebih baik
dalam kegiatan menulis kedepanya.
Pada akhirnya, kesempurnaan hanya milik Allah tuhan semesta alam. Dialah yang
sudah menciptakan alam seisinya dengan sempurna tanpa ada kekurangan. Semoga Allah
membalas kebaikan pihak-pihak yang sudah membantu penulis dalam menyusun buku ini.

Indramayu, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………iv

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………….1


1.1. Dasar ilmu komunikasi ………………………………………...1
1.2. Pengertian dan maksud komunikasi ……………………………4
1.3. Unsur-unsur komunikasi …………………………………….....9
1.4. Proses komunkasi ……………………………………………..17
1.5. Bentuk-bentuk komunikasi …………………………………...20

BAB II. FIDELITY KOMUNIKASI ………………………………………….20


2.1. Pengertian Fidelity ……………………………………………20
2.2. Proses belajar dalam komunikasi ……………………………..22
2.3. Makna dalam proses komunikasi ……………………………..25
2.4. Interaksi dalam komunikasi interpersonal ……………………27

BAB III. SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KOMUNIKASI ……….…28


3.1. Pemberdayaan masyarakat ……………….……………...……28
3.2. Perilaku masyarakat dalam
berkomunikasi………………………………………………...31
3.3. Perubahan perilaku ……………………………………………31
3.4. Inovasi………………………………………………………...32
3.5. Proses Adopsi ………………………………………………...33

BAB IV. PERAN KOMUNIKASI TERHADAP KOMODITI KELAPA SAWIT ...35


4.1. Komoditi kelapa sawit ………………………………………...35
4.2. Teori komunikasi untuk komoditi kelapa sawit ………………35
4.3. Penerapan teori komunikasi untuk komoditi kelapa sawit ……36

BAB V. KESIMPULAN ………………………………………………………………38


4.1. Kesimpulan ……………………………………………………...38

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..39

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Unsur-unsur Learning dan Komunikasi …………………………………………..

iii
DAFTAR GAMBAR

iV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Dasar komunikasi


Merupakan salah satu kebutuhan bagi kehidupan manusia. Dimanapun manusia berada,
betapapun sederhananya tata kehidupan suatu masyarakat, komunikasi tetap diperlukan. Karena
begitu lekatnya komunikasi dengan kehidupan manusia maka komunikasi telah dianggap sebagai
satu kegiatan manusia yang sedemikian “otomatis” hingga terlupakan bahwa keterampilan untuk
berkomunikasi juga merupakan hasil “belajar” manusia, yang menurut dugaan sudah diketemukan
sejak 500.000 tahun yang lalu.
Dengan berkomunikasi orang bisa menyampaikan ide-ide atau pengalamannya kepada
orang lain, hingga ide dan pengalaman tersebut “menjadi milik” orang lain pula, dengan tidak
harus atau perlu mengalaminya sendiri. Pada zaman dahulu, komunikasi kebanyakan dilakukan
secara langsung, yaitu mereka harus berhadap-hadapan secara lisan. Dengan diketemukannya
tulisan dan simbol-simbol lainnya untuk berkomunikasi, maka mulailah komunikasi dilakukan
secara tidak langsung, yaitu melalui tulisan atau simbol-simbol lainnya. Kegiatan ini dilakukan
melalui berbagai media, misalnya dengan menulis di daun lontar, dinding candi-candi, tanah liat
atau batu yang dipahat, dan lain sebagainya. Sesudah diketemukannya kertas dan teknik-teknik
mencetak maka ter-bukalah kesempatan baru bagi manusia untuk berkomunikasi dengan jumlah
sasaran yang jauh lebih banyak. Bahkan dengan penggunaan teknologi modern di bidang
komunikasi, yaitu telekomunikasi maka secara langsung komunikasi dapat mencapai penerima
pesan dalam jumlah yang tidak terbatas. Selain itu, masalah jarak dan waktu telah dapat diatasi
pula. Dari apa yang dikemukakan tersebut, terbukti bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan
manusia, seringkali dengan tanpa berpikir, sebenarnya merupakan kegiatan pokok dalam
kehidupan bermasyarakatyang melalui proses berlatih.
Istilah komunikasi sesungguhnya berasal dari kata latin yaitu “Communicare” atau
“Communis” yang berarti menjadikan milik bersama. Kalau seseorang berkomunikasi dengan
orang lain, berarti orang tersebut berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain juga
menjadi miliknya. Artinya, apa yang disampaikan akan menjadi ide-ide, informasi atau
pengalaman baru bagi dirinya (Wilbur Schramm). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
berkomunikasi adalah kegiatan pengoper alihan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu
dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi. Agar proses

1
komunikasi dapat berlangsung dengan baik, maka ada beberapa dasar atau prinsip yang perlu
diketahui dan diperhatikan. Dasar-dasar tersebut adalah: Intention (niat), Attention (minat),
Perception (tanggap), Retention (lekat), dan Participation (libat).Penjelasan masing-masing
dikemukakan berikut.

• Niat
Prinsip yang pertama, hal ini menyangkut soal :
a) Apa yang akan disampaikan,
b) Siapa sasarannya,
c) Apa yang akan dicapai,
d) Kapan akan disampaikan
• Minat
Apa yang kita komunikasikan haruslah menarik minat atau perhatian pada orang
yang diajak berkomunikasi, alias sasaran. Kalau tidak, maka apa yang kita komunikasikan
itu tidak akan diperhatikan, hingga jelas tidak akan berpengaruh apa-apa. Lalu bagaimana
caranya menarik minat/perhatian seseorang? Untuk ini marilah kita tinjau dan pahami
proses bagaimana seseorang menjadi sadar dan tertarik akan sesuatu di lingkungannya?.
Sesungguhnya kita mempunyai panca indera yang berguna untuk melihat., mendengar,
mengecap, merasa, dan mencium berbagai bau, dengan adanya rangsangan (stimulus) dari
luar. Panca indera inilah yang merupakan saluran untuk mengadakan kontak., mengenal
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kita sehari-hari.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita terus-menerus memperoleh dan dihujani
dengan informasi-informasi. Tentu saja kita tidak dapat mengingatnya secara keseluruhan,
melainkan kita harus memilihnya. Lalu informasi yang bagaimana yang harus kita pilih?
Dalam pemilihan ini ada dua faktor yang berpengaruh, yaitu :
a) Faktor obyektif
b) Faktor suyektif

2
• Tanggap
Makna dari pada informasi yang disampaikan kepada komunikan tergantung
kepada sikominikan. Bagaimana komunikan mentafsirkan informasi yang diterima
tergantung pada pendidikan, pekerjaan pengalaman dan kerangka pemikiran si komunikan.
Prinsip tanggap atau persepsi ini saya kira merupakan prinsip yang sangat penting dalam
proses komonikasi. Adalah mutlak perlu bahwa kita harus membantu komonikan
mentafsirkan informasi yang kita sampaikan, seperti tafsiran kita.
Tetapi si komunikan bagaimanapun juga akan senantiasa mencoba menafsirkan
informasi yang diterima menurut tanggapan atau persepsinya sendiri. Jadi dalam hal ini si
komonikator harus berusaha menyamakan persepsinya sendiri dengan persepsinya
komonikan. Ini dapat dilakukan dengan mempelajari sebaik-baiknya apa latar belakang si
komonikan tersebut. Misal : Kalau latar belakang sasaran adalah petani, maka informasi
kesehatan yang akan anda sampaikan hendaknya senantiasa dikaitkan dengan soal-soal
pertanian, agar mereka gampang memahaminya dan tidak salah mentafsirkannya.
Dalam komunikasi, kalau gagal, jangan terus langsung menyalahkan komunikan,
namun bertanyalah kepada diri sendiri, apakah anda sudah berkomonikasi dengan baik.
• Lekat
Sebagai komunikator, kita sangat mengharapkan agar komunikan dapat
menyimpan informasi yang diterima, mengingat dan menggunakannya bila diperlukan.
Supaya ingat pesan harus menarik. Adapun bagaimana supaya pesan tersebut menarik
sudah dibicarakan diatas. Sekarang mari kita tinjau sebentar mengapa orang sampai tidak
ingat atau lupa tentang pesan yang diterimanya?. Ada tiga alasan pokok mengapa orang
lupa:
a) Alasan psikologis : Yaitu karena tidak suka akan pesan tersebut. Malah sering
kerena tidak suka kepada orang yang menyampaikan pesan itu bisa menyebabkan
orang lupa akan pesan itu bisa menyebabkan orang lupa akan pesan tersebut.
b) Karena informasi tidak digunakan dalam waktu lama hingga ada kecendrungan
menghilang alias lupa ini disebut ingatan mengabur (fading).
c) Informasi baru mempunyai kecenderungan mengabur-kan atau menghilangkan
informasi yang lama yang belum mantap melekat didalam ingatan seseorang ini
disebut blocking.

3
• Libat
Partisipasi harus diusahakan pada setiap tahap dari proses komunikasi. Misal harus
dibangkitkan dengan menyampaikan informasi yang melibatkan sebanyak-banyaknya
panca indra (kalau bisa, malah melibatkan semua panca indra) dan dengan melibatkan
komonikan, jadi dengan partisipasi. Persepsi (tanggap) antara komunikator dengan
komonikan diusahakan agar sama, misalnya dengan cara mengadakan tanya jawab dengan
komonikan, jadi dengan partisipasi. Retention (lekat) dicapai dengan melibatkan
komonikan, jadi juga dengan partisipasi. Partisipasi yang kita harapkan sebagai hsial
komonikasi ? jelas dalam bentuk perubahan perubahan perilaku.
Dengan melihat apa yang dikerjakan sebagai hasil komunikasi kita bisa mengetahui
apakah komunikasi berhasil/tidak. Tetapi kalau evaluasi hanya pada akhir saja sering lalu
sangat terlambat hingga sulit mengadakan perbaikan-perbaikan kalau diperlukan. Sebab
itu evaluasi selama berlangsungnya komunikasi juga perlu, kesulitan lain ialah bahwa
sering kali sasaran jauh dari komunikator hingga komunikator tidak bisa langsung menilai
hasil komunikasi yang dilaksanakan.

1.2. Pengertian dan maksud komunikasi


Alvin Toffler, penulis buku “Future Schok” dalam bukunya “the third wave” menganalisis
gejala-gejala perubahan dan pembaharuan di dunia ini yang mempunyai kecenderungan pemikiran
yang sama, dimana sejarah manusia dapat dibagi kedalam tiga gelombang yaitu gelombang
pertama sbelum tahun 1700, gelombang kedua tahun 1700-1970, dan gelombang ketiga tahun
1970-2000.
Gelombang pertama adalah gelombang pembaharuan. Salah satu ciri dari gelombang
pertama adalah manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian melalui pertanian yang
berpindah-pindah kemudian menetap dalam satu komunitas masyarakat di pedesaan. Penggunaan
enerji pada masa ini apa yang disebut baterai hidup atau baterai alamiah berupa enerji yang
tersimpan dalam otot-otot binatang, dalam hutan atau langsung dari matahari, angin dan
air. Masyarakat di era ini banyak menggunakan kincir angin, menggunakan ternak untuk
membajak tanah, sehingga penggunaan enersi pada masa ini dapat diperbaharui.

4
Masa gelombang kedua adalah masa revolusi industri, perbedaan dengan masa gelombang
pertama adalah bahwa manusia menggunakan enerji yang ada bersumber dari batubara, gas dan
minyak atau pada umumnya dari enerji yang tidak dapat diperbaharui. Masa di era ini dimulai
dengan penemuan mesin uap pada tahun 1712 oleh Newcomen, kemudian mengembangkan
teknologi seperti mesin elektro mekanis raksasa, ban berjalan yang berperan menggantikan otot-
otot manusia bahkan dapat juga berfungsi mendengar, melihat lebih tajam dan dapat melahirkan
beragam mesin-mesin baru yang akhirnya dikordinir secara rapi menjadi suatu pabrik yang
menghasilkan barang-barang konsumsi secara massa. Gejala yang menonjol lainnya pada
peradaban gelombang kedua ini adalah adanya pemisahan yang jelas antara produsen dan
konsumen, sedangkan pada gelombang pertama tidak ditemui karena pada masa itu semua
makanan, barang dan pelayanan yang dihasilkan oleh produsen dikonsumsi sendiri oleh
mereka. Selain itu adanya ekspansi dan integrasi dari pasaran keseluruh dunia. Golongan elite
dari peradaban gelombang kedua ini dapat menentukan jaringan perdagangan keseluruh dunia
sehingga kerakusan penggunaan bahan baku untuk menjalankan alat-alat produksi massa pada
akhirnya akan mengubah menjadi pola perdagangan dlam bentuk penjajahan. Berbeda halnya
dengan gelombang pertama dimana peradaban masyarakat pertanian yaitu desentralisasi produksi
dengan skala tepat guna, enersi dapat diperbaharui, pekerjaan dilakukan dirumah dan produsen
adalah juga konsumen. Peradaban gelombang kedua dapat berkembang cepat atas dasar tiga pola
keyakinan yaitu:
• Adanya kepercayaan bahwa manusia harus menaklukkan alam. Kelompok sosialis dan
kapitalis didunia ini meyakini dan sependapat bahwa alam hanya suatu obyek untuk
digunakan oleh manusia tetapi mereka belum sependapat bagaimana membagi kekayaan
alam tersebut anatara mereka berdua.
• Adanya kepercayaan bahma manusia tidak hanya menguasai alam, tetapi manusia
merupakan hasil dari suatu proses evolusi yang lama, sesuai dengan teori Darwin, yaitu
nbahwa selalu akan terjadi pilihan alamiah dimana makluk hidup yang lemah dan tidak
efisien akan punah sehingga makluk hidup yang tertinggal adalah yang terkuat.
• Adanya kepercayaan bahwa sejarah perkembangan manusia selalu mengarah kepada
kemajuan melalui prinsip tidak hanya membenarkan perusakan alam tetapi juga
membenarkan pemusnahan peradaban dari bangsa yang kurang maju.

5
Peradaban pada gelombang kedua ini akab berkurang dan kemudian digantikan oleh
peradaban gelombang ketiga, terutama disebabkan karena :
• Perusakan alam akan semakin paragh daripada yang telah terjadi.
• Cadangan enersi yang dapat diperbaharui sudah terlihat batas-batasnya berikut harga enersi
yang diperoleh secara semena-mena dan sangat ditentukan oleh negara-negara industry.
• Dengan berakhirnya masa penjajahan maka subsidi tersembunyi dalam harga bahan baku
industri juga akan berakhir
Apabila gelombang perubahan yang pertama memakan waktu lama yakani ratusan bahkan
ribuan tahun, tetapi pada perubahan gelombang kedua ini hanya memakan waktu puluhan atau
ratusan tahun saja. Pada masa ini gelombang ketiga sudah mulai dirasakan hanya memakan waktu
beberapa tahun saja.
Gelombang perubahan ketiga terjadi dengan kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi
dan data prosessing, penerbangan dan aplikasi angkasa luar, enersi alternatif dan enersi yang dapat
diperbaharui dan adanya genetik dan bio- teknologi serta mikro elektronik beserta komputer
sebagai teknologi intinya. Hal yang menarik pada peradaban gelombang ketiga yang perlu
diperhatikan antara lain:
• Adanya kelangkaan bahan baku fosil sehingga memungkin kan kembalinya ke enersi yang
dapat diperbaharui
• Proses produksi yang cenderung menjauhi produksi massa yang terkonsentrasi
• Kecenderungan konsumen juga menjadi produsen demikian juga sebaliknya
• Terjadinya deurbanisasi akibat adanya kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi
Peradaban gelombang ketiga bukan suatu pengulangan keperadaban gelombang pertama,
tetepi merupakan sintesa, sehingga sifatnya lebih menyeluruh dibandingkan dengan kedua
peradaban sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya kemajuan dalam bidang komunikasi
dan prosesing data yang memungminkan manusia dapat melihat semua faktor yang saling
berkaitan dan mempengaruhi dalam cakupan yang lebih luas. Sehingga daspat dikatakan kalau
gelombang kedua merupakan pelipatgandaan kekuatan fisik manusia sedangkan pada gelombang
ketiga dapat juga dikatakan pelipatgandaan kekuatan pikir manusia.
Indonesia merupakan satu negara yang sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di
pedesaan. Umumnya mereka hidup dari usaha sektor pertanian. Untuk meningkatkan produksi

6
hasil-hasil pertanian, peran pemerintah antara lain melaksanakan pembangunan pertanian secara
bertahap dan berkesinambungan.
Sebagaimana dikemukakan dalam Buku Pedoman Departemen Pertanian Republik
Indonesia yakni “Vademekum Penyuluhan Pertanian” bahwa pelaksanaan pembangunan pertanian
senantiasa dilakukan secara berencana, bertahap dan berkesinambungan. Pada rencana
pembangunan tahap pertama menitik beratkan pada pengembangan komoditi tanaman pangan.
Pada tahap kedua titik berat masih pada komoditi pangan untuk meningkatkan dan memantapkan
produksi, namun diikuti dengan upaya pengembangan komoditi palawija. Pada tahap ketiga
diarahkan untuk semakin memantapkan usaha peningkatan produksi pertanian menuju
swasembada pangan, pemantapan dan peningkatan produksi palawija dan hortikultura. Pada tahap
berikutnya dilakukan pengembangan komoditi padi, palawija maupun hortikultura yang
diupayakan guna mempertahankan tingkat swasembada beras dan semakin memantapkan upaya
peningkatan produksi palawija dan hortikultura.
Upaya pembangunan pertanian ini telah menunjukkan keberhasilan, yang terbukti dengan
telah tercapainya tingkat Swasembada beras dan meningkatnya produksi palawija dan hortikultura.
Keberhasilan ini dapat tercapai berkat kerjasama yang baik antara orang-orang yang terlibat dalam
penyuluhan pertanian. Kerjasama ini berkat ada komunikasi yang baik antara para penyuluh dan
antara penyuluh dengan petani, serta antara para petani sendiri. Maksud penyuluh mengadakan
komunikasi dengan para petani adalah untuk mengusahakan perubahan perilaku pada diri petani
sebagai tersalah. Dengan perubahan-perubaha itu, petani diharapkan lebih terbuka terhadap hal-
hal yang baru (inovasi), khusus dalam bidang pertanian.
Perubahan-perubahan yang ada pada diri petani tidak timbul sekonyong-konyong atau tiba-
tiba, tetapi memerlukan waktu yang agak lama. Sampai waktu para petani melaksanakan anjuran
penyuluhan tadi, telah berlangsung suatu proses mental pada diri mereka. Proses tersebut tidak
dapat dilihat, tetapi hanya dapat diketahui melalui perubahan perilaku petani. Proses mental inilah
yang disebut proses adopsi.
Komunikasi yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah komunikasi untuk pembaharuan
pertanian yang digunakan dalam penyuluhan kepada masyarakat petani. Penyuluhan atau
komunikator merupakan seseorang yang berprofesi merubah perilaku orang lain. Jadi perubahan
perilaku orang lain adalah tujuan yang dikehendaki oleh seorang komunimkaor atau penyuluh.
Untuk mencapai tujuan tersebut para penyuluh harus mampu mempengaruhi orang lain. Sebagai

7
penyuluh semestinya ia mengharapkan agar orang yang akan disuluh tersebut memberikan respon
sesuai dengan yang diharapkan. Artinya mereka mau menerima,memahami dan mengartikan ide-
ide yang disuluhkan secara baik dan benar. Untuk itu semua, diperlukan komunikasi yang efektif.
Dengan demikian proses penyuluhan melaluikomunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai
usaha untuk merubahkan perilaku orang lain melalui proses komunikasi. Istilah komunikasi
berasal dari bahasa Inggris "Communication". Istilah communication berasal dari bahasa latin
"Communicare" yang artinya "to talk together, coufer, dicourse and consult with
another". Mardikanto menghubungkan perkataan komunikasi dengan bahasa latin lainnya, yaitu
"Communitas" yang artinya tidak hanya community, tatapi juga "fellowship and justice" dalam
hubungan individu yang satu dengan yang lainnya. Karenanya istilah society adalah istilah yang
berarti hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama dalam ucapan dan kerjasama. Dengan
komunikasi orang akan memperoleh pengetahuan informasi dan pengalaman baru, oleh karenanya
timbul upaya saling mengerti antara percakapan dan keyakinan, kepercayaan dan kontrol.
Pengertian komunikasi yang dikemukakan dalam berbagai literatur terdiri dari komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dikemukakan oleh Berlo (1960)
meliputi: "listening, speaking, reading, and writing, and that order". Sedangkan komunikasi non
verbal, dikemukakan Birdwhistell (1954) dalam Berlo (1960) meliputi "facial expression,
movement of the hands and arms". Definisi komunikasi dikemukakan oleh Hovland, Janis, dan
Kelly (1973) sebagai:
"the process by which an individual (the communicator) transmite stimuli (usually
verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)".
Artinya bahwa komunikasi merupakan proses dimana seorang individu (komunikator)
meberikan rangsangan (yang biasanya melalui verbal) untuk merubah prilaku individu-individu
yang lain (audience atau komunikan). Difinisi lainnya dikemukakan oleh Ross (1977) bahwa
komunikasi sebagai:
"a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in
such a way as to help another relice from his own experiences a meaning or responses
similar to that intended by he source".
Artinya komunikasi adalah proses transale sconal yang meliputi pemisahan, pemilihan, dan
penyaringan lambang secara kognitif, sehingga dapat membantu orang lain untuk mengeluarkan
dari pengalamannya sendiri atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.

8
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi itu sangat luas dan
kompleks. Oleh karena itu tidak mungkin membahas ilmu komunikasi itu secara keseluruhan
dalam ruang lingkup yang terbatas ini. Untuk itu sengaja penulis sajikan suatu pengertian
komunikasi sebagai suatu proses dimana informasi disampaikan oleh komunikator kemudian
diterima oleh komunikan.
Komunikasi dapat menggalang kerjasama. Sebab tidak selamanya tugas-tugas yang
ditimpahkan dapat dituntaskan seorang diri. Ada kalanya sifat tugas memang demikian, sehingga
akan lebih efektif dan efisien bila dikerjakan oleh sekelompok orang. Bentuknya mungkin suatu
rangkaian yang saling berkait antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam tugas kolektif,
keberhasilan sangat ditentukan oleh bagaimana eratnya kerjasama antara para anggota
pelaksananya. Oleh karena itu kerjasama merupakan kunci kebehasilan komnikasi. Atas dasar
inilah komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak yang
lain, baik melalui lisan, tulisan maupun gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sebagainya.
Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata latin “communicatic” yang asal
katanya adalah “communis” yang berarti sama, dalam hal ini adalah yang maknanya sama. Dengan
demikian apapun yang dipergunakan atau lambang-lambang yang mengandung arti yang sama
bagi orang dapat dipergunakan dalam komunikasi. Oleh karena itu proses komunikasi adalah
penyampaian lambang-lambang atau simbol dari sumber pesan kepada penerima pesan, sehingga
tercapai pengertian bersama tentang makna tujuan dan penggunaan lambang-lambang tersebut.

1.3. Unsur-unsur komunikasi


Banyak pendapat yang dikemukakan tentang unsur-unsur komunikasi, juga banyak
pendapat tentang model komunikasi dan proses komunikasi. Antara lain model dari proses
komunikasi yang dikemukakan oleh Schramm, Westley, dan Mac Lean, Fearing, Johnson dan ahli-
ahli komunikasi yang lain. Dalam bacaan ini hanya diuraikan dari pendapat dua teori, yaitu
Aristoteles dan teori Shannon-Weaver. Aristoteles mendasarkan unsur-unsur komunikasi itu pada
ilmu seni menggunakan bahasa (rethoric). Dikemukakan bahwa ada tiga unsur komunikasi, yaitu:
(1) pembicaraan (the speaker), (2) kalimat (the speech), (3) pendengar (the audience). Ketiga
elemen tersebut penting dalam komunikasi dan bila dilihat dari proses komunikasi ada tiga hal
penting, yaitu: (1) sumber, (2) pesan, (3) pemindah pesan (transmitter), (4) signal, (5) gangguan-
gangguan, (6) penerima pesan, (7) tujuan pesan.

9
Timbulnya perhatian dalam komunikasi ialah adanya kumpulan orang (group) yang
mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Dipihak lain komunikasi manusia mempunyai
beberapa macam sumber. Unsur yang pertama dapat diidentifikasi dalam hal ini ialah sumber.
Pemberian dari sumber berupa ide, kebutuhan, informasi, dan tujuan adalah unsur kedua yang
penting dalam komunikasi, yang merupakan pesan. Pesan disampaikan dalam sistem kode yang
merupakan simbol. Unsur ketiga adalah encoder (pengkode), yaitu bagaimana sumber dapat
menterjemahkan jawaban terhadap apa yang dikatakan, bagaimana dia mengkodekan dan
bagaimana dia mengekspresikan tujuan tersebut dalam pesan. Pada komunikasi antar
persona berhasilnya fungsi encoder ini tergantung dari kecakapan sumber itu sendiri,
yaitu vokalnya, kerja tangan (misalnya bentuk tulisan, gambar dan lain-lain) dan sistem gerak
tubuhnya dalam mengkodekan pesan.
Komunikasi dalam situasi yang lebih kompleks dapat dibedakan antara sumber dan
encoder. Sebagai contoh dalam pemasaran produk, dikenal adanya sales manager dan salesman
atau salesgirl. Sebagai sumber pesan dalam pemasaran produk tersebut ialah sales manager,
sedangkan salesman dan salesgirl berfungsi sebagai encoder yang menterjemahkan tujuan/pesan
dari sales manager kepada konsumen.
Unsur keempat ialah saluran (channel). Istilah saluran dapat juga disebutkan dengan
medium atau pembawa pesan (a carrier of massage). Untuk mencapai komunikasi yang efektif
maka pemilihan saluran pesan adalah hal penting yang harus diperhatikan. Jadi telah dikenal ada
empat unsur komunikasi yaitu sumber, encoder, pesan, dan saluran. Supaya komunikasi terjadi
haruslah ada seseorang yang berada diujung saluran. Kita berbicara harus ada yang mendengarkan,
kita menuliskan sesuatu pesan harus ada yang membacanya supaya komunikasi dapat berjalan.
Orang atau sekelompok orang ini kita sebutkan sebagai penerima (receiver), sebagai target dari
komunikasi.
Sumber dan penerima dalam komunikasi harus dalam sistem yang mirip/serupa, bila tidak
komunikasi tidak akan terjadi. Dapat juga sumber dan penerima pesan tersebut terdapat pada orang
yang sama; sumber komunikasi dirinya sendiri dia mendengarkan apa yang dikatakan, dia
membaca apa yang ditulis, dia berpikir. Dalam istilah psikologi komunikasi terjadi bila sumber
memberi rangsangan dan penerima menanggapi rangsangan tersebut.
Unsur keenam yang penting dalam komunikasi ialah penerima membutuhkan decoder,
yaitu yang menterjemahkan kode dari pesan kedalam bentuk yang dapat dimengerti/digunakan

10
oleh penerima. Unsur ini merupakan kecakapan penerima pesan dalam menerima pesan seperti
bagaimana sumber mengkodekan pesan.
Kesimpulan yang dapat diambil tentang unsur-unsur komunikasi dari uraian diatas
meliputi:
• Sumber komunikasi (the communication source)
• Penyandi (encoder)
• Pesan (the massage)
• Saluran (the channel)
• Penterjemah sandi (the decoder)
• Orang yang menerima pesan (the communication receiver)
Sebagai suatu konsep, komunikasi mempunyai unsur-unsur yakni sebagai berikut:
• Sumber/komunikator
• Sasaran/komunikan
• Pesan
• Saluran/media
• Encoder/perumusan pesan
• Decoder/penafsiran pesan
Pesan berasal dari sumber dan ditujukan kepada sasaran. Sumber bisa berupa berupa
individu, bisa juga berupa suatu organisasi/institusi. Demikian juga sasaran. Pesan bisa berupa
kata-kata, gambar-gambar, ataupun bisa juga simbol lainnya. Agar komunikasi berjalan wajar dan
agar mencapai tujuan, maka haruslah pesan yang dikirim oleh sumber, ditafsirkan secara benar
oleh sasaran. Artinya, penafsirannya harus sesuai dengan perumusan oleh sumber, agar pesan tidak
berubah maknanya. Untuk ini maka sumber seharusnya mengenal kondisi sasaran, agar sumber
bisa merumuskan pesan dengan tepat, artinya sesuai dengan kemampuan sasaran.
Jadi dalam berkomunikasi, dikatakan komunikasi akan berhasil, apabila pesan yang
dikirim oleh pihak sumber akan dapat dimengerti oleh pihak sasaran. Sehingga ada kesamaan
persepsi antara sumber dan sasaran. Kesamaan ini bisa dalam arti kesamaan pengalaman,
kesamaan pengertian, dsb. Makin banyak pengalaman sumber berimpit dengan pengalaman
sasaran, maka akan semakin besar adanya persamaan antara sumber dan sasaran tersebut. Ini
berarti bahwa kemungkinan komunikasi akan berhasil, adalah memiliki peluang yang semakin
besar pula.

11
Sebagai perbandingan, di bawah ini dikutip unsur komunikasi menurut Rogers dan Kincaid
dalam bukunya Communication Networks, mengemukakan unsur-unsur komunikasi yaitu: 1)
source, 2) encoder, 3) message, 4) decoder, 5) desti-nation, 6) noise, dan 7) feed back.
Sedangkan menurut Westley dan Malcom Mac Lean (1957) membagi unsur-unsur
komunikasi kepada: 1) message, 2) sources (advocacy rales), 3) gatekeepers (channel rales), 4)
receivers/behavior system rales, and 5) feed back. Wilbur Schram (1973) membagi unsur-unsur
komunikasi menjadi: 1) informational signals, 2) relationship among participants, dan 3) active
receivers. Sedangkan D. Laurence Kincaid (1979) membagi unsur-unsur komunikasi kepada : 1)
information, 2) mutual understanding, 3)mutual agreement, dan 4) collective action. Sedangkan
menurut David K. Berlo (1960:32) membagi unsur-unsur model proses komunikasi menjadi : "1)
the communication source, 2) the encoder, 3) the message, 4) the channel, 5) the decoder, dan 6)
the communication acciever".
Berdasarkan pendapat Berlo di atas, dapat dijelaskan bahwa proses komunikasi dilakukan
oleh semua manusia yang tediri dari sumber (source) dengan tujuan dan alasan berkomunikasi.
Maksud tersebut dinyatakan dalam bentuk pesan (message), yang dalam komunikasi
diterjamahkan menjadi kode atau simbol. Untuk menterjamahkan maksud menjadi simbol
diperlukan unsur ketiga yaitu encoder untuk mengekspresikan maksud sumber menjadi pesan
dengan menggunakan mekanisme vokal, gerakan dan sistem otot dalam tubuh. Untuk
menyampaikan pesan kepada yang dituju, diperlukan saluran (channel), yang berperan sbagai
medium atau pengantar pesan. Dengan adanya sumber, encoder, pesan dan channel, komunikasi
belum terjadi.
Menurut Shoemaker (1971), pada hakekatnya unsur-unsur difusi sama saja dengan unsur-
unsur komunikasi. Adapun unsur-unsur difusi yaitu : (1) "inovasi, (2) yang dikomunikasikan
melalui saluran (channel) tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, 4) kepada anggota sistem
sosial". Unsur-unsur komunikasi tersebut dikenal dengan sebutan model komunikasi “S-M-C-R-
E,” yaitu: model yang terdiri dari unsur-unsur (1) sumber, (2) pesan (message) (3) saluran
(channel), (4) penerima (receiver) dan (5) akibat (efect) komunikasi. Untuk melihat
kesamaan dan perbedaan unsur-unsur yang terdapat pada kegiatan difusi dengan unsur-unsur yang
terdapat dalam model komunikasi “S-M-C-R-E”.
Agar komunikasi mencapai sasaran, maka ada orang yang menerima pesan itu. Orang
inilah yang disebut penerima (receiver) sebagai sasaran komunikasi. Jika sumber memerlukan

12
encoder untuk menjalin maksudnya menjadi pesan dan menjadikan dalam kode, maka penerima
memerlukan pula decoder untuk menjalin ulang pesan menjadi suatu bentuk yang dapat dipakai
oleh penerima. Pada penerima (receiver), decoder dapat dipandang sebagai suatu set ketrampilan
seseorang untuk bersensasi.
Dalam komunikasi kita sering mengarahkan perhatian pada usaha-usaha untuk merubah
pengetahuan dan sikap dengan cara merubah bentuk dari sumber, pesan atau penerima dalam
proses komunikasi. Akan tetapi dalam proses difusi biasanya kita lebih memusatkan perhatian
pada terjadinya perubahan perilaku yang tampak (over behavior), yaitu menerima atau menolak
ide baru daripada sekedar merubah pengetahuan atau sikapnya saja.
Apakah yang dimaksudkan dengan sumber, encoder, pesan dan lain-lain? Untuk
mendefinisikan secara tepat unsur-unsur komunikasi tersebut, diambil serangkaian contoh yang
dapat menerangkannya. Marilah kita mengamati situasi komunikasi dalam membaca sebuah buku.
Pada situasi komunikasi ini pengarang merupakan sumber pesan dan apa tujuan pengarang menulis
buku tersebut merupakan pesan. Encoder ialah mekanisme tulisan pengarang (mesin tik, typist,
dan percetakan). Pesan tersebut ada dalam kata-kata yang disusun dalam buku. Saluran
komunikasi ialah buku dan gelombang cahaya lampu/matahari yang menyampaikan kemata
pembaca. Mata pembaca berfungsi sebagai decoder. Pesan dalam buku tersebut diterima, didecode
dan diterjemahkan oleh sistem syaraf diterima ke otak. Otak pembaca berfungsi sebagai penerima
pesan. Proses akhirnya ialah pembaca membuat tanggapan terhadap buku yang dibacanya.
Contoh lain, misalkan situasi yang terjadi pada meja makan. Bill dan John berada pada satu
meja tetapi jaraknya berjauhan. Bill mempunyai masalah ketika tersedia selada. Bill menginginkan
makan selada dengan memakai sambal, tetapi sambal tersebut ada dekat John relatif jauh dari
tempat Bill. Apakah yang dilakukan Bill? Kemungkinan Bill pergi sendiri ke ujung meja/tempat
John untuk mengambil sambal ini membutuhkan kerja atau Bill meminta tolong John untuk
menggeserkan sambal tersebut kepadanya.napakah yang terjadi dalam model komunikasi ini?
Sistem syaraf pusat Bill berfungsi sebagai sumber komunikasi.
Bill memerlukan selada dengan sambal dan mempunyai satu tujuan untuk meminta tolong
kepada John. Bill meneruskan sistem syarafnya pesan tersebut untuk menyandi pesan dengan
mekanisme kalimat. Pesan tersebut disandi (encode) dan diekspresikan tujuannya dalam bahasa
untuk membuat pesan kepada John. Pesan tersebut disalurkan melalui gelombang bunyi di udara
diterima oleh John. Mekanisme pendengaran John menangkap pesan tersebut diterjemahkan

13
(decode) dan diteruskan ke sistem syaraf pusat, yang akhirnya membentuk pengertian terhadap
pesan tersebut, menanggapinya dengan memberikan sambal. Komunikasi sudah selesai. Contoh
diatas adalah contoh yang mendasar/sederhana sekali. Pada umumnya komunikasi terjadi dalam
situasi yang lebih komplek yang dapat menyebabkan komunikasi yang tidak berhasil. Dari contoh
diatas situasi apa sajalah yang dapat menyebabkan komunikasi tidak berhasil? Banyak penyebab
yang dapat diidentifikasi seperti yang diuraikan dibawah ini. Misalkan saja Bill tidak mempunyai
tujuan yang jelas, artinya di tidak mengetahui bahwa dia memerlukan sesuatu tetapi tidak diketahui
apa yang diperlukannya itu.
Tentu saja Bill tidak akan berhasil dalam menyandi pesannya. Atau misalkan John tidak
menyukai Bill atau Bill merasa bahwa John adalah bawahannya. Pesan yang diberikan mungkin
dalam bentuk memerintah dan John mungkin saja memberikan sambal tersebut atau mengatakan
ambil sendiri. Permisalan lain kita umpamakan Bill ialah seorang buruh dalam satu perusahaan,
John ialah manager perusahaan tempat Bill bekerja. Kemungkinannya ialah Bill tidak berani
meminta sambal kepada John dan memutuskan untuk makan selada tanpa sambal. Ataupun
seandainya sistem syaraf John salah dalam menerjemahkan sandi yang diterima sehingga sambal
diterjemahkan dengan sop, maka John memberikan apa yang tidak diinginkan oleh Bill. Atau
mereka makan di cafetaria yang penuh dan ribut, kemungkinan John tidak mendengar apa yang
dipesankan Bill. Akhirnya misalkan mereka berasal dari kebudayaan yang berbeda. Dalam
kebudayaan John tidak pernah orang makan selada dengan sambal, maka John akan heran dan
tidak mengerti pesan tersebut.
Contoh-contoh diatas hanyalah sedikit dari macam-macam gangguan yang terjadi dalam
komunikasi inter-persona yang relatif sederhana. Pada situasi yang lebih komplek fungsi dan
penerima pesan. Sebagai contoh ialah surat kabar. Pengoperasian surat kabar memperlihatkan
suatu jaringan kerja komunikasi yang komplek. Fungsi decoder sudah lebih prima yaitu wartawan-
wartawan yang mengamati bermacam-macam kejadian di seluruh dunia dan meneruskan berita
tersebut ke kantor pusat pengontrol surat kabar yantg terdiri dari staf redaksi/editor. Ketika pesan
diterima oleh staf editorial, beberapa keputusan diambil untuk mengontrol apakah suatu pesan
dimasukkan kedalam surat kabar sebagai berita atau tidak. Bila suatu pesan diberitakan, fungsi
penyandi pesan (encoder) pada surat kabar tersebut adalah khusus, seperti: proof readers
(korektor atau pembaca pruf), rewritemen (orang yang menuliskan berita kembali), linotype
operator (orang yang mengoperasikan mesin set serupa dengan mesin tik), dan lain-lain. Mereka

14
ini semua berfungsi sebagai penyandi dan penyalur pesan yang berasal dari staf editorial serta
menyusunnya dalam halaman-halaman tertentu pada surat kabar, misalnya ruang ekonomi, olah
raga, pertanian, dan lain-lain. Pembaca yang menjadi tujuan akan mempunyai tanggapan yang
berbeda-beda terhadap pesan yang disampaikan, ada yang hanya membaca artikel-artikel tertentu
saja. Dalam hal ini pembaca juga menerjemahkan pesan yang diberikan oleh surat kabar dan
berfungsi sebagai decoder.
Pesan yang disampaikan surat kabar bukanlah pesan yang asli. Terhadap pesan yang
disampaikan kepada khalayak pembaca terlebih dahulu mereka mengadakan interpretasi terhadap
berita yang diterima dari wartawan, sehingga disebutkan surat kabar bukanlah sumber asli (asal)
dalam situasi komunikasi. Selanjutnya dari contoh surat kabar ini dapat juga diambil suatu ilustrasi
untuk menerangkan proses komunikasi. Seorang wartawan dapat kita katakan sebagai decoder dari
berita-berita yang diamatinya, tetapi dapat juga kita sebut sebagai sumber dan penerima pesan,
yaitu sumber bagi surat kabarnya dan penerima terhadap berita yang diamatinya. Atau dia juga
memperlihatkan diri sebagi encoder terhadap berita yang disampaikan ke staf editorial dan sebagai
decoder terhadap berita yang diamati. Jadi sebagai apa seorang wartawan dalam unsur komunikasi
tergantung dari aman kita mengamatinya.
Didalam sebuah proses, kita dapat mempersoalkan mana lebih dulu muncul dan mana
yang terakhir dari kejadian-kejadian yang diamati. Dari contoh diatas adalah salah bila kejadian-
kejadian komunikasi itu diurut: (1) pelaporan berita (reporting), (2) pembuatan keputusan oleh
staf editorial dalam menilai informasi, (3) mengambil beberapa berita untuk dimasukkan ke surat
kabar, (4) disandi (encode) kedalam bentuk artikel. Dengan jelas wartawan dipengaruhi oleh
keyakinannya terhadap apa yang diinginkan oleh editor untuk dilaporkan. Staf editor (kantor pusat)
juga dibatasi oleh apa yang diterimanya dari wartawan, sikap politik, kebijaksanaan editorial,
ruang yang tersedia di surat kabar, biaya dan lama waktu untuk membuat sebuah berita, juga apa
yang mereka beritakan itu apakah sesuai dengan yang diinginkan oleh pembacanya. Jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa surat kabar adalah sebuah proses, semua unsur-unsurnya saling
mempengaruhi satu sama lain.
Unsur-unsur yang didiskusikan diatas sangat penting dalam komunikasi. Bila kita
menganalisa baik pada satu orang, interpersona atau jaringan kerja organisasi, maka selalu ditemui
unsur-unsur komunikasi, yaitu sumber, encoder, decoder, dan penerima pesan. Pesan selalu ada
dan dapat disalurkan dengan beberapa jalan. Bagaimana interaksi dan hubungan unsur-unsur

15
tersebut, tergantung pada situasi, proses yang terjadi dan perkembangan dinamikanya. Unsur-
unsur komunikasi sangat penting dan berguna dalam menganalisa komunikasi. Tetapi kita akan
membuat kesalahan bila mengasumsikan unsur-unsur tersebut adalah tidak tergantung satu sama
lain serta unsur-unsur tersebut kita coba determinasi mana yang muncul awal dan akhir. Asumsi
diatas tidak menerima konsep proses, sedangkan komunikasi itu sendiri merupakan suatu konsep.
Dalam proses kita tidak dapat mengetahui mana awal dan akhir dari kejadian-kejadian. Bila kita
coba untuk membedakan awal dan akhir kejadian-kejadian dalam sebuah proses maka itu sama
artinya dengan membedakan mana lebih dahulu ada telur atau anak ayam.
Proses komunikasi merupakan suatu proses pengoperan (dan penerimaan) pesan dari
komunikator kepada komunikan. Poses komunikasi ini meliputi beberapa unsur atau komponen
komunikasi. Unsur-unsur komunikasi menurut Aristoteles yang dikutip oleh Berlo (1960:29)
meliputi yaitu "1) the person who speaks, 2) the speech that he produces, and 3) the person who
listens". Sebagai perbandingan, di bawah ini dikutip unsur komunikasi menurut Rogers dan
Kincaid dalam bukunya Communication Networks, mengemukakan unsur-unsur komunikasi
yaitu: 1) source, 2) encoder, 3) message, 4) decoder, 5) destination, 6) noise, dan 7) feed back.
Sedangkan menurut Westley dan Malcom Mac Lean (1957) membagi unsur-unsur komunikasi
kepada: 1) message, 2) sources (advocacy rales), 3) gatekeepers (channel rales), 4)
receivers/behavior system rales, and 5) feed back.
Wilbur Schraman (1973) membagi unsur-unsur komunikasi menjadi: 1) informational
signals, 2) relationship among participants, dan 3) active receivers. Sedangkan D. Laurence
Kincaid (1979) membagi unsur-unsur komunikasi kepada : 1) information, 2) mutual
understanding, 3)mutual agreement, dan 4) collective action. Sedangkan menurut David K. Berlo
(1960:32) membagi unsur-unsur model proses komunikasi menjadi : "1) the communication
source, 2) the encoder, 3) the message, 4) the channel, 5) the decoder, dan 6) the communication
acciever".
Berdasarkan pendapat Berlo diatas, dapat dijelaskan bahwa proses komunikasi dilakukan
oleh semua manusia yang tediri dari sumber (source) dengan tujuan dan alasan berkomunikasi.
Maksud tersebut dinyatakan dalam bentuk pesan (message), yang dalam komunikasi
diterjamahkan menjadi kode atau simbol. Untuk menterjamahkan maksud menjadi simbol
diperlukan unsur ketiga yaitu encoder untuk mengekspresikan maksud sumber menjadi pesan
dengan menggunakan mekanisme vokal, gerakan dan sistem otot dalam tubuh. Untuk

16
menyampaikan pesan kepada yang dituju, diperlukan saluran (channel), yang berperan sbagai
medium atau pengantar pesan. Dengan adanya sumber, encoder, pesan dan channel, komunikasi
belum terjadi. Agar komunikasi mencapai sasaran, maka ada orang yang menerima pesan itu.
Orang inilah yang disebut penerima (receiver) sebagai sasaran komunikasi. Jika sumber
memerlukan encoder untuk menjalin maksudnya menjadi pesan dan menjadikan dalam kode, maka
penerima memerlukan pula decoder untuk menjalin ulang pesan menjadi suatu bentuk yang dapat
dipakai oleh penerima. Pada penerima (receiver), decoder dipandang sebagai ketrampilan
seseorang untuk bersensasi.

1.4. Proses komunikasi


Proses adalah setiap fenomena yang terus menerus berubah. Proses terjadi karena ada dua
atau lebih unsur yang saling berinteraksi atau bersaksi. Dalam berkomunikasi juga ada unsur-
unsurnya. Ahli pertama yang menganalisis unsur-unsur dan proses komunikasi ialah Aristoteles
(dalam Rhetoire) yang mengemukakan bahwa unsur-unsur komunikasi ada tiga, yaitu adanya:
pembicara, perkataan, dan pendengar. Menurut Berlo unsur-unsur komunikasi yang utama adalah:
sumber (source), pesan (massage), saluran penyampai pesan (channel), penerima pesan (receiver)
– yang dikenal sebagai model SMCR.
Laswell seorang pakar komunikasi menekankan unsur-unsur komunikasi yaitu siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan, saluran mana yang digunakan, kepada siapa pesan itu
disampaikan dan apa pengaruh dari pesan tersebut. Shannon dan Weavern juga pakar komunikasi
mengatakan bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber pesan, pesan, pemindah pesan,
signal, gangguan, penerima pesan, dan tujuan pesan. Dari berbagai model komunikasi tersebut,
maka unsur-unsur komunikasi dapat dikemukakan yakni: sumber pesan (source), penyandi sumber
(encoder), pesan (massage), saluran media (channel), penterjemah sandi (decoder), penerima
pesan (receiver). Semua unsur-unsur komunikasi yang ada satu dengan yang lain saling berkaitan
dengan membentuk proses komunikasi. Dalam teknologi maju sekarang maka jaringan
komunikasi tidak sesederhana seperti tersebut di atas, surat kabar, televisi, dinas-dinas
pemerintahan, dan sebagainya.
Definisi proses adalah setiap fenomena atau gejala yang menunjukkan suatu perubahan
yang terus menerus sepanjang waktu (any phenomenon which show a continious change in time
or any continious operation or treatment). Pada tahun 500 SM, Heraclitus memberikan suatu

17
konsep yang penting tentang proses, sewaktu dia menyatakan “setiap orang tidak akan dapat
melangkahkan kakinya dua kali di sungai yang sama.” Juga pada tahun 1940 Thomas Wolfe
dengan novelnya yang berjudul “Anda tidak akan dapat pulang ke rumah lagi” menyatakan hal
yang sama. Pernyataan mereka ini didasarkan kepada kenyataan bahwa manusia itu terus berubah
artinya sel-sel tubuhnya terus berganti dan bertumbuh, juga sungai tersebut berubah sebab airnya
mengalir.
Bila kita menerima konsep proses, kita memandang setiap kejadian dan hubungan-
hubungan antara kejadian tersebut adalah suatu yang dinamis, bergerak, selalu berubah dan
kontinu. Juga bila dikatakan sesuatu sebagai proses maka sesuatu tidak mempunyai awal dan akhir
tetapi sesuatu kejadian yang diperbaiki. Konsep ini berbeda dengan konsep-konsep ahli fisika
seperti Isac Newton dimana kita tidak menemukan suatu analisa yang tepat tentang proses. Ahli-
ahli fisika percaya bahwa dunia ini dapat dibagi kedalam “benda-benda” dan proses. Benda-benda
itu sendiri dipercaya mapan, statik, dan eksistensinya tergantung kepada operasinya dengan benda-
benda lain.
Apabila kita menganalisa komunikasi sebagai sebuah proses maka sementara dihentikan
dinamika proses itu supaya dapat dibicarakan dengan jelas. Menghentikan sementara proses itu
adalah sama dengan pada waktu kita mengambil gambar dengan kamera. Gambar yang dihasilkan
merupakan wakil dari kejadian. Tetapi kita akan membuat kesalahan bila menganggap gambar
tersebut adalah kejadian yang sebenarnya, sebab kamera bukanlah ebuah alat reproduksi yang
lengkap untuk menghasilkan obyek-obyek fotografi. Seperti Hayakawa yang mengatakan bahwa
kata bukanlah benda tetapi hanya menunjukkan sebuah peta yang dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk menggali dunia secara teori. Jadi obyek-obyek dalam proses tidak bisa dipisah-
pisahkan satu sama lain, juga operasinya tidak pernah lepas/bebas tetapi bersama-sama.
Untuk menjelaskan ini dapat kita ambil ilustrasi tentang sebuah teather. Apakah teather
itu? Bila diperinci unsur-unsur yang terdapat didalamnya kita temui antara lain: proyektor,
plywright, lampu sorot (lighting), direktor, aktor, penonton, skenario, dan tempat (auditorium).
Apakah semuanya itu disebut teather? Tentu saja tidak. Kita akan menyebutkan itu teather bila
terjadi hubungan yang dinamis antara unsur-unsur diatas yang berkembang dalam proses. Contoh
lain adalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses. Dalam membahas pendidikan sebagai
proses kita dapat menemukan unsur-unsurnya yaitu: guru, murid, buku-buku, ruang kelas,
perpustakaan, diskusi, dan lain-lain. Kita juga dapat mengatakan bahwa dalam pendidikan guru

18
mengajar sekian jam per minggu, murid membaca sejumlah buku, perpustakaan mempunyai 1000
volume buku, murid mengambil sejumlah diskusi per minggu atau menulis sejumlah paper.
Dari ilustrasi diatas dapat kita menyatakan bila unsur-unsur tersebut tersedia dan telah
digunakan maka murid-murid telah menerima suatu pendidikan. Tetapi harus diingat konsep
proses, sebab dinamika dari pendidikan itu adalah proses dimana terjadi interaksi dari unsur-unsur
diatas. Jadi yang harus diingat dalam membicarakan proses ialah dinamika dari pergerakan yang
menghubungkan unsur-unsur dalam sebuah proses. Banyak peneliti ilmu komunikasi terdahulu
berusaha untuk mengisolasi unsur-unsur komunikasi tanpa memperhatikan konsep proses.
Hasilnya mereka tidak dapat mendeterminasi unsur-unsur komunikasi dengan nyata ataupun
diragukan walau telah dideterminasi unsur-unsur komunikasi tersebut. Ada juga pendekatan lain
untuk menganalisa unsur-unsur komunikasi yang telah berorientasi kepada proses seperti
pendekatan teori “Jarum Suntik” (Hypodermic Needle). Pandangan konsep ini hanya menitik
beratkan pada bagaimana bekerjanya komunikasi itu. Deskripsinya membatasi hanya satu
komunikator (satu arah). Menurut teori ini adalah benar bahwa komunikasi itu terjadi satu arah
saja, misalnya surat kabar sajalah yang mempengaruhi pendapat masyarakat tanpa melihat
pendapat masyarakat juga mempengaruhi surat kabar.
Dengan konsep dapat dianalisis unsur komunikasi serta elemen-elemen yang penting
supaya komunikasi dapat terjadi. Misalnya kita ingin melihat unsur siapa yang berkomunikasi,
kepada siapa ditujukan, juga dapat dilihat sifat-sifat dari pesan, kepada orang ingin berkomunikasi
atau perbedaan cara dalam penyampaian pesan. Dengan singkat dapat kita daftar unsur-unsur
proses komunikasi yang harus diingat: (a) Kita memulai komunikasi; (b) Kita dapat merespon atau
menanggapi komunikasi tersebut; dan (c) Kita dapat menganalisis pesan yang disampaikan.
Pada bagian ini dibahas mengenai konsep dasar komunikasi sebagai landasan berpikir
dalam perumusan buku ini, yang meliputi 1) Pengertian Komunikasi, 2) Tujuan Komunikasi, 3)
Proses Komunikasi, dan 4) Hubungan Komunikasi dan Difusi.
Proses komunikasi merupakan suatu proses pengoperan (dan penerimaan) pesan dari
komunikator kepada komunikan. Poses komunikasi ini meliputi beberapa unsur atau komponen
komunikasi. Unsur-unsur komunikasi menurut Aristoteles yang dikutip oleh Berlo (1960:29) yaitu
"1) the person who speaks, 2) the speech that he produces, and 3) the person who listens".

19
1.5. Bentuk-bentuk komunikasi
Untuk lebih jelasnya, maka di bawah ini dicoba untuk dibahas bentuk-bentuk
komunikasi sebagai berikut :
• Komunikasi Primer dan Sekunder
Berdasarkan bentuknya primer dan sekunder, komunikasi pada dasarnya ada dua jenis
yaitu:
a) Komunikasi primer/komunikasi langsung
b) Komunikasi sekunder/komunikasi tidak langsung
• Berdasarkan besarnya sasaran
Komunikasi bisa dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :
a) komunikasi massa
b) komunikasi kelompok
c) komunikasi perorangan
• Berdasarkan arahnya
Pesan ada 2 bentuk yaitu :
a) Komunikasi satu arah
b) Komunikasi timbal balik
• Selain itu ada juga bentuk komunikasi lain seperti:
a) komunikasi sosial
b) komunikasi dua tahap
c) komunikasi berantai

BAB II
FIDELITY KOMUNIKASI
2.1. Pengertian fidelity
Fidelity komunikasi ialah suatu tingkat ketepatan yang memperkenalkan berhasilnya
komunikasi antara sumber pesan dan penerima pesan. Bertolak belakang dengan fidelity dikenal
noise (gangguan) yaitu yang menghambat berhasilnya komunikasi. Dengan kata lain jika tingkat
fidelity komunikasi tinggi maka noisenya akan semakin rendah, sebaliknya jika tingkat noise
tinggi maka fidelity rendah. Analisis fidelity dan unsur-unsur komunikasi telah dilakukan oleh

20
Berlo (1965) yang terdiri dari analisis unsur-unsur komunikasi yang terdiri dari sumber pesan,
pesan, saluran, dan penerima pesan.
Fidelity sumber pesan paling sedikit dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi, sikap
terhadap diri sendiri, isi pesan sedangkan Fidelity penerima pesan ditentukan oleh tingkat
pengetahuan (materi pesan dan keadaan penerima pesan) dan sistem sosial budaya dimana
penerima berada. Fidelity penerima pesan, paling sedikit dipengaruhi oleh keterampilan
berkomunikasi, sikap (terhadap diri sendiri), materi pesan dan kemauan menerima sumber pesan,
tingkat pengetahuan (terhadap materi pesan dan keadaan sumber pesan) dan kendisi sistem sosial
budaya dimana dia berada.
Fidelity pesan dipengaruhi oleh kode pesan, isi pesan dan perlakuan yang diberikan pada
pesan Fidelity saluran (media) dipengaruhi oleh penyandi (encoder) dan penterjemah
sandi(decoder). Dalam hal ini harus dipertimbangkan penggunaan secara maksimal dari alat paca
indera. Pemilihan saluran mana yang akan dipergunakan tergantung dari apa saja yang tersedia,
misal berapa uang yang tersedia dan apa saja pilihan pendengar. Dalam hal ini pilihan akhir juga
dipengaruhi oleh jenis media mana yang banyak digunakan orang, media mana yang terbesar
dampaknya, media mana yang paling sesuai dengan tujuan serta media mana yang sesuai dengan
isi pesan dan menyenangkan penerima pesan.
Di atas telah dikemukakan bahwa fidelity adalah suatu tingkat ketepatan dalam
berkomunikasi yang memperkenalkan keberhasilan komunikasi antara pihak sumber dan penerima
pesan. Seorang encoder memiliki ketepatan/fidelity tinggi bila ia mampu mengekspresikan
arti/maksud dan tujuan sumber dengan baik. Seorang decoder akan memiliki ketepatan yang tinggi
bila ia juga dapat menterjemahkan pesan kepada penerima dengan sempurna. Shannon dan Weaver
mereka adalah pakar komunikasi yang mengemukakan konsep “noise”, dimana noise ini
merupakan suatu gangguan dalam berkomunikasi. Misalnya, adan pesan lain yang berinterferensi
dengan pesan yang ingin disampaikan. Gangguan ini akan memperkecil efektifitas komunikasi.
“Noise” (gangguan) merupakan lawan dari fidelity. Keduanya merupakan faktor yang
menunjukkan tingkat efektifitas dalam proses komunikasi.
Faktor-faktor yang penting dalam menilai fidelity sumber encoder adalah :
• Keterampilan berkomunikasi
• Sikap
• Tingkat pengetahuan

21
Keterampilan dalam berkomunikasi menunjukkan tingkat ketepatan yang dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: (1) dengan mempengaruhi kemampuan untuk menganalisis maksud/tujuan,
dan (2) mempengaruhi kemampuan untuk menyandi pesan yang akan mengekspresikan apa yang
diharapkan. Apabila kita menuliskan suatu pesan, maka kita berusaha menggunakan kata-kata
yang menjelaskan maksud tertentu. Karenanya kita harus mengeja/menulis suatu kata, sehingga
dapat dimengerti oleh penerima pesan. Begitu juga bila akan berbicara maka kita harus tahu
mengucapkan kata-kata tersebut, bagaimana kita menanggapi/menginterpretasikan pesan-pesan
yang disampai-kan oleh orang lain yang kita ajak berbicara dan sebagainya.
Berpikir adalah suatu proses pelibatan unsur-unsur tertentu untuk menghasilkan suatu
keputusan. Bahasa dan kemampuan dalam berkomunikasi sangat mempengaruhi cara berpikir.
Jadi kata-kata yang ingin disampaikan dan cara kita merangkaikan kata-kata tersebut akan
mempengaruhi: (a) apa yang kita pikirkan, dan (b) bagaimana kita mau berpikir. Proses berpikir
selalu dikaitkan dengan pengalaman obyek spesifik dan kongkrit (nyata). Sapir dan Whorf
(mereka ahli psikologi massa) menyatakan bahwa pengetahuan bahasa seseorang akan
mempengaruhi persepsi dan pikirannya yaitu menentukan sikap apa saja yang dilihatnya, apa saja
yang dipikirkannya, dan metode apa yang digunakannya untuk mengambil keputusan.
Memberikan nama/penemuan terhadap sesuatu sangat penting untuk proses berpikir.
Fasilitas pengetahuan bahasa dari sumber komunikasi merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses komunikasi. Keterbatasan mengekspresikan tujuan akan di-rasakan
seseorang jika mereka tidak memiliki keterampilan menyandi pesan. Selain itu kekurangan
keterampilan berkomunikasi akan membatasi ide-ide yang penting dan akan membatasi pula
pengetahuan kita untuk melakukan manipulasi ide-ide tersebut dengan cara berpikir.

2.2. Proses Belajar dalam Komunikasi


Proses belajar dalam komunikasi (learning) yaitu usaha mengetahui sesuatu hal yang
disebabkan karena adanya suatu rangsangan yang diterima seseorang dan orang tersebut
memberikan jawaban terhadap rangsangan tersebut. Dengan kata lain “learning” terjadi apabila
ada suatu rangsangan, kemudian rangsangan tersebut diterima, diterjemahkan, dan ia mengadakan
jawaban terhadap rangsangan tersebut. Dalam komunikasi maka rangsangan ditimbulkan oleh
sumber pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan).

22
Paling sedikit ada 5 (lima) hal untuk memperkuat hubungan antara pihak sumber dan pihak
penerima, yaitu :
• Frekuensi terulangnya rangsangan
• Isolasi rangsangan dari pengaruh-pengaruh luar
• Jumlah penghargaan
• Tenggang waktu antara respon dan penghargaan
• Jumlah (banyaknya) usaha (tenaga) yang diperlukan untuk menjawab.
Learning sebagai suatu perubahan dalam hubungan yang tetap antara sumber – pesan dan
penerima – pesan ialah (a) adanya suatu rangsangan yang diamati (diterima) oleh individu, dan (b)
adanya suatu respon (tanggapan) yang dibuat individu secara tertutup dan terbuka. Pada
hakekatnya dalam “learning” timbul beberapa kejadian yang berurutan yakni :
• Adanya rangsangan
• Persepsi rangsangan oleh individu
• Interpretasi rangsangan
• Tanggapan percobaan terhadap rangsangan
• Persepsi akibat dari tanggapan percobaan tersebut
• Ulangan interpretasi dan akibat serta membuat jawaban lanjutan
• Mengembangkan hubungan yang mantap: rangsangan, tanggapan akan menimbulkan
kebiasaan (habit).
Pada dasarnya proses “learning” sama halnya dengan proses komunikasi. Unsur-unsur
kedua proses tersebut adalah :
Tabel 1. Unsur-unsur Learning dan Komunikasi
Unsur-unsur Learning Unsur-unsur Komunikasi
1. Individu 1. Sumber
2. Rangsangan 2. Pesan
3. Persepsi dari rangsangan 3. Penyandi
4. Interpretasi dari rangsangan 4. Penerima
5. Tanggapan terbuka 5. Penterjemah
6. Akibat tanggapan 6. Umpan Balik

23
Unsur learning dan komunikasi juga terdapat tanggapan atau umpan balik. Arti dari
Umpan balik (feed back) ialah suatu tanggapan dari penerima pesan terhadap pesan yang
disampaikan oleh sumber pesan. Pada kenyataannya ada umpan balik yang bersifat positif
(menyenangkan sumber) namun sebaliknya ada juga umpan balik yang bersifat negatif (yaitu
umpan balik yang tidak menyenangkan sumber).
Model “sumber – pesan – saluran – penerima” dalam suatu proses komunikasi lebih
mengutamakan pentingnya pengertian tingkah laku pihak komunikator dan komunikan sebagai
syarat bagi suatu proses analisis komunikasi. Jika komunikasi diharapkan dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang maka kita harus mengerti dahulu variabel-variabel dan proses tingkah laku
yang mendasar serta perubahan tingkah laku apa saja yang terjadi di dalamnya
Meskipun dalam model komunikasi kita memisahkan antara komunikaor (sumber) dan
komunikasn (penerima) yang keduanya dipengaruhi oleh beragam perubahan dalam tiap tingkah
lakunya, tetapi untuk suatu analisis komunikasi berlaku sama terhadap keduanya.
Ada tiga pendekatan yang dilakukan untuk meng-analisis tingkah laku dalam
berkomunikasi, yaitu :
• Secara psikologi individual/perorangan: yaitu apa yang terjadi dalam tingkah lakunya sejak
waktu pesan itu diterima sampai kepada tanggapan yang timbul padanya.
• Secara sosiologis: ditekankan bagaimana hubungan antara perorangan atau kelompok
dalam ber-komunikasi adalah sangat menentukan.
• Psiko sosial: merupakan gabungan antara faktor pribadi dengan faktor sosial dalam proses
komunikasi.
Ketiga pendekatan di atas bukanlah hal yang berdiri sendiri tetapi saling berkaitan yang
menerangkan bagaimana, mengapa, kapan, dengan siapa dan akibat apa seseorang itu bertingkah
laku. Berbicara tentang komunikasi dalam kaitannya dengan pribadi yakni membicarakan proses
belajar. Kita dapat mengambil secara khusus dan membicarakan unsur-unsur dalam proses belajar
itu serta hubungan antara unsur-unsur yang saling berkait tersebut.
Rangsangan adalah sesuatu yang diterima seseorang melalui panca indera yang dapat
menimbulkan sensasi/gejolak padanya. Tanggapan adalah suatu reaksi dari suatu tingkah laku
yang dipancing keluar karena adanya rangsangan. Ada dua macam kategori dari tanggapan, yaitu:
• Tanggapan terbuka (overt), yang dapat diamati langsung
• Tanggapan tertutup (covert), yang pribadi.

24
Baik tanggapan terbuka maupun tanggapan tertutup keadaannya sangat relatif. Bisa terjadi
tanggapan terbuka menjadi tanggapan tertutup demikian juga sebaliknya.

2.3. Makna dalam proses komunikasi


Proses komunikasi tidak hanya terdiri dari kegiatan pemindahan pengertian dari pihak
komunikator kepada komunikan, demikian pula pengertian bukan pada perkataan (bahasa) atau
pesan, akan tetapi pada orang. Namun demikian “bahasa” adalah alat utama dalam komunikasi.
Berbagai teori asal-usul bahasa, seperti contohnya “ding dong, pooh-pooh, dan yun-yun”. Tidak
ada satu teori pun yang tinggi memiliki derajat kepercayaan yang tinggi terhadap materi pesan.
Asumsi yang paling dapat diterima asal-usul bahasa ialah :
• Bahasa terdiri dari satu set lambang nyata (berupa kamus), tambah penuh arti cara untuk
menyusunnya.
• Lambang-lambang bahasa dipilih secara kebetulan, tidak merupakan yang pasti atau
diberikan Tuhan secara langsung.
• Orang membangun bahasa sendiri di bawah prinsip yang dari interpretasi, respon, dan
penghargaan yang mengatur semua usaha mengetahui sesuatu.
• Manusia lambat laun membangun (menciptakan) bahasa agar dapat menyampaikan
maksudnya kepada orang lain. Mempengaruhi (memperoleh) orang lain mempunyai
pengertian yang sama dan membuat respons (tanggapan) untuk meningkatkan
kesanggupan untuk mempengaruhi.
Pengertian dari makna-makna sesungguhnya adalah melihat definisi bahasa, akan tetapi
makna sebenarnya bukan pada bahasanya saja melainkan juga mempelajari makna sesungguhnya
mempelajari setiap respons yang masuk untuk setiap rangsangan yang diterima. Beberapa
implikasi dari definisi makna :
• makna ada pada orang.
• makna adalah hasil dari faktor-faktor dalam individu yang berhubungan dengan faktor-
faktor dalam dunia fisik (nyata) disekelilingnya.
• orang hanya mempunyai makna yang sama, hanya sampai pada pengalaman yang sama,
atau dapat mengantisipasi pengalaman yang sama.
• makna tidak selalu tetap, pengalaman berubah makna juga berubah.
• hampir tidak ada dua orang mempunyai makna yang tepat sama untuk sesuatu.

25
• orang akan selalu respon terhadap rangsangan dalam konteks pengalaman sendiri.
• memberikan orang suatu makna atau merubah makna mereka untuk suatu rangsangan,
harus ada sepasang rangsangan dengan satu rangsangan yang telah mempunyai pengertian.
• Dalam usaha mempelajari makna.
Salah satu problem dalam komunikasi adalah penyuluhan atau kesalahan dalam
mengatakannya karena adanya perbedaan makna. Sebagai contoh sering terjadi dalam situasi
penulisan teknis. Andaikata seorang reporter menginterview seorang ilmuwan tentang
sejarah/cerita tentang pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan ilmuwan tersebut. Ilmuwan
tersebut menerangkan suatu proses baru yang telah dikerjakannya. Hari berikutnya ilmuwan
tersebut membaca cerita yang ditulis oleh reporter tadi. Semua itu salah, hal itu tidak menggambar
apa yang diungkapkan oleh ilmuwan tadi. Akhirnya ilmuwan tersebut marah kepada reporter tadi,
menolak untuk memberi penjelasan-penjelasan/interview lebih banyak lagi.
Dalam pekerjaan penyuluhan pertanian, penyuluh seringkali mendapat pertanyaan dari
para petani/peternak seperti, “Bagaimana saya dapat menghindarkan babi-babi saya dari
kematian?” Seringkali penyuluh menolong para petani/peternakan dengan jalan memberikan
buletin ilmiah yang disajikan oleh ilmuwan-ilmuwan pemerintah dalam “Perlakuan dan pemberian
makanan yang baik bagi babi.” Para petani membacanya sampai habis dan kemudian berhenti
sebab ia tidak dapat menemukan jawaban dari pertanyaannya. Jika ia mengeluh penyuluh tersebut
sering kali melakukan pembelaan dengan berkata “Tetapi saya sudah memberikan padanya apa
yang ingin ia ketahui”. Kejadian seperti diatas dapat terjadi karena adanya kepercayaan bahwa
makna ada dalam kata-kata dan bahwa komunikasi tersusun atas kata-kata yang tepat – dan
menyampaikannya kepada penerima. Jika penerima tidak mengerti kata-kata tadi maka sumber
mengatakan sesuatu mengenai pesan tersebut “Saya tidak dapat memberinya pengertian, saya
hanya dapat memberinya informasi”. Kerusakan komunikasi, sebab sumber percaya bahwa
“makna” hanya ada di dalam kata-kata, bukan ada pada orang.
Kita dapat berkata bahwa “makna” ada di dalam orang-orang, bahwa kata-kata tidak
mempunyai arti. Makna adalah khas/personal, berbeda dari tiap orang ke orang lain. Untuk
menunjukkan dasar dari keadaan tersebut, kita perlu melihat bagaimana orang-orang belajar
makna dan apa yang kita maksud dengan “makna” ketika kita mengatakan bahwa makna
merupakan sifat/milik dari orang-orang.

26
Banyak masalah yang dihadapi dalam perkembangan suatu komunikasi, hal ini disebabkan
seseorang sering melupakan penyebab-penyebabnya antara lain bahwa tidak boleh lupa bahwa
“lambang kata” bukan benda, hal tersebut hanyalah pelembagaan benda saja. Arti dari kata tidak
ada yang pasti atau tidak diberikan Tuhan. Makna bukan pada kata-kata, tetapi ada pada orang.
Tiap-tiap orang tidak akan selalu mempunyai makna yang sama untuk satu kata. Kita tidak akan
memberikan reaksi hingga kita yakin akan makna yang diharapkan penggunaannya. Kata adalah
tulisan singkat. Kita menggunakannya sebagai pengganti sesuatu untuk memudahkan. Pada waktu
kita menggabungkan kata-kata, kita banyak belajar dari kata tersebut.
Semua yang diuraikan tentang belajar makna adalah analog dengan uraian sebelumnya,
yaitu proses belajar dalam komunikasi. Kita belajar bahasa adalah sama halnya seperti
mempelajari hal-hal lain. Rangsangan yang diberikan terbatas oleh pengalaman yang dimiliki
seseorang. Belajar bahasa erat sifatnya dengan proses komunikasi. Makna adalah interpretasi kita,
tingkah laku sumber dan penerima yang kita bentuk dalam diri kita sendiri. Komunikasi adalah
suatu proses. Hal tersebut melibatkan sumber, dengan makna tertentu, yang memilih kata dan
kalimat buat penerima, yang mempunyai makna tertentu. Komunikasi akan berhasil hanya bila
penerima mengartikan pesan dan bila mengartikannya sama seperti yang diharapkan sumber.
Makna itu sendiri adalah suatu proses. Sumber dapat dinilai dari kemampuan mereka
memilih dan menyusun kata-kata yang mendatangkan mana yang diharapkan dari penerima, cara
memandang lingkungannya, melengkapi pengetahuan penerima yang tidak dimiliki sebelumnya.

2.4. Interaksi Dalam Komunikasi Inter Personal


Dasar konsep dari saling ketergantungan dapat diilustrasikan dengan definisi kemungkinan
hubungan antara dua konsep A dan B. Saling ketergantungan merupakan suatu keadaan resiprokal.
Jika A mempengaruhi B, dan B mempengaruhi A, maka A dan B saling ketergantungan. Ada tiga
tingkat ketergantungan dalam proses komunikasi :
• Ketergantungan pertama: fisikal definisional, artinya secara fisik sumber dan penerima
saling ketergantungan tetapi sebenarnya secara komunikasi tidak.
• Ketergantungan kedua: aksi reaksi, artinya aksi dari sumber pesan akan menyebabkan
reaksi dari penerima pesan demikian juga sebaliknya.
• Ketergantungan ketiga: Harapan (empathy

27
BAB III
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KOMUNIKASI

3.1. Pemberdayaan Masyarakat


Program pemberdayaan masyarakat melalui proses komunikasi sesunguhnya bertujuan
memecahkan masalah ketidakmampuan yang dihadapi masyarakat, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok dalam masyarakat. Sifat dari program pemberdayaan masyarakat melalui
proses komunikasi akan senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan dan perubahan
masalah ketakberdayaan masyarakat, serta seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
komunikasi yang ada. Dilain pihak adanya perkembangan ilmu komunikasi dan berkembangnya
tingkat hidup masyarakat akan mempengaruhi pula perkembangan kehidupan masyarakat itu
sendiri dalam melakukan proses komunikasi.
Pada masa lampau, sewaktu kehidupan manusia masih sederhana, mereka hanya hidup dari
berburu dan menangkap ikan serta mengembara dari satu tempat ke tempat lain, belum ada
masalah perumahan yang rumit seperti sekarang, masalah komunikasi yang ada sangat sederhana,
masalah transportasi, dan lain sebagainya hampir tidak ada kendala. Kemudian, setelah manusia
mulai bercocok tanam dan berternak, serta setelah mereka mulai tinggal menetap di suatu tempat
dan mendirikan rumah untuk tempat mereka berlindung dan berteduh, mulailah muncul masalah-
masalah komunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Dengan munculnya ilmu pengetahuan dan
ilmu komunikasi yang berkembang dengan sangat pesatnya, maka manusia mulai mengenal
mesin-mesin modern, radio, telepon, TV, handphone dan lain-lain seperti sekarang ini, sehingga
masalah yang dihadapi menjadi lebih kompleks lagi. Manusia mulai pusing memikirkan
bagaimana menghindarkan dan menyelamatkan dirinya dari gangguan komunikasi, pencemaran
udara dan berbagai kecelakaan.
Jelaslah dengan meningkatnya kehidupan dan kemajuan manusia serta dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka meningkat pula masalah-masalah yang
dihadapi, serta meningkat pula program pembangunan yang diperlukan untuk menanggulanginya.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi contohnya maka proses
komunikasi yang dilaksanakan sekarang ini sudah sangat jauh lebih maju dibandingkan dengan
program-program pembangunan dimasa lalu.

28
Dari uraian di atas, jelas bahwa perilaku dan pola kehidupan manusia itu sendiri
mempunyai pengaruh penting terhadap munculnya masalah-masalah dalam berkomunikasi. Oleh
sebab itu, manusia perlu disadarkan akan peran dan potensi yang dimilikinya dalam memecahkan
masalah-maasalah komunikasi yang selalu dihadapinya. Perubahan perilaku atau kebiasaan hidup
merupakan salah satu faktor penting dalam terciptanya komunikasi yang efektif dan semakin
disadari pula peranannya dikalangan para pemimpin. Hal ini mempengaruhi keijaksanaan dan
pendekatan yang diambil dalam program-program pengembangan teknik-teknik komunikasi.
Beberapa fakta dibawah ini akan mendukung pernyataan di atas.
Pemerintah Amerika Serikat, dalam program komunikasi untuk tahun 1980-an
menyatakan, bahwa disamping mereka harus terus berusaha memperbaiki sistim pelayanan yang
timpang dan tidak merata, dalam jangka panjang, hasil terbesar akan dicapai melalui usaha-usaha
memperbaiki kebiasaan hidup semua masyara-kat Amerika dan lingkungannya. Organisasi
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan yang beranggotakan negara-negara Australia, Austria,
Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Republik Federasi Jerman, Yunani, Eslandia,
Irlandia, Italia, Luxemburg, Negeri Belanda, New Zealand, Norwegia, Portugal, Spanyol, Swiss,
Turki, Inggris dan Amerika Serikat, melaksanakan suatu studi dalam tahun 1975 tentang
pendekatan-pendekatan baru dalam Sistim Pelayanan Komunikasi.
Hasil Studi tersebut melaporkan, bahwa pembangunan jaringan komunikasi merupakan
bagian integral daripada pembanguan sosial ekonomi dan budaya, serta sangat menyarankan
adanya usaha peningkatan pendapatan dengan cara memberikan pengertian kepada masyarakat
dan cara-cara untuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi melalui usahanya serta
membantu mereka untuk merubah cara-cara hidup mereka yang sekarang seperti penggunaan
internet dan IT dan semacamnya untuk kegiatan bidang pertanian. Semua ini diperkuat lagi oleh
hasil studi Victor Fuchs, yang menyatakan bahwa dengan memperbaiki institusi-institusi
pemerintah melalui penyelenggaraan program-program baru, maka kita memang terbiasa
membuat pelayanan komunikasi yang lebih merata dan lebih efisien, namun potensi terbesar untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat terletak pada apa yang dilakukan masyarakat itu sendiri
berkaitan dengan kemajuan teknologi di bidang komunikasi.
Contoh-contoh tentang keadaan komunikasi di negeri-negeri yang sedang berkembang,
misal Indonesia, akan menambah keyakinan kita betapa eratnya kaitan antara pola kehidupan
masyarakat dengan masalah pengembangan iptek komunikasi. Negeri-negeri yang sedang

29
berkembang sampai saat ini masih dihimpit oleh penyakit-penyakit klasik seperti malaria, kholera,
tuberkulosa dan sejenisnya, sedangkan di negara-negara maju kondisi tersebut sudah tidak menjadi
masalah lagi. Sementara itu, di negara-negara yang sedang berkembang, keiatan pembangunan
yang dilaksanakan dewasa ini, tidak terbiasa untuk mau berpaling guna penerapan teknologi
modern dengan segala pengaruh dan akibat sampingannya, seperti: pendirian pabrik-pabrik dengan
segala bahaya pencemarannya, penggunaan kendaraan-kendaraan bermotor dengan bahaya
kecelakaan yang dimungkinkannya, penggunaan berbagai pewarna dan pengawet untuk beraneka
makanan dan minuman dengan kemungkinan adanya bahaya kanker, pola kehidupan yang serba
menegangkan dengan pengaruh buruk terhadap kesehatan saraf.
Jadi negara-negara yang sedang berkembang belum bebas dari masalah klasik, masih
terancam lagi oleh masalah-masalah kelaparan akibat kurangnya penerapan berbagai teknologi
modern, yang semuanya menyangkut perilaku atau kebiasaan hidup mereka, yang hanya berbeda
dengan negara-negara maju adalah jenis dan ruang lingkupnya saja.
Dari semua uraian dan contoh di atas cukup jelas, betapa besar dan beratnya tanggung
jawab penyuluh dalam mengemban tugas “membantu individu maupun masyarakat secara
keseluruhan merubah kebiasaan hidupnya yang dari berusahatani konvensional menjadi pertanian
yang modern. Mengapa hal ini menjadi tugas Penyuluhan Pertanian? Karena bidang gerak
Penyuluhan Pertanian adalah berpusat pada usaha perubahan perilaku yang berkaitan dengan
meningkatkan produktivitas hasil pertanian, baik perilaku individu petani maupun perilaku
masyarakat tani secara keseluruhan.
Keadaan pertanian di Indonesia menunjukkan bagaimana tenaga penyuluhan pertanian
kurang mendapat perhatian yang cukup besar dalam mencapai tujuan pembangunan di bidang
pertanian. Di dalam pembangunan pertanian sesungguhnya penyuluh merupakan ujung tombak
bagi peningkatan kesadaran petani agar dapat mewujudkan hasil pertanian yang optimal, sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Salah satu dari kebijaksanaan umum
yang digariskan ialah: penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilaksanakan secara menyeluruh
terpadu, merata dan dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh masyarakat dengan peran serta
masyarakat.
Lagi-lagi hal ini merupakan bidang geraknya Penyuluhan pertanian. Karena itu, dalam
pembangunan pertanian diarahkan untuk menunjang upaya ketahanan pangan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa peran Penyuluh mutlak harus ada sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

30
program-program pembangunan pertanian. Hal ini tidak hanya di negara-negara sedang
berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa
dan sebagainya.
Kesimpulan di atas membawa kita pada pemikiran, bahwa selain pengetahuan tentang
pertanian, seorang penyuluh harus juga mempunyai pengetahuan tentang mengubah perilaku
petani dengan segala faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsung dan berubahnya
perilaku tersebut. Selanjutnya, seorang penyuluh pertanian harus juga mempunyai pengetahuan
dan keterampilan dasar tentang cara-cara membantu petani atau masyarakat merubah perilakunya
menuju cara-cara berusaha tani yang lebih efisien dan efektif. Dalam buku ini dikemukakan juga
beberapa pengertian tentang perilaku sehubungan dengan kegiatan usahatani, cara-cara perubahan
perilaku, inovasi, difusi daripada inovasi dan proses penerimaan atau penolakan suatu inovasi baru,
demikian juga cara-cara penyuluhan untuk membantu individu, kelompok ataupun masyarakat
dalam perubahan perilaku petani.

3.2. Perilaku Masyarakat dalam Berkomunikasi


Untuk bisa membantu individu atau masyarakat merubah perilakunya dalam
berkomunikasi, perlu dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsung atau
berubahnya perilaku petani tersebut. Dengan perkataan lain, perlu diketahui mengapa individu atau
masyarakat petani berperilaku tertentu yakni tidak mau mengikuti anjuran.
Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak didalam diri individu
orang itu sendiri yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya, yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungannya.
Pada masyarakat yang masih primitip, kebutuhannya hanya berhenti pada kebutuhan dasar
ini saja, sedanagkan pada masyarakat yang lebih tinggi tingkatannya, selain memenuhi kebutuhan
dasar di atas, juga mereka mempunyai kebutuhan yang lebih tinggi lainnya.

3.3. Perubahan perilaku


Sehubungan dengan terjadinya perubahan perilaku petani, Matthews mengemukakan
suatu hypothesa bahwa untuk terjadinya suatu perubahan perilaku maka ada 3 (tiga) unsur yang
saling berpengaruh, hal ini dapat dilukiskan dengan suatu rumus sebagai berikut:

31
dimana:
P = kemungkinan bahwa seseorang atau sekelompok individu akan berbuat sesuatu
p = kemungkinan yang diperkirakan oleh yang bersangkutan, ahwa apa yang akan dilakukannya
itu akan bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
i = pentingnya tujuan tersebut menurut yang bersangkutan dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain
yang ingin juga dicapai
e = bagian dari seluruh sarana yang ada, maupun usaha yang menurut yang bersangkutan diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan. Sarana mencakup biaya, materi, waktu dan lain-lain.

P, p, i dan e mempunyai nilai antara 0 dan + 1.


Dengan perkataan lain, Matthews mengemukakan bahwa kemungkinan seseorang akan
berbuat sesuatu ter-gantung dari hasil perpaduan dan kemungkinan bahwa kegiatan yang dilakukan
seseorang akan bisa mencapai tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut yang
bersangkutan, sarana dan prasarana maupun usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

3.4. Inovasi Dan Proses Difusi


Di bagian terdahulu sudah dibicarakan tentang perubahan perilaku. Dalam perubahan
perilaku, berarti yang bersangkutan mulai menterapkan sesuatu yang baru, lain daripada yang
sebelumnya. Sesuatu yang baru ini disebut inovasi, yang bisa berupa pemikiran maupun benda-benda
atau tindakan yang baru. Agar inovasi ini bisa dikenal dan diterima oleh masyarakat, perlu ia
disebarkan dan disampaikan kepada masyarakat. Penyebaran inovasi ini disebut difusi daripada
inovasi.
Ada 4 unsur pokok dalam proses difusi suatu inovasi, dalam hal ini difusi ialah suatu
komunikasi yang khusus, yaitu komunikasi daripada inovasi. Kalau yang dikomunikasikan itu bukan
suatu inovasi, maka komunikasinya adalah komunikasi biasa, tidak disebut difusi.
Ada 4 (empat) unsur pokok dalam menciptakan terjadinya proses difusi, yaitu:
1. Inovasinya sendiri,
2. Saluran komunikasinya,
3. Waktu tertentu yang diperlukan,
4. Individu-individu sebagai anggota suatu sistim sosial.

32
Umumnya, difusi berlangsung dari golongan dengan tingkat sosial yang lebih tinggi ke
golongan dengan tingkat sosial yang lebih rendah. Jadi dari masyaralkat golongan atas ke
masyarakat golongan bawah atau bisa juga horizontal yang menyebar dikalangan mereka dengan
tingkat sosial yang sama. Ini perlu diketahui, agar kita tidak mulai memperkenalkan inovasi dari
bawah, tetapi mulailah dari mereka yang mempunyai tingkat sosial menengah atau tinggi.

3.5. Sistem Sosial Dalam Komunikasi


Manusia harus berkomunikasi dengan orang lain dalam masyarakat, dengan suatu sistem
sosial dimanamereka berada, yang akan mempengaruhinya untuk mencari keperluannya. Faktor-
faktor dalam sistem sosial adalah: tingkah laku (perilaku), posisi, prestise, dan
kebanggaan. Fungsi-fungsi dan norma norma dalam sistem sosial akan berpengaruh terhadap
komunikasi. Demikian juga dimensi tujuan grup akan mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi dan sistem sosial:
• Sistem sosial dihasilkan melalui komunikasi.
• Sekali sistem sosial telah berkembang, itu akan menentukan komunikasi anggota-
anggotanya.
a. Komunikasi mempengaruhi sistem sosial, sistem sosial mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi tidak berfungsi karena kesulitan prediksi dari: fungsi tingkah laku dan fungsi
kedudukan. Fungsi ganda: dalam hal ini menunjukkan golongan adalah sistem sosial yang menjadi
titik petunjuk bagi individu, dimana grup mempunyai norma-norma, fungsi tingkah laku adalah
sangat penting kepada tingkah lakunya dan kepercayaannya.
Konflik antara fungsi dan norma mungkin terdapat dalam sistem yang satu dengan sistem yang
lain. Komunikasi melewati sistem yang berbeda akan terdapat peningkatan hambatan-hambatan
yang dihadapi.
Dalam kehidupan sehari-hari ada kecenderungan bahwa orang lebih senang berinteraksi
dengan orang lain yang mempunyai kesamaan dalam beberapa atribut. Misalnya kesamaan dalam
hal tingkat pengetahuan, status, sikap, dan sistem nilai. Mengapa orang menyukai hal yang
demikian, karena respon komunikasi sesuai dengan harapan komunikator, ketepatan komunikasi
lebih terjamin, tidak diperlukan usaha yang berat untuk saling mengerti, dan tujuan komunikasi
dapat tercapai dengan baik.

33
Interaksi yang terjadi pada situasi di atas biasanya hanya melibatkan partisipan komunikasi
dalam jumlah terbatas, dimana sebelumnya telah saling mengenal dan mempunyai pengalaman
berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Pada keadaan ini mereka tidak mengalami kesulitan
dalam melakukan pendugaan-pendugaan terhadap perilaku lawan bicara. Dengan kata lain mereka
dapat saling berempati dengan baik sehingga tercapai efektivitas dalam komunikasi. Akan tetapi
situasi komunikasi tidak selalu demikian terjadinya. Dalam keadaan tertentu dapat dijumpai bahwa
komunikator menghadapi komunikan dalam jumlah yang relatif banyak dan dengan kondisi yang
sangat beragam. Disamping itu, antara komunikator dan komunikan belum saling mengenal dan
tidak mempunyai pengalaman berkomunikasi satu sama lain.
Dalam situasi komunikasi yang demikian, akan sulit dilakukan empati terhadap perilaku
individual. Empati yang dilakukan pada situasi tersebut akan memakan waktu dan energi yang
sangat banyak. Oleh karena itu dilakukan pendekatan yang lain yang lebih memungkinkan untuk
menduga perilaku partisipan komunikasi. Pendugaan ini dilakukan dengan mengadakan
pendugaan sistem sosial dalam konteks budaya dan masyarakat setempat. Masalah yang akan
disoroti dalamhal ini ialah bagaimana dalam suatu matriks komunikasi, unsur-unsur dalam sistem
sosial saling mempengaruhi dan bagaimana pengaruh unsur-unsur sistem sosial terhadap perilaku
komunikasi.
Sistem sosial merupakan pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antara individu
dalam masyarakat, antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu itu sendiri
(Linton, 1956). Di dalam sistem sosial terdapat komponen-komponen yang satu sama lain saling
berinteraksi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Rogers, E.M., 1983). Dalam konteks
kebudayaan, sistem sosial ini merupakan salah satu wujud dari kebudayaan rasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam berhubungan dengan sesamanya
Sedangkan matriks komunikasi dapat diartikan sebagai suatu gambaran hubungan antara
unsur-unsur dalam sistem sosial dan pengaruhnya terhadap perilaku komunikasi anggota-anggota
sistem sosial. Untuk memperoleh gambaran tersebut, unsur-unsur sistem sosial perlu dikaji dengan
melihatnya sebagai dua komponen yang terpisah, yaitu struktur sosial dan norma sistem.
Pemisahan kedua komponen sistem sosial itu semata-mata hanya untuk keperluan analisis saja
karena pada kenyataannya kedua komponen tadi sebenarnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Norma
sistem adalah jiwa dari sistem sosial, sedangkan struktur sosial merupakan kerangka atau
bangunan dari sistem sosial itu sendiri.

34
BAB IV
PERAN KOMUNIKASI TERHADAP KOMODITI KELAPA SAWIT
4.1.Komoditi Sawit
Komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat
diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan
dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh
investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah suatu produk yang
diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks.
Karakteristik dari Komoditas yaitu harga adalah ditentukan oleh penawaran dan
permintaan pasar bukannya ditentukan oleh penyalur ataupun penjual dan harga tersebut adalah
berdasarkan perhitungan harga masing-masing pelaku Komoditas contohnya adalah (namun tidak
terbatas pada): mineral dan produk pertanian seperti bijih besi, minyak, ethanol, gula, kopi,
aluminium, beras, gandum, emas, berlian atau perak, tetapi juga ada yang disebut produk
"commoditized" (tidak lagi dibedakan berdasarkan merek) seperti komputer
Dalam ilmu linguistik, kata "Komoditas" ini mulai dikenal dan dipergunakan di Inggris
pada abad ke 15 yang berasal dari bahasa Prancis yaitu "commodité" yang berarti "sesuatu yang
menyenangkan" dalam kualitas dan layanan.
Dalam akar bahasa Latin disebut commoditas yang merujuk pada berbagai cara untuk
pengukuran yang tepat dari sesuatu ; keadaan waktu ataupun kondisi yang pas, kualitas yang baik;
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau properti; dan nilai tambah atau keuntungan.
Sejarah kelapa sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia berawal pada tahun 1848, ketika
orang Belanda membawa empat biji kelapa sawit dari Bourbon, Mauritius, dan Hortus Botanicus,
Amsterdam, Belanda. Keempat biji kelapa sawit itu kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan
ternyata berhasil tumbuh dengan subur. Setelah berbuah, biji-biji dari induk kelapa sawit tersebut
disebar ke Sumatra.

4.2. Teori Komunikasi untuk Komoditi Kelapa Sawit


Agribisnis lazimnya didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan mulai proses produksi, panen,
pasca panen, pemasaran dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian tersebut
(Soekartawi, 2003). Karena peran ICT juga merambah pada kegiatan pertanian, maka muncullah istilah e-
Agriculture dan e-Agribusiness. Jadi eAgriculture dan e-Agribusiness pada dasarnya adalah pemanfaatan
ICT dalam bidang pertanian atau bisnis di bidang pertanian. Dengan kata lain eAgribusiness adalah e-
business di bidang pertanian. Definisi serupa juga disampaikan oleh Ingale et al. (2007).

35
Lazimnya teknologi ini dikelompokkan menjadi tiga besar, yaitu teknologi audio-video, komputer
dan komputer yang terakses internet. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Soekartawi,
2006): a. Pengertian ‘Teknologi Audio dan Video’, dalam konteks ini, adalah telepon, voice mail telephone,
radio, audio, televisi, vidiotape, video text, video messaging. Dengan teknologi audio dan video, maka
bukan saja dokumen perdagangan barang dan jasa saja yang dapat dilaksanakan dengan cara ini, tetapi juga
bahan promosinya dapat disimpan di audio-kaset, video-kaset, dsb-nya. b. Pengertian ‘Teknologi
Komputer’ atau sering disebut ‘Computer Assisted Technology’ dalam konteks ini adalah sistem transaksi
barang dan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan jasa komputer; atau sering dikenal pula dengan
istilah Computer Assisted Trading. Penggunaan multimedia seperti animasi, graphics, power point, VCD,
CD-ROM, dan berbagai software komputer sering digunakan dalam cara ini. c. Pengertian ‘Teknologi Web
atau Internet’ dalam perdagangan sering pula dikenal dengan nama ‘On-line Trading’ atau ‘Web-based
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang
disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud mengubah tingkah laku mereka.
4.3.Penerapan teori komunikasi untuk komoditi kelapa sawit
Pada kegiatan ini, komunikasi merupakakan kegiatan utama dalam pupulerisasi. Karena
proses ini adalah proses penyampain informasi baik secara lisan, non lisan, tertulis dan visual

a) Lisan
Komunikasi verbal adalah penggunaan bahasa untuk mentransfer informasi melalui berbicara
atau bahasa isyarat. Ini adalah salah satu jenis yang paling umum, sering digunakan selama
presentasi, konferensi video dan panggilan telepon, rapat dan percakapan satu lawan
satu. Komunikasi verbal penting karena efisien (Social Libretext, 2021). Komunkasi verbal
digunakan dalam kegiatan pemasaran, dan promosi produk kelapa sawit. Komunikasi ini
digunakan oleh salesmen produk kelapa sawit, atau pada media radio, bahkan bisa
menggunakan lagu dalam kegiatan promosinya. Pada kegiatan penjualan, komunikasi lisan
digunakan para salesmen untuk menggaet pelanggan. Berikut adalah beberapa cara dalam
mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara verbal.
• Gunakan suara bicara yang kuat dan percaya diri. Apalagi saat menyampaikan informasi
kepada beberapa atau sekelompok orang, pastikan untuk menggunakan suara yang kuat
agar semua orang dapat dengan mudah mendengar Anda. Percaya diri saat berbicara
sehingga ide Anda jelas dan mudah dipahami orang lain.
• Gunakan mendengarkan secara aktif. Sisi lain dari penggunaan komunikasi verbal adalah
mendengarkan dan mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian. Keterampilan
mendengarkan secara aktif adalah kunci saat mengadakan rapat, presentasi, atau

36
bahkan saat berpartisipasi dalam percakapan empat mata. Melakukannya akan
membantu Anda tumbuh sebagai komunikator.
• Hindari kata-kata pengisi. Mungkin Anda tergoda, terutama selama presentasi, untuk
menggunakan kata-kata pengisi seperti “um,” “seperti”, “jadi” atau “ya.” Meskipun
mungkin terasa alami setelah menyelesaikan kalimat atau berhenti sejenak untuk
mengumpulkan pikiran Anda, hal itu juga dapat mengganggu audiens Anda. Cobalah
menyajikan kepada teman atau kolega tepercaya yang dapat menarik perhatian saat
Anda menggunakan kata-kata pengisi. Cobalah untuk menggantinya dengan menarik
napas saat Anda tergoda untuk menggunakannya.

b) Tertulis
Komunikasi tertulis adalah tindakan menulis, mengetik atau mencetak simbol seperti huruf dan angka
untuk menyampaikan informasi. Hal ini membantu karena memberikan catatan informasi untuk
referensi. Menulis biasanya digunakan untuk berbagi informasi melalui buku, pamflet, blog, surat,
memo dan lainnya. Biasanya, penjual akan menggunakan media ini untuk memasarkan dan
mempromosikan produknya. Seperti di koran-koran, majalah, dan portal berita. Berikut adalah cara
agar meningkatkan kemampuan komunikasi tertulis.

• Berusahalah untuk kesederhanaan. Komunikasi tertulis harus sesederhana dan sejelas


mungkin. Meskipun mungkin berguna untuk memasukkan banyak detail dalam komunikasi
instruksional, misalnya, Anda harus mencari area di mana Anda dapat menulis sejelas mungkin
untuk dipahami audiens Anda.
• Jangan mengandalkan nada. Karena Anda tidak memiliki nuansa komunikasi verbal dan nonverbal,
berhati-hatilah saat mencoba mengomunikasikan nada tertentu saat menulis. Misalnya, mencoba
mengomunikasikan lelucon, sarkasme, atau kegembiraan mungkin diterjemahkan secara berbeda
bergantung pada audiens. Sebaliknya, cobalah untuk membuat tulisan Anda sesederhana dan
sejelas mungkin dan tindak lanjuti dengan komunikasi verbal di mana Anda dapat menambahkan
lebih banyak kepribadian.
• Luangkan waktu untuk meninjau komunikasi tertulis Anda. Menyisihkan waktu untuk membaca
kembali email, surat, atau memo Anda dapat membantu Anda mengidentifikasi kesalahan atau
peluang untuk mengatakan sesuatu secara berbeda. Untuk komunikasi penting atau yang akan
dikirim ke banyak orang, mungkin berguna untuk meminta kolega tepercaya meninjaunya juga.
• Simpanlah file tulisan yang menurut Anda efektif atau menyenangkan. Jika Anda menerima
pamflet, email, atau memo tertentu yang menurut Anda sangat membantu atau menarik, simpanlah

37
itu sebagai referensi saat menulis komunikasi Anda sendiri. Memasukkan metode atau gaya yang
Anda suka dapat membantu Anda meningkat seiring waktu.
c) Visual
Komunikasi visual adalah tindakan menggunakan foto, seni, gambar, sketsa, bagan, dan grafik
untuk menyampaikan informasi. Visual sering digunakan sebagai bantuan selama presentasi untuk
memberikan konteks yang membantu di samping komunikasi tertulis dan / atau verbal. Karena
orang memiliki gaya belajar yang berbeda, komunikasi visual mungkin lebih membantu bagi
beberapa orang untuk mengonsumsi ide dan informasi. Pada kegiatan populerisasi komoditas
kelapa sawit juga sering dilakukan komunikasi secara visual seperti melalu iklan di Televisi dan
melalui papan reklame. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi visual Anda:

• Tanya orang lain sebelum memasukkan visual. Jika Anda mempertimbangkan untuk berbagi
bantuan visual dalam presentasi atau email Anda, pertimbangkan untuk meminta umpan balik dari
orang lain. Menambahkan visual terkadang dapat membuat konsep membingungkan atau tidak
jelas. Mendapatkan perspektif pihak ketiga dapat membantu Anda memutuskan apakah visual
menambah nilai komunikasi Anda.
• Pertimbangkan audiens Anda. Pastikan untuk menyertakan visual yang mudah dipahami oleh
audiens Anda. Misalnya, jika Anda menampilkan bagan dengan data yang tidak dikenal, pastikan
untuk meluangkan waktu dan menjelaskan apa yang terjadi dalam visual dan bagaimana kaitannya
dengan apa yang Anda katakan. Anda tidak boleh menggunakan visual yang sensitif,
menyinggung, kekerasan, atau grafis dalam bentuk apa pun.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari banyaknya teori komunikasi yang disampaikan dari beberapa bab diatas, sangat
memiliki banyak manfaat bagi kegiatan interaksi antar sesama makhluk hidup, teori komunikasi
juga memiliki peran penting dalam komoditi pertanian. Berdasarkan hasil dari pembahasan
mengenai peran komunikasi terhadap komoditi padi, memang proses komunikasi sangat berguna
bagi berkembangnya usaha komoditi padi. Banyak teori yang bersangkut paut dengan proses

38
kegiatan yang dilakukan oleh kompditi padi, sehingga para pengusaha komoditi padi bisa
mendapatkan informasi bagaimana cara mengembangkan usahanya dengan baik dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyanto.2013. Diktat Dasar Komunikasi. Universitas Brawijaya. Malang

Ingale, S.T, V.G. Naik and J.M. Talathi (2007). Enrepreneur e-Agribusiness. Science Tech.
February 2007.

Oktarina, Yetty .2017. Komunikasi dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: Deepublish.
2017
Vedemekum Penyuluhan Pertanian. 1986. Ditjen Pertanian Tanaman Pangan. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Wiriaatmadja, S. 1979. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Penerbit C.V. Yasaguna. Jakarta.
John D Watts, Silvia Irawan (2018). "Oil Palm in Indonesia" (PDF). Profor. Diakses tanggal 3 April 2020.

39

Anda mungkin juga menyukai